Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKA

PEMBUATAN FINGERPRINT DAN PENETAPAN KADAR SENYAWA MARKER


DALAM EKSTRAK RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA RHIZOMA)

Nama : Mia Audina

Nim : 201210410311038

Kelas : Farmasi B

Tanggal prkatikum : 26 November 2015

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
I. Tujuan Kegiatan :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan fingerprint dan penetapan kaar senyawa
marker dalam ekstrak.
II. Tinjauan Pustaka :

Kromatografi fingerprint merupakan analisis semikuantitatif dari ekstrak tanaman dan


mampu melakukan penggambaran secara sistematis semua konstituen yang ada di dalam
tanaman. Dapat juga diartikan kromatogragi fingerprint merupakan pola kromatografi baik
segi farmakologi secara aktif dari suatu tanaman ataupun karakteristik kimiawi yang ada pada
ekstrak. Kromatografi fingerprint dapat menggambarkan kesamaan dan perbedaan yang ada
pada suatu ekstrak tanaman dari variasi tanaman dan identifikasi keaslian dari suatu tanaman
dapat dilakukan secara akurat. Metode fingerprint dilakukan dengan melakukan analisis
kromatogram dari suatu spesies tanaman yang aktif secara farmakologis atau hanya
melakukan rerata intensitas puncak– puncak kromatogram dari minimal tiga daerah penghasil
spesies tanaman obat tanpa memperhatikan aspek farmakologis yang ditunjukkan untuk
kontrol kualitas saja (Lalit, et.al, 2010).
Kencur mempunyai efek analgetik, antipiretik, antifungi, antikarsinogenik, anti masuk
angin, tetanus, obat radang lambung, sakit kepala, demam malaria, dan penambah nafsu
makan. Kandungan kencur adalah pati (4,14%), mineral (13,73%), minyak atsiri (0,02%),
sineol, asam metal kanil, etil ester sinamat, asam sinamat, borneol, kamfer, parameumisin,
asam anisat, dan flavonoid. Kandungan utama kencur adalah etil parametoksi sinamat yang
berefek analgetik Selain aktivitas dari ekstrak kencur dengan berbagai pelarut, telah diteliti
pula bioaktivitas dari isolat kencur yang bertanggungjawab dalam aktivitas antiinflamasi
yakni etil p-metoksisinamat. Etil p-metoksisinamat (EPMS) menghambat induksi edema
karagenan pada tikus dengan MIC 100mg/kg dan juga berdasarkan hasil uji In vitro EPMS
secara non-selektif menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 dengan nilai IC50 masing-
masing 1,12 μM dan 0,83 μM (Umar et al.,2012)
EPMS termasuk ke dalam senyawa ester yang mengandung cincin benzen dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksan. Dalam
ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dengan
senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati
sama. EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzen dan gugus metoksi yang
bersifat non polar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat agak
polar menyebabkan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran
bervariasi. Hasil penelitian pada pemilihan pelarut pada suhu kamar didapat bahwa heksan
adalah pelarut yang paling sesuai ditandai dengan % hasil isolasi tertinggi yaitu 2,111% yang
diikuti etanol yaitu 1,434%, dan etil asetat 0,542% sedangkan dengan aquades tidak terdapat
kristal (Taufikkurohmah dkk, 2008).

EPMS merupakan senyawa turunan asam sinamat sehingga biosintesinya termasuk pada jalur
sikhimat.

Gambar 2.1. Jalur asam sikhimat dalam biosintesa fenilpropanoid untuk menghasilkan
etil p-metoksisinamat. (Sumber dan Norman, 1978)
ahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa
pelat gelas, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan ditotolkan
berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup
rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan (dideteksi) (Stahl Egon dalam Khoirunni’mah, 2013).
2.1 Bahan :
1. Ekatrak kencur dalam etanol 96%
2. Standar Etil para metoksi sinamat (EPMS)

2.2 Alat
1. TLC Scanner
2. Lempeng KLT ukuran 20cm x 10 cm
3. Labu ukur 5 mL
4. Labu ukur 10 mL
5. Pipet mikro (Soccorex)
6. Cawan timbang
7. Vial bertutup (bilas dengan etanol lalu keringkn sebentar dalam oven sebelum
dipakai)
8. Gelas ukur 100 mL
9. Batang pengaduk

2.3 Pembuatan eluen (Fase Gerak)


Eluen yang digunakan: n-Heksana – Etil Asetat – Asam Formiat (90:10;1)
Buatlah eluen sebanyak 101 mL. Masukkan ke dalam chambe. Homogenkan
didalam chamber dengan cara digoyang-goyang. Apabila volume eluen terlalu
banyak, maka kurangi. Jangan sampai totolan awal pada pelat K lTercelup didalam
eluen.
2.4 Pembuatan larutan baku
2.4.1 Pembuatan larutan induk 10.000 pph
Ditimbang standar EPMS dengan seksama sebanyak 100,0 mg, ditambah
dengan 5 mL etanol 96%, diultrasonik selama 5 menit kemudian ditambah dengan
etanol 96% sampai tepat 10,0 mL.

2.4.2 Pembuatan baku kerja


Larutan baku Diambik larutan Tambahkan pelarutetanol 96%
yang akan dibuat induk 10.000 ppm
sebanyak
200 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)
300 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)
400 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)
500 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)
600 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)
800 ppm ad 10 mL (dalam labu ukur 10,0 mL)

2.5 Preparasi sampel


2.5.1 Sampel untuk penetapan kadar
Ditimbang sebaj 3 kali, sebanyak 20,0 mg masing-masing sebanyak 3
kali, ditambahkan pelarut masing-masing sebnyak 2ml diultrasonik selama 5
menit, ditambahakan etanol 96% sampai 5,0 ml.
2.5.2 Sampel untuk penentuan recoveri
Ditimbang sampel sebanyak 20,0 mg masing-masing sebnyak 3 kali,
ditambakan pelarut masing-masing sebnyak 2 ml, diultrasonik selma 5
menit, ditambahka standar EPMS 5000 ppm sebnayak 100,0 μL, kemudian
ditambahkan pelarut sampai 5,0 mL.
2.5.3 Penotolan sampel dan standar pada plat KLT
 Dilakukan pengeceran : ambil 1000 μL larutan sampel ditambah
dengan etanol 96% sebnyak 1000 μL ( dalam cial bertutup).
 Totolkan sampel dan sampel untuk recovery sebanayak 2 μL,
sedangkan standart EPMS sebanyak 2 μL pada plat

0,5 cm

10 cm

2 cm 1,5 cm

1  S11, 2,
2 3 S2 3 Standar
dst = S3 4EPMS
R1 5 R2 6 R3 1,5 cm

 1, 2, 3 dst = standart EPMS


 S1, S2, S3 = Sampel 1, 2, dan 3
 R1, R2, R3 = Sampel recoveri 1, 2, dan 3

2.6 Cara kerja


1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Plat KLT yang sudah discan pada panjang gelombang 254 dan 365 nm,
kemudian discan panjang gelombang 200-400nm. Dari sini dapat diketahui pada
panjang gelombang berapa EPMS memberikan absorban maksimum. Panjang
gelombang maksimum tersebut yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Penentuan limneritas
Linieritas ditentukan dari larutan standar EPMS pada lempeng KLT, kemudian
dianalisis dengan KLT- densitometer pada panjang gelombang maksimum.
Dihitung berapa regresi linier antara kadar dan luas area noda.
3. Penentuan Presisi
Untuk menghitung presisi, ditotolkan sampel masing-masing 2μL dan larutan
standar EPMS masing-masing 2μL pada plate KLT. Plate ini kemudian dieluasi
dengan fase gerak dan dianalisis menggunakan KLT-densitometer pada panjang
gelombang maksimum. Sehingga dapat dihitung berapa standart deviasi (SD)
dan Koefisien variasi (KV).
4. Penentuan akurasi
Untuk menentukanpersen recoveri, ditotolkan sampel recovery masing masing
2μL( lihat dipreparaasi sampel dan recovery) dan larutan standar EPMS masing-
masing 2μL pada plat KLT. Pelat ini kemuadian dieluasi dengan fase gerak dan
dianalisis menggunakan KLT- densitoeter pada panjang gelombang maksimum.

Kadar yang diperoleh Ct


% recovery = = x 100%
Kadar yang sebenarnya Cp + Cst

Dimana Ct = Kadar EPMS yang diperoleh


Cp = Kadar EPMS dalam sampel
Cst = Kadar standar EPMS yang ditambahkan
Hasil yang diperoleh kemudian dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien
variasi (KV)

Anda mungkin juga menyukai