Anda di halaman 1dari 11

Artikel Penelitian

Uji Aktivitas Antibakteri Antara Jeruk Lemon (Citrus limon) dan Klindamisin Terhadap
Kuman Staphylococcus Epidemidis ATCC 12228

Marliani Hanifah Binti Mahmud


Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana Kampus II Ukrida Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Alamat Korespondensi: marliani.hanifah@gmail.com

Abstrak

Penyakit akne vulgaris adalah penyakit yang umumnya timbul pada remaja dan antibiotik
sebagai obat definitif menjadi kurang efektif karena adanya resistensi bakteri. Fenomena resistensi
ini mendorong peneliti di dunia untuk menemukan antibakteri alternatif dari tanaman seperti jeruk
lemon. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti efek ekstrak jeruk lemon terhadap kuman
Staphylococcus epidermidis ATCC12228. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sehingga
Juni 2016 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UKRIDA. Sampel pada penelitian
ini adalah bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC12228. Ekstraksi jeruk lemon digunakan
dengan etanol 10% sebagai pelarutnya dan sebagai perbandingan digunakan antibiotik
klindamisin. Penelitian ini menggunakan metode uji konsentrasi hambat minimum (KHM) dan uji
konsentrasi bakterisidal minimum (KBM). Kesimpulan yang didapat, ekstrak jeruk lemon
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC12228 yang relatif
sebanding dengan antibiotik klindamisin.

Kata kunci: akne vulgaris, klindamisin, Staphylococcus epidermidis ATCC12228, ekstrak lemon,
konsentrasi hambatan minimum (KHM), konsentrasi bakterisidal minimum (KBM)

Abstract

Acne vulgaris are commonly found among the teenagers. Antibiotic as a definitive
treatment is no longer an effective remedy due to bacterial resistency. This phenomena urge the
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

researchers around the world to discover alternative antibiotic from herbs and plants like lemon.
The purpose of this research is to observe the effect of lemon extract on Staphylococcus
epidermidis ATCC12228. This experiment were conducted during April until June 2016 at
Microbiology Laboratorium of UKRIDA Faculty of Medicine. The sample used in this experiment
is Staphylococcus epidermidis ATCC12228. Lemon extract with ethanol 10% as a solvent were
being compared to the conventional antibiotic, clindamysin. This experiments implement the
method of minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration
(MBC). Conclusions made shows that lemon extract and clindamysin had the relatively similar
antibacterial activities towards Staphyloccoccus epidermidis ATCC12228.

Keywords: Acne vulgaris, clindamysin, Staphylococcus epidermidis ATCC12228, lemon extract,


minimum inhibition concentration (MIC), minimum bactericidal concentration (MBC)

Pendahuluan

Akne vulgaris adalah sejenis penyakit kulit yang umum ditemukan dalam kalangan
masyarakat. Kuman Staphylococcus epidermidis ATCC12228 adalah salah satu penyebab akne
vulgaris pada manusia, seperti yang dibuktikan pada suatu penelitian oleh Nishijima S. dkk di
mana swab wajah dilakukan pada lesi akne vulgaris sebanyak 30 sampel dan ditemukan kuman
yang mendominasi wajah adalah kuman Staphylococcus epidermidis ATCC12228.1

Penderita akne vulgaris diberikan pengobatan antibiotik untuk merawat akne vulgaris secara
oral maupun lokal. Sediaan antibiotik yang sering diresepkan adalah klindamisin.2

Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Nakase K. dkk pada sejumlah pasien dilakukan swab
pada wajah untuk melihat tipe-tipe kuman dan selanjutnya resistensi kuman diuji terhadap
antibiotik.3 Hasil dari eksperimen ini, didapatkan kuman Staphylococcus epidermidis ATCC12228
dan Proprionibacterium acnes adalah resisten terhadap beberapa antibiotik. Hal ini membuktikan
bahwa penggunaan antibiotik yang berpanjangan dapat mengakibatkan resistensi kuman terhadap
antibiotik selain adanya efek samping seperti diare, mual, ruam pada kulit dan merusak fungsi
hati.4

2
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

Adanya efek seperti ini mendorong para peneliti berlomba-lomba untuk mencari tumbuhan
dan herba alami yang dapat menghambat pertumbuhan kuman sebanding dengan antibiotik.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terdapat dua kuman yang paling sering mengakibatkan
pertumbuhan akne vulgaris yaitu Proprionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Berdasarkan sebuah eksperimen yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Indriani Y. dkk yang
mengkaji tentang aktivitas antibakteri lemon terhadap Proprionibacterium acnes, mereka
membuktikan lemon dapat menghambat pertumbuhan kuman Proprionibacterium acnes.5 Oleh
karena itu, saya ingin menguji apakah ekstrak lemon dapat menghambat pertumbuhan kuman
Staphylococcus epidermidis ATCC12228.

Metodologi Penelitian

Area Penelitian

Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UKRIDA, Kampus 2


UKRIDA, Jakarta, Indonesia

Pengumpulan dan Identifikasi Bahan Tumbuhan

Bahan buah lemon segar diperoleh dari pasar. Identifikasi dilakukan di laboratorium mikrobiologi
FK UKRIDA dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi fisik buah lemon dengan kepustakaan
jurnal.

Penyediaan Ekstrak Lemon

Lemon segar dicuci sehingga bersih dengan aquades. Kulit lemon dipotong, dan isinya diambil
serta dihaluskan menggunakan pelumat. Seterusnya, lemon yang telah dilumatkan disaring
menggunakan kain penyaring. Isinya diambil dan diekstrak menggunakan metode maserasi.
Metode maserasi dipilih karena mempunyai cara pengerjaan dan peralatan yang sederhana untuk
diusahakan. Proses maserasi sangat menguntungkan karena perendaman di dalam etanol akan
memecahkan dinding sel sehingga metabolit sekunder akan larut di dalam pelarut organik.

3
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

Sebanyak 400 g serat lemon di rendam menggunakan 200 ml etanol 10% selama 2 hari. Etanol
dipilih karena merupakan sebuah pelarut organik yang tidak bersifat toksik selain mempunyai
kemampuan untuk melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung di dalam lemon.
Setelah 2 hari, rendaman ini disaring dan seterusnya diekstrak menggunakan rotary evaporator
sehingga mendapat ekstrak yang encer dan berwarna kekuningan. Ekstrak disimpan dan diletakkan
di dalam kulkas.

Mikroorganisme yang diuji

Di dalam penelitian ini, kuman yang digunakan adalah Staphylococcus epidermidis ATCC
12228, sejenis kuman gram positIf berbentuk kokus. Kuman didapati dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UKRIDA, dan diuji dengan pewarnaan gram untuk identifikasi.

Pengkulturan Kuman

Kuman Staphylococcus epidermidis ATCC12228 diperoleh dari laboratorium mikrobiologi FK


UKRIDA. Pada kuman tersebut dilakukan pewarnaan gram untuk memastikan kuman yang
diperoleh tidak terkontaminasi sebelum dikultur dan dilakukan eksperimen terhadap kuman.
Pewarnaan gram dilakukan dengan menggores satu sengkelit kuman di atas preparat kaca dan
kemudiannya diteteskan dengan NaCl 0.9%, dan dikeringkan dengan melewatkan preparat kaca di
atas api spiritus untuk tujuan fiksasi kuman. Preparat kaca kemudiannya diteteskan dengan zat
warna kristal violet selama satu menit, kemudian di bilas ulang dengan aquades. Selanjutnya
iodium diteteskan di atas preparat kaca dan dibiarkan selama satu menit, dan dibilas lagi dengan
aquades. Seterusnya, dibilas dengan alkohol selama satu menit, dan dicuci dengan aquades.
Langkah terakhir adalah preparat diwarnai dengan zat warna merah safranin dibiarkan selama satu
menit, dan dicuci dengan aquades dan akhirnya dikeringkan.

Preparat dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 1.000x. Sel bakteri yang
tampak berwarna violet adalah bakteri gram-positif. Sel yang tampak berwarna merah adalah
bakteri gram-negatif. Kuman yang diharapkan akan dilihat dibawah mikroskop adalah kuman
gram-positif berbentuk kokus. Kuman kemudian dibiakkan di agar miring dan agar plate dengan
melakukan swab dari tabung reaksi berisi kuman murni dan digoreskan pada agar miring dan agar
plate di dalam ruangan Laminar Air Flow (LAF) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃.

4
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

Setelah 24 jam, dilakukan pewarnaan gram untuk menguji ada tidaknya kontaminasi. Agar
miring dan agar plate disimpan di dalam kulkas sebagai cadangan kuman untuk langkah berjaga-
jaga sekiranya terjadi kontaminasi. Pada Luria-Bertani broth juga dilakukan kultur kuman untuk
digunakan pada eksperimen. Kultur ini dilakukan di dalam ruangan Laminar Air Flow (LAF)
dengan memasukkan sekitar 30ml broth ke dalam tabung Erlenmeyer dan mencampurkan dengan
satu sengkelit kuman. Kultur tersebut disimpan di shaker incubator selama 24 jam pada. Setelah
24 jam, kultur tersebut diuji lagi dengan pewarnaan gram untuk memastikan tidak ada kontaminasi
dan kemudian disimpan di dalam kulkas.23

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Kuman sebanyak 2 μl dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi pelbagai konsentrasi ekstrak
(100%,90%,80%,70%,60%,50%,40%,30%,20%,10%, dan 0%) dan pelbagai konsentrasi
klindamisin (100%,90%,80%,70%,60%,50%,40%,30%,20%,10%, dan 0%) . Tabung reaksi
kemudian di inkubasi pada suhu 37 ℃ selama 24 jam. Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)
adalah pada konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan kuman yang terlihat dengan
mata kasar.

Konsentrasi Bakterisidal Minimum

Satu sengkelit kultur daripada Tabung uji dari uji KHM di ambil dan digoreskan di atas agar
Luria Bertani. Agar diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 dan pertumbuhan kuman di observasi.
Konsentrasi terendah kuman tidak tumbuh adalah Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM).

Analisis Data

Analisis dilakukan menggunakan tabel dan narasi

5
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

Hasil dan Perbahasan

Tabel 1: Hasil Tes KHM Dengan Pengulangan 3 Kali Terhadap Kuman Staphylococcus
epidermidis ATCC1288
Konsentrasi Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Klindamisin
(%)

0 + + + +

10 + - - -

20 + - - -

30 + - - -

40 - - - -

50 - - - -

60 - - - -

70 - - - -

80 - - - -

90 - - - -

100 - - - -

Tanda positif (+) pada tabel menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri pada tabung
tersebut manakala tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada pertumbuhan kuman pada tabung
tersebut. Adanya pertumbuhan kuman hanya pada kadar konsentrasi 0% pada percobaan kedua
dan ketiga dan pada set control berisi ekstrak klindamisin namun pada percobaan pertama terdapat
pertumbuhan kuman pada konsentrasi 0%,10%,20%.

Hal ini mungkin dikarenakan beberapa metode seperti pemanasan sengkelit dan juga
metode penggunaan pipet yang masih belum sempurna. Namun setelah diperbaiki, hasil yang
konsisten didapatkan pada dua pengulangan seterusnya. Daripada hasil yang didapatkan dapat
disimpulkan bahawa konsentrasi hambat minimal yang optimal untuk ekstrak lemon adalah

6
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

sebanyak 10% dan apabila tes yang sama dilakukan dengan menggunakan klindamisin, didapatkan
pertumbuhan kuman mulai terhambat pada konsentrasi 10%.

Ini membuktikan ekstrak lemon dan klindamisin mempunyai daya hambatan yang sama
terhadap kuman Staphylococcus epidermidis ATCC12228.

Tabel 2 menunjukkan hasil tes KBM. Tes ini bertujuan untuk mencari konsentrasi
minimal yang mampu membunuh bakteri dengan 1 sengkelit biakan dari hasil KHM dan diusap
pada agar dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 2

Tabel 2: Hasil Test KBM Dengan Pengulangan 3 Kali Terhadap Kuman Staphylococcus
Epidermidis ATCC 1288
Konsentrasi Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Klindamisin
(%)

0 + + + +

10 + - - --

20 + - - -

30 + - - -

40 - - - -

50 - + - -

60 - - - -

70 - - - -

80 - - - -

90 - - - -

100 - - - -

Tanda positif (+) pada tabel menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pada agar. Tanda
negatif (-) menunjukkan tiada pertumbuhan kuman pada agar. Konsentrasi minimal yang
menunjukkan tanda negatif adalah konsentrasi minimal yang boleh membunuh kuman.

7
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

Berdasarkan tabel, didapatkan konsentrasi optimal ekstrak etanol lemon yang bersifat bakterisidal
adalah 10%.

Hasil yang konsisten pada percobaan kedua, ketiga dan klindamisin menunjukkan bahwa
ekstrak lemon mempunyai daya bakterisidal bakteri yang standing dengan klindamisin yaitu pada
konsentrasi 10%. Pada percobaan kedua, adanya pertumbuhan kuman pada konsentrasi 50%
adalah dikarenakan human error, dimana sengkelit tidak steril semasa melakukan penanaman ke
agar.

Kesimpulan

Ekstrak lemon dan klindamisin mempunyai Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) dan
Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) yang relatif sebanding terhadap kuman
Staphylococcus epidermidis ATCC12228.

Daftar Pustaka

1. Nishijima S, Kurokawa I, Katoh N, Watanabe K. The bacteriology of acne vulgaris and


antimicrobial susceptibility of proprionibacterium acnes and staphylococcus epidermidis
isolated from acne lesions. J.Dermatol. 2000; 27(5) : 318-23
2. Soutor C, Hordinsky M. Clinical dermatology. Minnesota: McGraw-Hill Education; 2013.
p. 128-40
3. Nakase K, Nakamami H, Takenaka Y, Hayashi N, Kawashima M, Noguchi N. Relationship
between the severity of acne vulgaris and antimicrobial resistance of bacteria isolated from
acne lesions in a hospital in Japan. J Med Microbial. 2014;63(5):721-8
4. Deck DH. Winston LG. Tetracylines, macrolides, clindamycin, chloramphenicol,
streptogramins, & oxazolidines. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, editors. Basic
and clinical pharmacology. 12th edition. United States: Mc Graw Hill Lange; 2009. p.809-
19

8
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

5. Indriani Y, Mulqie L, Hazar S. Uji aktivitas air perasan buah jeruk lemon (citrus limon (L.)
Osbeck) dan madu hutan terhadap proprionibacterium acne. Penelitian SpeSIA UNISBA.
2015;354-61
6. Brookes GF, Carrol KC, Butel JS, Stephen AM, Mietzner TA. Jawetz,melnick &
adelberg’s medical microbiology. 26th ed. USA: McGraw Hill Lange; 2012. p. 199-205
7. Otto M. Staphylococcus epidermidis – the “accidental” pathogen. NCBI. 2009
Aug;7(8):555-567
8. Davey P. Medicine at a glance. 4th ed. West Sussex: Wiley Blackwell; 2014. p.225
9. Rubenstein D. Nota kuliah kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007. hal. 344-5
10. Rao J. Acne vulgaris: practice essentials, backround, pathophysiology; 2016
Mei 20 [diakses pada 20 November 2016]. Didapatkan dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1069804 -overview
11. United States Department of Agriculture. Classification for kingdom plantae down to
genus citrus. l. [internet]. 2015 [diakses pada Feb 2016] didapatkan dari:
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classidCITRU2
12. Aak. Budidaya tanaman jeruk. Yogyakarta: Kanisius; 2007. hal. 194
13. Martasari C, Mulyanto H. Teknik identifikasi varietas jeruk. Indonesia ; Iptek Hotikultura;
2008. hal. 8
14. Tamotake H, Koga T, Yamato M, Kassu A, Ota F. Antibacterial activity of citrus fruit juice
against vibrio species. Journal Nutrition Science Vitaminol (Tokyo). 2006;52(2):157-60
15. Zu Y, Yu H, Liang L, Fu Y, Efferth T, Li X, Wu N. Activities of ten essential oil against
proprionibacterium acnes and PC-3, A549 and MCF-7 cancer cells. NCBI.
2010;15(5):3200-10
16. Grieve M . Lemon a modern herbal [internet]. 2016 [diakses pada 2017 Jan] didapatkan
dari : http://botanical.com/botanical/mgmh/l/lemon-16.html
17. Nazzaro F, Fratianni F, Martino LD, Coppola R, Feo VD. Effect of essential oils on
pathogenic bacteria. NCBI. 2013; 6(12): 1451-1474
18. Amir S, Ari E, Arini S, Armen M, Azalia A, Bahroelim B dkk. Farmakologi dan terapi.
Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FK Universitas Indonesia;
2012. hal. 585-731

9
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA JERUK LEMON (CITRUS LIMON) DAN KLINDAMISIN TERHADAP
KUMAN STAPHYLOCOCCUS EPIDEMIDIS ATCC 12228

19. National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database [internet].
2005 [diakses pada 2017 Januari 6] didapatkan dari:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/29029
20. Hadjosaputra SL, Purwanto P, Kemalasari T, Kunardi L, Indriyanto N. Data obat di
Indonesia (DOI). Edisi 11. Jakarta: PT Muliapurna Jayaterbit; 2008. hal. 853
21. Oikeh EI, Omoregie ES, Oviasogie FE, Oriakhi K. Phytochemical, antimicrobial, and
antioxidant activities of different citrus juice concentrates. Food Science and Nutririon.
2016 Jan;4(1):103-109
22. Dhanvade MJ, Jalkute CB, Ghosh JS, Sonawane KD. Study antimicrobial activity of lemon
(citlus lemon l.) peel extract. British Journal of Pharmacology and Toxicology. 2011;
2(3):199-122
23. Microbiology Society. Preparations of media and cultures. Microbiology Online [internet].
2015 [diakses pada 2016 April 2] didapatkan dari :
http://www.microbiologyonline.org.uk/teachers/preparation-of-media-and-cultures

10

Anda mungkin juga menyukai