Anda di halaman 1dari 21

BAB V

HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1 Kajian Hidrologi


Kajian Hidrologi sangat bermanfaat dalam memahami konsep
keseimbangan air dalam skala global hingga daerah aliran sungai (DAS) atau
bahkan dalam skala lahan. Dalam sub bagian ini akan dijelaskan definisi dan
ilustrasi dari siklus hidrologi, kemudian akan dilanjutkan hingga pembahasan
proses yang terjadi selama siklus tersebut berlangsung. Tujuan dari kajian ini
adalah memberikan pemahaman kualitatif dari proses hidrologi fisis yang
terjadi pada sistem global hingga terutama DAS. Metode kuantitatif dan
teknik matematik yang terkait dengan pengumpulan, penggunaan data yang
benar dan interpretasi data klimatologi dan hidrologi akan dijelaskan lebih
jauh pada sub bagian selanjutnya.
5.1.1 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah konsep dasar dalam kajian hidrologi dan
merupakan konsep keseimbangan atau neraca air. Konsep ini mengenal
empat fase perubahan zat cair, yaitu penguapan, pencairan, pembekuan,
dan penyubliman atau dalam istilah hidrologi mencakup evaporasi dan
transpirasi, presipitasi, salju, dan lelehan salju atau kristal es. Tenaga
yang digunakan untuk berubah dari fase cair ke gas (evaporasi) dan
menggerakkannya ke atmosfer adalah energi radiasi surya. Proses
berikutnya adalah pendinginan, kondensasi dan presipitasi; selanjutnya
akan diikuti oleh infiltrasi, limpasan permukaan, perkolasi dan kembali
ke laut atau badan air yang lain. Proses sirkulasi dan perubahan fase zat
cair tersebut dikenal sebagai Siklus Hidrologi.

63
Gambar 1. Siklus

Menurut Wiersum (1979, dalam Lieshout, tanpa tahun) selama siklus atau
sub siklus hidrologi maka air akan mempengaruhi kondisi lingkungan baik secara
fisik, kimia ataupun biologi. Efek fisik akan terlihat selama proses gerakan air
sehingga menimbulkan erosi pada bagian hulu dan sedimentasi pada bagian hilir.
Efek kimia terlihat setelah proses kimiawi antara air yang mengandung bahan
larutan tertentu dengan kimia batuan sehingga batuan tersebut terlapukkan,
sedangkan efek biologi terutama sebagai media transport bagi perpindahan
binatang karang serta media bagi pertumbuhan tanaman.
Analisis kuantitatif dari konsep siklus hidrologi dapat didekati dengan dua
cara yang berbeda, yaitu sederhana dan komplek. Pendekatan sederhana
berlandaskan pada persamaan kontinuitas dalam bentuk neraca air atau hidrologi
(lihat Persamaan 1)
Inflow = Outflow ± Storage ............................... 1.
Tabel 2.
Perhitungan Total Hujan Tahunan

Tahun Jan Feb Mar Apr Mey Juni July Aug Sep Oct Nov Des Total
2006 47 196 280 204 132 148 39 133 30 135 172 201 1716
2007 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71 1417
2008 151 180 156 74 96 71 113 223 54 90 90 145 1443
2009 194 129 120 81 109 113 76 88 53 41 154 59 1217
2010 90 159 321 93 34 47 47 158 168 55 98 226 1496
2011 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86 2729
2012 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168 2115
2013 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177 1958
2014 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269 2544
2015 357 121 363 204 360 56 53 50 40 86 118 208 2016
2500
januari

2000 februari

maret
1500
april

mey
1000
juni

500 july

agustus

0 septembe
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 total r

𝑅24 24 2/3
𝐼= (𝑡) mm/jam ………….(pers.5.4)
24

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
T = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm)

Curah Hujan Harian Maksimum 24 Jam (R24) (mm/24 Jam)

Data
Periode Intensitas (mm/ 24
Ulang Jam)
5 Tahun 2395,37
10 Tahun 2777,66
25 Tahun 3291,58
45 Tahun 3622,70

Menghitung intensitas hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun, 10

tahun, 25 tahun, 45 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu

hujan, yakni 5 menit, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, 1440 menit. (ingat
sebelum dimasukan ke dalam rumus Mononobe data menit harus dikonversi

kedalam jam)

Data R24 sudah ada dan durasi waktu sudah ditetapkan, apalagi yang kita tunggu

? Mari kita hitung bersama memakai rumus Mononobe, dengan memasukan nilai-

nilai yang diketahui : Intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 5 Tahun dengan

R24 = 2395,37 mm/24 jam

-) Untuk 5 menit (0,08 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (0,08)
24

= 4,352, 67 mm/jam

-) Untuk 10 menit (0,16 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= ( )
24 0,08
= 2742,01 mm/jam

-) Untuk 15 menit (0,25 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (0,08)
24

= 2092,54 mm/jam

-) Untuk 20 menit (0,33 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (0,33)
24

=1727,36

-) Untuk 30 menit (0,5 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (0,5)
24

=1318,22
-) Untuk 60 menit (1 jam)
2395,37 24 2/3
𝐼= (1)
24

=830,42

-) Untuk 120 menit (2 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (2)
24

=523,13

-) Untuk 240 menit (4 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (4)
24

=329,55

-) Untuk 300 menit (5 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (5)
24

=284,00

-) Untuk 720menit (12 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (12)
24

=158,43

-) Untuk 1440menit (24 jam)


2395,37 24 2/3
𝐼= (24)
24
=99,80
Perhitungan Intensitas Hujan Rencana dengan Rumus Mononobe

Durasi Curah Hujan Harian Maksimum 24 Jam (R24) (mm/24 jam)


(Jam) 5 Tahun 10 Tahun 25 Tahun 50 Tahun
2395,37 2777,66 3291,58 3662,70
Intensitas Hujan Rencana dengan rumus Mononobe (mm/Jam)

0,08 4352,67 5047,34 5981,19 6655,56


0,16 2742,01 3179,62 3767,91 4192,74
0,25 2092,54 2426,50 2875,45 3199,66
0,33 1727,36 2003,03 2373,63 2641,26
0,5 1318,22 1528,60 1811,42 2015,66
1 830,42 962,960 1141,12 1269,78
2 523,13 606,62 718,86 799,91
4 329,55 382,15 452,85 503,91
5 284,00 329,32 390,25 434,26
12 158,43 183,71 217,71 242,25
24 99,80 115,73 137,14 152,61
Intensitas hujan diperlukan untuk menentukan besarnya debit atau
kapasitas pompa dengan asumsi bahwa dalam satu hari terdapat satu jam hujan.
Klasifikasi curah hujan berdasarkan intensitas dapat dilihat di table

Klasifikasi Curah Hujan Berdasarkan Intensitas Curah Hujan


Klasifikasi Curah Curah Hujan (mm)
Hujan 1 jam 24 jam

Hujan Sangat Ringan <1 <5

Hujan Ringan 1-5 5-20

Hujan Normal 5-10 20-50

Hujan Lebat 10-20 50-100

Hujan Sangat Lebat >20 >100

Air Limpasan
Air limpasan (surface run off) merupakan bagian dari hujan yang mengalir
dalam bentuk tipis di permukaan tanah dan akan masuk ke jalur-jalur yang
kemudian menjadi anak sungai dan akhirnya bergabung menjadi aliran sungai
menuju danau maupun lautan. Proses ini akan mempengaruhi debit air sungai,
apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai maka akan terjadi luapan
pada tebing sungai maka sehingga akan terjadi banjir
Berdasarkan kondisi topografi dilapangan diperoleh grade (_____)% dengan
kondisi topografi digunakan untuk tempat tinggal dan tanam-tanaman maka
koefisien limpasan yang digunakan adalah 0,4
Nilai Koefisien Air Limpasan (c) Daerah Pengamaan
No Keadaan Kondisi Daerah Air Limpasan C
Topografi
a. Sawah dan rawa-rawa 0,2
1 Datar (<3%) b. Hujan tropik dan 0,3
perkebunan 0,4
c. Tempat tinggal dan
tanam-tanaman
No Keadaan Kondisi Daerah Air Limpasan C
Topografi
a. Hutan dan perkebunan 0,4
2 Curam (3-15%) b. Tempat tinggal dan 0,5
tanam-tanaman 0,6
c. Semak-semak 0,7
d. Tanah gundul daerah
penimbunan
a. Hutan 0,6
b. Tempat tinggal dan 0,7
3 Curam Sekali tanam-tanaman 0,8
c. Semak-semak agak jarang 0,9-
d. Tanah gundul dan daerah 10
tambang
Sumber :Open Channel Hydraulic oleh Van The Cow

5.1 saluran Terbuka (Open Channel)


Koefisien air limpasan (C) adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah (air limpasan) dengan curah hujan. Dalam penentuan koefisien
limpasan mempertimbangkan kemiringan lahan dan kondisi daerah
pengaliran.
a. Debit Air Tambang
b. Debit air limpasan maksimum dihitung dengan rumus rasional, yaitu :
Q = 0,278.C.I.A m3/detik
Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = intensitas hujan rencana (mm/jam), dihitung menggunakan
mononobe.
A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

C = 0,9

I = 7,65 mm/jam

A = 0,656 km2

Q = 0,278.C.I.A

=0,278 X 0,9 X 7,68 X 0,656

=1,26056 m3/detik

Perhitungan Dimensi Saluran Terbuka.


Setelah debit air tambang diketahui, langkah berikutnya adalah penentuan
dimensi saluran terbuka menggunakan rumus manning yaitu:
1
𝑄 = 𝐴 ( ) 𝑅2/3 𝑆 m3/detik
𝑛
Keterangan :
A = Luas penampang basah saluran terbuka (m2)
Q = Debit aliran (m3/detik)
n = kofisien kekerasan dinding dinding saluran
R = Jari-jari hidrolik (A/P)
𝐼
Z = 𝑡𝑎𝑛65𝑜

=0,47 m

t = 2[√𝑧 2 + 1 − 𝑧] h

t = 2[√0,472 + 1 − 0,47] 0,5

= 0,75m = 1 m
𝑡
B=
2

1
= = 0,5 m
2

F = [t x 2 ]

= [0,75 x 2 ] 0,5

= 0,98 m

D = t + 2n √1 + 𝑧 2

= 1 + 2 x 0,5 √1 + 0,582

= 2,01 m
𝑓
R=
𝑑

0,98
=
2,01

= 0,49 m
Jadi dalam merancang kolam pengandapan terdapat beberapa factor yang
harus dipertimbangkan, antara lain ukuran dan bentuk butiran padatan, kecepatan
aliran, persen padatan, dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan hasil
rancangan dapat digunakan secara optimal.

T= 1,o m

I=0,5

D=2.01m
H=-0,5

B = 0,8m

𝛼 = 65𝑜

D = 2,01 m

H = 0,5

B = 0,8

T = 1,0m

I = 0,5 m

Jadi,

Qmat = K X F X 𝑃2𝐼3 X 𝑆 1/2

=44 X 0,98 X 0,492𝐼3 X 0,35

= 9,38 𝑀2 /detik

5.3 Kajian Hidrogeologi


Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajaritentang air, meliputi
distribusi, pergerakan, proses, dan kandungan kimia air dibumi. Geologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi, daripermukaan
hingga ke bagian intinya. Hal-hal yang dipelajari dalam geologi antaralain
struktur, komposisi (batuan– batuan pembentuk kerak bumi),
proses(dinamika, tektonik), sisa – sisa kehidupan masa lampau
(paleontologi), sertasejarah pembentukan. Dengan demikian hidrogeologi
merupakan ilmu yangmempelajari tentang hubungan antara material–material
penyusun bumi denganproses–proses air atau ilmu yang mempelajari
keterdapatan, penyebaran, danpergerakan air yang ada di bawah permukaan bumi
dengan penekanan kaitannyaterhadap kondisi geologi.
Kajian hidrogeologi terletak pada prinsip-prinsip dasarkeilmuan meliputi
hukum kekekalan masa dan proses– proses serta gejala– gejala yang
berhubungan dengan bagaimana dan mengapa aliran airtanah terjadi,distribusi
airtanah di bumi, unsur-unsur kimia yang terdapat dalam airtanah,
sertadampak lingkungan dari adanya aliran airtanah.
Memahami definisi yang berkaitan dengan hidrogeologi Memahami akifer
dan jenis media akifer Memahami konsep tipologi dan geometri akifer
Memahami konsep dasar cekungan hidrogeologi dan siklus airtanah Definisi
Istilah Bidang Sumberdaya Air Hidrometeorologi : Ilmu yang mempelajari
keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer. Hidrologi : Ilmu yang mempelajari
keterdapatan dan sifat fisik – hidrolik air permukaan. Hidrogeologi : Ilmu
yang mempelajari keterdapatan, sifat fisik – hidrolik, dan perilaku airtanah
(zona jenuh).
Berbagai Bidang Kajian Hidrogeologi BidangContoh Kajian Penyediaan
air bersih Eksplorasi airtanah untuk penyediaan air bersih Perencanaan
wilayah Survei potensi airtanah di kawasan binaan Pencemaran airtanah
Pencemaran limbah industri Masalah geologi teknik Tanah longsor dan
penurunan permukaan tanah Eksplorasi hidrokarbon hidrodinamika airtanah
untuk melacak migrasi minyak Eksplorasi endapan mineral Alterasi
Hidrotermal Energi panas bumi Aliran airtanah di kawasan lapangan panas
bumi Intrusi air laut Survei salinitas dalam airtanah
5.4 Penggendalian Air Tanah
Penyaliran tambang dapat diterapkan untuk pengendalian air pada
tambang terbukadengan meminimalkan air yang masuk ke dalam front
penambangan serta mengeluarkan air dari area front penambangan (proses
pemompaan). Untuk dapat melakukan pengendalian air tambang dengan baik
perlu diketahui sumber dan perilaku air. Aspek-aspek seperti hidrologi dan
hidrogeologi, meliputi pengetahuan daur hidrologi, curah hujan, infiltrasi, air
limpasan dan air tanah serta teknik penyaliran tambang merupakan dasar-dasar
perencanaan yang perlu diperhatikan yang dipelajari melalui ilmu penyaliran
tambang.Pengendalian air tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Mine Drainage : merupakan upaya untuk mencegah masuk/mengalirnya air ke
areal front kerja. Hal ini umumnya untuk dilakukan untuk menangani airtanah dan
air yang berasal dari sumber air permukaan, misalnya : metode pengalihan aliran
air permukaan (river diversion, pembuatan paritan dsb)
2. Mine Dewatering : merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk
ke dalam tambang. Cara penanganannya dengan pembuatan sump (sumuran
tunda), system paritan, dan system pemompaan.Tujuan dari Sistem penyaliran Air
Tambang adalah untuk membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering
karena bila tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah, misalnya adalah lokasi
kerja tergenang, jalan tambang becek dan licin, stabilitas lereng tambang rawan
longsor, peralatan tambang cepat rusak, kesulitan dalam mengambil contoh
(sampling), efisiensi kerja menurun, dan terancamnya keselamatan pekerja
maupun kesehatannya. Yang harus diperhatikan dalam sistem penyaliran tambang
adalah pengontrolan jumlah air tambang yang ada. Air dalam jumlah tertentu
diperlukan untuk aktifitas-aktifitas yang lainnya seperti untuk mengurangi
konsentrasi debu di jalan tambang atau crushing plant, sebagai media pemisahan
dan pencucian dalam pengolahan bahan galian, keperluan sehari-hari di kantor
dan perumahan.Sistem Penyaliran Air tambang pada makalah ini dititikberatkan
pada metode atau penanggulangan air pada tambang terbuka saja. Penyaliran air
tambang dapat berupa Pencegahan atau pengendalian air masuk ke lokasi
penambangan. Secara umum, perusahaan cenderung menggunakan salah satu cara
saja dengan pertimbangan biaya tanpa mengurangi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) didalam penambangan Batubara. Hal penting yang perlu diperhatikan
didalam sistem penyaliran tambang adalah bagaimana cara memprediksikan
kapan cuaca ekstrim terjadi, yaitu dimana aliran air tanah dan limpasan
sangat membahayakan front penambangan. Ketika pengambilan keputusan untuk
memilih salah satu cara penyaliran saja tanpa memperhitungkan kondisi cuaca
ekstrim, maka bila terjadi banjir di dalam front penambangan semua akan sia-sia
dan biaya pun akan membengkak. Hal ini menyebabkan, kondisi cuaca pada
tambang terbuka sangat berperan besar efeknya terhadap aktivitas penambangan
dan apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka front penambangan
akan terhindar dari kondisi yang membahayakan karyawan dan peralatan mekanis
yang di pergunakan.
5.4.1 Efek Air Tambang
Efek dari air tambang sebenarnya mudah dilihat, yaitu kebanyakan
menyangkuttentang biaya dan keselamatan serta kesehatan pekerja. Efek Air
Tambang dapat dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu Efek secara langsung dan
Efek secara Tidak Langsung, yaitu :
a. Efek langsung dari air terhadap penambangan
1. Biaya Penyaliran dapat berupa air yang ada di proses untuk keperluan
bahan galian dan sebagainya
2. Terjadinya longsoran akibat resapan air sehingga menghentikan aktifitas
produksi dan merusak fron penambangan, perolehan bijih menjadi rendah,
atau bahkan dapat menyebabkan kecelakaan tambang.
b. Efek air tak langsung terhadap penambangan
1.Mengurangi efisiensi kerja karyawan, peralatan dan menghambat
penangan material
2.Menambah waktu dan biaya perawatan (Maintenance) alat
3.Mengganggu aktifitas peledakan di lapangan
4. Jika terjadi runtuhan dapat membawa gas-gas beracun
5.Menghasilkan lumpur jika lereng mengalami longsor
6. Perusahaan harus membeli material yang tahan air (Waterproof) untuk
melindungi produk.
5.4.2 Pengendalian dan Pencegahan Air Tambang
Terdapat dua cara didalam pengendalian air tambang yang jika air sudah
terlanjur masuk kedalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka
(Sump) atau dengan membuat paritan dan membuat adit. Sistem penyaliran
dengan membuat kolam terbuka (Sump) atau membuat paritan biasanya ideal
dibuat pada tambang open cast atau quary karena dapat memanfaatkan gravitasi
untuk mengalirkan airnya dari bagian puncak dari lokasi yang lebih tinggi menuju
tempat yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada posisi ini lebih efisien,
efektif dan hemat energi.
Pada tambang Open pit menggunakan pompa menjadi sangat vital untuk
menaikkan air dari dasar tambang kepermukaaan atau kerja pompa pun cukup
berat. Kadang-kadang tidak cukup digunakan hanya dengan 1 unit pompa, tetapi
harus beberapa pompa yang dihubungkan seri untuk membantu daya dorong dari
dasar sampai permukaan. Hal ini menyebabkan biaya atau ongkos pompa menjadi
lebih besar. Sedangkan pada sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang
terbuka Open Pit dengan syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah
tempat membuat sumuran dan adit agar air dapat keluar.
Pencegahan air tambang bertujuan untuk mengupayakan air tambang agar
tidak masuk kedalam front penambangan. Dengan cara ini maka kegiatan
penambngan tidak akan terganggu. Salah satu cara pencegahan agar air tambang
tidak masuk ke lokasi kerja penambngan telah diuraikan yaitu dengan membuat
sumur terbuka (sump) di uar area penambangan. Cara pencegahan air tambang
yang lainnya dapat berupa metode Siemens, electro-osmosis, dan pemotongan
aliran air tanah

5.5 Penentuan Jumlah Pompa


Dalam proses penambangan sering kali dijumpai kendala berupa
tergenangnya front kerja, hal ini dapat mengakibatkan terhambat bahkan
terhentinya kegiatan penambangan. Penanganan air tambang dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Antara lain dengan menggunakan system drainage dan
system dewatering.
Penerapan kedua sistem tersebut dapat dilakukan secara kombinasi
ataupun hanya menerapkan salah satu system saja.
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan air tambang antara lain :
a. Sump yang digunakan tidak dapat menampung debit air yang masuk ke
dalam tambang (sump meluap)
b. Debit air yang masuk terlalu besar
c. Perlu dilakukan pengeringan terhadap pit yang akan dilakukan
penambangan kembali
d. Kombinasi pompa yang kurang sesuai sehingga tidak dapat menangani air
yang masuk ke dalam pit
e. Lokasi sump yang kurang sesuai sehingga penganan air tambang tidak
optimal
f. Kedalaman pit yang terlalu dalam sehingga tidak sesuai dengan
kemampuan pompa
g. System drainage yang tidak dapat menangani debit air limpasan (system
drainage meluap)
h. Lokasi system drainage yang kurang tepat

Ada beberapa pencegahan / solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi


atau mencegah hal tersebut diatas antara lain :
Perlu dilakukan design sump yang sesuai dengan debit air limpasan dan
debit pompa yang ada sehingga sump tersebut dapat menampung debit air yang
masuk pada durasi dan intensitas maksimum
Debit air yang masuk dipengaruhi oleh intensitas hujan yang terjadi dan
luasan catchment area (untuk mengukur luasan catchment area lihat posting
sebelumnya Penangan air tambang). Untuk memperkecil catchment area dapat
dilakukan dengan memotong catchment dalam hal ini menerapkan system
drainage (saluran).Dengan diperkecilnya catchment area tersebut maka debit air
yang harus di tangani dapat lebih kecil pula akibatnya dimensi sump dapat
diperkecil atau dapat mengurangi jumlah pompa yang digunakan. Kesemua hal
tersebut pada akhirnya akan mengurangi biaya operasional penanganan air
tambang.
Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang
tidak bisa dialirkan langsung menuju saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan
air yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluran penirisan dan
pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan dapat dihitung
dengan menggunakan metode ”rasional” dengan persamaan sebagai berikut:Q =
0,278 x C x I x A …………………………(3.9)
Dimana:

Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)


C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)
Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan “Manning” berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A ………………………… (3.10)
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
n = Koefisien kekerasan saluran
S = “gradien” kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis

5.6 Kolam Pengendapan

Kolam pengendap (sediment pond) adalah tempat untuk menangkap runoff


dan menahan air ketika tanah dan kotoran lain dalam air mengendap menjadi
sedimen. Kebanyakan kolam pengendap diperlukan karena air keluaran yang
mengandung banyak Total Suspended Solid atau residu tersuspensi yang
melampaui baku mutu kualitas keluaran air. Secara garis besar kolam pengendap
bisa dibuat dengan membangun tanggul penahan atau menggali lubang untuk
tampungan air atau sedimen. Kolam pengendap berbeda dengan sebuah dam
dimana bertujuan untuk menahan air hanya selama untuk mengendapkan material
tersuspensi, setelah air jernih, air tersebut bisa dialirkan.
Kolam pengendap juga harus dipelihara, dimana bila sediment telah
mengendap dan mencapai kadar air tertentu dimana bisa dibuang, maka
pembuangan atau pengerukan kolam dilakukan. Kolam pengendap selain sebagai
tempat untuk mengendapkan material tersuspensi, di area tambang juga berfungsi
sebagai penampungan air limbah yang mengandung logam berat (Fe dan Mn) dan
air yang mengandung asam (pH < 6), dimana di dalam tampungan tersebut
dilakukan perlakuan penetralan air limbah atau tercemar sehingga bisa menjadi
normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh Pemerintah. Di
kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment berupa pengapuran,
pemberian alum, aerasi, dan perlakuan-perlakuan lainnya sesuai dengan kondisi
kandungan limbahnya.

A. Ukuran partikel.
Luas kolam pengandapan secara analitis dapat dihitung berdasarkan
parameter dan asumsi sebagai berikut:
a. Hokum Stope berlaku bila persen padatan kurang dari 40% dan
untuk persen padatan leih dari 40 % berlaku hokum Newton
b. Diameter partikel padatan tidak lebih dari 9 x 10-6 m, karena jika
lebih besar akan diperoleh ukuran luas kolam yang tidak
memadai.
c. Kekentalan air 1,31 x 10-6 kg/ms (Rijin, L.C.Fan, Tahun 1985).
d. Partikel padatan dalam lumpur material yang sejenis.
e. Batasan ukuran partikel yang diperbolehkan keluar dari kolam
pengendapan diketahui.
f. Kecepatan pengendapan partikel.
g. Perbandingan cairan dan padatan telah ditentukan.

B. Bentuk Kolam Pengendapan.


Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara
seerhana, berupa kolam pengendapan bermacam-macam tergantung
dari kondisi lapangan dan keperluannya. Meskipun bentuknya
bermacam-macam, setiap kolam pengendapan akan selalu
mempunyai empat zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Empat zona tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk kedalam kolam
pengendapan dengan asumsi campuran alir dan padatan
terdistribusi secara seragam. Zona ini panjangnya setengah
sampai satu kali panjang pengendapan kolam. (Huisman L.
1977).
2. Zona pengendapan, tempat dimana zona partikel padatan akan
mengendap. Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam
pengendap dikurangi panjang zona masuk dan keluar.
3. Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam
cairan mengalami pengendapan dan terkumpul didasar kolam
pengendapan. (Huisman L 1977).
4. Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih
panjang zona ini kira-kira sama dengan kedalaman kolam
pengendapan yang diukur dari ujung lubang pengendapan.
(Huisman L. 1977).
a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkeok-kelok
(zig-zag), lihat Gambar 5.5 agar kecepatan aliran lumpur
relative rendah, sehingga partikel padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan
ukuran Back hoe yang biasanya dipakai untuk melakukan
perawatan kolam pengendapan, seperti mengeruk lumpur
dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.
Gambar desain kolam pengendapan dapat dilihat pada
gambar 5.4
Rancangan Kolam Pengandapan

Perhitungan ukuran kolam pengendapan dapat dilakukan dengan dua cara,


yaitu dengan menggunakan hokum Stokesatau hokum Newton. Namun
perhitungan yang akan dilakukan dibawah adalah menggunakan hokum Stokes.

Persen padatan kurang dari 40%

Berdasarkan pengamatan dan pengukuran di lapangan diketahui:

- Jumlah air tambang (Qmat) = 9,38 𝑚3 /jam


- Persen padatan (Sol) = 0,01
- Persen air (Air) =0,99

Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat dihitung :

- Berat padatan per m3 = Sol x Qmat x 1000


= 0,01 x 9,38 m3/jam x 1000 kg
= 93,8 kg
- Berat per m3 = Air x Qmat x 1000
= 0,99 x 93,8 m3/jam x 1000 kg
= 92,862
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 3
- Volume padatan per detik = m /detik
𝑝𝑠 𝑥 24 𝑥 60
93,8
=
2730 𝑥 24 𝑥 60
= 0,00002386 m3/detik
92,862
- Volume air per detik =
1000 𝑥 24 𝑥 60

= 0,0000644875m3/detik

- Total volume per detik = (0,00002386 +


0000644875]m3/detik

=
𝐺 𝑥 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑥 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 (𝑝𝑠−𝑟ℎ𝑜)
18 𝑥 𝑉𝑡𝑠

9,8 𝑥 2.10−6 2.10−6 (2730−1000)


=
18 𝑥 1,31.10−6

Anda mungkin juga menyukai