Golongan IV, yaitu psikotropika dengan daya adiktif ringan dan boleh digunakan
untuk pengobatan. Contoh jenis psokotropika golongan ini adalah diazepam,
nitrazepam (dumolid, mogadon, BK), dan masih banyak lagi. (Soetrisno,
Trimulya, & Riyanto, 2015)
1. Diazepam
Diazepam adalah salah satu jenis obat benzodiazepine yang dapat memengaruhi
sistem saraf otak dan memberikan efek penenang. Diazepam bekerja dengan cara
mempengaruhi neurotransmiter, yang berfungsi memancarkan sinyal ke sel otak.
Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, insomnia, kejang-
kejang, gejala putus alkohol akut, serta digunakan sebagai obat bius sebelum
operasi.
Diazepam tidak disarankan untuk digunakan secara jangka panjang, dan maksimal
umumnya hanya sekitar 4 minggu. Efek obat ini bisa bertahan selama beberapa
jam atau bahkan beberapa hari setelah dikonsumsi.
Merek dagang: Prozepam, Valdimex, Trazep, Valisanbe
Tentang Diazepam
Golongan Benzodiazepine
Kategori Obat resep
- Gangguan kecemasan
- Insomnia
- Melemaskan otot kejang
- Kejang karena epilepsi atau kejang demam
- Gejala putus alkohol
Manfaat - Anestesi
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetap
Kategori kehamilan besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya
dan menyusui misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Bentuk obat Tablet, sirup, suntik, supositorial rektal (lewat dubur)
Nama lain Valium
Dosis Diazepam
Taatilah selalu anjuran dari dokter dalam menggunakan diazepam. Berikut ini
adalah dosis diazepam secara umum untuk orang dewasa dan anak-anak:
Tujuan Dosis
Anak: 1-2,5 mg/hari. Dosis dapat dinaikkan secara perlahan jik
diperlukan.Dewasa: 2 mg tiga kali sehari. Dosis maksimal adalah 30
mg/hari.
Meredakan kecemasan
Anak: 2-40 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosis sesuai dengan
anjuran dokter.Dewasa: 2-15 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosi
Mengatasi kejang otot sesuai dengan anjuran dokter. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingg
atau myasthenia gravis 60 mg/hari, khususnya bagi penderita kondisi parah seperti celebral palsy.
Mengatasi kejang- Dewasa: 2-60 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosis sesuai dengan
kejang anjuran dokter.
Mengobati gejala Dewasa: 5-20 mg setiap 2-4 jam sekali. Dosis dapat dinaikkan atau
putus alkohol akut dikurangi sesuai anjuran dokter.
Anak: 1-2,5 mg tiga sampai empat kali sehari. Dosis dapat dinaikkan sesua
Mengobati insomnia keperluan.Dewasa: 5-15 mg sebelum tidur.
Sebagai anestesi pra-
operasi Anak: 0,1-0,2 mg/kg.Dewasa: 0,1-0,2 mg/kg.
Bagi lansia, dosis akan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan penyakit yang
dialami. Umumnya, dosis untuk mereka adalah setengah dari dosis orang dewasa.
Untuk diazepam dalam bentuk suntik atau supositoria rektal, dokter akan
menyesuaikannya dengan kondisi pasien di rumah sakit.
2. Dumolid
Konsumsi obat terlalu sering, bahkan dosis lebih tinggi, dari yang
diresepkan, ini berefek negatif pada tubuh orang tersebut.
Depresi
Gangguan emosi
Mengantuk berlebihan
Penanganan
Jika memang sudah terlanjur kecanduan obat ini, maka cara untuk
menghentikannya, satu-satunya adalah konsultasi ke dokter. Jika Anda
memaksa menghentikan penggunaan obat golongan
benzodiazepine dengan tanpa pengawasan dokter, benar-benar berbahaya,
lebih baik Anda tidak bermain-main dengan kesehatan Anda sendiri.
Umumnya dapat muncul gejala withdrawal symptom atau gejala putus zat.
Satu-satunya cara yang dapat dilakukan biasanya yakni dengan
menurunkan dosis yang digunakan, namun tidak sekaligus, melainkan
dengan bertahap. Setelahnya akan dibutuhkan proses rehabilitasi jangka
panjang. Rehabilitasi tersebut menggunakan pendekatan TC, atau
Therapeutic Community. Dengan begitu, lingkungan akan bisa mendukung
usaha dalam menghentikan kecanduan yang dialami oleh pasien.
Daftar Pustaka
Asmawati Desa. (2002). Psikologi Untuk Golongan Profesional. Universiti
Kebangsaan Malaysia: McGraw-Hill (Malaysia) Sdn. Bhd.
Ciptasari, D., Nuswowati, M., & Sumarni, W. (2015). PEMBELAJARAN ZAT
ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BERPENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING. Unnes Science Education Journal, 4(1), 756–
762. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej%0A
Soetrisno, S., Trimulya, D. M., & Riyanto, S. (2015). HUBUNGAN
PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN
PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA.
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI, 1(3). Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/jkr/article/view/5751
Sugianto. (2013). Penanggulangan Penyalahguna NAPZA di Provinsi Jawa Barat.
Puslitbangkeoss Kementerian Sosial RI, 18.