Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Negara indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap
kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis indonesia
yang terletak diantara dua samudra besar dan terletak di wilayah lempeng tektonik
yang rawan terhadap gempa bumi. Banyak gunung berapi yang masih aktif
merupakan potensi munculnya bencana gempa bumi, awan panas, lahar, banjir, dan
letusan gunung gunung berapi. Di samping bencana alam, indonesia mempunyai
potensi munculnya bencana akibat ulah manusia ( bencana non alam) seperti
penggundulan hutan, penebangan liar yang dapat menyebabkan terjadinya banjir,
tanah longsor, kebakaran hutan, dan konflik sosial. Seiring dengan perkembangan
industralisasi dan makin meningkatnya penggunaan bahan kimia, bahan radiaktif
berpotensi timbulnya bencana akibat ulah manusia (Depkes RI,2006).
Bencana alam ditinjau dari letak geografi, kondisi topografi, keadaan iklim, dinamika
bumi, faktor demografi dan kondisi sosialekonomi masyarakat, maka kemungkinan
terjadinya bencana yang di akibatkan oleh alam di wilayah indonesia cukup besar
yang setiap saat bisa terjadi tanpa dapat di perkirakan secara tepat tentang waktu,
tempat maupun intensitasnnya (Harianto, 1994).
Kejadian bencana selalu mempunyai dampak yang merugikan, seperti rusaknya
sarana dan prasarana fisik ( perumahan penduduk, bangunan perkantoran, sekolah,
tempat ibadah, saran jalan, jembatan dan lain-lain). Sering pula kejadian bencana
dapat menimbulkan masalah kesehatan dengan jatuhnya korban jiwa seperti
meninggal, luka-luka, meningkatnya ksus penyakit menular, menurunnya status gizi
masyarakat dan tidak jarang menimbulkan trauma kejiwaan bagi penduduk yang
mengalaminya. Selain itu dampak kejadian bencana dapat pula mengakibatkan
terjadinya arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hal ini
tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru bagi wilayah yang menjadi
tempat penampungan pengungsi, mulai dari munculnya kasus penyakit, masalah gizi,
masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan hingga kualitas kesehatan
lingkungan.(Depkes,2007)
Efek bencana terhadap faktor psikologis misalnya, pengalaman menyedihkan saat
terjadi bencana seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda dan
menyaksikan langsung kejadian bencana akan memberikan perasaan traumatis
tersendiri terhadap korban bencana, bahkan pada beberapa kasus pengalaman tersebut
sangat ekstrim, sehingga mereka tidak bisa menerima kenyataan yang dialami atau
biasa disebut poast traumatic stress disorder atau PTSD (American Psychiatric
Assosiation, 1994). Disamping menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi,
dampak bencana juga berkembang masalah sosial seperti pengangguran, peningkatan
angka kemiskinan, kerentanan dan menurunnya kualitas sumber daya manusia.
Untuk meminimalisir efek yang ditimbulkan bencana, maka perlu segera dilakukan
rehabilitasi untuk memulihkan kembali kehidupan korban bencana baik secara fisik,
psikologis dan komunitas pasca bencana. Menurut Clinton (2006) prinsip rehabilitasi
pasca bencana berpedoman pada membangun kembali dengan lebih baik. Melihat
begitu kompleknya efek yang di akibatkan dan aplikasi rehabilitasi di indonesia yang
sepenuhnya belum efektif , keadaan tersebut perlu penanganan serius dari semua
pihak khususnya peran perawat dalam recovery bencana
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca khususnya tentang pemulihan pasca bencana.

Anda mungkin juga menyukai