OLEH:
SURIKA AKMELIZA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan anak sangat ditentukan oleh kebiasaannya sejak dini, salah
satunya dengan membiasakan anak-anak untuk makan pagi atau sarapan. Sarapan
mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk perkembangan anak. Sayangnya,
kesadaran menumbuhkan kebiasaan sarapan dikalangan masyarakat Indonesia
masih rendah. Sarapan adalah kegiatan makan atau minum sebelum pukul 9 pagi
dengan memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian anak. Usia balita dan anak-anak
(terutama pada usia 7-13 tahun) merupakan masa pertumbuhan yang pesat, sangat
baik untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhannya. Dengan mencukupi
kebutuhan gizi pada saat awal melakukan aktivitas maka akan menjadi anak bugar
dan aktif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, banyak anak yang mengaku jarang
sarapan pagi karena kesibukan orang tuanya sehingga tidak sempat menyediakan
sarapan pagi bagi putra-putrinya. Sebagai gantinya, siswa mendapat uang saku
yang lebih banyak sehingga ketika istirahat ia bisa membeli makanan apapun
yang ia sukai dan mengabaikan nilai gizi dari makanan yang ia makan. Padahal,
tidak semua makanan yang di jual tersebut bersih dan sehat. Gizi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak, sehingga asupan nutrisi yang tidak
seimbang akan mengakibatkan anak terlalu pendek, terlalu kurus ataupun
obesitas.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang yaitu sebesar 5,7% dan 13,9%. Jika dibandingkan dengan angka
prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat
meningkat. Masalah ini sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan orangtua
dan jenis pekerjaan kepala rumah tangga, serta keadaan ekonomi rumah tangga.
Pengetahuan dan kesadaran orang tua baik dengan latar tingkat pendidikan rendah
maupun tinggi mengenai asupan gizi yang sesuai untuk anak masihlah minim.
Gizi buruk yang terjadi pada usia muda membawa dampak negatif pada anak
antara lain: anak mudah menderita kelelahan mental, sukar berkonsentrasi, rendah
diri dan prestasi belajar menjadi turun.
Menurut Suheryan (2005), sarapan pagi sebelum berangkat sekolah
sangat penting karena berperan dalam menentukan kualitas prestasi seorang anak.
Selain itu sarapan akan membantu mencukupi kebutuhan energi anak dan
mengurangi resiko masalah defisiensi gizi mikro, terutama vitamin dan mineral
yang dibutuhkan dalam perkembangan anak. Dari hasil penelitian di Amerika
Serikat dan Indonesia ternyata dampak sarapan pagi sebelum berangkat sekolah
amat besar. Rata-rata anak yang sarapan pagi mencetak prestasi yang lebih tinggi
dari pada anak-anak yang tidak sarapan pagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka didapat
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya anak usia sekolah yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah,
2. Meningkatnya uang jajan anak usia sekolah jika tidak sarapan sebelum
berangkat sekolah,
3. Tidak semua makanan yang dijual merupakan makanan yang sehat bergizi.
C. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya sarapan bagi anak
2. Meningkatkan kualitas makanan yang bergizi bagi anak
3. Menghindari makanan/jajanan yang kurang layik konsumsi
D. Tema
“Pentingnya Gizi Sarapan Anak Usia Sekolah”
E. Jenis Kegiatan
1. Penyuluhan tentang pentingnya gizi sarapan anak usia sekolah
2. Lomba memasak dan menghias sarapan dan bekal makan siang anak usia
sekolah
F. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini yaitu orangtua terutama ibu-ibu yang
mempunyai anak usia sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah diadaptasi
menjadi bahasa Indonesia. Gizi artinya sesuatu yang berhubungan dengan
makanan. Dalam pengertian kesehatan, gizi adalah zat makanan atau minuman
yang diperlukan untuk pertumbuhan. Dapat pula dikatakan bahwa, gizi adalah
segala asupan yang diperlukan agar tubuh menjadi sehat untuk kecerdasan otak
dan kemampuan fisik. Gizi diperoleh dari asupan makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Retno, 2009).
Anak usia sekolah adalah investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas
bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan
sumber daya manusia dilakukan sejak dini dengan sistematis dan
berkesinambungan. Proses tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas yang baik dan benar (Judarwanto,
2006).
Banyak yang tidak menyadari manfaat sarapan dan menganggap makan
pagi tidak penting. Banyak juga orang yang mengira, hanya dengan makan siang
dan makan malam sudah cukup. Padahal, dengan tidak sarapan akan membuat
sangat lapar di siang hari sehingga cenderung makan berlebihan. Kalau perut
kosong lebih dari 10 jam tiba-tiba dapat makanan banyak, perut akan teregang
tiba-tiba sehingga bisa mengakibatkan mual, sakit perut, dan keluhan lainnya.
Sarapan bermanfaat terhadap fungsi kognitif, daya ingat, nilai akademis,
tingkat kehadiran di sekolah, fungsi psiko-sosial, dan kondisi perasaan. Maka dari
itu, sarapan sangat penting karena tubuh anak memerlukan sumber energi,
terutama di pagi hari untuk melakukan aktivitas.
Kegiatan anak menuntut banyak gerak, anak memerlukan energi untuk
belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan sarapan, anak menjadi
lebih bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Selain itu, konsentrasi dan daya
ingat meningkat, keadaan emosi cenderung lebih baik. Pada akhirnya membuat
anak lebih percaya diri dan prestasi belajarnya pun cenderung akan meningkat.
Kebiasaan sarapan juga membantu memenuhi kualitas pola makanyang
baik dan menurunkan asupan makanan berlemak. Kebiasaan sarapan juga berguna
untuk membantu manajemen berat badan dan dapat meningkatkan keeratan
hubungan antar anggota keluarga. Salah satu kebiasaan penting yang harus terus
dibudayakan adalah kebiasaan sarapan untuk anak.
Sarapan terbukti mampu membuat anak-anak lebih konsentrasi saat
belajar di sekolah. Sarapan yang berkualitas sebagai pasokan utama untuk
memicu konsentrasi otak anak-anak saat menerima pelajaran. Mereka yang
senantiasa memulai aktifitas hariannya dengan sarapan terbukti lebih sehat karena
pasokan nutrisi yang mengandung protein, vitamin dan mineral lebih banyak dari
pada yang sekedar yang mengandung karbohidrat dan lemak saja. Konsentrasi
terhadap pelajaran ataupun pekerjaan lebih baik dibandingkan mereka yang tidak
sarapan atauyang sarapan namun tidak cukup berkualitas.
Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat
mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;
Nicklas et al., 1998; Rampersaud et al., 2005; Soedibyo & Gunawan, 2009).
Sarapan dalam jangka panjang dapat memperbaiki status gizi anak (Gibney et al.,
2008), penambahan berat badan dan tinggi badan khususnya pada populasi di
pedesaan dan negara berkembang (Powell et al., 1998; Cueto, 2001).
Melewatkan sarapan membuat tubuh kekurangan glukosa karena tidak
ada suplai energi, sehingga tubuh menjadi lemah dan kurang konsentrasi. Apabila
terbiasa tidak sarapan, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada
dari jaringan lemak tubuh, dan jika berlangsung secara terus menerus maka dapat
berakibat buruk yaitu terjadinya status gizi kurang (Khomsan, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anzarkusuma, Indah Suci et al. 2014. Status Gizi berdasarkan Pola Makan Anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of
Human Nutrition, Desember 2014, Vol. 1 No.2 : 135-148.
Mariza, Yuni Yanti. 2012. Artikel Penelitian: Hubungan antara Kebiasaan
Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Semarang: Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Riskesdas 2013. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
http://bidanku.com/kebiasaan-sarapan-membantu-meningkatkan-kecerdasan-anak
(diakses tanggal 22 September 2015)