NIM : 2031510008
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya PT. Perkebunan Nusantara X GK
2. Untuk mengetahui unit usaha yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara X
GK.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan gula pada PT. Perkebunan Nusantara X
GK.
4. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan pada PT. Perkebunan Nusantara X
GK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pabrik gula Gempolkrep merupakan pabrik yang termasuk dalam lingkup PTPN
atau PT Perkebunan Nusantara. PTPN adalah sebuah bekas Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dalam bidang agribisnis perkebunan. Pabrik gula Gempolkrep berdiri
pada tahun 1912 dengan nama Cultur Maatschopiil Gempolkrep yang didirikan oleh
N.V Kooy A. Coster van Voor Hout.
Industri PTPN X Pabrik Gula Gempolkrep terletak di Jalan Raya Gedeg, Desa
Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur.
Kegiatan Usaha yang dilakukan pada industry PTPN X Pabrik Gula Gempolkrep
adalah memproduksi gula kristal dan juga tetes tebu. Selain itu juga anak perusahaan
dari PTPN X Pabrik Gula Gempolkrep sebagai berikut :
1. Unit Usaha Tembakau
Budidaya tembakau yang dilakukan di Kabupaten Jember, Jawa Timur
(Kebun Ajung Gayasan dan Kertosari) serta Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah.
2. PT Dasaplast Nusantara (Anak Perusahaan)
Memproduksi karung plastik, innerbag dan waring, disamping untuk
memenuhi kebutuhan pabrik gula
3. PT Mitratani Dua Tujuh (Anak Perusahaan)
Perusahaan ini berlokasi di Mangli, Jember Jawa Timur, merupakan
kerjasama antara PTPN X dengan PT Kelola Mina Laut.Dengan
memproduksi :
1) Kedelai Edamame dengan kapasitas produksi 3.000 ton/tahun.
2) Okura dengan kapasitas produksi 200 ton/tahun.
4. PT Nusantara Medika Utama
Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara X (Persero) yang membawahi 4
Rumah Sakit
- RS Gatoel-Mojokerto
- RS Toeloengredjo-Pare Kediri,
- Rumah Sakit Perkebunan-Jember,
- Rumah Sakit Medika Utama-Blitar
5. PT Energi Agro Nusantara
Pabrik ini mengolah molasses (tetes tebu) sebagai bahan baku menjadi
ethanol fuel grade dengan tingkat kemurnian 99,5 persen.
Stasiun ini bertujuan untuk memerah tebu sehingga diperoleh nira sebanyak
mungkin dan mengusahakan agar kandungan nira dalam ampas sangat kecil. Di Stasiun
Gilingan dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu proses pendahuluan dan ekstraksi
tebu. Tebu disebut layak giling jika hasil tebangan memenuhi persyaratan Manis, Bersih
dan Segar (MBS).
a. Manis : Tebu ditebang pada saat ketuaan tebu telah tercapai (tua = masak =
manis).
b. Bersih : Pucukan, sogolan atau tebu muda yang terbawa sesedikit mungkin.,
Kotoran berupa daduk, tanah dan selain tebu sedikit.
c. Segar : Jarak waktu antara ditebang dengan digiling < 24 jam., Pelaksanaan
tebang harus direncanakan sebaik-baiknya agar jumlah tebu ditebang sesuai
kapasitas giling.
Tebu yang masih berupa lonjoran dipotong-potong dan dicacah pada alat pendahuluan
hingga menjadi serabut yang berukuran sekitar 5 cm. Kemudian serabut-serabut tebu ini
diekstraksi menggunakan gilingan hingga nira yang ada dalam batang tebu terperas.
Untuk meningkatkan efisiensi pemerahan, ditambahkan air imbibisi. Nira yang
dihasilkan masih mengandung banyak pengotor, disebut nira mentah, dan akan diproses
selanjutnya di Stasiun Pemurnian, sedangkan ampas yang dihasilkan akan digunakan
sebagai bahan bakar Boiler. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan nira
yaitu kualitas dan kuantitas tebu., air imbibisi, kinerja gilingan
2. Stasiun Pemurnian
Tujuan dari stasiun ini untuk memisahkan gula (sukrosa) dengan kotoran yang
ikut terlarut dalam nira, agar diperoleh gula yang relatif lebih murni. Zat-zat bukan
gula yang terdapat dalam nira dipisahkan dengan mengendalikan suhu, pH, dan waktu
tinggal di tiap peralatan agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak terinversi.
Sebagian besar zat-zat bukan gula tersebut akan terpisahkan sebagai blotong dan nira
yang dihasilkan disebut nira jernih.
3. Stasiun Penguapan
Tujuan dari stasiun ini untuk memperoleh nira kental yang maksimal. Nira jernih masih
memiliki kadar air tinggi. Untuk mengefisienkan pemakaian uap pada proses kristalisasi
nantinya, air dalam nira diuapkan hingga nira mencapai 30 – 32 derajat Celcius. Proses
penguapan ini dilakukan secara hampa udara.
4. Stasiun Masakan
Tujuan dari stasiun ini untuk memperbesar kristal gula dengan ukuran ± 1 mm. Nira
kental yang dihasilkan diuapkan lebih lanjut hingga terbentuk kristal gula. Proses
kristalisasi ini juga dilaksanakan dalam kondisi hampa udara. Untuk mencapai ukuran
kristal yang diinginkan, proses masakan dibagai dalam beberapa tahap. Hasil akhir
Stasiun Masakan adalah massecuite, yaitu krital gula yang masih mengandung lapisan-
lapisan strup disekelilingnya.
5. Stasiun Puteran
Tujuan dari stasiun ini Memisahkan kristal dengan stroop dengan menggunakan gaya
sentrifugal. Krital gula dalam massecuite dipisahkan dari strup dengan memanfaatkan
gaya sentrifugal. Proses sentrifugasi ini juga dilakukan dalam beberapa tahap,
tergantung jenis massecuite yang diputar.
6. Stasiun Penyelesaian
Tujuan dari stasiun ini untuk menjaga kualitas produk gula, sehingga gula dapat
bertahan lama. Gula yang dihasilkan Stasiun Puteran masih mengandung kadar air yang
cukup tinggi, oleh karena itu gula dikeringkan dan didinginkan dengan menggunakan
Sugar Drier and Cooler (SDC) hingga diperoleh gula dengan kadar air dan suhu yang
diharapkan.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Pabrik gula Gempolkrep berdiri pada tahun 1912 dengan nama Cultur
Maatschopiil Gempolkrep yang didirikan oleh N.V Kooy A. Coster van Voor
Hout.
2. Industri PTPN X Pabrik Gula Gempolkrep terletak di Jalan Raya Gedeg, Desa
Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur.
3. PTPN X Pabrik Gula Gempolkrep memproduksi gula kristal dan juga tetes tebu.
4. Proses produksi gula kristal putih di pabrik-pabrik gula PT Perkebunan
Nusantara X secara garis besar, proses produksinya dapat dibagi menjadi enam
unit, yaitu: stasiun penggilingan, pemurnian, penguapan, pemasakan, puteran,
penyelesaian.
5. Gula krital putih yang dihasilkan PT Perkebunan Nusantara X memiliki
ICUMSA rata-rata 150 IU dan telah memenuhi Standard Nasional Indonesia
(SNI).