Anda di halaman 1dari 15

Pemicu

Ny. S, 20 tahun, G1P0A0, dengan usia kehamilan cukup bulan, diantar oleh ke Rumah
Sakit dengan keluhan anak belum lahir-lahir setelah 1 hari dirawat di Klinik Bersalin.
Dilakukan pemeriksaan fisik dan obstetri :

 Pemeriksaan fisik Vital Sign : sensorium Compos Mentis, Tekanan Darah 110/70
mmHg, Nadi 88 x/menit, tek/volume cukup, RR 16
x/menit, Temperatur 38°C.
 Pemeriksaan Obstetri : Tinggi Fundus Uteri 32 cm, bagian terbawah : Kepala,
turunnya 4/5, His 2x20”/10’, DJJ 158 x/menit,
reguler.

Apa yang terjadi pada ibu ini ??

More Info I
 VT : pembukaan 8 cm, effacement 100%, kepala HI-HII, selaput ketuban (-), SRM 8 jam,
uuk arah jam 11.
 Panggul dalam batas normal.
 Hasil laboratorium : darah rutin dalam batas normal.
 Bagaimana pendapat saudara tentang Ny. S ini ??

Unfamiliar Terms
 Effacement : obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari
panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi
hampir setipis kertas.

Masalah
 Anak belum lahir setelah 1 hari dirawat di klinik bersalin.
 ↑↑ temperatur.
 SRM 8 jam, uuk arah jam 11.

DISTOSIA Page 1
Analisa Masalah
 Power ↓↓ HIS ↓↓ pembukaannya terlambat bayi sulit lahir
 Kelelahan temperatur ↑↑

Hipotessa
“DISTOSIA HIS.”

Learning Issue
1. Anatomi jalan lahir.
2. Fisiologi persalinan.
3. Patofisiologi persalinan.
4. DD dari pemicu.
5. Distosia :
a) Definisi.
b) Klasifikasi.
c) Etiologi.
d) Overdiagnosis Distosia.
e) Komplikasi.
f) Penatalaksanaan.
6. Indikasi merujuk.

DISTOSIA Page 2
1. Anatomi Jalan Lahir
Jalan lahir terbagi atas :

1. Os. Coxae kiri dan kanan.


Dibentuk oleh 3 tulang :
 Os. Ilium
 Merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior konkaf
disebut fossa iliaca.
 Bagian atas nya disebut krista iliaca.
 Ujung-ujungnya disebut spina iliaca anterior superior (SIAS) dan
spina iliaca posterior superior.
 Os. Iskhium
 Merupakan bagian terendah dari os. Coxae.
 Tonjolan belakang disebut tuber iskhii yang menyanggah tubuh
sewaktu duduk.
 Os. Pubis
 Terdiri atas ramus superior dan ramus inferior.
 Ramus superior berhubungan dengan os. Ilium.
 Ramus inferior kanan dan kiri membentuk arcus pubis.
 Kedua os pubis bertemu pada simfisis pubis.
2. Os. Sacrum.
 Sacrum berbentuk baji terdiri atas 5 vertebra sakralis.
 Pinggir atas vertebra sakralis pertama disebut promontorium.
 Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.
3. Os. Coccyx.
Terdapat di ujung os sacrum terdiri atas 4 vertebra koksigeus.

DISTOSIA Page 3
Ruang panggul terbagi :

1. Pelvis mayor
Terletak di atas linea terminalis atau linea innominata dan tidak banyak
kepentingan dalam obstetri.
2. Pelvis minor
Dibatasi oleh pintu atas panggul (PAP/inlet) dengan pintu bawah panggul
(PBP/outlet). Pelvis minor berbentuk saluran dengan sumbu lengkung ke
depan atau sumbu carus. Diantara PAP dan PBP terdapat rongga panggul
atau pelvis cavity.

Jenis-jenis panggul menurut Caldwell dan Moloy, 1933 :


Berdasarkan bentuk PAP, Caldwell dan Moloy 1933, membagi 4 jenis panggul :

1. Jenis Ginekoid
Jenis paling baik untuk wanita dimana bentuk PAP hampir bulat. Panjang
diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa.
Ditemukan pada 45% wanita.
2. Jenis Android
Umunya ditemukan pada pria, bentuk PAP hampir segitiga. Panjang
diameter anteroposterior hampir sama dengan transversa, tetapi
diameter transversa mendekati sakrum. Sehingga bagian belakang
pendek dan bagian depan menyempit ke depan. Ditemukan pada 15%
wanita.

DISTOSIA Page 4
3. Jenis Antropoid
Bentuk panggul lonjong seperti telur. Dimana diameter anteroposterior
lebih panjang dari diameter transversa. Ditemukan pada 35% wanita.
4. Jenis Platipeloid
Diameter transversa jauh lebih besar daripada diameter anteroposterior.
Ditemukan pada 5% wanita.

╬ Pintu Atas Panggul (PAP)


Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi
disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di
anterior oleh pinggir atas simpisis.
Ukuran-ukuran pintu atas panggul:
1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke
tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate
obstetrika.
2. Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke
promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan
telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada
panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm.
3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium
didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm.
4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya
12,5-13 cm.
5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan
diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka.

DISTOSIA Page 5
╬ Bidang Luas Panggul
Bidang terluas dalam panggul wanita membentang antara pertengahan
simfisis menuju pertemuan tulang belakang (os sacrum) kedua dan ketiga.
Ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.

╬ Bidang Sempit Panggul


Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir, membentang
setinggi tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong
tulang sakrum setinggi 1-2 cm di atas ujungnya. Ukuran muka belakangnya
11,5 cm dan ukuran melintangnya sebesar 10 cm.

╬ Pintu Bawah Panggul


Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara
kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP
berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis,
dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum
sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah ± 90
derajat . Jika kurang dari 90 derajat , lahirnya kepala janin lebih sulit karena
kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior.
Ukuran-ukuran pintu bawah panggul adalah :
 Ukuran muka belakang : Tepi bawah simfisis menuju ujung tulang
sakrum (11,5 cm)
 Ukuran melintang : Jarak antara tuber ischiadica kanan dan
kiri sebesar 10-10,5 cm
 Diameter sagitalis posterior : Ujung tulang sakrum ke pertengahan
ukuran melintang 7,5 cm

DISTOSIA Page 6
Bidang Hodge
 Bidang Hodge I ialah bidang datar yang melalui bagian atas
simfisis dan promontorium.
 Bidang Hodge II ialah bidang yang sejajar H-I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
 Bidang Hodge III ialah bidang yang sejajar H-I dan H-II terletak
setinggi spina iskiadika.
 Bidang Hodge IV ialah bidang yang sejajar bidang H-I, H-II dan H-
III terletak setinggi os koksigeus.

DISTOSIA Page 7
2. Fisiologi Persalinan

Pada sebagian besar masa kehamilan utherus mengalami episode periodik kontraksi
lemah dan lambat yang di sebut kontraksi Braxton Hicks.

vagina diikuti kepala


fetus Masuk ke
dalam jalan lahir

Tambahan kekuatan
dari atas (otot
Kontraksi Braxton abdomen eksklusif
Hicks bayi)

Menimbulkan
tekanan terhadap
↑↑kontraksi Kepala fetus turun
selaput ketuban
utherus pada akhir terus Melalui jalan
kehamilan lahir
↑↑ tekanan
hidrostatik kantong Terjadilah kelahiran
amnion ↑↑kontraksi
utherus tiba-tiba
dalam beberapa jam
menjadi sangat kuat

Dilatasi serviks

Ketuban pecah

Cairan keluar melalui

DISTOSIA Page 8
Menghasilkan
oksitosis

3. Patofisiologi Persalinan

I. Kelainan kekuatan (power) → kontraktilitas utherus dan upaya eksklusif ibu.

 Inersia uteri.
 His terlampau kuat.
 Incoordinate utherine action.

II. Kelainan yang melibatkan janin (passanger).

Makrosomia janin, hidrosefalus, malpresentasi,


extensi yang extrem atau asinklitisme
(kemiringan kepala janin ke arah lateral).

III. Kelainan jalan lahir (passage) → panggul.

Menimbulkan gangguan peersalinan

 Disproporsi sefalopelvik/fetopelvik (Kegagalan


kenajuan/failure to progress).
Istilah ini digunakan untuk tidak adanya
kemajuan pembukaan serviks/penurunan janin.
 Disfungsi uteri / malfungsi otot utherus.
Overdistensi akibat ukuran janin terlalu besar /
kelalahan uterus karena persalinan terhambat oleh
kapasitas panggul yang tidak memadai, ukuran janin
berlebihan atau keduanya.

DISTOSIA Page 9
4. DD Dari Pemicu

 Insersia Uteri
 Tetani Uteri
 Incoordinate Uterine Action

DISTOSIA Page 10
5. Distosia
a) Definisi
Adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga
atau his adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya.

b) Klasifikasi
Beberapa penulis membagi his yang abnormal dan mengemukakan insidens
proporsional adalah sebagai berikut :
No. Klasifikasi Insidens proporsional (%)
01. His over efisien :
a. Partus presipitatus Jarang
b. Tetani uteri Jarang
02. His in efisien :
a. Inersia uteri (hipoaktif uteri) 44
b. His in koordinasi hiperaktif 44
- Hiperaktif segmen bawah rahim 40
- Kolikus uteri 2
- Distosia lingkaran konstriksi 2
- Persalinan palsu (false labour)
c. Inefisiensi normotonik (his lemah) 10
d. Distosia servikalis 2

Pembagian distosia karena kelainan tenaga (his) secara umum adalah


1) Inersia Uteri
Adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal. Insersia uteri dibagi atas 2
keadaan :
 Inersia Uteri Primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini
harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah
dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour).
 Inersi Uteri Sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat
teratur dan dalam waktu yang lama.
2) Tetania Uteri

DISTOSIA Page 11
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi rahim.
3) Incoordinate Uterine Action
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada kordinasi dan sinkronasi
antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi, kontraksi tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan apalagi pengeluaran janin.
c. Etiologi
 Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersi
uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti.
 Faktor herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
 Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan, seperti :
oksitosin dan obat-obat penenang.
 Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah
rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan
disproporsi sefalopelviks.
 Kelainan uterus, misalnya : uterus bikornis unikolis.
 Kehamilan postmatur (postdatism).

d. Overdiagnosis Distosia
 Dilatasi serviks atau penurunan janin yang tidak memadai.
 Persalinan memanjang-kemajuan lambat.
 Persalinan macet-tidak ada kemajuan.
 Gaya eksklusif kurang memadai-“mendorong” kurang efektif.
 Disproporsi fetopelvik.
 Ukuran janin berlebihan.
 Kapasitas panggul kurang memadai.
 Malpresentasi atau posisi janin.
 Pecah ketuban tanpa diikuti persalinan.

e. Komplikasi
pada ibu :
 Infeksi intrapartum.
 Ruptur uteri.
 Cincin retraksi patologis.
 Pembentukan fistula.
 Cedera otot dasar panggul.

Pada janin :

DISTOSIA Page 12
 Kaput suksedaneum.
 Moulase kepala janin.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan distosia His secara umum :
 Bila dijumpai pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara
keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya.
 Pada partus yang telah berlangsung lama atau terlantar, berikan
pengobatan pendahuluan yang disebut regim rehidrasi, yaitu :
 Infus dektrosa 5% atau larutan garam fisiologis 1 L dalam 1 jam
pertama dan selanjutnya menurut kebutuhan.
 Bila His menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berikan injeksi
petidin 50 mg.
 Berikan kortison 200 mg.
 Berikan antibiotik secukupnya, apalagi ketuban sudah lama
pecah.

Penatalaksaan klasifikasi distosia karena His :

 Inersia Uteri :
 Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%
dimulai dengan 12 tetes/menit, dinakikkan setiap 10-15 menit
sampai 40-50 tetes/menit. Maksud dari pemberian oksitosin
adalah supaya serviks dapat membuka.
 Pemberian oksitosin tidak usah terus-menerus, sebab bila tidak
memperkuat His setelah pemberian beberapa lama, hentikan
dulu dan ibu di anjurkan beristirahat. Pada malam hari, berikan
obat penenang, misalnya valium 10 mg dan besoknya dapat
diulangi pemberian oksitosin drips.
 Bilan inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka
sebaiknya silahkan seksio sesarea.
 Bila semula His kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri
sekunder, ibu lemah dan partus telah berlangsung lebih dari 24
jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada gunanya
memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera
diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi
obstetri lainnya (ekstrasi vacum atau forsep atau seksio
sesarea).
 Tetani Uteri :

DISTOSIA Page 13
 Berikan obat seperti morfin, luminal, dsb, asal janin tidak akan
lahir dalam waktu dekat (4-6 jam) kemudian.
 Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus diselesaikan
dengan seksio sesarea.
 Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan
karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.

 Incoordinate Uterine Action :


 Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan
obat-obat antiseptik dan penenang (sedativa dan analgetika)
seperti morfin, petidin dan valium.
 Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut,
selesaikan partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evakuasi,
dengan ekstrasi vacum, forsep atau seksio sesarea.

DISTOSIA Page 14
6. Indikasi Merujuk

DISTOSIA Page 15

Anda mungkin juga menyukai