Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu matematika, para ilmuan mateatika terus
mengembangkan teori-teori yang telah ada seperti konsep ruang bernorma, ruang kali
dalam, orthogonalitas dan lain-lain.
Dengan demikian, konsep orthogonalitas juga mengalami perkembangan. Definisi
orthogonal antara dua vektor tidak hanya sebatas apakah dua vektor itu saling tegak lurus
membentuk sudut 90°. Seperti othogonal-P dan orthogonal-I yang dibahas oleh Hendra
Gunawan, dkk(2005). Misalkan (E,‖-‖) adalah ruang bernorma, seperti halnya
orthogonalitas, sudut antara dua vektor taknol x dan y di E dapat didefinisakan dengan
beberapa cara, dimana dua diantaranya telah dibahas oleh Gunawn,dkk (2005) dan sudut-
g yang telah dibahas oleh Mashadi(2006).
Dari beberapa jenis orthogonal di atas yang mana Gunawan,dkk(2005) dan
Mashadi(2006) hanya membahas sebatas konsep. Sebagaimana kita ketahui, tidak setiap
ruang norma merupakan hasil kali dalam. Pada proposal ini akan dibahasbagaimana kita
dapatmengembangkannyalagi kedalam sifat-sifat orthogonal di runag hasil kali dalam(
inner product) dan sifat-sifat dasar sudut di ruang hasil kali dalam. Tentu saja tidak
semua sifat orthogonalitas dan sudut yang berlaku di ruang hasil kali dalam akan berlaku
pula pada ruang bernorma.
Sebelumnya, kita ketahui bahwa ruang hasil kali dalam Euclide, dua vektor x dan y
dinamakan rthogonal jika keduanya secara geometris saling tegak lurus(perpendicular).
Ini bisa diperoleh dari formula yang sudah dikenal yaitu <x,y >=‖x‖.‖y‖ cos Ɵ dengan Ɵ
adalah sudut dinatara x dan y yang besarnya 90°.
Dari sifat-sifat sudut di dalama ruang hasil kali dalam dapat dianalisa perkembangan
sudut pada ruang bernorma. Untuk menjelasakan hal ini seara terperinci, penulis
mengemukakannya dalam bentuk proposal yang berjudul “ Pengembangan Sudut Pada
Ruang Bernorma”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ruang bernorma dan hasil kali dalam
2. Pengembangan sudut pada ruang bernorma
BAB II
RUANG BERNORMA DAN RUANG HASIL KALI DALAM

Pada bab II ini dibahas ruang bernorma dan ruang hasil kali dalam. Sebelumnya akan
dibahas tentang ruang vektor, ruang hasil kali dalam, ruang bernorma beserta sifat-
sifatnya dan orthogonalitas dalam ruang hasil kali dalam dan ruang bernorma.
2.1 Ruang Hasil Kali Dalam
Pada sub bab ini akan dibahas konsep dasar dari ruang vektor, ruang hasil kali dlam srta
sifat-sifat orthogonalitas pada ruang hasil kali dalam. Konsep ini telah anyak dibahas,
diantaranya oleh Alonso (1994) dan Jacob (1990).
Definisi 2.1.1 Ruang vektor atas lapangan R adalah himpunan tidak kosong E dengan
dua operasi yaitu operasi penmabahan dan perkalian dengan skalar atas vektor-vektor
x,y,z ∈ 𝐸 dan sklar 𝑎, 𝛽 ∈ 𝑅 yang memenuhi sifat- sifat berikut:
1. .x + y ∈ 𝐸 E
2. 𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥 ( sifat komutatif)
3. (𝑥 + 𝑦) + 𝑧 = 𝑥 + (𝑦 + 𝑧) ( sifat assosiatif)
4. Terdapat vektor 0 ∈ 𝐸 sehingga 0 + 𝑥 = 𝑥 + 0
5. untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐸 terdapat vektor balikan dari 𝑥 atau −𝑥 sehingga 𝑥 + (−𝑥) =
0
6. Jika α adalah skalar dan x adalah sebarang vektor di 𝐸 maka 𝛼𝑥𝜖𝐸
7. 𝛼(𝑥 + 𝑦) = 𝛼𝑥 + 𝛼𝑦 ( sifat distrubutif)
8. (𝛼 + 𝛽)𝑥 = 𝛼𝑥 + 𝛽𝑥
9. 𝛼(𝛽𝑥) = (𝛼𝛽)𝑥
10. Untuk bilangan real 1 dan untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐸 berlaku 1.𝑥 = 𝑥
Definisi 2.1.2 : misalkan E ruang vektor atas lapangan R suatu peetaan dari E x E ke R
yang ditulis dengan <.,.> disebut hasil klai dalam bila memenuhi sifat-sifat berikut :
1. 〈𝑥, 𝑥〉 ≥ 0 ; 〈𝑥, 𝑥〉 = 0 jika dan hanya jika 𝑥 = 0
2. 〈𝑥, 𝑦〉 = 〈𝑦, 𝑥〉untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸
3. 〈𝛽𝑥, 𝑦〉 =𝛽〈𝑥, 𝑦〉 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸 𝑑𝑎𝑛 𝛽𝜖𝑅
4. 〈𝑥 + 𝑦, 𝑧 〉 =〈𝑥, 𝑧〉+〈𝑦, 𝑧〉 untuk setiap 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐸
Pasangan (𝐸 ; 〈. , . 〉) dinamakan ruang hasil kali dalam dengan hasil kali dalam 〈. , . 〉
pada 𝐸. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut:
Contoh 2.1.1 Misalkan α1,i = 1,2,3,...., n merupakan bilangan real positif dengan E ruang
vektor atas lapangan R. Dengan mendefinisikan
〈𝑥, 𝑦〉= x1y1 + x2y2 + x3y3 + .....+ xnyn
Dan x= ( x1, x2, ......, xn) , y= ( y1, y2,....., yn) dimana 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸
Sehingga〈𝑥, 𝑦〉 = α1x1y1 + α2x2y2 + α3x3y3 +....+ αnxnyn adalah hasil kali dalam.
Selanjutnya akan diselidiki apakah 〈𝑥, 𝑦〉 memenuhi keempat sifat pada definisi 2.1.2
yaitu :
1. Akan ditunjukkan 〈𝑥, 𝑦〉 ≥ 0
Misalkan E vektor atas lapangan R, ambil sebarang xЄ E, sehingga <x,x> = α1x12 +

α2x22 +......+ αnxn2 . Selanjutnya karena dipilih xЄ E, dan x12 ≥ 0, untuk setiap i =

1,2,...,n sehingga 〈𝑥, 𝑥〉 = α1x12 + α2x22 +......+ αnxn2 ≥ 0 atau < x, y> ≥0.

Kemudian akan ditunjukkan 〈𝑥, 𝑦〉 = 0 jika dan hanya jika x = 0 untuk itu terlebih

dahulu akan ditunjukkan bahwa jika 〈𝑥, 𝑦〉 = 0 maka x = 0.

〈𝑥, 𝑥〉 = α1x12 + α2x22 +......+ αnxn2 = 0 hanya berlaku jika x1 = x2 = ....= xn = 0 atau x =

0. Sebagai syarat cukupnya akan ditunjukkan bahwa jika 𝑥 = 0 maka 〈𝑥, 𝑦〉 =

0 〈𝑥, 𝑥〉= α1x12 + α2x22 +......+ αnxn2 = 02 + 02 +.......+ 02 = 0 atau 〈𝑥, 𝑦〉 = 0

2. Akan ditunjukkan 〈𝑥, 𝑦〉= 〈𝑦, 𝑥〉

〈𝑥, 𝑦〉= 𝛼1 𝑥1 𝑦1 + 𝛼2 𝑥2 𝑦2 + 𝛼3 𝑥3 𝑦3 + ⋯ + 𝛼𝑛 𝑥𝑛 𝑦𝑛

=𝛼1 𝑦1 𝑥1 + 𝛼2 𝑦2 𝑥2 + 𝛼3 𝑦3 𝑥3 + ⋯ + 𝛼𝑛 𝑦𝑛 𝑥𝑛 = 〈𝑥, 𝑦〉

3. Akan ditunjukkan 〈𝛽𝑥, 𝑦〉 =𝛽〈𝑥, 𝑦〉

〈𝛽𝑥, 𝑦〉 = 𝛽𝛼1 𝑥1 𝑦1 +𝛽 𝛼2 𝑥2 𝑦2 + ⋯ + 𝛽𝛼𝑛 𝑥𝑛 𝑦𝑛

= 𝛽 (𝛼1 𝑥1 𝑦1 + 𝛼2 𝑥2 𝑦2 +....𝛼𝑛 𝑥𝑛 𝑦𝑛 ) = 𝛽 〈𝑥, 𝑦〉

4. 〈𝑥 + 𝑦, 𝑧〉 =〈𝑥, 𝑧〉 +〈𝑦, 𝑧〉

〈𝑥, 𝑦〉= [ 𝛼 1 ( x1 + y1 ) z1 + 𝛼 2 ( x2 + y2 ) z2 + ........+ 𝛼 n ( xn + yn ) zn]

= [𝛼 1 ( x1 z1 + y1 z1 ) + 𝛼1 ( x2 z2 + y2 z2) + .......+ 𝛼 n ( xn zn + yn zn )]
= (𝛼1 x1 z1 + 𝛼 2 x2 z2 +.......+ 𝛼 n xn zn ) + (𝛼 1 y1 z1 + 𝛼 2 y2 z2 +.......+ 𝛼n yn zn )

= 〈𝑥, 𝑧〉 +〈𝑦, 𝑧〉

Jadi , 〈𝑥, 𝑦〉 memenuhi keempat sifat pada definisi 2.1.2

Dalam ruang hasil kali dalam (𝐸; 〈. , . 〉)dikenal beberapa sifat dasar yang antara lain

adalah sebagai berikut :

1.1) Untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸, 𝑥⏊𝑦 jika dan hanya jika 𝑦⏊𝑥

1.2) Untuk semua x,y ∈ 𝐸, 𝑥⏊0 dan 0⏊𝑥

1.3) Untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸, 𝑥⏊𝑥 jika dan hanya jika 𝑥 = 0

1.4) Untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥, 𝑦 ≠

0 , 𝑥⏊𝑦 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 (𝑙𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑡)

1.5) Untuk semua 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐸, bila 𝑥⏊𝑦 dan 𝑥⏊𝑧 maka 𝑥⏊(𝑦 + 𝑧)

1.6) Untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸, jika 𝑥⏊𝑦 maka 𝑥⏊ − 𝑦 dan - 𝑥⏊𝑦

1.7) Untuk semua 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸, bila 𝑥⏊𝑦 , maka 𝜆𝑥⏊𝜇𝑦 untuk semua λ,𝜇 ∈ 𝑅

1.8) Sifat kesejajaran, 𝐴(𝑥, 𝑦)= 0 jika dan hanya jika x dan y searah dan 𝑎(𝑥, 𝑦)=

𝜋 jika dan hanya jika x dan y berlawanan arah

1.9) Sifat simetri, 𝐴(𝑥, 𝑦) = 𝐴(𝑦, 𝑥)

1.10) Sifat homogen , 𝐴(𝜆𝑥, 𝜇𝑦) = 𝐴(𝑥, 𝑦) jika 𝜆𝜇 > 0 dan 𝐴(𝜆𝑥, 𝜇𝑦) = 𝜋 −

𝐴(𝑥, 𝑦) jika 𝜆, 𝜇 < 0, 𝜆 dan 𝜇 di R

1.11) Untuk barisan xn , yn di X dengan 𝑥𝑛 → 𝑥, 𝑦𝑛 → 𝑦 ( dalam normal )

(Sifat 1.8 sampai dengan 1.11) merupakan sifat-sifat dasar sudut di ruang

hasil kali dalam (𝐸; 〈. , . 〉)

2.2 Ruang Bernorma


Pada sub bab ini akan dibahas orthogonal pada ruang hasil kali dalam dan orthogonal
pada ruang bernorma beserta sifat-sifatnya.
Definisi 2.2.1 : jika E ruang vektor atas lapangan R, fungsi bernilai real ‖-‖ dikatakan
norma pada E jika memenuhi sifat-sifat berikut :
1. ‖𝑥‖≥ 0 , untuk semua 𝑥 ∈ 𝐸
2. ‖x‖ = 0 jika dan hanya jika x = 0
3. ‖αx‖ = ‫׀‬α‫׀‬.‖x‖, untuk semua x ∈ 𝐸 dan 𝛼 ∈ 𝑅
4. ‖ x + y ‖ ≤ ‖x‖ + ‖y‖ , ( ketaksamaan segitiga)
Pasangan ﴾ E;‖-‖ ﴿ disebut ruang vektor bernorma dengan norma ‖-‖
Contoh 2.2.1 misalkan E vektor atas lapangan R, dan didefinisikan ‖x‖ = ‫׀‬x1‫ ׀‬+‫׀‬x‫׀‬
dengan 𝑥 = ( x1+ x2 ) dimana x ∈ 𝐸 akan ditunjukka bahwa ia adalah normal.
1. Akan ditunjukkan ‖x‖ ≥ 0
Misalkan E ruang vektor atas lapangan R, dengan mengambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐸
dan ‖x‖ = ‫׀‬x1‫ ׀‬+ ‫׀‬x 2 ‫׀‬. Dimana ‖xi‖ ≥ 0 untuk setiap i = 1,2 sehingga ‫׀‬x1‫ ׀‬+‫׀‬x‫≥׀‬ 0
atau‖x‖≥0
2. Akan ditunjukkan ‖x‖ = 0 jika dan hanya jika x = 0
Terlebih dahulu akan dibuktikan bahwa jika ‖x‖ = 0 maka x = 0 . misal E ruang
vektor atas lapangan R. Diketahui ‖x‖ = 0; ‖x‖ = ‫׀‬x1‫ ׀‬+ ‫׀‬x 2‫ = ׀‬0 untuk setiap x ∈ 𝐸
dimana ‫ ׀‬xi‫ ≥ ׀‬0 untuk setiap i = 1,2 sehingga jika‫׀‬x1‫ ׀‬+ ‫׀‬x 2‫ = ׀‬0 maka x = 0
dengan kata lain x1 = 0 atau x = 0
Kemudian jika x = 0 maka ‖x‖ = 0. Jika‫׀‬x1‫ ׀‬+ ‫׀‬x 2‫‖ = ׀‬0‖ + ‖0‖ = 0 maka ‖x‖ = 0
jika dan hanya jika x = 0.
3. Akan di tunjukkan ‖ β x ‖ = ‖ β ‖. ‖ x ‖
4. Akna ditunjukkan ‖ x+y ‖ ≤ ‖ x ‖ + ‖ y ‖
Misalkan y = ﴾ y1 , y2 ﴿ dimana 𝑦 ∈ 𝐸 , maka
‖ x+y ‖ = ‖ x1 + y1 ‖ + ‖ x2 + y2 ‖
≤ ‫ ׀‬x1| + | y1 | + | x2 | + | y2 |
= ‫ ׀‬x1| + | x2| + | y1 | + | y2 | = ||x|| +||y||
Karena keempat, sifat diatas terpenuhi maka ||x|| = |x1| + | x2| adalah ruang
bernorma.
Definisi 2.22 : Dengan < ,> merupakan hasil kali dalam pada E , dan || || : E→ 𝑅,
ditulis dengan ||x,y|| = < x,y >1/2 , disebut norma pada E.
Bila ( E; ||-|| ) ruang bernorma, maka belum tentu merupakan ruang hasil kali
dalam, sebagai contoh, ruang , yang beranggotakan semua barisan bilangan real

[x:= (𝜉k ) dengan∑∞𝑘=1 | 𝜉k |p ] tetapi tidak merupakan hasil kali dalam, kecuali
untuk p = 2. Oleh karena itu, kita perlu mendefinisikan sudut antara dua vektor
dalam ruang bernorma yang idenya diambil dari jenis-jenis orthogonalitas, hasil
penelitian yang terdahulu dapat dilihat di [3,4].
Beberapa sifat orthogonal yang berlaku pada ruang hasil kali dalam telah dibahas
di atas tadi. Sifat paralellelogram akan dibahas dulu karena ada hubungan erat
dengan orthogonalitas.
Jika (E ; ||-||) ruang linier bernorma untuk setiap x,y∈ E maka berlaku :

||x+y||2 + ||x-y||2 = 2(||x||+||y||) sehingga pada ruang hasil kali dalam


||𝑥+𝑦||+ ||𝑥−𝑦||
didefinisikan sebagai berikut : < 𝑥, 𝑦 > 4
jika ( E; <.,.>) sebarang ruang hasil kali dalam, senantiasa dapat didefinisikan
noema pada E yaitu : ||x||= < x,x>1/2
jadi ruang hasil kali dalam pasti ruang bernorma tapi tidak untuk sebaliknya.
Ruang bernorma dapat dikatakan ruang hasil kali dalam jika memenuhi sifat
paralelogram dengan kata lain pada ruang bernorma tersebut berlaku :

||x+y||2 + ||x-y||2 = 2(||x||+||y||)

Selan\jutnya akan ditunjukkan suatu vektor dikatakan P-rthogonal pada ruang


hasil kali dalam.
Definisi 2.2.3 Misalkan E ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸. Elemen x dikatakan
Porthogonal ke y jika dan hanya jika ||x+y||2 = ||x||2 + ||y||2 dan dinotasikan
dengan 𝑥⏊py.
Teorema 2.2.3 : Misalkan ( E; <.,.>) adalah ruang hasil kali dalam, dan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸.
< x,y> = 0 jika dan hanya jika 𝑥⏊py.
Bukti :
< x,y> = 0↔ 𝑥⏊py sebagai syarat akan ditunjukkan jika < x,y> = 0 maka 𝑥⏊py
||x+y||2 = < x + y, x+ y>
= < x,x> + < x,y> + < x,y> + < y,y>
= ||x||2 + 0+ 0 +||y||2
Jadi, ||x+y||2 = ||x||2 + ||y||2 ini terbukti bahwa 𝑥⏊py kemudian akan ditunjukkan
𝑥⏊py maka < x,y> = 0
2.3 Orthogonalitas pada Ruang Bernorma
Pada sub bab inu dibahas mengenai definisi orthogonal dalam ruang bernorma
dan sifat-sifat orthogonalitas dalam ruang hasil kali dalam. Konsep orthogonal ini
sebelumnya telah dikembangkan juga ke dalam ruang bernorma diantaranya
adalah Khan Siddiqui ( 1982) dan Alsina ( 1999). Dan juga sudah pernah dibahas
sebelumnya oleh Mashadi ( 2006) mengenai sudut- g dan Hendra, dkk (2005).
Definisi 2.3.1 misalkan E ruang hasil kali dalam 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸. elemen x dikatakan
orthogonal Euclide ke y jika ( x,y) = 0 , yang sering disebut orthogonal dan
ditulis dengan x⏊y .
Definisi 2.3.2 misalkan E ruang vektor yang dilengkapi dengan hasil kali dalam
<.,.> maka norma pada E dapat di definisikan : || x || = < x,x>1/2
Berikut ini akan diberikan beberapa definisi orthogonal pada ruang hasil kali
bernorma, yang dikemukakan oleh Alsinal et al (1999), Alonso dan Bentez
(1997) seperti apa yang telah dijelaskan oleh [2] dan [6].
Definisi 2.3.3 misalkan E ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸. eleman x dikatakan R-
orthogonal ke y jika dan hanya jika ||x+𝛼y||2 = || x-αy||2 untuk setiap 𝛼 ∈ 𝑅 dan
dinotasikan x⏊Iy
Ketiga definisi orthogonalitas pada ruang bernorma diatas kemudian
dikembangkan lagi, slah satunya sudut antara dua vektor pada ruang bernorma
yang akan dibahas pada bab III.

BAB III
PENGEMBANGAN SUDUT PADA RUANG BERNORMA

Pada bab II telah dibahas mengenai konsep ruang vektor, ruanng hasil kali dalam,
ruang bernorma serta sifat-sifat orthogonalitas pada ruang hasil kali dalam. Pada
bab III ini dibahas mengenai ruang hasil kali dalam pada ruang bernorma dan
sifat-sifat yang memenuhi pada jenis-jenis orthogonal.
Misalkan ( E; ||-||) adalah ruang bernorma, sudut antara dua vektor tak nol x dan y
di E dapat didefinisikan dengan beberapa cara. Mashadi( 2006) dan Hendrawan
(2005) telah mengembangkan beebrapa pendefinisian sudut pada ruang bernorma
diantaranya sudut –P, sudut-I, dan sudut-R.
3.1 Sudut-P pada Ruang Bernorma
Sudut-P antar x dan y ditulis 𝐴P(𝑥, 𝑦) didefinisikan sebagai :
||𝑥||+||𝑦||−||𝑥+𝑦||
𝐴P(𝑥, 𝑦) : = 𝐴(𝑥, 𝑦) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

Pendefinisian sudut-P ini merupakan pengembangan dari pendefinisian


orthogonalitas pada ruang bernorma yaitu P-orthogonal.
Contoh 3.1.1 misalkan (E; ||-||) ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸. Dengan ||
x||∞=max akan ditentukan besar sudutnya
x= (1,2,1,3,1,0,.....,0,1) = |x| =|3|
y = ( 1, -1, 4, 1,0,3,....-1,0 ) = |y| =| 4|
x+y = ( 2,1,5,4,1,3,....-1,1) = | x+y| =|5|
||𝑥||+||𝑦||−||𝑥+𝑦||
𝐴(𝑥, 𝑦) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

32 + 42 −52
=arccos 2.3.4
9+16−25 0
=arcos = arccos 24
24
𝜋
=arccos 0 = 2
𝜋
Sehingga diperoleh besar sudunya adalah = 90° berarti vektor tersebut
2

dikatakan orthogonal.
Akan dibuktikan bebrapa lemma yang terdapat pada sudut-P
Lemma 3.1.1 sifat kesejajaran : misalkan (E;||-||) ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸.
a. Jika x dan y searah maka Ap (x,y) =0
b. Jika x dan y berlawanan maka AP (x,y ) = 0
Bukti : a. Jika x dan y searah maka Ap (x,y) =0
Misal x = αy maka :
||𝑥||2 +||𝑦||2 −||𝑥+𝑦||2
Ap (x,y) := A(x,y) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

||𝛼𝑦||2 +||𝑦||2 − ||𝑎𝑦||2 − ||𝑦||2 −2|𝛼|||𝑦||2


= arccos 2|𝑎|.||𝑦||2

2|𝑎|.||𝑦||2
= = arccos 2|𝑎|.||𝑦||2 = arccos 1 = 0

b. Ditunjukkan untuk x dan y berlawanan arah maka AP (x,y) = π


Misalkan x= -αy, maka :
||𝑥||2 +||𝑦||2 −||𝑥+𝑦||2
Ap( x,y ) = A(x,y ) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

||−𝛼𝑦||2 +||𝑦||2 −| |−𝛼|||𝑦||2


Ap (x,y ) = arccos 2||−𝑎||.||𝑦||

||−𝛼𝑦||2 +||𝑦||2 −| |−𝛼|||𝑦||2


= arccos 2||−𝑎||.||𝑦||

||−𝛼𝑦||2 +||𝑦||2 −||−𝛼𝑦||2 −2.||𝑎𝑦||2


= arccos 2||−𝑎||.||𝑦||2

−2 |−𝑎||.|𝑦||2
=arccos −2 |−𝑎||.|𝑦||2 = arcccos (-1) = π

Untuk vekktor-vektor yang searah besar sudutnya adalah 0. Berikut merupakan contoh
untuk vektor-vektor yang searah.
Contoh 3.1.1 misalkan ( E; ||-||) ruang vektor bernorma x,y∈ 𝐸 dengan ||𝑥||∞ =
𝑚𝑎𝑘𝑠 1≤𝑖≤𝑛 |𝑥𝑖 |, akan di tentukan besar sudutnya.
x= ( 1,0,1,0,3,0,....,0,1 ) → ||x|| = |3|
y = ( 0,1, 0,-1,-2,0,0,...,0,1) → ||y||=|1|
(x+y) = ( 1,1,1,-1,1,0,.....,0,2) → |x+y|| =|2|
||𝑥||2 +||𝑦||2 −||𝑥+𝑦||2
Ap ( x,y ):= A(x,y) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

3+12 −22
= arccos =arccos (1) = 0
2.3.1|

Untuk vektor-vektor berlawanan arah, maka besar sudutnya sebesar π. Maka berikut
contoh untuk vektor-vektor yang berlawanan arah :
Contoh : 3.1.2 misalkan (E; ||-||) ruang vektor beernorma x,y ∈ 𝐸 dengan||𝑥||∞ =
𝑚𝑎𝑘𝑠 1≤𝑖≤𝑛 |𝑥𝑖 |, akan ditentukan besar sudutnya .
x= (1,0,1,0,1,0,...,0,1) →||x|| = |1|
y= (0,1,-1,0,1,0,.....0,1) →||y|| = |1|
(x+y) =( 1,1,0,0,2,0,......,0,2) →||x+y|| = |2|
||𝑥||2 +||𝑦||2 −||𝑥+𝑦||2
Ap ( x,y ):= A(x,y) = arccos 2.||𝑥||.||𝑦||

12 +12 −22
= arccos =arccos (-1) = 𝜋
2.1.1|

Lemma 3.1.2 sifat simetri : misalkan ( E; ||-||) ruang vektor bernorma x,y∈ 𝐸, maka Ap
(x,y) = Ap(y,x)
2 2 2 2 2 2
||𝑥|| +||𝑦|| −||𝑥+𝑦|| ||𝑥|| +||𝑦|| −||𝑥+𝑦||
Bukti : Ap=arccos = arcoss = Ap (y,x)
2.||𝑥||.||𝑦|| 2.||𝑥||.||𝑦||

Lemma 3.1.3 bagian dari sifat Homogenitas : misalkan (E; ||-||) ruang vektor bernorma
2 2 2 2 2 2
||𝜆𝑥|| +||𝜆𝑦|| −||𝜆𝑥+𝜆𝑦|| 𝜆2 (||𝑦|| +||𝑥|| −||𝑦+𝑥||
x,y,∈ 𝐸, maka Ap(𝜆𝑥𝜆y) := arrcos = arccos
2.||𝜆𝑥||.||𝜆𝑦|| 2𝜆2 .||𝑦||.||𝑥||
2 2 2
||𝑥|| +||𝑦|| −||𝑥+𝑦||
= arccos = Ap(x,y)
2.||𝑥||.||𝑦||

Lemma 3.1.4 sifat kontinuitas : jika 𝑥𝑛 → 𝑥 dan 𝑦𝑛 → 𝑦 (dalam norma ), maka


Ap(𝑥𝑛, 𝑦𝑛 ) → Ap(x,y)
Bukti :
Akan ditunjukkan bahwa Ap(𝑥𝑛, 𝑦𝑛 ) → Ap(x,y) yanng ekivalen dengan menunjukkan

|| ||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2 𝑥|2 +|𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2


2||𝑥𝑛 ||.|||𝑦𝑛 ||
- 2||𝑥||.||𝑦|| || < 𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0
Jadi dapat ditunjukkan

|| ||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2 𝑥|2 +|𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2


2||𝑥𝑛 ||.|||𝑦𝑛 ||
- 2||𝑥||.||𝑦|| ||
Jadi dapat ditunjukkan

|| ||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2 𝑥|2 +|𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2


2||𝑥𝑛 ||.|||𝑦𝑛 ||
- 2||𝑥||.||𝑦|| ||
=||( ||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
2||𝑥𝑛 ||.|||𝑦𝑛 ||

||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
2||𝑥||.|||𝑦||
)||
=||( ||𝑥𝑛 ||2 +|𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
2||𝑥||.|||𝑦||

||𝑥||2 +|𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2
2||𝑥||.|||𝑦||
)||
=|| | 1
2||𝑥𝑛 ||−|||𝑦𝑛 ||
1
− 2||𝑥||.|||𝑦|| | (||𝑥𝑛 2 || + ||𝑦𝑛 2 || - ||𝑥𝑛 − 𝑦𝑛 ||2 ) +

1
2||𝑥||.||𝑦||
(||𝑥𝑛 2 || + ||𝑦𝑛 2 || - ||𝑥𝑛 − 𝑦𝑛 ||2 ) - (||𝑥||2 + ||𝑦||2|| - ||𝑥 − 𝑦||2 ))||
3.2 Sudut-I pada Ruang Bernorma
Sudut- I antara x dan y ditulis 𝐴𝐼 (x,y), didefinisikan sebagai
||𝑥+𝑦||2 +||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 ≔ 𝐴(𝑥, 𝑦) = 4.||𝑥||.||𝑦||

Pendefinisian sudut-I ini merupakan pengembangan dri pendefinisian orthogonalitas


pada ruang bernorma yaitu I-orthogonal.
Berikut merupakan beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh sudut tersebut.
Lemma 3.2.1 sifat kesejajaran : misalkan (E; ||-||) ruang vektor bernorma x,y∈ 𝐸
a. Jika x dan y searah maka 𝐴𝐼 (x,y),=0
b. Jika x dan y berlawanan maka 𝐴𝐼 (x,y) =𝜋
Bukti : a. Jika x dan y searah maka 𝐴𝐼 (x,y) = 0
Misal : x = ay maka :
||𝑥+𝑦||2 −||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 := A(x,y) = arccos= 4.||𝑥||.||𝑦||

||𝑎𝑦+𝑦||2 −||𝑎𝑦−𝑦||2
== 4.||𝑎𝑦||.||𝑦||

||𝑎𝑦||2 +||𝑦||2 +2|𝑎|.||𝑦||2 −||𝑎𝑦||2 −||𝑦||2 +|𝑎|.||𝑦||2


== 4.||𝑥||.||𝑦||2

4.|𝑎|.||𝑦||2
= arccos 4.|𝑎|.||𝑦||2 = arccos (1) = 0

c. Akan ditunjukkan untuk x dan y berlawanan arah maka 𝐴𝐼 (x,y) =𝜋


Misalkan x= -ay , maka :
||𝑥+𝑦||2 −||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 := A(x,y) = arccos= 4.||𝑥||.||𝑦||

||−𝑎𝑦+𝑦||2 −||−𝑎𝑦−𝑦||2
𝐴𝐼 := A(x,y) = arccos [
4.||−𝑎𝑦||.||𝑦||

2 2 2 2 2 2
||−𝑎𝑦|| +||𝑦|| −2.|𝑎|.||𝑦|| −||−𝑎𝑦|| −||𝑦|| −2.|𝑎|.||𝑦||
=arccos 2
4.||−𝑎||.||𝑦||

−2|𝑎|.||𝑦||2 −2.|𝑎|.||𝑦||2
=arccos 4.|−𝑎|.||𝑦||2

−4|−𝑎|.||𝑦||2
a. = arccos = arccos(-1)= 𝜋
4.|−𝑎|.||𝑦||2

Berikut merupakan contoh untuk vektor-vektor searah yang mana besar sudut yang
dibentuknya adalah nol.

Contoh 3.2.1 misalkan (E;||-||) ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸 dengan α ∈ 𝑅 dan ||𝑥||∞
= 𝑚𝑎𝑘𝑠1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛|𝜒1| akan ditentukan besar sudutnya.
x= ( 1,0,1,0,3,0,.....,0,1) → ||x|| =|3|
y = ( 0,1, 0,-1,1,0,....,0,1 ) → ||y|| =|1|
( x+y ) = (1,1,1,-1,4,0,....,0,2) ||x+y|| =|4|
( x-y ) = ( 1,-1,1,1,20,....,0,0 ) → ||x-y|| =|2|
||𝑥+𝑦||2 −||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦) := A(x,y) = arccos
4.||𝑥||.||𝑦||

42 −22
= arccos = arccos(1) =0
4.3.1
Untuk vektor-vektor berlawanan arah , maka besar sudutnya sebesar𝜋. Maka berikut
contoh vektor-vektor yang berlawanan arah :
Contoh 3.2.2 misalkan (E;||-||) ruang vektor bernorma 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐸 dengan α ∈ 𝑅 dan ||𝑥||∞
= 𝑚𝑎𝑘𝑠 1≤𝑖≤𝑛 |𝑥𝑖 | , akan ditentukan besar sudutnya .
x= (1,0,1,0,3,0,...,0,1) →||x|| = |3|
y= (0,1,-1,0,1,0,.....0,1) →||y|| = |1|
(x+y) =( 1,1,0,0,2,0,......,0,2) →||x+y|| = |2|
(x-y) =( 1,-1,2,0,4,0,......,0,0) →||x-y|| = |4|
||𝑥+𝑦||2 −||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦) := A(x,y) = arccos
4.||𝑥||.||𝑦||

22 − 42
= arccos = arccos(-1) =π
4.3.1
Lemma 3.2.2 sifat simetri : misalkan ( E; ||-|| ) ruang vektor bernorma x,y ∈ 𝐸, maka
𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦) := 𝐴𝐼 (x,y)
Bukti :
||𝑥+𝑦||2 −||𝑥−𝑦||2 ||𝑦+𝑥||2 −||𝑥−𝑦||2
𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦) := arccos = arccos = 𝐴𝐼 (𝑦, 𝑥)
4.||𝑥||.||𝑦|| 4.||𝑥||.||𝑦||

Lemma 3.2.3 bagian dari sifat Homogenitas: misalkan ( E; ||-|| ) ruang vektor bernorma
x,y ∈ 𝐸 , maka 𝐴𝐼 (𝜆𝑥, 𝜆𝑦):= 𝐴𝐼 (x,y) untuk setiap λ∈ 𝑅
2 2
||𝜆𝑥+𝜆𝑦||2 −||𝜆𝑥−𝜆𝑦||2 𝜆2 (||𝑥+𝑦|| −||𝑥−𝑦|| )
𝐴𝐼 (𝜆𝑥 + 𝜆) ) := arccos = ) := arccos
4.||𝜆𝑥||.||𝜆𝑦|| 4.𝜆2 .||𝑥||.||𝑦||
2 2
||𝑥+𝑦|| –||𝑥−𝑦||
= arccos = 𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦)
4.||𝑥||.||𝑦||

Lemma 3.2.4 sifat Kontinuitas : Jika 𝑥𝑛 → x dan 𝑦𝑛 → y , maka𝐴𝐼 (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ) → 𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦)


Bukti :
Akan ditujukkan bahwa 𝐴𝐼 (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ) → 𝐴𝐼 (𝑥, 𝑦) yang ekivalen dengan menunjukkan
=|| ||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
4||𝑥𝑛 |.|||𝑦𝑛 ||

||𝑥+𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2
4||𝑥||.|||𝑦||
|| <𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0
Jadi dapat ditunjukkan

=|| ||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2


4||𝑥𝑛 |.|||𝑦𝑛 ||

||𝑥+𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2
4||𝑥||.|||𝑦||
||
=|| ||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
4||𝑥𝑛 |.|||𝑦𝑛 ||

||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
4||𝑥||.|||𝑦||
||
=+ || ||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
4||𝑥||.|||𝑦||

||𝑥+𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2
4||𝑥||.|||𝑦||
)
+ ||( ||𝑥𝑛 +𝑦𝑛 ||2 −||𝑥𝑛− 𝑦𝑛 ||2
4||𝑥||.|||𝑦||

||𝑥+𝑦||2 −|𝑥−𝑦||2
4||𝑥||.|||𝑦||
)||
1 1
= 4||𝑥||.|||𝑦|| − 4||𝑥||.|||𝑦|| |((|| ||𝑥𝑛 + 𝑦𝑛 ||2 − ||𝑥𝑛 − 𝑦𝑛 ||2 )) +
1
((| ||𝑥𝑛 + 𝑦𝑛 ||2 − ||𝑥𝑛 − 𝑦𝑛 ||2)) – (||𝑥 + 𝑦||2 − ||𝑥 − 𝑦||2))||
4||𝑥||.||𝑦||

||𝑥||.||𝑦||−||||𝑥𝑛 ||.||𝑦𝑛 ||
≤||.|4||||𝑥 . (||||𝑥𝑛 ||2+||𝑦𝑛 ||2 + 2||||𝑥𝑛 ||.||𝑦𝑛 || -||𝑥𝑛 ||2+ 2||𝑥𝑛 ||. ||𝑦𝑛 ||-
𝑛 ||.||||𝑦𝑛 ||.||𝑥||.||𝑦||

1
||𝑦𝑛 ||2 + 4||𝑥||.||𝑦|| ((| ||𝑥𝑛 + 𝑦𝑛 ||2 − ||𝑥𝑛 − 𝑦𝑛 ||2)) + (||𝑥 + 𝑦||2 − ||𝑥 − 𝑦||2))||

||𝑥||.||𝑦||−||||𝑥𝑛 ||.||𝑦𝑛 || 1
=|| 4 + 4||𝑥||.||𝑦|| ((| ||𝑥𝑛 ||2 − ||𝑥||2 + ||𝑦𝑛 ||2 − ||𝑦||2 - 4||x||.||y||) +(
4||𝑥|.|𝑦|||

||𝑥||2 − ||𝑥𝑛 ||2 + ||𝑦||2 + ||𝑦𝑛 ||2 +4||𝑥𝑛 ||. ||𝑥𝑛 ||


||𝑥||.||𝑦||−||||𝑥𝑛 ||.||𝑦𝑛 || 1
=||.| |4 + 4||𝑥||.||𝑦|| (||𝑥𝑛 − 𝑥|| + ||𝑦𝑛 + 𝑦||. ||𝑦𝑛 − 𝑦||)
4.||𝑥||.||𝑦||

−4(||𝑥||. ||𝑦|| − ||𝑥𝑛 ||. ||𝑦𝑛 ||) + (||𝑥 + 𝑥𝑛 ||. ||𝑥 − 𝑥𝑛 || + ||𝑦 + 𝑦𝑛 ||. ||𝑦𝑛 − 𝑦||)||
4(||𝑥||. ||𝑦|| − ||𝑥𝑛 ||. ||𝑦𝑛 ||) + (||𝑥𝑛 + 𝑥||. ||𝑥𝑛 − 𝑥||) − 4(||𝑥||. ||𝑦|| − ||𝑥𝑛 ||. ||𝑦𝑛 ||)
(||𝑥+𝑥𝑛 ||.||𝑥−𝑥𝑛 ||+||𝑦+𝑦𝑛 ||.||𝑦𝑛 −𝑦||)+||𝑦𝑛 +𝑦||.||𝑦𝑛 −𝑦||)
= 4||𝑥||.||𝑦||

2(||𝑥+𝑥𝑛 ||.||𝑥−𝑥𝑛 ||)+2(||𝑦+𝑦𝑛 ||.||𝑦𝑛 −𝑦||)


Karena ||||𝑥𝑛 − 𝑥||. ||𝑥 − 𝑥𝑛 ||) maka diperoleh, 4||𝑥||.||𝑦||

Misalkan, suatu bilangan M>0 sehingga ||𝑥𝑛 || < 𝑀 dan N>0 sehingga ||𝑦𝑛 ||<N, maka
||𝑥𝑛 + 𝑥|| ≤ ||𝑥𝑛 || + |𝑥|| ≤ 𝑀 + ||𝑥|| dan ||𝑦𝑛 + 𝑦|| ≤ ||𝑦𝑛 || + |𝑦|| ≤ 𝑁 + ||𝑦||
Sehingga diperoleh :
(𝑀+||𝑥||).||𝑥𝑛 −𝑥|| (𝑁+||𝑦||).||𝑦𝑛 −𝑦||
+
2.||𝑥||.||𝑦|| 2.||𝑥||.||𝑦||
𝜀(||𝑥||.||𝑦||)
Jika 𝜀 > 0 maka terdapat bilangan asli 𝑁0 sehingga ||𝑥𝑛 − 𝑥|| ≤ (𝑀+||𝑥||)

Jika n ≥ 𝑁0
𝜀(||𝑥||.||𝑦||)
Jika 𝜀 > 0 maka terdapat bilangan asli 𝑁1 sehingga ||𝑦𝑛 − 𝑦|| ≤ (𝑁+||𝑦||)

Jika n ≥ 𝑁1
Pilih n(𝜀) = sup{ n ≥ 𝑁0 , 𝑁1 } maka
𝜀(||𝑥||.||𝑦||) 𝜀(||𝑥||.||𝑦||)
(M+||x||) (N+||y||)
(𝑀+||𝑥||) (𝑁+||𝑦||) 𝜀 𝜀
+ ≤2+2=𝜀
2.||𝑥||.||𝑦|| 2.||𝑥||.||𝑦||

Karena terbukti bahwa 𝐴1 (𝑥𝑛, 𝑦𝑛, )→ 𝐴1 (𝑥, 𝑦, ) maka sifat kontinuitas juga dipenuhi oleh
ruang bernorma.
3.3 Sudut R pada Ruang Bernorma
Sudut-R antara x dan y ditulis AR(x,y) didefinisikan sebagai
ǁ𝑥+ 𝛼𝑦ǁ2− ǁ𝑥− 𝛼𝑦ǁ2
AR(x,y) : = AR(x,y) = arccos 4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

Pendefinisian sudut-R ini merupakan pengembangan dari pendefinisian orthogonalitas


pada ruang bernorma yaitu R-orthogonal.
Berikut merupakan beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh sudut tersebut.
Lemma 3.3.1 Sifat kesejajaran : Misalkan (E;‖.‖) ruang vektor bernorma x,y ϵ
a. Jika x dan y searah maka AR(x,y) = 0
b. Jika x dan y berlawanan maka AR(x,y) = π

Bukti : a, jika x dan y searah maka AR(x,y) = 0


Misal x = ay maka :
x+ay = ay+ay = 2ay dan x-ay = ay-ay = 0
ǁ𝑥+ 𝛼𝑦ǁ2− ǁ𝑥− 𝛼𝑦ǁ
AR(x,y) := A(x,y) = arccos 4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

ǁ2.𝛼.𝑦 2 ǁ− ǁ02 ǁ
= arccos 4.⃓𝛼2 ⃓.ǁ𝑦2 ǁ

4.⃓𝛼⃓2 ǁ𝑦ǁ2 .
= arccos 4.⃓𝛼⃓2.ǁ𝑦ǁ2 = arccos(1) = 0

b , ditunjukkan untuk x dan y berlawanan arah maka AR(x,y) = π


Misalkan x = -ay, maka :
x+ay = -ay + ay = 0 dan x-ay = -ay – ay = -2ay
ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2
AR(x,y) := AR(x,y) =arccos 4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

ǁ−𝛼𝑦+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ−𝛼𝑦−𝑎𝑦ǁ2
= arccos 4. ⃓ 𝛼
⃓ .ǁ−𝛼𝑦ǁ.ǁ𝑦ǁ
ǁ0ǁ2 − ǁ−2.𝑎.𝑦ǁ2
= arccos 4.⃓−𝛼⃓2 .ǁ𝑦ǁ2

−4. ⃓ −𝛼⃓.ǁ𝑦ǁ2
= arccos = arccos(-1) = π
4. ⃓ −𝛼⃓.ǁ𝑦ǁ2

Berikut merupakan contoh untuk vektor-vektor searah yang mana besar sudut yang
dibentuknya adalah nol.
Contoh 3.3.1 Misalkan (E;ǁ.ǁ) ruang vektor bernorma x. y ϵ E dengan α ϵ R dan ‖x‖ =
∑𝑛1 ⃓𝑥1 ⃓, akan ditentukan besar sudutnya
x=(1,0,1,1,0...) → ‖x‖ = ⃓3⃓
y=(1,0,0,1,0...) → ‖y‖ = ⃓2⃓
αy = (α,0,0,α,0...)
(x + αy) = (1 + α,0,1,1 + α,0,...) = ⃓1 + α⃓ + ⃓1⃓ + ⃓1 + α⃓
(x – ay) = (1 - α,0,1,1 - α,0,...) = ⃓1 - α⃓ + ⃓1⃓ + ⃓1 - α⃓
ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2
AR(x,y) := AR(x,y) =arccos 4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

(2⃓ 1+ 𝛼⃓+1)2 − (2⃓ 1− 𝛼⃓+1)2


= arccos 4.⃓𝛼⃓.3.2
24𝛼
= arccos 24𝛼 = arccos(1) = 0

Untuk vektor-vektor berlawanan arah, maka besar sudutnya sebesar π. Maka berikut
contoh untuk vektor-vektor yang berlawanan arah :
Contoh 3.3.2 Misalkan (E;ǁ.ǁ) ruang vektor bernorma x. y ϵ E dengan α ϵ R dan ‖x‖ =
∑𝑛1 ⃓𝑥1 ⃓, akan ditentukan besar sudutnya
x=(1,0,0,1,0...) → ‖x‖ = ⃓2⃓
y= (-2,1,0,-2,0,...) → ‖y‖ = ⃓-3⃓ = ⃓3⃓
αy = (-2α,α,0,-2α,0,...)
(x+ αy) = (1-2α,α,0,1-2α,0,...) → ‖x + αy‖ = ‖2 - 3α‖
(x- αy) = (1+2α,α,0,1+2α,0,...) → ‖x + αy‖ = ‖2 + 3α‖
ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2
AR(x,y) := AR(x,y) =arccos
4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

ǁ2−3𝛼ǁ2 − ǁ2+3𝑎ǁ2
= arccos 4.⃓𝛼⃓.2.3
4−12𝛼+9𝛼2 − 4−12𝛼−9𝛼2
= arccos 24𝛼
−24𝛼
= arccos = arccos(-1) = π
24𝛼

Lemma 3.3.2 Sifat Simetri : Misalkan (E;ǁ.ǁ) ruang vektor bernorma x, y ϵ E, maka
AR(x,y) = AR(y,x)
Bukti :
ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2 ǁ𝛼𝑦+𝑥ǁ2 − ǁ𝑎𝑦−𝑥ǁ2
AR(x,y) := arccos = arccos = AR(y,x)
4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ 4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

Lemma 3.3.3 Bagian dari sifat Homogenitas : Misalkan (E;ǁ.ǁ) ruang vektor bernorma x,
y ϵ E, maka AR(𝜆x, 𝜆y) = AR(y,x) untuk setiap 𝜆 𝜖 𝑅
Bukti :
ǁ𝜆.𝑥+𝜆.𝛼.𝑦ǁ2 − ǁ𝜆.𝑥−𝜆.𝑎.𝑦ǁ2
AR(𝜆x, 𝜆y) := arccos 4. ⃓ 𝛼
⃓ .ǁ𝜆.𝑥ǁ.ǁ𝜆.𝑦ǁ

𝜆2 ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2
= arccos 4.𝜆2 .⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

ǁ𝑥+𝛼𝑦ǁ2 − ǁ𝑥−𝑎𝑦ǁ2
= arccos = AR(x,y)
4.⃓𝛼⃓.ǁ𝑥ǁ.ǁ𝑦ǁ

Anda mungkin juga menyukai