Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

Para 2 Abortus 1 Usia 26 Tahun Post Partum Spontan Fisiologis + IUD


dengan Riwayat Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda 4 tahun yang
lalu

Pembimbing :
dr. Edy Priyanto, Sp.OG, M. Kes

Disusun Oleh:
Astri Nur Yulianti G4A016132
Indo Mahardika G4A016117

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

Para 2 Abortus 1 Usia 26 Tahun Post Partum Spontan Fisiologis + IUD


dengan Riwayat Sectio Caesarea Transperitoneal Profund 4 tahun yang
lalu

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian


di Bagian Obstetri dan Ginekologi Program Profesi Dokter
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh:

Astri Nur Yulianti G4A016132


Indo Mahardika G4A016117

Purwokerto, Januari 2018

Mengetahui,
Dokter Pembimbing,

dr. Edy Priyanto, Sp. OG,M. Kes

2
I. PENDAHULUAN

Angka kejadian SC di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2010, angka


persalinan secara SC rata-rata 15,3% dari seluruh persalinan. Beberapa studi
membuktikan adanya risiko terjadi peningkatan masalah pada kehamilan
berikutnya pada ibu dengan riwayat persalinan sesar (Suryati, 2007). Sebagai
usaha untuk mengurangi angka kejadian SC, American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan bahwa ibu yang memiliki rawayat
SC dengan insisi uterus transversal pada segmen bawah rahim dapat melakukan
konseling untuk mencoba melakukan persalinan normal pada kehamilan
berikutnya atau yang dikenal dengan sebutan Vaginal Birth After Cesarean-
section (VBAC) untuk menurunkan angka kejadian persalinan sesar (Cuningham,
2014). Keuntungan dari melahirkan secara pervaginam adalah mortalitas maternal
lebih rendah, lama perawatan post partum lebih sedikit dan berkurangnya
malposisi serta malformasi plasenta pada kehamilan berikutnya (NIH, 2010).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan VBAC, salah satunya
riwayat persalinan. Riwayat persalinan pervaginam, sebelum atau sesudah
persalinan sesar dapat meningkatkan prognosis persalinan pervaginam berikutnya
(Mercer, 2008).
VBAC belum banyak diterima sampai akhir tahun 1970an. Melihat
peningkatan angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health
Service, melalui Consensus Development Conference on Cesarean Child Birth
pada tahun 1980 menyatakan bahwa VBAC dengan insisi uterus transversal pada
segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima dalam rangka
menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000 menjadi 15%
(Cunningham, 2014).
Vaginal Birth After Cesarean adalah proses melahirkan normal pada ibu
dengan riwayat persalinan sesar. Syarat dilakukan VABC adala satu kali riwayat
persalinan sesar transversal rendah, pelvis adekuat, tidak terdapat ruptur uterus,
dokter mudah dihubungi, tersedianya anestesi dan sarana untuk SC emergensi
(American College of Obstetric and Gynecology, 2004)

3
4
II. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama :Ny. S.A
2. Usia : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Sambeng Kulon RT/RW 003/002 Kembaran
8. Waktu datang : Selasa, 12 Desember 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Kenceng-kenceng sejak 1 hari sebelu masuk RS.
2. Keluhan tambahan
Keluar lendir dan darah dari jalan lahir, lemas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang di VK IGD RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto pada tanggal 12 Desember 2017 pukul 22.30 WIB rujukan dari
puskesmas 2 Kembaran dengan G2P1A1 usia 26 tahun hamil 39 minggu + 6
hari dengan riwayat SC 4 tahun yang lalu dengan keluhan kenceng-kenceng
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Kenceng dirasakan semakin lama
makin sering den teratur. Kenceng-kenceng disertai dengan keluarnya lendir
maupun keluar air dari jalan lahir tidak rembes maupun ngepyok. Pasien
menyatakan bahwa gerakan janin masih terasa, pasien menyatakan bahwa
ini adalah kehamilannya yang ketiga, persalinan pertama dilakukan SC 4
tahun yang lalu karena partus tak maju, SC dilakukan di RSMS, kemudian
untuk hamil yang kedua pasien mengatakan keguguran pada usia kehamilan
6 minggu, kemudian hamil yang ketiga adalah hamil ini.
4. Riwayat Menstruasi
a. HPHT : 06 Maret 2017

5
b. HPL : 13 Desember 2017
c. Usia kehamilan : 39 minggu 6 hari
d. Lama haid : 5 hari, nyeri (-)
e. Siklus haid : teratur 28 hari
f. Jumlah : 2-3x ganti pembalut/hari
5. Riwayat Obstetrik
Gravida 3 Para 1 Abortus 1
I  Laki-laki / 4 tahun / SC / RSMS / 2500 gr
II  Abortus/ tidak kuret
III  Hamil ini
6. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, pernikahan sudah berlangsung 6 tahun
7. Riwayat ANC
Pasien melakukan kunjungan antenatal pada bidan di Puskesmas sebanyak 6
kali selama kehamilan. Tidak ada keluhan atau komplikasi selama
melakukan kunjungan antenatal.
8. Riwayat Kontrasepsi
Setelah melahirkan anak pertama pasien menggunakan kontrasepsi IUD.
9. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat asma : disangkal
c. Riwayat alergi : disangkal
d. Riwayat kencing manis : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
g. Riwayat operasi : disangkal
10. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit kandungan: disangkal

6
11. Riwayat Nutrisi
Pasien menyatakan setiap harinya makanan yang terdiri dari nasi,
lauk-pauk, sayuran, dan kadang ditambah buah-buahan. Namun pasien
mengaku lebih sering mengkonsumsi makanan yang digoreng. Sehari-hari
pasien memasak bahan makanan yang dimasak sendiri dan berasal dari
pasar. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, namun suami
adalah seorang perokok berat yang biasa merokok di dalam rumah.
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari sosial ekonomi menengah, pasien adalah seorang
ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Saat
beobat pasien menggunakan pembayaran BPJS non PBI.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum/kesadaran : Baik / compos mentis
2. Tinggi badan :155 cm
Berat badan : 56 kg
IMT : 23,3 kg/m2
3. Vital sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 94 x/menit reguler, isi dan tekanan cukup
Respiratory Rate : 20 x/menit reguler
Suhu : 36,50C aksiler
4. Pemeriksaan kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem
palpebra -/-, pupil bulat isokor 3/3 mm, refleks
cahaya (+/+)
Hidung : discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : sianosis (-)
5. Pemeriksaan leher
Tiroid : tak ada kelainan
6. Pemeriksaan dada
Cor : S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

7
Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Dinding dada : Simetris, ketinggalan gerak (-/-)
7. Pemeriksaan abdomen
Dinding perut : cembung gravid, striae (+), linea nigra (+), DJJ
(+), nyeri tekan (-)
Hepar/lien : tidak teraba pembesaran
Usus : bising usus (+) normal
8. Pemeriksaan ekstremitas : Edema -/-/-/-
9. Pemeriksaan limphonodi: tak ada pembesaran kelenjar getah bening
10. Pemeriksaan reflek : reflek fisiologis (+), reflek patologis (-)
11. Pemeriksaan turgor kulit: capillary refill < 2 detik
12. Pemeriksaan akral : hangat +/+/+/+

D. PEMERIKSAAN LOKAL
1. Pemeriksaan Obstetri
a. TFU : 31 cm
b. Leopold 1 : Teraba bagian bulat lunak pada bagian fundus uteri, kesan
bokong
c. Leopold 2 : Teraba tahanan memanjang di bagian kanan ibu, kesan
punggung kanan
d. Leopold 3 : Teraba bagian bulat keras, kesan kepala
e. Leopold 4 : Bagian terbawah janin sudah memasuki pintu atas
panggul atau Divergen
f. TBJ : 2835 gram
a. DJJ : (+) 144x/menit
b. His : (+) 1x/10’/15’’
2. Pemeriksaan Genitalia
a. Inspeksi
Rambut pubis tersebar merata, edema vulva (-), benjolan (-), varises (-),
fluor (-), perdarahan pervaginam (+), terpasang DC (warna urine jernih).
b. Vaginal toucher
Dinding vagina : licin

8
Cervix : Portio teraba lunak, posisi medioposterior, pembukaan 1 cm, KK
(+), teraba UUK kanan depan bagian terendah janin turun H1
STLD +, AK –

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan 12/12/2017
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
DARAH NORMAL
Darah Lengkap
Hemoglobin 9,0 L 11.7-15.5 g/dL
Leukosit 9450 3600-11000 U/L
Hematokrit 30 L 35-47 %
Eritrosit 4,5 3.8-5.2 10^6/uL
Trombosit 181.000 150000-440000 /uL
MCV 65,0 L 80-100 fL
MCH 19,8 L 26-34 Pg
MCHC 30,5 L 32-36 Δ
RDW 21,3 H 11,5-14,5 Δ
MPV - 9,4-12,3 fL
Kimia Klinik
PT 9,6 9,3-11,4 detik
APTT 34,4 29,0-40,2 detik

F. Pemeriksaan USG
Hasil Pemeriksaan USG Transabdominal (12/12/2017) 22.55 WIB : 1
Janin. TFU 31 cm, TBJ 2835 gr, kehamilan 39 minggu 6 hari. DJJ (+). Plasenta
di fundus.

9
Gambar 2.1 Pemeriksaan USG

G. DIAGNOSA KLINIK
Gravida 3 Para 1 Abortus 1 usia 26 tahun hamil 39 mingu 6 hari Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi kepala inpartu kala 1 fase laten dengan
riw SC 1x 4 tahun yang lalu atas indikasi partus tak maju.

H. TINDAKAN DAN TERAPI


1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pasien mengenai atau tindakan
yang akan diberikan
2. Bila Inpartu rencana persalinan pervaginam dengan peringan kala II
3. Infus RL 20 tpm
4. Pengawasan KU, TTV, PPV, HIS, DJJ, Pembukaan
5. Cek DL, PT, APTT
6. Rawat ruangan kamar bersalin

10
I. FOLLOW UP IGD DAN KAMAR BERSALIN
Tabel 2.5 Catatan Perkembangan Pasien
Hari, Subjektif dan Objektif Assessment Planning
tanggal
Selasa, S: G3P1A0 usia - KIE pasien dan
12 Pasien datang di VK 26 tahun keluarga mengenai
Desember IGD RSUD Prof Dr hamil 39 keadaan ibu dan
2017 Margono Soekarjo mingu 6 hari janin serta
(23.00 ) Purwokerto pada tanggal JTHIU tindakan yang
VK IGD 12 Desember 2017 pukul Presentasi akan diberikan
22.30 WIB rujukan dari kepala inpartu - Cek Lab DL, PT,
puskesmas 2 Kembaran kala 1 fase APTT
dengan G2P1A1 usia 26 laten dengan - IVFD RL 20tpm
tahun hamil 39 minggu + riw SC 1x 4 - Bila inpartu
6 hari dengan riwayat SC tahun yang rencana persalinan
4 tahun yang lalu dengan lalu atas pervaginam
keluhan kenceng- indikasi dengan peringan
kenceng sejak 1 hari partus tak kala II
sebelum masuk rumah maju. - dr Alam (Residen
sakit. Kenceng dirasakan Obsgyn) lakukan
semakin lama makin USG: hasil:
sering den teratur. plasenta implantasi
Kenceng-kenceng di fundus.
disertai dengan - Rawat Ruangan
keluarnya lendir maupun Bersalin
keluar air dari jalan lahir - Lapor DPJP (dr.
tidak rembes maupun Herman Sp. OG)
ngepyok. Pasien Instruksi :
menyatakan bahwa ACC pengelolaan
gerakan janin masih
terasa, pasien
menyatakan bahwa ini

11
adalah kehamilannya
yang ketiga, persalinan
pertama dilakukan SC
4,5 tahun yang lalu
karena partus tak maju,
SC dilakukan di RSMS,
kemudian untuk hamil
yang kedua pasien
mengatakan keguguran
pada usia kehamilan 6
minggu, kemudian hamil
yang ketiga adalah hamil
ini.
HPHT : 06/03/2017
HPL : 13/12/2017
UK : 39 minggu 6
hari
Riw. Obs : G3P1A1
I Laki2 /4 thn /
/SC/RSMS/2500 gr
II AB tidak Kuret
Riw. Pernikahan : 1 kali,
6 tahun
Riw. ANC : 6x di
Puskesmas.
Riw. KB : IUD
O:
TD : 110/70 mmHg
HR : 94 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
TFU : 31 cm

12
L1 : Teraba bagian lunak
L2 : Tahanan
memanjang kanan
L3 : Teraba bagian keras
L4 : divergen
TBJ : 2835 gram
DJJ : (+) 144x/menit
His : (+) 1x/10’/15’’
VT :
Vulva-Uretra tenang
Dinding Vagina licin,
Portio lunak, posisi
medioposterior,
pendataran 10%,
pembukaan 1 cm, KK
(+), teraba UUK kanan
depan bagian terendah
janin turun H1
Selasa, S: Ibu merasa lemas, G3P1A0 usia
12 pusing, kenceng-kenceng 26 tahun
Desember masih jarang, hamil 39
2017 mingu 6 hari
VK IGD JTHIU
Presentasi
23.50 TD 110/70 mmHg , N kepala inpartu
78x/menit, RR kala 1 fase
19x/menit, His 1x10’/15” laten dengan
DJJ (+) 148x/menit riw SC 1x 4
VT Ø 1 cm, KK (+), tahun yang
Kepala turun Hodge 1, lalu atas
Rabu, 13 portio lunak indikasi
Desember TD 110/70 mmHg , N partus tak

13
2017 80X/menit RR maju.
01.00 20x/menit, His 1x10’/15”
DJJ (+) 148x/menit
Hasil Lab (+)
Hb 9
PT 9,6
APTT 84,4
Pasien dibawa ke kamar
bersalin

Rabu, 13 S: kenceng-kenceng (+) G3P1A1 usia 26


Desember O: tahun hamil 39
2017 TD 110/70 mmHg, N minggu 6 hari
Kamar 80x/menit, RR inpartu kala I
bersalin 20x/menit, S 36,5 C fase laten
01.30 His 1x10’/15” dengan riw SC 4
VT Ø 1 cm, KK (+), Kep tahun yang lalu
HI

02.00 TD 110/70 mmHg , N


84x/menit, RR
19x/menit, His 1x10’/15”
DJJ (+) 147x/menit
02.30 TD 110/70 mmHg , N
88x/menit, RR
20x/menit, His 2x10’/15”
DJJ (+) 142x/menit
03.00 TD 110/70 mmHg , N
88x/menit, RR
20x/menit, His 2x10’/25”
DJJ (+) 135x/menit
03.30 TD 110/70 mmHg , N

14
82x/menit, RR
19x/menit, His 2x10’/25”
DJJ (+) 134x/menit
04.00 TD 110/70 mmHg , N
88x/menit, RR
20x/menit, His 2x10’/25”
DJJ (+) 128x/menit
04.30 TD 110/70 mmHg , N
82x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/30”
DJJ (+) 132x/menit
05.00 TD 100/70 mmHg , N
92x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/30”
DJJ (+) 130x/menit
05.30 TD 100/70 mmHg , N
82x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/35”
DJJ (+) 145x/menit
06.00 TD 100/70 mmHg , N
88x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/35”
DJJ (+) 146x/menit
Ketuban pecah warna
jernih VT Ø 4 cm, KK (-
), Kepala turun Hodge 1
06.30 TD 100/70 mmHg , N
84x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/35”
DJJ (+) 137x/menit
07.00 TD 110/70 mmHg , N
82x/menit, RR

15
20x/menit, His 3x10’/35”
DJJ (+) 142x/menit
08.00 TD 110/70 mmHg , N
82x/menit, RR
20x/menit, His 3x10’/35”
DJJ (+) 142x/menit
08.30 TD 110/70 mmHg , N
84x/menit, RR
20x/menit, His 4x10’/35”
DJJ (+) 145x/menit
09.00 TD 110/70 mmHg , N
86x/menit, RR
20x/menit, His 4x10’/40”
DJJ (+) 133x/menit
09.15 TD 110/70 mmHg , N
86x/menit, RR
20x/menit, His 4x10’/40”
DJJ (+) 130x/menit
VT Ø Lengkap, KK (-),
Kepala turun Hodge 3
09.20 S : pasien ingin
mengejan dengan kuat
saat kenceng-kenceng
O : TD : 110/70 mmHg,
N 88x/ment, RR
20x/menit His 4x10’/45”
DJJ (+) 140x/menit
VT Ø Lengkap, KK (-),
Kepala turun Hodge 3
A : G3PA1A1 usia 26
tahun hamil 39 minggu 6
hari inpartu kala II

16
dengan riw SC 4 tahun
yang lalu
13 Dalam persiapan P2A1 usia 26 - Klindamisin
Desember Vakum Ekstraksi Bayi tahun post 2x300mg
2017 lahir spontan jenis partum spontan - Adfer 2x1
Kamar kelamin perempuan fisiologis + IUD - Asam
bersalin apgar skor 7-8-9 dengan riw SC 4 mefenamat
09.20 tahun yang lalu 2x500mg
BBL : 2900 gr
PB : 47 cm
LD : 33 cm
LK : 32 cm
Anus (+)
Kel (-)
AS : 8

Plasenta dilahirkan
spontan, lengkap,
kontraksi uterus keras,
insersi IUD

Rabu, 2 jam post-partum


13 Ja Puk TD N Suh TFU Kontrak Uri Perdarah
Desember m ul u si n an
2017 ke
Kamar 1 09.4 100/7 9 36,5 Seting Keras - -
bersalin 5 0 0 C gi
09.30 pusat
10.0 110/7 9 Seting keras - 5 cc
0 0 2 gi
pusat
10.1 110/7 8 Seting keras - 5cc

17
5 0 8 gi
pusat
10.3 110/7 8 Seting keras - 5cc
0 0 8 gi
pusat
2 10.4 110/7 8 36.5 Seting keras - 5cc
5 0 4 C gi
pusat
11.1 110/7 8 Seting keras - 5cc
5 0 8 gi
pusat
Kamis, S: Pegel di jalan lahir P2A1 usia 26 - Klindamisin
14 O : KU/Kes : Sedang/CM tahun post 2x300mg
Desember TD: 100/70 partum spontan - Adfer 2x1
2017 N: 94x/menit fisiologis + IUD - Asam
Bangsal RR: 18 x/menit dengan riw SC 4 mefenamat
(Flamboy S: 36.5 C tahun yang lalu 2x500mg
an) TFU 2 jari bawah pusat
PPV 10 cc
BAB (-) BAK (+) DC Fl
(+)
Lab DL
Hb 9,0 L
Leuko 9450
Ht 30L
Eri 4,5
Trb 181.000

J. DIAGNOSA AKHIR
Para 2 Abortus 1 Usia 26 Tahun Post partum spontan fisiologis + IUD
dengan riwayat SC 4 tahun yang lalu

18
K. PROGNOSIS
Ibu : Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

19
III. DISKUSI MASALAH

20
IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. VBAC (Vaginal Birth After Cesarean)


1. Definisi
Vaginal Birth After Cesarean adalah proses melahirkan normal
pada ibu dengan riwayat persalinan sesar. Syarat dilakukan VABC adalah
satu kali riwayat persalinan sesar transversal rendah, pelvis adekuat, tidak
terdapat ruptur uterus, dokter mudah dihubungi, tersedianya anestesi dan
sarana untuk SC emergensi (American College of Obstetric and
Gynecology, 2004)
VBAC atau melahirkan melalui vagina setelah mengalami operasi
Sesar di persalinan sebelumnya, memang lebih ditekankan pada kasus-
kasus operasi Sesar yang dilakukan atas indikasi yang sebenarnya tidak
perlu artinya operasi SC yang dilakukan sebelumnya bukan karena alasan-
alasan mutlak fisiologis seperti kelainan pangul yaitu panggul sempit
murni (Winkjosastro, 2009).

2. Indikasi VABC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
pada tahun 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang
direncanakan untuk persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
Kriteria seleksinya adalah sebagai berikut :

a) Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah


rahim
b) Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c) Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d) Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring,
persalinan dan seksio sesarea emergensi
e) Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio
sesarea darurat.
Beberapa kriteria atau persyaratan lainnya :

21
a) Tidak ada indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea pada
kehamilan saat ini seperti letak lintang, sungsang, bayi besar, plasenta
previa.
b) Terdapat catatan medik yang lengkap mengenai riwayat seksio sesarea
sebelumnya (operator, jenis insisi, komplikasi, lama perawatan).
c) Segera mungkin pasien dirawat di RS setelah persalinan mulai
d) Tersedia darah untuk transfusi
e) Jenis presentasi verteks normal
f) Pengawasan selama persalinan yang baik (personil, partograf, faisilitas)

Indikasi seksio sesarea sebelumnya akan mempengaruhi


keberhasilan VBAC. Maternal dengan penyakit CPD memberikan
keberhasilan persalinan pervaginal sebesar 60 – 65 % manakala fetal
distress memberikan keberhasilan sebesar 69 – 73% (Caughey, Mann,
2011). Keberhasilan VBAC ditentukan juga oleh keadaan dilatasi serviks
pada waktu dilakukan seksio sesarea yang lalu. VBAC berhasil 67 %
apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada saat pembukaan serviks
kecil dari 5 cm, dan 73 % pada pembukaan 6 sampai 9 cm. Keberhasilan
persalinan pervaginal menurun sampai 13 % apabila seksio sesarea yang
lalu dilakukan pada keadaan distosia pada kala II (Cunningham, 2014).

3. Kontraindikasi VABC

Sedangkan kontraindikasi VBAC menurut ACOG antara lain :

a) Riwayat insisi klasik atau T atau operasi uterus transfundal lainnya


(termasuk riwayat histerotomi, ruptura uteri, miomektomi).
b) Adanya indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea (plasenta previa,
makrosomia, malpresentasi, malposisi)
c) Komplikasi medis atau obstetri yang melarang persalinan pervaginam.
d) Ketidakmampuan melaksanakan seksio sesarea segera karena tidak
adanya operator, anastesia, staf atau fasilitas
e) Kehamilan kembar
f) Pasien menolak persalinan pervaginal
4. Persyaratan VABC

22
a) Teknik Operasi sebelumnya
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim
transversal merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC,
dimana pasien dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptur yang
lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarae klasik,
insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea
yang lalu misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi
melakukan VBAC (Cunningham, 2014). Menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (2004), tiada perbedaan dalam
mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio sesarea transversalis
atau longitudinalis.

b) Jumlah Seksio Sesarea Sebelumnya


VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal
sebelumnya maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali
berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea
elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan pervaginal (Flamm,
2007). Resiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah
seksio sesarea sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu
kali mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri.
Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 – 3.7
%. Pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur
uteri lima kali lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali
(Cunningham, 2014).

Menurut Farmakides (2010) melaporkan 77 % dari pasien yang


pernah seksio sesarea dua kali atau lebih yang diperbolehkan persalinan
pervaginal dan berhasil dengan luaran bayi yang baik. American
College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun 2004 telah
memutuskan bahwa pasien dengan bekas seksio dua kali boleh
menjalani persalinan pervaginal dengan pengawasan yang ketat.

c) Penyembuhan Luka Pada Seksio Sesarea Sebelumnya

23
Penyembuhan luka seksio sesarea adalah suatu generasi dari
fibromuskuler dan bukan pembentukan jaringan sikatrik (Cuningham,
2014).

Kekuatan sikatrik pada uterus pada penyembuhan luka yang


baik adalah lebih kuat dari miometrium itu sendiri. Hal ini telah
dibuktikannya dengan memberikan regangan yang ditingkatkan dengan
penambahan beban pada uterus bekas seksio sesarea (hewan percobaan)
(Schimitz, 2010).

Dari laporan-laporan klinis pada uterus gravid bekas seksio


sesarea yang mengalami ruptura selalu terjadi pada jaringan otot
miometrium sedangkan sikatriknya utuh. Yang mana hal ini
menandakan bahwa jaringan sikatrik yang terbentuk relatif lebih kuat
dari jaringan miometrium itu sendiri (Srinivas, 2007).

Dua hal yang utama penyebab dari gangguan pembentukan


jaringan sehingga menyebabkan lemahnya jaringan parut tersebut
adalah :

i) Infeksi, bila terjadi infeksi akan mengganggu proses


penyembuhan luka.
ii) Kesalahan teknik operasi (technical errors) seperti tidak
tepatnya pertemuan kedua sisi luka, jahitan luka yang
terlalu kencang, spasing jahitan yang tidak beraturan,
penyimpulan yang tidak tepat, dan lain-lain.

Jahitan luka yang terlalu kencang dapat menyebabkan nekrosis


jaringan sehingga merupakan penyebab timbulnya gangguan kekuatan
sikatrik, hal ini lebih dominan dari pada infeksi ataupun technical error
sebagai penyebab lemahnya sikatrik (Schmitz, 2010).

d) Indikasi Operasi Pada Seksio Sesarea Yang Lalu


Indikasi seksio sesarea sebelumnya akan mempengaruhi
keberhasilan VBAC. Maternal dengan penyakit CPD memberikan
keberhasilan persalinan pervaginal sebesar 60 – 65 % manakala fetal

24
distress memberikan keberhasilan sebesar 69 – 73% (Caughey, Mann,
2011).

Keberhasilan VBAC ditentukan juga oleh keadaan dilatasi


serviks pada waktu dilakukan seksio sesarea yang lalu. VBAC berhasil
67 % apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada saat pembukaan
serviks kecil dari 5 cm, dan 73 % pada pembukaan 6 sampai 9 cm.
Keberhasilan persalinan pervaginal menurun sampai 13 % apabila
seksio sesarea yang lalu dilakukan pada keadaan distosia pada kala II
(Cunningham, 2014).

5. Sistem Skoring VBAC

Untuk memprediksi keberhasilan penanganan persalinan


pervaginal bekas seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem
skoring. Flamm dan Geiger menentukan panduan dalam penanganan
persalinan bekas seksio sesarea dalam bentuk sistem skoring. Adapun
skoring menurut Flamm dan Geiger (1997) yang ditentukan untuk
memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea adalah
seperti tertera pada table dibawah ini:

Tabel 2.1 : Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger


(Flamm BL dan Geiger AM, 1997)
No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginal
- sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
- persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea 2
- persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea 1
- tidak ada 0
3 Alasan lain seksio sesarea terdahulu 1
4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam
keadaan inpartu:
- 75 % 2
- 25 – 75 % 1
- < 25 % 0
5 Dilatasi serviks > 4 cm 1

25
Dari hasil penelitian Flamm dan Geiger terhadap skor development
group diperoleh hasil seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 : Angka keberhasilan VBAC menurut Flamm dan Geiger


Skor Angka
Keberhasilan
(%)
0–2 42-49
3 59-60
4 64-67
5 77-79
6 88-89
7 93
8 – 10 95-99
Total 74-75
(Flamm BL dan Geiger AM, 1997)

Weinstein (1996) juga telah membuat suatu sistem skoring yang


bertujuan untuk memprediksi keberhasilan persalinan pervaginal pada
bekas seksio sesarea, adapun sistem skoring yang digunakan adalah :

Tabel 2.3 : Skor VBAC menurut Weinstein


FAKTOR TIDAK YA
Bishop Score ≥ 4 0 4
Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio 0 2
sesarea Indikasi seksio sesarea yang lalu
0 6
Malpresentasi, Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
0 5
HAP, PRM, Persalinan Prematur
0 4
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat
0 3
Makrosemia, IUGR

(Weinstein D, 1996)

Angka keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio


sesarea pada sistem skoring menurut Weinstein (1996) adalah seperti di
tabel berikut :

26
Tabel 2.4 : Angka keberhasilan VBAC menurut Weinstein
Nilai skoring Keberhasilan
≥4 ≥58 %
≥6 ≥67 %
≥8 ≥78 %
≥10 ≥85 %
≥12 ≥ 88 %
(Weinstein D, 1996)

6. Komplikasi VABC
Komplikasi paling berat yang dapat tejadi dalam melakukan
persalinan pervagianal adalah ruptur uteri. Ruptur jaringan perut bekas
seksio sesarea sering tersembunyi dan tidak menimbulkan gejala yang
khas (Martel, 2005). Dilaporkan bahwa kejadian ruptur uteri pada bekas
seksio sesarea insisi segmen bawah rahim lebih kecil dari 1 % (0,2 – 0,8
%).

Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau
bayi akan keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian jani
serta ibu. Kadang-kadang ahrus dilakukan histerektomi emergensi. Kasus
ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim ( Hill, 2002).

Tanda yang paling sering di jumpai pada ruptur uteri adalah denyut
jantung janin tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun
manjadi deselerasi lambat, bradiakardia, dan denyut jantung janin tidak
terdeteksi. Gejala klinis tambahan adalah perdarahan pervaginal, nyeri
abdomen, presentasi janin berubah dan terjadi hipovolemik pada ibu (
Martel, 2005).

Tanda- tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut (Cuningham,


2014) :

27
a) Nyeri akut abdomen
b) Sensasi poping ( seperti akan pecah )
c) Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan
Leopold
d) Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung janin
e) Presenting perutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
f) Perdarahan pervaginal

28
V. KESIMPULAN
1.

29
DAFTAR PUSTAKA

American College. 2004). Obstetrics and Gynecology Vaginal Birth


after Previous Sesarean Delivery, article available at : http://www.
Obstetrics and Gynecology.com
Martel, MJ et al, 2005. Guidelines for Vaginal Birth After Previous Caesarean
Birth. SOGC Clinical Practice Guidelines.
Caughey, AB. 2011. Vaginal Birth After Casarean Delivery. Article available at
:http://www.emedicine.medscape.com/article/2721877
Cuningham FG, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Kathrarine D, et al. 2014.
Perdarahan Obstetri. Obstetri Williams vol 1. Ed 23. Jakarta : EGC.
Hill, 2002, Issues and Procedures in Women's Health
Vaginal Birth After Cesarean. Article available at :
http://emedicine.medscape.com/article/272187-overview.
Farmakides, 2010. Caesarean section rates skyrocket in Brazil. Many women
are opting for Caesareans in the belief that it is a practical solution,
Article available at : http://www.obgyn.net.com.
Flamm. 2007. Vaginal birth after cesarean delivery, article available at :
http://emedicine.medscape.com/article/272187-overview.
Wiknjosastro H. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
NIH Consensus Development Conference Statement. 2010. Vaginal delivery after
previous cesarean delivery. Available at: http://www.Clinical obstetric
and gynecology.com
Schmitz, (2010), ginekology obstetry seksio sesarea, available at :
http://www.ginekologi.co.com
Srinivas, (2007), Manajemen Seksio Sesarea Emergens,diakses available at :
http//www.Obstetrics & Gynecologist.com

30

Anda mungkin juga menyukai