PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
1
BAB II
TINJAUAUN PUSTAKA
II. 1. Definisi
II. 2. Etiologi
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja dipabrik kimia (terutma pabrik cat),
laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja
pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan
karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin,
bensidin, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli pada perokok
adalah 2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan
2
perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakaan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang
mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-
obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin,
opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama
dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli.
II. 3. Anatomi dan fisiologi buli
3
Gambar 1. Vesica urinaria dan muara ke uretra9.
Vesica urinaria terletak di dalam ruang subperitoneal dan terdiri
dari corpus vesicae, apex vesicae dan fundus inferior. Di fundus, ostium
uretra internum dan ada ostium ureteris membentuk trigonum vesicae.
Vesica urinarua menampung urin sekitar 500-1500 ml, meskipun
keinginan berkemih dimulai saat volume 250-500 ml tercapai. Dinding
vesicae urinaria terdiri dari lapisan mukosa interna (tunica mukosa) yang
diikuti tiga lapis otot polos denga inervasi parasimpatis dan diikuti dengan
peritoneum. Vesica urinari dikelilingi oleh jaringan adiposa paravesikel
dan distabilisasi oleh beberapa ligamentum. Pada apeks, terdapat
ligamentum umbilicale medianum yang berhubungan dengan umbilicus.
Ligamentum pubovesicale bilateral mengaitkan vesica urinaria pada pelvis
9
.
Dinding vesica terdiri dari jaringan pengikat, jaringan serabut otot
polos yang berjalan dibawah mukosa epitel transisional yang berhubungan
dengan lapisan otot secara longgar melalui.
Otot vesica tersusun dalam tiga lapisan :
Lapisan otot lungitudinal dalam.
Bagian tengah sirkuler.
4
Lapisan otot longitudinal luar.
Menurut kegunannya vesica terbagi menjadi :
Bagian kubah/atap.
Bagian basal, bagian basal vesica terdiri dari trigonum
vesikalis, “vesiko—urethral junction” dan anyaman detrusor.
Trigonum vesikalis terdiri dari
1. Serabut otot yang berdiamer kecil berasal dari ureter
intramural, dibatasi oleh orifisium ureter dan berbatasan
dengan muara ureter dan uretra proksimal.
2. Tak dapat ditemukan adanya sfingter sirkuler vesikalis pada
daerah leher vesika urinaria.
Vesicka urinari bekerja sebagi penampung urine. Organ ini berbentuk
seperti buah pir. Letaknya di dalam panggul besar, dibelakang simfisis
pubis10.
II.4. Perjalanan penyakit
Setelah carsinoma prostat, vesika urinaria merupakan tempat
tersering pada keterlibatan proses neoplastik saluran kemih. Jenis yang
tersering adalah karsinoma sel transisional. Penyebabnya antara lain
pajanan amin aromatik dari industri (anilin, karet, huli), asap rokok,
infeksi kronis oleh Schistosoma haematobium dan proses peradangan
kronis akibat batu yang dapat menyebabkan carsinoma sel skuamosa.
Gambaran klinis biasanya berupa hematuri tanpa rasa sakit dan obstruksi.
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria,
otot dan lemak vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan
sekitarnya. Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun
hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika,
obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis, sedangkan penyebaran
hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang8.
5
II. 5. Patofisiologi
Masuk ke ginjal
Terfiltrasi di glomerulus
Masuk ke kand.kemih
Gagal
Mutasi pd genom sel
somatik
Produksi gen
regulatorik hilang
Replikasi DNA
>>
6
Replikasi DNA >>
Hepatomegali
Eritopoetin
RBC
Nutrisi
Hb
Risiko Gg. Nutrisi
< kebutuhan Anemia
Konjungtiva pucat
7
Invasi ke jaringan
sekitar
Pembersaran Limfa
(Limfadenopati)
Nyeri Pelvis
8
II.7. Jenis Histopatologi
9
iii. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari
organ lain, diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium,
lambung, mamma, dan endometrium.
b) Karsinoma sel skuamosa
d) Karsinoma campuran
10
II.8. Derajat Invasi Tumor (Stadium)
TNM URAIAN
Tis Karsinoma in situ
Ta Tumor papilari non invasif
T1 Invasi submukosa
T2 Invasi otot superfisial
T3a Invasi otot profunda
T3b Invasi jaringan lemak prevesika
T4 Invasi ke organ sekitar
N1-3 Metastasis ke limfonudi regional
M1 Metastasis hematogen
11
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor12:
12
lapisan jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat dan
belum bermetastasis.
Stage 3 (T3a, T3b atau T4a, N0, M0)
Kanker telah tumbuh ke lapisn jaringan lemak yang
mengelilingi kandung kemih. Mungkin sudah menyebar ke
prostat, rahim, atau vagina, tetapi tidak menyebar ke dinding
pelvis atau abdomen. Kanker belum menyebar ke kelenjar
getah bening terdekat dan belum beremetastasis.
Stage 4
Salah satu dari berikut ini :
a. T4b, N0, M0
Kanker telah tumbuh melalui dinding kandung kemih dan
masuk ke pelvis atau dinding perut. Kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening terdekat dan belum
bermetastasis.
b. T, N1 sampai N3, M0
Kanker telah menyebar ke ke kelanjar getah bening terdekat
namun tidak bermetastasis.
c. T, N, M1
Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening yang jauh
atau telah bermetastasis jauh ke organ tulang, hati, atau
paru-paru.
II.9. Gambaran Klinis
13
urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau
tanpa sakit biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam
semua kasus8.
II.10. Diagnosis
1. Anamnesis
Buang air kecil berwarna merah tanpa rasa nyeri
Gejala iritatif kandung kemih (disuria, urgensi, frekuensi)
Nyeri tulang/nyeri pada pelvis, edeme ekstremitas bawah, nyeri
pinggang pada pasien dengan penyakit yang sudah berkembang.
Faktor risiko dan gejala umum keganasan berupa penurunan berat
badan maupun penurunan nafsu makan.
2. Pemeriksaan fisik
14
buli-buli. Tumor tersebut baru dapat diraba bila tumor tersebut sudah
tumbuh keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini
mudah terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-
paru15.
3. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu
mendiagnosis kanker vesica urinaria11:
a) Pemeriksaan laboratorium
b) Pemeriksaan radiologi
15
keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya
filling defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel
transisional yang berada di ureter atau pielum, dan dapat
mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran
kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu
tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. Jika
penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan
PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga
perlu dilakukan untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru11.
Gambar 3. Hasil Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)14.
c) Pemeriksaan USG
16
menentukan staging karsinoma buli. Secara umum bila
dibandingkan dengan modalitas pemeriksaan radiologi lainnya,
USG mempunyai spesifisitas yang lebih rendah dalam memberikan
keakuratan untuk membedakan antara neoplasma dengan
komponen inflamasi yang menyerupai massa.
17
II.11. Tatalaksana
18
seminalis. Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks,
uterus, vagina anterior atas, ovarium.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan
alternatif selain sistektomi radikal pada tumor infiltratif yang
dalam. Rekurensi lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen
sisplatinum siklofosfamid dan adriamisin
Stadium Tindakan
Non Muscle Invasive TUR Buli/ Fulgurasi Instilasi
(Stadium TaT1) Intravesika
Muscle Invasive TUR Buli Sistektomi/ radiasi
Localized
(Stadium pT2/3a)
Muscle Invasive Locally Ajuvantivus kemoterapi
adavanced+ Metastasis Radiasi palaitif
(Stadium pT3b/4 dan
M1)
II.12. Komplikasi
19
dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih yang
terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti ulserasi
dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih1.
II.13. Prognosis
20
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma kandung kemih adalah suatu penyakit keganasan yang
mengenai kandung kemih dan menempati urutan ke 4 keganasan pada laki-laki
dan urutan ke 10 pada permpuan6. Etiologi penyakit ini diduga berhubungan
dengan beberapa faktor, seperti : kebiasaan merokok, pekerjaan yang berkontak
dengan zat kimia yang bersifat karsinogenik (golongan aromatik amin), obat-
obatan antaralain siklofosfamid, dan infeksi parasit schistosoma haematobium 4.
Trauma fisik terhadap lspisan uroepitelial yang diinduksi infeksi, intsrumensasi
dan kalkulus dapat meningkatkan resiko terjadinya keganasan2.
Gejala klinis kanker buli 80-90% berupa hematuria dan 25% mengeluh
urgensi, frekuensi, disuri, dan nyeri pinggul setelah kening (Scher, 2005). Lima
persen dari penderita yang telah terjadi metastasis mengeluhkan penurunan berat
badan, demam, nyeri tulang, dan gejala yang berhubungan dengan metastase di
paru dan hati4.
21
ini. Pengobatan dan prognosis pederita kanker buli tergantung pada stadium
penyakit yang didasarkan pada pemeriksaan histopatologi6.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan
dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor
Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%.
Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5
tahun8.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
13. Kramer A, Siroky MB. Neoplasm of Genitourinary Tract. In Siroky MB,
Oates RD, Babayan RK. Handbook of Urology: Diagnosis & Therapy.
Lippincott Williams & Willkins. 2004.
14. Bernie JE, Schrnidh JD. Bladder cancer. In Nachtsheim D. Urological
Oncology. California USA : Landes Bioscience. 2005
24