Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN

SOSILAISASI DAN IMPLEMENTASI PERDA KTR TINGKAT SEKOLAH


MENENGAH ATAS KABUPATEN /KOTA
TAHUN 2016
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Kesehatan RI

UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal PP-PL

PROGRAM : Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (07.03.04)

SASARAN PROGRAM : Menurunkan angka kesakitan dan kecacatan akibat penyakit


tidak menular.
UNIT ESELON II/SATKER : Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular

KEGIATAN : Sosialisasi dan Implementasi Perda KTR Prov. Sulawesi Selatan

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : a. Persentase perokok usia ≤ 18 tahun


b. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), minimal 50% sekolah

SATUAN UKUR DAN JENIS KELUARAN : 1. Meningkatnya kabupaten / kota yang menyelenggarakan
gerakan nasional stop merokok di sekolah
2. Jumlah Duta Pengendalian Rokok di Sekolah yang terpilih serta
rencana kerja Duta Pengendalian Rokok di Sekolah
3. Terselenggaranya puncak gerakan nasional stop merokok di
sekolah tahun 2015

VOLUME : 1 Paket.

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. tentangKesehatan;
b. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentangSistemPerencanaan Pembangunan
NasionaldanPengelolaan Keuangan Negara;
c. Undang-undangNomor 32 tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah;
d. Undang-undangNomor 33 tentangPerimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
e. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
f. Peraturan Pemerintah No.109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan


Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 11 Makassar – SulSel
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak
Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan
i. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK 02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

B. PENDAHULUAN
Di seluruh dunia terdapat 1,25 miliar perokok usia 15 tahun ke atas dan dari jumlah tersebut sebanyak
250 juta adalah perempuan, perbandingan perokok laki-laki dan perempuan adalah 5 : 1. Prevalensi perokok
usia 15 tahun keatas di dunia sebesar 24 %, perokok usia 13 – 15 tahun sebesar 9,5 %. Sekitar 65 % perokok di
dunia berada di 10 negara dengan kontribusi terbesar adalah cina, india dan Indonesia.
Data dari WHO 2008, menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia menduduki peringkat
ketiga (4,8%), setelah cina (35%) dan India (11,2%). Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011,
menunjukkan bahwa prevalensi perokok sebesar 36,1 % sedangkan Riskesdes 2010 menunjukkan bahwa rata-
rata jumlah rokok yang dikonsumsi adalah 10 batang per hari pada laki – laki dan 6 batang perhari pada
perempuan, penduduk dewasa 59, 9 % tidak merokok, 5,4 % mantan perokok, 28,2% merokok setiap hari dan
6,5 % merokok tidak setiap hari. Diantara 28,2 % orang dewasa yang merokok setiap hari, 52, 3 % mengisap 1
– 10 batang per hari dan 20 % mengisap 11 – 20 batang perhari. Prevalensi perokok aktif dewasa adalah 34,7
% dengan distribusi pada laki-laki dan 4,2 % pada perempuan.
Asap rokok orang lain (AROL) berbahaya bagi bukan perokok atau perokok pasif. AROL merupakan
campuran antara asap dan partikel. Data WHO 2009, menunjukkan bahwa korban kematian akibat AROL
terutama pada kelompok rentan, anak-anak sebesar 31 % dan perempuan sebesar 64%. Data Riskesdes 2010
menunjukkan bahwa 92 juta warga Indonesia terpapar asap rokok orang lain, 43 juta diantaranya merupakan
anak-anak, termasuk 11,4 juta anak usia 0-4 tahun.
Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit akibat rokok seperti gangguan pernapasan (PPOK, asma),
gangguan kardiovaskuler (hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner), kanker serta gangguan reproduksi
dan kehamilan, bukan hanya dari biaya pengobatan tetapi juga hilangnya atau waktu produktivitas.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 109/2012
tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan telah
mengamanatkan bahwa Pemerintah baik Pusat dan Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya terutama pada tatanan sekolah. Hal ini merupakan upaya promotif dan preventif dalam rangka
melindungi segenap lapisan masyarakat yang selama ini terkena dampak dari rokok baik perokok aktif maupun
pasif, seperti wanita, balita dan anak sekolah.
Hasil Survei Jajak Pendapat Siswa Sekolah Menengah Terhadap Larangan Iklan Dan Sponsor Rokok
Tahun 2013 Dit PPTM KEMENKES RI dengan PUSLITKES UI juga menunjukkan usia pertama kali merokok
sejak usia dibawah lima tahun sebanyak 2-7,5% dan mulai merokok pada usia 6-12 tahun sebanyak 27-68,5%.
Siswa yang merokok kurang dari 7 hari dalam sebulan (72-94%). Merokok lebih dari 20 hari dalam sebulan
berkisar antara 2,7-13%. Sebanyak 75-88% siswa menghisap rokok kurang dari 12 batang. Yang mengaku
menghisap rokok 100 batang, 0,7-8%.

Dalam hal pencegahan, upaya yang dapat dilakukan di antaranya yaitu: dengan menjauhkan anak dari akses
rokok, perlindungan dari sasaran marketing industri rokok (dengan pelarangan iklan, promosi dan sponsor
rokok), pemberian informasi yang benar tentang bahaya rokok (edukasi, peringatan kesehatan bergambar) dan
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 11 Makassar – SulSel
perlindungan dari terpapar asap rokok, penerapan Kawasan Tanpa Rokok, termasuk ketentuan bahwa tempat
khusus untuk merokok harus merupakan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar (untuk tempat
kerja dan tempat umum), larangan iklan, promosi dan sponsorship, perlindungan pada anak-anak dan ibu hamil.
Dan Kelima, serta mengatur penjualan produk tembakau kepada anak di bawah usia 18 tahun. Pelarangan ini
dimaksudkan sebagai upaya dalam penanggulangan masalah tembakau sebagai akibat tingginya dampak
penyakit yang ditimbulkan karena produk tembakau / rokok dengan mempersempit jangkauan anak untuk
memperoleh produk tembakau dan untuk menghindari penjualan kepada anak dibawah umur, serta melakukan
screening dan konseling UBM di sekolah-sekolah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


 Mensukseskan implementasi peraturan kawasan tanpa rokok di 24 Kab/Kota , utamanya di sekolah
 Meningkatkan peran guru dan siswa dalam gerakan stop merokok di sekolah dalam menurunkan
prevalensi perokok pemula
D. KELUARAN
Keluaran pada kegiatan ini adalah :
- Terselenggaranya puncak Gerakan Nasional Stop Merokok di Sekolah
- Terlaksananya layanan konseling berhenti merokok
- Terlasananya Berhenti merkokok pada hari Tembakau Sedunia.
E. PENERIMA MANFAAT
Penerima Manfaat dari kegiatan Sosialisasi dan Implementasi Perda KTR di. Sekolah Menegah Atas Tk.
Kab/Kota, adalah Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Dinas Pendidikan Kab/Kota.
F. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan adalah swakelola. Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan Sosialisasi
dan Implementasi Perda KTR Tk. Sekolah Menegah AtasTingkat Kab/Kota adalah ceramah dan Tanya
jawab.
2. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini di rencanakan pada bulan Maret 2016

G. PENDANAAN
Kegiatan ini dibebankan pada dana Dekonsentrasi Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.

Makassar, Februari 2016

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan


Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 11 Makassar – SulSel

Anda mungkin juga menyukai