Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM

Topik : Manipulasi Material Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 10 Mei 2016
Anggota Kelompok (NIM) :
1. Dini Hapsari (14/368730/KG/9963)
2. Elvira Purnamasari (14/368732/KG/9964)
3. Tria Nurdian Tini (14/368733/KG/9965)

PEMBIMBING : Prof. Dr. drg. Widowati S, MS.

1. HASIL PRAKTIKUM
 Waktu yang diperlukan untuk mencapai fase dough adalah 10
menit 45 detik
 Tidak ada porusitas

2. PEMBAHASAN
Berdasarkan spesifikasi ADA No.12 untuk resin basis gigi tiruan, fase
dough dicapai dalam waktu kurang dari 40 menit sejak mulai proses
pengadukan. Sebagian besar resin yang digunakan pada klinis mencapai
konsistensi fase dough dalam waktu kurang dari 10 menit (Anusavice, 2013).
Anusavice (2013) menyatakan bahwa ciri fase dough adalah masa bersifat
seperti adonan yang dapat dibentuk, adonan tersebut tidak lagi berbentuk
benang dan tidak melekat pada permukaan stellon pot dan spatula. Menurut
Combe (1992 ) fase dough dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
 Ukuran partikel polimer. Partikel polimer yang lebih kecil akan lebih cepat
mencapai fase dough.
 Berat molekul partikel. Berat partikel yang lebih kecil lebih cepat
mencapai fase dough.
 Adanya plasticizer. Plasticizer yang terdapat pada bahan akan
mempercepat fase dough.
 Suhu. Suhu rendah akan memperlama fase dough. Menurut Chandra
(2007) apabila suhu kurang dari 15oC maka waktu dicapainya fase dough
akan lebih lama.
 Perbandingan polimer dan monomer. Semakin banyak polimer, fase dough
semakin cepat dicapai.
Hasil praktikum mencapai fase dough pada 10 menit 45 detik sehingga
telah sesuai dengan spesifikasi ADA No. 12. Hal ini disebabkan karena
perbandingan polimer dan monomer yang digunakan telah sesuai dengan yang
dianjurkan serta suhu ruang dan perebusan yang lebih tinggi dari 15oC.
Hasil praktikum tidak menunjukkan adanya porusitas. Menurut Anusavice
(2013) porusitas adalah adanya gelembung di permukaan dan di bawah
permukaan yang dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis
protesa. Porusitas berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen
bubuk dan cairan. Selain itu, porusitas disebabkan karena tekanan atau tidak
cukupnya bahan dalam rongga kuvet selama polimerisasi. Menurut Singh (2013)
perebusan resin akrilik yang dilakukan pada suhu lebih dari 100,3oC dapat
mengakibatkan penguapan monomer dan terjadinya porusitas. Porusitas akan
menyebabkan resin akrilik menjadi lemah dan menjadi tempat melekatnya debris
serta mikroorganisme (Hatrick, 2011).
Hasil praktikum tidak menunjukkan porusitas karena pengadukan
dilakukan sesuai prosedur yakni dalam stellon pot yang tertutup sehingga
monomer yang menguap tidak begitu besar, tekanan dan bahan dalam kuvet yang
cukup selama polimerisasi serta suhu perebusan diatur dalam 73oC selama 30
menit dan dilanjutkan pada suhu 95oC selama 30 menit pula.

3. KESIMPULAN
1. Fase dough pada hasil praktikum yakni 10 menit 45 detik telah sesuai
dengan spesifikasi ADA No. 12.
2. Tidak terdapat porusitas pada hasil praktikum disebabkan telah
tepatnya proses pengadukan, tekanan dan bahan dalam kuvet serta
suhu perebusan.

DAFTAR PUSTAKA
Annusavice. Kenneth J. 2013. Philips Science of Dental Materials. 12th ed. St
Louis: Elsevier.
Combe, EC. 1992. Notes of Dental Materials. 6th ed. New York: Churchill
Livingstone.
Hatrick, CD. 2011. Dental Materials: Clinical Application for Dental Assistens
and Dental Hygienist. USA: Sounders Elsevier.
Singh, Sunint. 2013. Comparative Evaluation of Surface Porosities in Convention
Heat Polymerized Acrylic Resin Cured by Water Bath and Microwave
Energy with Microwavable Acrylic Resin Cured by Microwave Energy.
Contemporary Clinical Dentistry. Vol 4 (2): 147-151.

Anda mungkin juga menyukai