Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus

dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa

aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata

kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan

antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel mani pria

(sperma) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian

kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel

mani pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan

dan kehamilan (Farrer, 2001).

Dari 61,4 persen pengguna metode kontrasepsi di Indonesia,

sebanyak 31,6 persen menggunakan suntik. Sedangkan yang memakai pil

hanya 13,2 persen, memakai IUD (Intra Uterine Device) atau spiral 4,8

persen, implant 2,8 persen, dan kondom 1,3 persen, sisanya vasektomi dan

tubektomi. Demikian disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Sjarief, MPA saat media

edukasi Kontrasepsi Sebagai Suatu Kebutuhan, di Grand Hyat, Jakarta,

Jumat (30/5). Sugiri menyampaikan, terjadi kenaikan pemakaian metode

kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai 2007 lalu. Menurut survei yang

dilakukan leh BKKBN tentang pengguna metode kontrasepsi suntik pada


tahun 1991 hanya 11,7 persen, pada tahun 1994 menjadi 15,2 persen, 1997

menjadi 21,1 persen, 2003 menjadi 27,8 persen, dan pada tahun 2007

mencapai 31,6 persen. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia

adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah

Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat

(DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 1998). Kontrasepsi suntik memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah

terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan

muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan

pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003).

2. Cara Kerja Kontrasepsi

Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi menurut Sudarmo, dkk

(2001) adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel

mani (sperma) dengan cara :

a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)

b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita

sampai mencapai ovum

c. Menghalangi nidasi.

3. Macam– macam alat kontrasepsi

a. Kontrasepsi suntik

1) Jenis kontrasepsi suntikan :

8
a) Golongan progestin seperti depo-provera, depo geston, depo

progestin diberikan setiap tiga bulan sejak suntikan pertama

dan Noristerat diberikan setiap dua bulan untuk suntikan

pertama sampai dengan suntikan keempat, suntikan kelima dan

selanjutnya diberikan setiap tiga bulan sekali.

b) Golongan progestin dengan campuran estrogen propionot yaitu

cyclofem diberikan setiap bulan sekali (BKKBN, 1997).

2) Cara kerja

Pemberian hormon progestin akan menyebabkan

pengentalan mukus serviks, sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, hormon tersebut juga mencegah pemotongan dan

pelepasan sel telur. selain itu, pada penggunaan depo provera,

endometrium menjadi tipis dan atropi dengan berkurangnya

aktifitas kelenjar. Sedangkan pada jenis suntikan kedua hormon

progestin dengan sedikit hormon estrogen pada suntikan cyclofem

akan merangsang timbulnya haid setiap bulan (Depkes RI, 1998).

3) Efektifitas

Efektifitasnya tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup

aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok

untuk ibu – ibu sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan 0 - 0,8

% (Mochtar, 1998).

4) Keuntungan

a) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu

9
b) Tingkat efektifitasnya tinggi

c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

d) Pengawasan medis yang ringan

e) Dapat dipakai – diberikan paska persalinan, pasca keguguran

atau pasca menstruasi

f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang

bayi

g) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB

akan mendapatkan menstruasi (Manuaba, 1998).

5) Kerugian

a) Terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur,

pendarahan, bercak, spoting.

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.

c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.

d) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersamaan dengan

obat – obatan epilepsi.

e) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

6) Kontra indikasi

Suntikan KB tidak boleh dipakai oleh :

Ibu yang menderita kanker payudara dan kanker alat kelamin, Ibu

yang menderita perdarahan pervaginam, Ibu yang diduga hamil,

10
Ikterus, penyakit hati akut, tumor jinak, Diabetes militus, Epilepsi

atau tuberkulosis, Hipertensi, Depresi (Depkes RI, 1998).

7) Efek samping

Gangguan haid berupa amenore, spotting (bercak darah)

dan menoragia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal

lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala, pusing,

menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek samping

yang berat jarang dijumpai. Kadangkala ibu mengeluh libido

berkurang (Mochtar, 1998).

8) Cara penggunaan

a) Suntikan KB yang pertama kali sebaiknya diberikan pada hari

kelima haid untuk memastikan bahwa ibu tidak sedang hamil,

dengan cara disuntik intramuskular (daerah pantat).

b) Pemberian suntikan KB berikutnya tergantung pada macam

obat yang digunakan, yaitu bisa setiap satu bulan, dua bulan

sekali atau tiga bulan sekali. Macam suntikan yang digunakan

depo provera atau depo geston atau depo progestin setiap vial

mengandung 150 mg, depo medroksin progesteron asetat

(DPMA) dan dapo noristerat mengandung 200 mg

norentindron enantat (BKKBN, 1997).

b. Kondom

1) Macam – macam kondom menurut Hartanto (2003) yaitu :

11
a) Kulit cirinya : terbuat dari membran usus biri – biri, tidak

meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga

dianggap tidak mengurangi sensitifitas selama senggama, lebih

mahal dari jumlahnya < 1% dari semua jenis kondom.

b) Lateks : paling banyak dipakai, murah dan elastis.

c) Plastik : saling tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih

mahal dari kondom lateks.

2) Efektifitas

Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila kondom bocor

atau robek, pemakaian kurang teliti mematuhi petunjuk cara

pemakaiannya. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15 – 36 %

(Mochtar, 1998).

3) Keuntungan

Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seksual lainnya. Keuntungan lain dari

kondom dapat dibeli secara bebas di apotik - apotik dan mudah

digunakan, kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin

(Indriarti,2006).

4) Efek samping

Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa

waktu, menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak dan

amat berbau, terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor

mengeluh alergi terhadap karet (Mochtar, 1998).

12
c. Pil kontrasepsi

Jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran Indonesia umumnya

adalah pil kombinasi.

1) Efektifitas

Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 –

1,7 (Saifudin, 1996).

2) Keuntungan

a) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai

pakinya

b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan

dapat kembali dengan cepat

c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri

d) Siklus hait menjadi teratur

e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)

f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang – kadang dapat dipakai

untuk memancing kesuburan

g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur

h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda

(Mochtar, 1998).

3) Kontra indikasi

Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui

eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis,

13
kanker payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil secara

teratur tiap hari (Saifuddin, 1996).

4) Efek samping

a) Ringan

Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan

tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala,

timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya.

Keluhan ini berlangsung pada bulan – bulan pertama

pemakaian pil.

b) Berat

Dapat terjadi trombo – embolisme, mungkin karena terjadi

peningkatan aktifitas faktor – faktor pembekuan atau karena

pengaruh vaskuler secara langsung. Memungkinkan timbulnya

karsinoma servik uteri, menurut penelitian – penelitian yang

dipercaya di luar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh

hubungan yang bermakna antara pemakaian pil dengan kanker

serviks maupun dengan displasia serviks (Depkes RI, 1998).

d. Implan

1) Efektifitas

Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin A,

2003).

14
2) Keuntungan

Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani

di daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya

ringan.

3) Efek samping

Gangguan menstruasi, terutama selama 3 - 6 bulan pertama dari

pemakaian. Pemakiaan akan mengalami masa perdarahan yang

lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 1998).

e. IUD atau Spiral

1) Menurut bentuknya IUD di bagi menjadi :

a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T,

Cu-7, marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.

b) Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon,

Grafenberg ring, Hall – stone ring, dan lain – lain. Pada bentuk

tertutup, bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus

dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke

dalam lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah ileus

(Mochtar, 1998).

2) Efektifitas

Efektifitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka

waktu yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara 1,5 – 3

per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini menjadi lebih

rendah untuk tahun – tahun berikutnya (Mochtar, 1998).

15
3) Keuntungan

a) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa

aman terhadap risiko kehamilan

b) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran

c) Kesuburan cepat kembali setelah IUD di cabut / di buka

d) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan

kehamilan dalam jangka panjang

e) Tidak mengganggu hubungan pasutri

f) Tidak terpengaruh ”faktor lupa ” dari pemakai

g) Tidak ada efek samping hormonal

h) Tidak mengganggu laktasi

i) Tidak berinteraksi dengan obat – obatan.

4) Kontra indikasi

a) Wanita yang mempunyai infeksi pelvis

b) Wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual

(PHS, AIDS, Gonore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir

c) Wanita dengan banyak patner

d) Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi

lainnya (ovarium, endometrium)

e) Wanita dengan penyakit trofoblast (Mola, Kariokasinoma) atau

TBC kandungan (Krisnadi, 2002).

16
5) Efek samping

a) Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak

tepat

b) Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan

(Indiarti, 2006).

f. MOW (Medis Operatif Wanita)

1) Efektifitas

a) Sangat efektif , angka kegagalan sedikit lebih rendah

b) Segera efektif post – operatif (Hartanto, 2003).

2) Keuntungan

Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai

klimakterium dalam suasana alami (Manuaba, 1998).

3) Kontra indikasi

a) Peradangan dalam rongga panggul

b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis – servisitis akut)

c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau

penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada

dalamposisi genupektorial

d) Obesitas berlebihan

e) Bekas laparotomi (Mochtar, 1998).

4) Efek samping

a) Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi

b) Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi

17
c) Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi

(Hartanto, 2003).

g. MOP (Medis Operatif Pria)

1) Efektivitas

a) Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan

kehamilan sedikit lebih tinggi

b) Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi (Saifudin, 1996).

2) Keuntungan

a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan

saja dan dimana saja

b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

c) Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100%

d) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat

e) Bila pasangan suami, istri, oleh karena sesuatu sebab, ingin

mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat

disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Mochtar, 1998).

3) Efek samping

a) Hampir tidak ada resiko trauma internal

b) Infeksi serius sangat rendah

c) Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi

(Hartanto, 2003).

18
4. Peranan Kontrasepsi yang Memadai

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat

atau obat- obatan (Muchtar, 1998). Menurut Ida Bagus Gede macam

alat kontrasepsi yang digunakan adalah :

1) Suntikan yaitu suatu suntikan pada wanita yang gunanya untuk

mencegah kehamilan.

2) Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan

alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan

seksual.

3) Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara

meminum pil setiap hari secara teratur.

4) Implan atau susuk KB adalah alat kontrasepsi dibuat dari bahan

silastik sejenis plastik dan tidak mengandung logam.

5) IUD / spiral adalah alat yang dimasukkan kedalam rongga rahim

wanita untuk tujuan kontrasepsi.

6) MOW (Medis Operatif Wanita) adalah suatu kontrasepsi permanen

yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran

telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dan sel mani

(sperma).

7) MOP (Medis Operatif Pria) merupakan metode kontrasepsi operatif

minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

19
memakan waktu yang sangat singkat dan tidak memerlukan anestesi

umum.

B. Karakteristik akseptor KB

Yaitu meliputi, umur ibu, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang

secara langsung atau internal mempengaruhi keikutsertan keluarga berencana

antara lain sebagai berikut :

1. Umur

Keluarga berencana adalah masa penundaan. Kehamilan bagi

pasangan usia subur dengan istri dibawah 20 tahun, dianjurkan untuk

menunda kehamilannya, masa mengatur kehamilan bagi pasangan usia

subur, dengan istri usia diatas 30 tahun. Mengingat bahwa faktor umur

memang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan

ibu, maka sebaiknya merencanaan kehamilan pada usia antara 20 – 30

tahun (Sitorus, 1999).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi

proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih

baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang

nilai – nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah

sendiri masalah – masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto, 1999),

pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu.

20
3. Pendapatan

Dalam banyak masyarakat seorang pekerja, apapun jenis

kelaminnya, menerima upah yang sama. Namun diberbagai masyarakat

lain pekerjaan laki – laki memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah

pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Jika

dibandingkan antara besarnya pendapatan tiap keluarga dengan besarnya

pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa banyak yang belum

dapat memenuhi kebutuhan sehingga memilih keluarga kecil. Keinginan

untuk memilih keluarga kecil dapat dilakukan dengan keinginan untuk ber-

KB (Desiyana, 2004).

C. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang

dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dari

pengalaman yang didapat (Patmonodewo, 2000). Menurut Budioro, (1998)

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang. Perilaku terbentuk, yang didasari oleh pengetahuan akan

bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Wanita usia subur (WUS) membutuhkan pengetahuan yang akurat tentang

berbagai metoda kontrasepsi, dengan upaya promosi kesehatan dan

pencegahan merupakan kesempatan terbaik untuk memberikan wanita

informasi tentang masalah kesehatan utama. Perawat memainkan peran vital

dalam memberi perawatan, penyuluhan dan saran atau memberi arahan

21
sehingga ibu mampu mengambil keputusan yang berkenaan dengan aktivitas

seksual dan kehamilan (Bobak, 2004).

1. Cara memperoleh pengetahuan

a. Cara tradisional dan ilmiah

1) Cara coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahan dilakukan dengan coba – coba.

2) Cara kekerasan atau otoriter

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoriter atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama maupun ahli pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh

tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya,

baik berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya melalui induksi maupun deduksi.

22
b. Cara modern atau non ilmiah

Mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam

atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan tersebutdikumpulkan

dan diklasifikasi kemudian akhirnya diambil kesimpulan umum

(Notoatmodjo, 2000).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan di dalam

domain kognitif, mencakup 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat kembali (rcall) suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan. Misalnya pada akseptor KB dapat

menyebutkan jenis dan efek samping dari KB tersebut.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang obyek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberi contoh, dan menyimpulkan. Misalnya pada akseptor KB dapat

menjelaskan manfaat dari KB tersebut.

c. Aplikasi (Aplication)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum– hukum,

23
rumus, metode dalam situasi nyata. Misalnya pada akseptor KB

melaksanakan KB harus sesuai dengan prinsip dari KB mengenai

jadwal, jenis efek samping dari KB tersebut.

d. Analisis (Analysis)

Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan ke dalam bagian –

bagian lebih kecil, tetap masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan

masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya setelah mengerti tentang

alat kontrasepsi akseptor KB dapat memilih untuk melaksanakan KB.

e. Sintesis (Syntesis)

Yaitu suatu kemampuan untuk menggabungkan bagian – bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan

menyesuikan suatu teori yang telah ada. Misalnya pada akseptor KB

dapat merencanakan untuk melaksanakan KB yang diinginkan.

f. Evaluasi (Evaluation)

Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

obyek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun

sendiri. Misalnya hasil yang dicapai pada akseptor KB adalah

mempertahankan, melaksanakan KB.

24
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), pengetahuan yang dimiliki

seseorang di pengaruhi oleh faktor– faktor sebagai berikut :

A. Faktor Internal

1. Jasmani

Faktor jasmani adalah keadaan diri seseorang.

2. Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, Intelektual,

psikomotor, serta efektif dan kondisi konatif individu.

B. Faktor eksternal

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang

datang dari luar.

2) Paparan media massa

Melalui media baik secara maupun elektronik, berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

lebih sering terpapa media massa (TV, radio pamflet) akan

memperoleh informasi yang lebih banyak digbandingkan dengan

yang tidak pernah terpapar informasi media.

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah

tercukupi dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

25
mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk

kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial juga mempengtaruhi kemampuan

individu untuk menerima pesan menurut mode komunikasi media.

5) Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

pengembangannya, misal seseorang mengikuti kegiatan – kegiatan

yang mendidik misalnya semina.

D. Keteraturan Penggunaan KB

Keteraturan adalah sebuah konsep ilahiah menjadi tuntunan manusia

hidup. Menurut Budioro (1998), keteraturan merupakan proses penerimaan

seseorang terhadap respon tindakan atau perbuatan, dimana proses ini didasari

oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif yang mempunyai dampak

pada perilaku yang bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak

berlangsung lama. Misalnya ibu peserta KB yang mengetahui maksud dan

tujuan KB akan selalu teratur untuk ber- KB tiap bulannya. Nilai – nilai

keteraturan menjadi parameter sebagai ukuran baik atau buruk, kadang

sebagai ukuran benar atau salah. Kepribadian manusia yang lebih dekat

dengan keteraturan menjadi cap pribadi yang baik, meski kadang terlepas dari

ukuran benar atau salah.

26
Faktor yang mempengaruhi keteraturan dalam ber – KB, Konsep

umum yang digunakan untuk mendiagnosis keteraturan atau perilaku adalah

konsep dari Lawrence Green (1980). Yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2000) Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor

yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak ada

minat dan niat terhadap KB (behaviour intention), atau barangkali juga

karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya ( social support).

27
Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat

tentang KB (accessibility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai

kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya,

mertuanya atau orang lain yang ia segan (personal autonomy). Factor lain

yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan

kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action

situation).

Sedangkan menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau

heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri

individu dalam berperilaku, lingkungan turut berpengaruh terhadap

perkembangan pembawaan atau kehidupan seseorang.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

seseorang atau masyarakat dalam ber-KB suntik ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, keturunan, dan lingkungan dari atau

masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku untuk teratur dalam ber – KB.

28
E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapatlah disusun kerangka teori

penelitian sebagai berikut :

Faktor-faktor presdiposisi
(predisposing factor) :
ƒ Pengetahuan akseptor
KB tentang alat
kontrasepsi KB suntik
ƒ Karakteristik ibu : umur,
pendidikan, pendapatan.

Faktor-faktor pemungkin
(enabling factors) :
ƒ Lingkungan fisik
ƒ Ketersedian sarana dan
prasarana KB suntik
misalnya, jenis-jenis Keteraturan
alat-alat kontrasepsi, dan Penggunakan KB suntik
adanya informasi yang
lengkap.

Faktor-faktor penguat
(reinforcing factors) :
ƒ Sikap dan perilaku
petugas kesehatan KB
suntik

Bagan 1: Kerangka Teori

(Sumber : Notoatmodjo, 2003 yang dimodifikasi)

29
F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat


Umur

Faktor Karakteristik Pendidikan

Pendapatan

Keteraturan
Pengetahuan Penggunakan
KB suntik

Bagan 2 : Kerangka Konsep

G. Hipotesa

a. Ada hubungan umur dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik

b. Ada hubungan pendidikan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik

c. Ada hubungan pendapatan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik

d. Ada hubungan pengetahuan dengan Keteraturan Penggunaan KB suntik.

30

Anda mungkin juga menyukai