PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi
rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari
pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu (WHO, 2004 dalam
Depkes RI 2011).
Darmadi (2008) menyatakan bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi
yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di
rumah sakit. Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum
dirawat tidak ada tanda-tanda klinik terjadi infeksi namun selama dirawat muncul
tanda-tanda infeksi yang timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai
perawatan (Darmadi, 2008). Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak
langsung dengan pasien, prosedur invasif, terapi yang di terima dan lamanya
perawatan mempengaruhi resiko terinfeksi.
Risiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa dikenal dengan infeksi
nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia. Kasus infeksi
nosokomial di dunia 9% dari 1,4 juta pasien rawat inap di dunia. Infeksi ini terus
meningkat dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40%
di Asia, Amerika Latin dan Afrika (Kemenkes RI, 2011). Hasil survey pada
beberapa negara terutama di Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan bahwa
infeksi nosokomial yang prevalensinya tinggi adalah infeksi saluran kemih 42%,
infeksi luka operasi 24%, dan infeksi saluran nafas 11% (Nasronudin, dkk.,
2007).
Di Indonesia kasus infeksi nosokomial tidak diketahui keakuratannya,
namun data pada beberapa rumah sakit seperti: Rumah Sakit DKI Jakarta 9,8%
pasien rawat inap mendapat infeksi baru, di RSUP Dr.Sardjito Surabaya 7,3%
(Napitupulu, 2009 dalam Puspitasari, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jeyamohan (2010) di RSUP Haji Adam Malik, memaparkan dari 534 pasien
pasca operasi diperoleh prevalensi sebanyak 5,6% pasien mengalami infeksi
nosokomial luka operasi kelas bersih. Data ini menunjukkan bahwa angka
kejadian infeksi nosokomial sangat memprihatinkan.Infeksi nosokomial
berdampak menambahkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, dan
ada beberapa kasus yang mengakibatkan kecacatan sehingga menurunkan kualitas
hidup (Tietjen, dkk, 2004).
Sangat banyak dampak yang merugikan pasien akibat infeksi nosokomial
bila tidak dilakukan penanganan terhadap masalah tersebut.Untuk itu Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), disyaratkan untuk
mengimplementasikannya mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit
yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar
Internasional untuk Rumah Sakit. Dan pada kesempatan ini kelompok akan
membahas sedikit tentang sasaran ke- 5 dari keselamatan pasien yaitu
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Infeksi Nosokomial).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang patien safety.
2. Untuk mengetahui tentang IPSG.5.
3. Untuk mengetahui standar IPSG.5.
4. Untuk mengetahui maksud dan tujuan IPSG.5.
5. Untuk mengetahui elemen penilaian IPSG.5.
6. Untuk mengetahui tentang Infeksi Nosokomial.
7. Untuk mengetahui identifikasi masalah IPSG 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Kewaspadaan Isolasi
Tujuan kewaspadaan isolasi adalah menurunkan transmisi
mikroba infeksius diantara petugas dan pasien. Kewaspadaan Isolasi
harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala klinis,sementara
menunggu hasil laboratorium keluar.Kewaspadaan Isolasi merupakan
kombinasi dari :
Standard Precautions /Kewaspadaan Standar
gabungan dari:
Universal Precautions/Kewaspadaan Universal
Body Substance Isolation/Isolasi substansi/cairan tubuh
berlaku untuk semua pasien, kemungkinan atau terbukti
infeksi, setiap waktu di semua unit pelayanan kesehatan
Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis
transmisi
dipakai bila rute transmisi tidak dapat diputus sempurna
hanya Standard precautions.
Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien,
tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar disusun
untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan
beberapa merupakan praktek rutin, meliputi:
1. Kebersihan tangan/Handhygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca
mata pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hyangiene respirasi/Etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Tujuan untuk memutus rantai penularan mikroba penyebab
infeksi. Diterapkan pada pasien gejala/dicurigai terinfeksi atau
kolonisasi kuman penyebab infeksi menular yang dapat ditransmisikan
lewat udatra, droplet, kontak kulit atau permukaan terkontaminasi.
3 Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
– kewaspadaan transmisi kontak
– kewaspadaan transmisi droplet
– kewaspadaan transmisi airborne
Kewaspadaan berdasarkan transmisi dapat dilaksanakan secara
terpisah ataupun kombinasi karena suatu infeksi dapat ditransmisikan
lebih dari satu cara.
1. Kewaspadaan transmisi Kontak
a) Penempatan pasien :
Kamar tersendiri atau kohorting (Penelitian tidak terbukti
kamar tersendiri mencegah HAIs)
Kohorting (management MDRo )
b) APD petugas:
Sarung tangan bersih non steril, ganti setelah kontak bahan
infeksius, lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar
pasien dan cuci tangan menggunakan antiseptik
Gaun, lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
c) Transport pasien
Batasi kontak saat transportasi pasien
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a) Penempatan pasien :
Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien >1m
Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
b) APD petugas:
Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat
pasien
c) Transport pasien
Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat
transportasi
Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk
3. Kewaspadaan transmisi udara/airborne
a) Penempatan pasien :
Di ruangan tekanan negatif
Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
Pintu harus selalu tertutup rapat.
kohorting
Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau
kohorting jarak >1 m
Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif
mencegah penyebaran
Ventilasi airlock à ventilated anteroom terutama
pada varicella (lebih mahal)
Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang
b) APD petugas:
Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur
Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius <1m dari
pasien,
Gaun
Goggle
Sarung tangan
(bila melakukan tindakan yang mungkin menimbulkan aerosol)
c) Transport pasien
Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat keluar
ruangan
Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk
Catatan :
Kohorting adalah menempatkan pasien terinfeksi atau kolonisasi patogen
yang sama di ruang yang sama, pasien lain tanpa patogen yang sama
dilarang masuk.
Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi
Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan
petugas saat perawatan pasien rawat inap, perlu diterapkan hal-hal
berikut :
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan
sekresi dari seluruh pasien
2. Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien
satu lainnya
3. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan
tubuh)
4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan terhadap
bahan infeksius
5. Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan
cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi, disinfeksi tangan
segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara
pasien.
6. Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang
ke lubang pembuangan yang telah disediakan, bersihkan dan
disinfeksi bedpan, urinal dan obtainer/container pasien lainnya.
7. Tangani bahan infeksius sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO)
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius
telah dibersihkan dan didisinfeksi benar.
D. Kebersihan Tangan
Salah Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha
menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan kebersihan
tangan yang benar dan mengimplementasikan secara efektif. Pada tahun
2009,WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean
care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand
hygiene untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand
hygiene.Five Moments for Hand Hygiene adalah 5 momen krusial
mencuci tangan pada petugas kesehatan untuk mengoptimalkan
kebersihan tangan dengan mencuci tangan disaat: sebelum kontak/
bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih/ steril,
setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien dan setelah melepas
sarung tangan, setelah kontak/ bersentuhan dengan pasien, dan setelah
kontak/ bersentuhan dengan benda dan lingkungan pasien (WHO, 2006).
Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS.Menjaga
kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial.Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi.Teknik
yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah.Dapat memakai
antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah
transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak
penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden
MRSA, VRE di ICU.
DAFTAR PUSTAKA
IPSG.5 PRI http://akreditasi.web.id/2012/?page_id=1322.Diakses pada tanggal 3
April 2016.
Anonym.(2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Diakses
pada tanggal 29 Maret 2016 dari http://www.hukor.depkes.go.id.
Anonym.(2012).International Patient Safety Goals (IPSG).Diakses pada tanggal 29
Maret 2016 dari http://jci-akreditasirumahsakit.blogspot.com.
Anonym.(2012).Academia.Edu.Diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari
https://www.academia.edu.
Yuliarto.(2013).International Patient Safety Goals (IPSG) Sasaran
Internasional.Diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari
http://lamongankab.go.id.