Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Pemanfaatan psikotropika golongan 4 yang umum di masyarakat

Psikotropika menurut pasal 1 UU No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah


zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Berdasarkan UU No 5 tahun 1997, Psikotopika dikelompokan dalam golongan I,
II, III dan IV. Namun berdasarkan UU No 35 tahun 2009, golongan I dan II
psikotropika tersebut dipindahkan dalam golongan I Narkotika. Adapun golongan
III psikotropika terdiri dari 9 (sembilan) zat/ senyawa, diantaranya : Amobarbital,
Flunitrazepam, Bromazepam, dan lain – lain. Sedangkan Golongan IV terdiri dari
60 (enam puluh) zat/ senayawa, diantaranya : Allobarbital, Alprazolam, Aminorex,
Etil amfetamina, Vinilbital, dan lain – lain.
Psikotropika adalah obat keras bukan narkotika, digunakan dalam dunia
pengobatan sesuai Permenkes RI No. 124/Menkes/Per/II/93, namun dapat
menimbulkan ketergantungan psikis fisik jika dipakai tanpa pengawasan akan
sangat merugikan karena efeknya sangat berbahaya seperti narkotika. Psikotropika
merupakan pengganti narkotika, karena narkotika mahal harganya.
Penggunaannya biasa dicampur dengan air mineral atau alkohol sehingga efeknya
seperti narkotika.

Zat yang termasuk psikotropika antara lain:


1) Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
2) Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis
maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang
dapat mengganggu sistem syaraf pusat, seperti:
3) Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)
berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya
dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, Narkotika dan


Psikotropika dikelompokkan sebagai berikut:
1) Halusinogen, yaitu efek dari Narkotika dan Psikotropika bisa
mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda
yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis
tertentu. Contohnya kokain & LSD.
2) Stimulan, yaitu efek dari Narkotika dan Psikotropika yang bisa
mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari
biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung
membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
3) Depresan, yaitu efek dari Narkotika dan Psikotropika yang bisa menekan
sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai
merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw.

Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas


digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

Golongan IV, yaitu psikotropika dengan daya adiktif ringan dan boleh digunakan
untuk pengobatan. Contoh jenis psokotropika golongan ini adalah diazepam,
nitrazepam (dumolid, mogadon, BK), dan masih banyak lagi. (Soetrisno,
Trimulya, & Riyanto, 2015)

1. Diazepam

Diazepam adalah salah satu jenis obat benzodiazepine yang dapat memengaruhi
sistem saraf otak dan memberikan efek penenang. Diazepam bekerja dengan cara
mempengaruhi neurotransmiter, yang berfungsi memancarkan sinyal ke sel otak.
Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, insomnia, kejang-
kejang, gejala putus alkohol akut, serta digunakan sebagai obat bius sebelum
operasi.

Diazepam tidak disarankan untuk digunakan secara jangka panjang, dan maksimal
umumnya hanya sekitar 4 minggu. Efek obat ini bisa bertahan selama beberapa
jam atau bahkan beberapa hari setelah dikonsumsi.
Merek dagang: Prozepam, Valdimex, Trazep, Valisanbe

Tentang Diazepam

Golongan Benzodiazepine
Kategori Obat resep
- Gangguan kecemasan
- Insomnia
- Melemaskan otot kejang
- Kejang karena epilepsi atau kejang demam
- Gejala putus alkohol
Manfaat - Anestesi
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetap
Kategori kehamilan besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya
dan menyusui misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Bentuk obat Tablet, sirup, suntik, supositorial rektal (lewat dubur)
Nama lain Valium

Dosis Diazepam

Taatilah selalu anjuran dari dokter dalam menggunakan diazepam. Berikut ini
adalah dosis diazepam secara umum untuk orang dewasa dan anak-anak:
Tujuan Dosis
Anak: 1-2,5 mg/hari. Dosis dapat dinaikkan secara perlahan jik
diperlukan.Dewasa: 2 mg tiga kali sehari. Dosis maksimal adalah 30
mg/hari.
Meredakan kecemasan
Anak: 2-40 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosis sesuai dengan
anjuran dokter.Dewasa: 2-15 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosi
Mengatasi kejang otot sesuai dengan anjuran dokter. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingg
atau myasthenia gravis 60 mg/hari, khususnya bagi penderita kondisi parah seperti celebral palsy.
Mengatasi kejang- Dewasa: 2-60 mg/hari yang dibagi ke dalam beberapa dosis sesuai dengan
kejang anjuran dokter.
Mengobati gejala Dewasa: 5-20 mg setiap 2-4 jam sekali. Dosis dapat dinaikkan atau
putus alkohol akut dikurangi sesuai anjuran dokter.
Anak: 1-2,5 mg tiga sampai empat kali sehari. Dosis dapat dinaikkan sesua
Mengobati insomnia keperluan.Dewasa: 5-15 mg sebelum tidur.
Sebagai anestesi pra-
operasi Anak: 0,1-0,2 mg/kg.Dewasa: 0,1-0,2 mg/kg.
Bagi lansia, dosis akan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan penyakit yang
dialami. Umumnya, dosis untuk mereka adalah setengah dari dosis orang dewasa.
Untuk diazepam dalam bentuk suntik atau supositoria rektal, dokter akan
menyesuaikannya dengan kondisi pasien di rumah sakit.

2. Dumolid

Dumolid sesungguhnya merupakan merk dagang bagi nitrazolam. Nitrazolam


adalah obat yang masuk ke dalam golongan benzodiazepine, dimanfaatkan dalam
mengatasi gangguan tidur, ansietas berat, serta gangguan panik. Jika seseorang
hendak membeli obat yang masuk ke dalam golongan benzodiazepine
membutuhkan resep dokter, tidak dijual bebas, karena jenis obat ini dapat
menyebabkan tingkat kecanduan tinggi, jadi harus digunakan dengan ekstra hati-
hati.

Termasuk obat penenang, banyak orang yang sering menyalahgunakannya. Di


mana rata-rata penyalahgunaan yang terjadi adalah:
 Konsumsi obat dengan alasan non medis
 Konsumsi obat tak menggunakan resep dokter

 Konsumsi obat terlalu sering, bahkan dosis lebih tinggi, dari yang
diresepkan, ini berefek negatif pada tubuh orang tersebut.

Beberapa efek samping obat Dumolid di antaranya adalah:

 Depresi
 Gangguan emosi

 Mengantuk berlebihan

 Gangguan koordinasi dan berbicara

 Bingung atau disorientasi

 Gangguan konsentrasi dan memori

 Penurunan pada tekanan darah

 Penurunan pada frekuensi nafas

Penanganan

 Jika memang sudah terlanjur kecanduan obat ini, maka cara untuk
menghentikannya, satu-satunya adalah konsultasi ke dokter. Jika Anda
memaksa menghentikan penggunaan obat golongan
benzodiazepine dengan tanpa pengawasan dokter, benar-benar berbahaya,
lebih baik Anda tidak bermain-main dengan kesehatan Anda sendiri.
Umumnya dapat muncul gejala withdrawal symptom atau gejala putus zat.
 Satu-satunya cara yang dapat dilakukan biasanya yakni dengan
menurunkan dosis yang digunakan, namun tidak sekaligus, melainkan
dengan bertahap. Setelahnya akan dibutuhkan proses rehabilitasi jangka
panjang. Rehabilitasi tersebut menggunakan pendekatan TC, atau
Therapeutic Community. Dengan begitu, lingkungan akan bisa mendukung
usaha dalam menghentikan kecanduan yang dialami oleh pasien.
Daftar Pustaka
Asmawati Desa. (2002). Psikologi Untuk Golongan Profesional. Universiti
Kebangsaan Malaysia: McGraw-Hill (Malaysia) Sdn. Bhd.
Ciptasari, D., Nuswowati, M., & Sumarni, W. (2015). PEMBELAJARAN ZAT
ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BERPENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING. Unnes Science Education Journal, 4(1), 756–
762. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej%0A
Soetrisno, S., Trimulya, D. M., & Riyanto, S. (2015). HUBUNGAN
PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN
PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA.
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI, 1(3). Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/jkr/article/view/5751
Sugianto. (2013). Penanggulangan Penyalahguna NAPZA di Provinsi Jawa Barat.
Puslitbangkeoss Kementerian Sosial RI, 18.

Anda mungkin juga menyukai