63
Gambar 1. Siklus
Menurut Wiersum (1979, dalam Lieshout, tanpa tahun) selama siklus atau
sub siklus hidrologi maka air akan mempengaruhi kondisi lingkungan baik secara
fisik, kimia ataupun biologi. Efek fisik akan terlihat selama proses gerakan air
sehingga menimbulkan erosi pada bagian hulu dan sedimentasi pada bagian hilir.
Efek kimia terlihat setelah proses kimiawi antara air yang mengandung bahan
larutan tertentu dengan kimia batuan sehingga batuan tersebut terlapukkan,
sedangkan efek biologi terutama sebagai media transport bagi perpindahan
binatang karang serta media bagi pertumbuhan tanaman.
Analisis kuantitatif dari konsep siklus hidrologi dapat didekati dengan dua
cara yang berbeda, yaitu sederhana dan komplek. Pendekatan sederhana
berlandaskan pada persamaan kontinuitas dalam bentuk neraca air atau hidrologi
(lihat Persamaan 1)
Inflow = Outflow ± Storage ............................... 1.
Tabel 2.
Perhitungan Total Hujan Tahunan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mey Juni July Aug Sep Oct Nov Des Total
2006 47 196 280 204 132 148 39 133 30 135 172 201 1716
2007 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71 1417
2008 151 180 156 74 96 71 113 223 54 90 90 145 1443
2009 194 129 120 81 109 113 76 88 53 41 154 59 1217
2010 90 159 321 93 34 47 47 158 168 55 98 226 1496
2011 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86 2729
2012 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168 2115
2013 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177 1958
2014 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269 2544
2015 357 121 363 204 360 56 53 50 40 86 118 208 2016
2500
januari
2000 februari
maret
1500
april
mey
1000
juni
500 july
agustus
0 septembe
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 total r
𝑅24 24 2/3
𝐼= (𝑡) mm/jam ………….(pers.5.4)
24
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
T = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm)
Data
Periode Intensitas (mm/ 24
Ulang Jam)
5 Tahun 2395,37
10 Tahun 2777,66
25 Tahun 3291,58
45 Tahun 3622,70
tahun, 25 tahun, 45 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu
hujan, yakni 5 menit, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, 1440 menit. (ingat
sebelum dimasukan ke dalam rumus Mononobe data menit harus dikonversi
kedalam jam)
Data R24 sudah ada dan durasi waktu sudah ditetapkan, apalagi yang kita tunggu
? Mari kita hitung bersama memakai rumus Mononobe, dengan memasukan nilai-
nilai yang diketahui : Intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 5 Tahun dengan
= 4,352, 67 mm/jam
= 2092,54 mm/jam
=1727,36
=1318,22
-) Untuk 60 menit (1 jam)
2395,37 24 2/3
𝐼= (1)
24
=830,42
=523,13
=329,55
=284,00
=158,43
Air Limpasan
Air limpasan (surface run off) merupakan bagian dari hujan yang mengalir
dalam bentuk tipis di permukaan tanah dan akan masuk ke jalur-jalur yang
kemudian menjadi anak sungai dan akhirnya bergabung menjadi aliran sungai
menuju danau maupun lautan. Proses ini akan mempengaruhi debit air sungai,
apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai maka akan terjadi luapan
pada tebing sungai maka sehingga akan terjadi banjir
Berdasarkan kondisi topografi dilapangan diperoleh grade (_____)% dengan
kondisi topografi digunakan untuk tempat tinggal dan tanam-tanaman maka
koefisien limpasan yang digunakan adalah 0,4
Nilai Koefisien Air Limpasan (c) Daerah Pengamaan
No Keadaan Kondisi Daerah Air Limpasan C
Topografi
a. Sawah dan rawa-rawa 0,2
1 Datar (<3%) b. Hujan tropik dan 0,3
perkebunan 0,4
c. Tempat tinggal dan
tanam-tanaman
No Keadaan Kondisi Daerah Air Limpasan C
Topografi
a. Hutan dan perkebunan 0,4
2 Curam (3-15%) b. Tempat tinggal dan 0,5
tanam-tanaman 0,6
c. Semak-semak 0,7
d. Tanah gundul daerah
penimbunan
a. Hutan 0,6
b. Tempat tinggal dan 0,7
3 Curam Sekali tanam-tanaman 0,8
c. Semak-semak agak jarang 0,9-
d. Tanah gundul dan daerah 10
tambang
Sumber :Open Channel Hydraulic oleh Van The Cow
C = 0,9
I = 7,65 mm/jam
A = 0,656 km2
Q = 0,278.C.I.A
=1,26056 m3/detik
=0,47 m
t = 2[√𝑧 2 + 1 − 𝑧] h
= 0,75m = 1 m
𝑡
B=
2
1
= = 0,5 m
2
F = [t x 2 ]
= [0,75 x 2 ] 0,5
= 0,98 m
D = t + 2n √1 + 𝑧 2
= 1 + 2 x 0,5 √1 + 0,582
= 2,01 m
𝑓
R=
𝑑
0,98
=
2,01
= 0,49 m
Jadi dalam merancang kolam pengandapan terdapat beberapa factor yang
harus dipertimbangkan, antara lain ukuran dan bentuk butiran padatan, kecepatan
aliran, persen padatan, dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan hasil
rancangan dapat digunakan secara optimal.
T= 1,o m
I=0,5
D=2.01m
H=-0,5
B = 0,8m
𝛼 = 65𝑜
D = 2,01 m
H = 0,5
B = 0,8
T = 1,0m
I = 0,5 m
Jadi,
= 9,38 𝑀2 /detik
A. Ukuran partikel.
Luas kolam pengandapan secara analitis dapat dihitung berdasarkan
parameter dan asumsi sebagai berikut:
a. Hokum Stope berlaku bila persen padatan kurang dari 40% dan
untuk persen padatan leih dari 40 % berlaku hokum Newton
b. Diameter partikel padatan tidak lebih dari 9 x 10-6 m, karena jika
lebih besar akan diperoleh ukuran luas kolam yang tidak
memadai.
c. Kekentalan air 1,31 x 10-6 kg/ms (Rijin, L.C.Fan, Tahun 1985).
d. Partikel padatan dalam lumpur material yang sejenis.
e. Batasan ukuran partikel yang diperbolehkan keluar dari kolam
pengendapan diketahui.
f. Kecepatan pengendapan partikel.
g. Perbandingan cairan dan padatan telah ditentukan.
= 0,0000644875m3/detik
=
𝐺 𝑥 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑥 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 (𝑝𝑠−𝑟ℎ𝑜)
18 𝑥 𝑉𝑡𝑠