Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA


DENGAN SELATAN-SELATAN

Cover source : unep.org, aiddata.org, and chronicle.co.zw

PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI


BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2015
ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN

INDONESIA DENGAN SELATAN SELATAN

PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN


KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

2015

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR..........................................................................................................v

ABSTRAK ..........................................................................................................................vi

I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................... 3
II. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 4

2.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 4


2.2. Model Gravity........................................................................................... 4
III. GAMBARAN MAKROEKONOMI NEGARA SELATAN SELATAN .................... 9

3.1 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia ............... 10


3.2 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub
Sahara)................................................................................................ 13
3.3 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika ............ 16
IV. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NEGARA SELATAN SELATAN ........ 20

4.1 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia dengan


Dunia ................................................................................................... 21
4.2 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika (Sub
Sahara) dengan Dunia......................................................................... 23
4.3 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Amerika
dengan Dunia ...................................................................................... 25
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IMPOR PRODUKI
MANUFAKTUR NEGARA SELATAN SELATAN DARI INDONESIA ............... 27

5.1. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Asia dari
Indonesia ............................................................................................. 28

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan ii


5.2. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Afrika (Sub
Sahara) dari Indonesia ........................................................................ 30
5.3. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika
dari Indonesia ...................................................................................... 34
5.4 Hambatan dalam memasuki pasar ekspor Selatan Selatan ................. 38
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................... 41

6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 41


6.2 Rekomendasi .......................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan iii


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Asia (2010-2013) ................................................... 11

Tabel 3.2. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Asia Periode 2010-2013 (Persen) ......................... 12

Tabel 3.3. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Afrika (Sub Sahara)(2010-2013)............................ 14

Tabel 3. 4. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Afrika (Sub Sahara) Periode 2010-2013 (Persen) . 15

Tabel 3.5. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara di Kawasan Amerika


Selatan (2010-2013).............................................................. 17

Tabel 3.6. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Amerika Periode 2010-2013 (Persen) ................... 18

Tabel 4. 1. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Kawasan Asia


Selatan ke Dunia 2010-2013 ................................................. 22

Tabel 4.2. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Kawasan Afrika ke


Dunia ..................................................................................... 24

Tabel 4.3. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan


Kawasan Amerika ke Dunia .................................................. 26

Tabel 5.1 Koefisien Variabel Penduga Permintaan Impor NegaraSelatan


Selatan Kawasan Asiadari Indonesia .................................... 28

Tabel 5.2 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan


Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia ....................................... 31

Tabel 5.3 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan


Amerika dariIndonesia........................................................... 34

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan iv


KATA PENGANTAR

Analisis singkat mengenai hubungan perdagangan Indonesia dengan


Selatan Selatan ini merupakan kajian jangka pendek yang telah menjadi
salah satu kegiatan pada Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan (BP2KP). Fokus analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi potensi perdagangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perdagangan Indonesia dengan negara Selatan Selatan.

Selama ini perdagangan Indonesia dengan kawasan lain, khususnya


Afrika masih sangat terbatas. Di sisi lain Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan dengan kawasan Asia. Performa ekspor non migas
ke Selatan Selatan baik di kawasan Asia, Amerika dan Afrika sangat
penting bagi Indonesia, namun ekspor masih didominasi produk primer.
Indonesia seharusnya bisa memaksimalkan pemasaran produk
manufaktur terutama ke negara Selatan Selatan.

Berdasarkan hal tersebut, maka Pusat Kebijakan Perdagangan Luar


Negeri, BP2KP melakukan Analisis Hubungan Perdagangan Indonesia
dengan Selatan Selatan. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam upaya meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, khususnya ke
negara Selatan Selatan. Akhirnya, kami menyadari bahwa laporan hasil
analisis singkat ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami sangat
berterimakasih kepada semua pihak atas segala masukan dan sarannya
demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, September 2015

Tim Analisis

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan v


ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi perdagangan di negara anggota
Selatan-Selatan, menganalisis faktor yang mempengaruhi perdagangan produk
manufaktur di negara tersebut dengan analisis model graviti, serta menyusun
rekomendasi kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor produk manufaktur Indonesia
ke Selatan-Selatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan
Selatan-Selatan memiliki potensi yang cukup tinggi bagi Indonesia karena permintaan
negara-negara di kawasan tersebut masih tinggi sementara ekspor Indonesia ke negara-
negara tersebut relatif masih rendah. Analisis gravity model menunjukkan bahwa PDB
elastis terhadap impor produk tekstil, otomotif, dan produk kimia di pasar Amerika Selatan
dan Asia; serta produk kimia, kertas dan elektronik di pasar Afrika. Jarak ekonomi
berpengaruh positif terhadap impor produk manufaktur, kecuali otomotif dan alas kaki di
pasar Amerika Selatan serta tekstil dan mesin di Afrika. Populasi berpengaruh positif
terhadap impor otomotif, alas kaki dan elektronik di pasar Amerika Selatan; produk
otomotif dan produk kimia di pasar Asia serta produk kimia dan produk kertas di pasar
Afrika. Sementara nilai tukar negara mitra berpengaruh positif terhadap impor produk
manufaktur kecuali produk elektronik dan produk kimia di pasar Asia; produk kimia, kertas
dan elektronik di pasar Afrika. Untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Selatan-Selatan,
maka direkomendasikan antara lain: intensifikasi pameran misi dagang; pendirian bank
ekspor impor; pembentukan kelompok kerja untuk mengatasi hambatan ekspor; dan
kerjasama pembangunan melalui bantuan teknik.

ABSTRACT
This study aims to identify the potential trade South-South member countries, analyze
factors that affect trade of manufactured products in the South-South with gravity model
approach, and to develop policy recommendations in order to increase Indonesia‘s
manufacturing exports to the South-South. The analysis showed that the South-South
region has considerable potential for Indonesia due to its high import growth from the
world while Indonesia’s export to the Souh-South is still relatively low. Analysis of gravity
model shows that PDB elastic on Indonesia’s exports of textile products, automotive, and
chemical products in South America and Asia; chemical products, paper and electronics
in Africa. Economic distance positively influences South south’s import of manufactured
products, except automotive and footwear in America as well as textiles and machinery in
Africa. Population has positive effect on imports of automotive, footwear and electronics in
South America; automotive products and chemical products in Asia as well as chemical
products and paper products in Africa. While the exchange rate has positive influence on
the import of manufactured products except electronic products and chemical products in
Asia; chemical products, paper and electronics in Africa. Several recommendations for
increasing exports to the South South are the intensification of exhibition trade mission
and the establishment of export-import bank,the establishment of a working group to
overcometrade barrier, and development cooperation between Indonesia and the South
South through technical assistance.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan vi


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


South-South cooperation (SSC), dibentuk oleh negara-negara yang
tidak termasuk kedalam negara industri atau negara maju, maupun negara
sosialis. Escobar (2011) menyebut sebagai negara dunia ketiga (third
world). Meskipun anggotanya berasal dari kawasan negara yang berbeda
(Asia, Afrika, Amerika, Eropa), namun mempunyai banyak kesamaan.
Kebanyakan negara Selatan Selatan merupakan negara yang sedang
membangun setelah mengalami penjajahan, menerima imbas akibat
perang dingin komunis dengan negara industri. Persamaan
kepentingandan saling menguntungkanseperti Gerakan non-blok, G-77
merupakan cikal bakal terbentuknya SSC (Gurria, 2010).

Disebut South-South cooperation, karena posisi negara-negara


berkembang yang menjadi anggotanya, semula hanya negara
berkembang di wilayah selatan. Kini negara-negara pecahan Uni Soviet
juga masuk sebagai anggota South-South (David 2010). Nama South-
South masih dianggap relevan karena negara-negara eks Soviet tersebut
posisinya di bagian selatan, yaitu Eropa Selatan.

Gerakan Non Blok dan G77 yang semula untuk kepentingan politik
dan collective bargaining, kemudian berkembang pada kepentingan
ekonomi (new international economic order). Sehingga ada dua pilar
kerjasama dalam SSC. Pertama kerjasama ekonomi terutama pada aliran
perdagangan, investasi asing dantransfer teknologi diantara negara
berkembang, termasuk menghilangkan diskriminasi kelembagaan dan
kebijakan. Kedua, bantuan teknis terutama dalam hal capacity building
dari segi teknis melalui training, pertukaran expert dan berbagi
pengalaman dan know-how (OECD/WTO,2009), serta bentuk pertukaran
lainnya yang menjadikan negaraSouth-South semakin terintegrasi (Jha &
McCawley, 2012).

1
Pertumbuhan perdagangan antara negara berkembang dengan
South-South lebih tinggi dibandingkan perdagangan antara negara
berkembang dengan negara kaya, North-South (The Economist, 2013).
Perdagangan antara Afrika dengan BRICS (Brazil, Russia, India,
China,and South Africa) tumbuh cepat, melebihi perdagangan antar
negara-negara BRICS (Freemantle & Stevens,2013). Strategi Brazil
dengan menempatkan 37 duta besar yang tersebar di seluruh Afrika,
mampumeningkatkan nilai perdagangan ke Afrika dari USD 4 miliar pada
tahun 2000, menjadi USD 28 miliar pada tahun 2012 (Stuenkel, 2013).

Kerjasama perdagangan antar Selatan Selatan, menyebabkan


terjadinya divergency perkembangan ekonomi antara negara-negara
anggotanya (Malhotra, 2008), dimana beberapa negara ekonominya
tumbuh cepat menjadi middle income dan emerging countries, lainnya
tetap sebagai negara berkembang. Negara middle income dan emerging
countries dapat memanfaatkan peluang kerjasama perdagangan, hingga
mengalami pertumbuhan ekonomi 5% sampai 10% (JICA, 2012) seperti
negara-negara BRICS (Brazil, Russia, India, China/R.R. Tiongkok, and
South Africa), beberapa negara ASEAN serta negara-negara Arab.

Salah satu fokus Pemerintah Indonesia agar mendapatkan


keuntungan dari kerjasama Selatan Selatan adalah dengan
mengoptimalkan ekspor ke negara anggota Selatan Selatan, mengingat
tujuan ekspor Indonesia masih didominasi kenegara mitra dagang
tradisionalseperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Pemerintah harus
cermat dalam melihat potensi ekonomi anggota Selatan Selatan, sehingga
dapat dilakukan pemetaan atau analisis terhadap komoditi-komoditi
unggulan ekspor Indonesia ke negara anggota Selatan Selatan. Informasi
tentang potensi ekspor Indonesia ke negara Selatan Selatan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan Indonesia ke
negara Selatan Selatan penting untuk menyusun rekomendasi
pengembangan ekspor yang efektif.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2


1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi perdagangan di negara anggota Selatan


Selatan.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Impor produki
manufaktur negara Selatan Selatan dari Indonesia.
3. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam rangka meningkatkan
ekspor Indonesia ke Selatan Selatan.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut;

1. Sumber informasi ilmiah dan salah satu referensi bagi pemerintah


dalam perumusanan kebijakan, khususnya terkait rencana
pengembangan pasar ke negara anggota Selatan Selatan.
2. Referensi pemilihan produk ekspor ke negara anggota Selatan
Selatanbagi pelaku usaha.
3. Sumber informasi ilmiah yang dapat memperluas pengetahuan
pembaca, serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4 Ruang Lingkup

Analisis mengenai hubungan perdagangan Indonesia dengan


Selatan Selatan dibatasi pada 25 negara Selatan Selatan dengan PDB
terbesar di setiap kawasan, yaitu kawasan Amerika, kawasan Asia dan
kawasan Afrika (Sub Sahara). Sementara itu, komoditi yang dianalisis
dibatasi pada 5 kelompok komoditi ekspor Indonesia tebesar di masing-
masing kawasan.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3


II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari


berbagai sumber yaitu WITS, BPS, ITC, Cepii, IMF dan World Bank
selama periode 2009-2014. Adapun data sekunder yang digunakan yaitu
GDP negara mitra dagang, populasi negara mitra dagang, nilai tukar riil,
dan jarak geografi. Negara mitra dagang yang dianalisis adalah 25 negara
di masing-masing kawasan yaitu Asia, Amerika dan Afrika. Negara-negara
tersebut merupakan negara mitra dagang utama Indonesia di Kawasan
Selatan Selatan di Asia, Amerika, dan Afrika. Untuk setiap kawasan,
dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Impor produk
manufaktur negara Selatan Selatan dari Indonesia seperti produk tekstil,
produk kimia, produk alas kaki, produk otomotif, produk kertas, produk
mesin. Nilai impor didekati dari nilai ekspor Indonesia ke kawasan tersebut
(mirror).

Data sekunder yang digunakan merupakan data panel dengan


cross section-nya adalah negara mitra dagang. Semua data ditransformasi
dalam bentuk logaritma natural untuk memudahkan interpretasi hasil yang
bisa dinyatakan dalam bentuk persentase.

Pemilihan negara dari setiap kawasan dilakukan berdasarkan nilai


Gross Domestic Products (PDB) terbesar. Sedangkan pemilihan kelompok
produk manufaktur berdasarkan pada nilai ekspor tertinggi Indonesia pada
tahun 2014.

2.2. Model Gravity

Teori model Gravity berasal dari hukum tarik menarik gravitasi yang
dikemukakan oleh Isaac Newton yang menyatakan bahwa kedua benda
yang memiliki massa akan saling tarik menarik. Besarnya daya tarik-
menarik dirumuskan sebagai berikut:

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4


𝑚1 𝑚2
𝐹=𝐺 (2.1)
𝑟

Dimana:

F = besarnya daya tarik menarik antara kedua benda

𝐺 = konstanta gravitasi

𝑚1 dan 𝑚2 = massa dari benda 1 dan benda 2

𝑟 = jarak antara benda 1 dan benda 2

Teori tersebut dapat diterapkan dalam konsep perdagangan


internasional dengan mengganti 𝑚1 dan 𝑚2 dengan PDB dari negara 1
dan negara 2, F dengan total perdagangan antara kedua negara, dan r
dengan jarak antara kedua negara. Jarak geografi antar Negara
merupakan bilangan konstanta (jaraknya tetap). Agar bisa digunakan
sebagai variable, maka jarak geografi ditransformasi menjadi jarak
ekonomi (d: economic distance). Persamaan interaksi perdagangan antar
Negara menjadi (Bhattacharyya dan Banerjee 2006):

𝑌1 𝑌2
𝑇=𝑐 (2.2)
𝑑

Dimana:

T = Total perdagangan antara kedua negara

𝑐 = konstanta

𝑌1 dan 𝑌2 = PDB dari negara 1 dan negara 2

𝑑 = jarak antara negara 1 dan negara 2

Untuk melakukan estimasi persamaan tersebut, digunakan data


panel yang terdiri dari kombinasi antara data deret waktu dan cross-

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5


section. Nilai PDB dan jarak ditransformasi dalambentuk logaritma natural
(ln) agar, bisa langsung diperoleh koefisien elastisitas (). Dengan
melakukan logaritma pada persamaan 2.2, diperoleh:

𝑙𝑛 𝑇1𝑗𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 ln 𝑌1𝑡 + 𝛽2 ln 𝑌𝑗𝑡 + 𝛽3 𝑙𝑛 𝑑1𝑖 + 𝜀1𝑗𝑡 (2.3)

Untuk melakukan analisis secara lebih mendalam, biasanya ada


variabel-variabel lain yang dimasukkan ke dalam model gravity selain PDB
dan jarak, yaitu populasi yang mengukur besarnya pasar dan nilai tukar.
Dengan demikian, bentuk persamaan model gravity yang dianalisis pada
kajian ini sebagai berikut:

𝑙𝑛𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒_𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟𝑖,𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑙𝑛𝑒𝑐𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒𝑖,𝑡 + 𝑐𝑙𝑛𝑔𝑑𝑝𝑖,𝑡 + 𝑑𝑙𝑛𝑝𝑜𝑝𝑖,𝑡 +


𝑒𝑙𝑛𝑒𝑥𝑟𝑎𝑡𝑒𝑖,𝑡 + 𝑒𝑟𝑜𝑟 (2.4)

Dimana:

𝑙𝑛𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒_𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟𝑖,𝑡 =Nilai ekspor Indonesia untuk 5 produk yang dianalisis


(mencerminkan nilai impor negara mitra dagang)

𝑙𝑛𝑒𝑐𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒𝑖,𝑡 = Jarak ekonomi

𝑙𝑛𝑔𝑑𝑝𝑖,𝑡 = PDB negara mitra dagang

𝑙𝑛𝑝𝑜𝑝𝑖,𝑡 = Populasi negara mitra dagang

𝑙𝑛𝑒𝑥𝑟𝑎𝑡𝑒𝑖,𝑡 = Nilai tukar riil negara mitra dagang terhadap USD

𝑖=negara mitra dagang Indonesia di Kawasan Selatan Selatan; 𝑡= periode


waktu

Jarak ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini dihitung


menggunakan rumus:

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑔𝑒𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑖
𝑒𝑐𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝐺𝐷𝑃𝑖⁄ (2.5)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐺𝐷𝑃

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6


Dimana:

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑔𝑒𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑖 = Jarak antara dua ibukota negara yaitu Jakarta dan


Ibukota masing-masing negara mitra dagang di
Kawasan Selatan Selatan

𝐺𝐷𝑃𝑖 = PDB negara mitra dagang

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐺𝐷𝑃 = Total PDB 25 negara mitra dagang di tiap kawasan.

Sedangkan nilai tukar riil yang digunakan dihitung dengan cara:

𝑚𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎𝑖 𝐶𝑃𝐼𝐴𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡


𝑥𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑋 (2.6)
𝑈𝑆𝐷 𝐶𝑃𝐼𝑚𝑖𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔

Dimana:

CPI Amerika Serikat = Tingkat inflasi di Amerika Serikat

CPI mitra dagang = Tingkat inflasi di negara mitra dagang

Jika exchange rate mata uang negara tujuan ekspor terhadap USD
semakin tinggi maka terjadi depresiasi mata uang negara tersebut yang
menyebabkan harga barang-barang impor termasuk dari Indonesia
semakin mahal sehingga permintaan impor berkurang. Sebaliknya jika
terjadi apresiasi mata uang negara tujuan ekspor terhadap USD, harga
barang-barang impor semakin murah dan permintaan impor meningkat.
Oleh karena itu hubungan antara exchange rate dengan barang-barang
impor secara umum diduga negatif.

Selanjutnya untuk menghasilkan model yang efisien, tidak bias, dan


konsisten, maka dilakukan pendeteksian terhadap pelanggaran atau
gangguan asumsi dasar model ekonometrika, berupa gangguan antar
waktu (time-related disturbance), gangguan antar individu atau dalam
kasus ini pasangan negara (cross sectional disturbance), dan gangguan

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7


pengaruh keduanya. Pengujian yang dilakukan menyangkut uji
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8


III. GAMBARAN MAKROEKONOMI NEGARA SELATAN
SELATAN

Gambaran makroekonomi yang dibahas adalah PDB total, PDB


perkapita serta pertumbuhannya. Selain itu juga dibahas tentang jarak
ekonomi dan jumlah penduduk, yang diduga berpengaruh terhadap
ekspor.

PDB total suatu negara menunjukkan daya beli produk impor.


Makin tinggi PDB total potensi membeli produk impor semakin tinggi.
Namun PDB total yang tinggi memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama, pendapatan per kapita tinggi dengan jumlah penduduk sedikit,
seperti Negara Brunai. Kemungkinan kedua, jumlah penduduk besar
dengan pendapatan per kapita kecil, misalnya Pakistan. Kedua
kemungkinan tersebut memiliki konsenkwensi yang berbeda terhadap
produk yang potensial untuk diekspor.

Hukum Engle (Nicholson, 2002) menyatakan bahwa bagian


pendapatan yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun
jika pendapatannya meningkat. Berdasarkan pernyataan tersebut maka,
semakin tinggi pendapatan per kapita konsumsi produk makanan semakin
berkurang. Jika produk yang di ekspor adalah produk non pangan, maka
Negara tujuan ekspor yang menjadi target adalah negara dengan
pendapatan per kapita tinggi. Sebaliknya untuk produk makanan, tujuan
ekspor yang relatif potensial adalah negara dengan pendapatan perkapita
relatif rendah.

Prinsip hukum gravitasi Newton yang memperhitungkan jarak


geografi dan ukuran fisik (masa) antara dua objek, dapat menjelaskan
hubungan perdagangan antar dua negara. Makin jauh jarak antara dua
negara, makin mahal biaya transportasi barang, maka intensitas
perdagangan makin kecil. Namun jika dayabeli negara tujuan ekspor

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9


tinggi (dicerminkan oleh PDB), permintaan impor juga makin besar,
sehingga biaya transportasi terkompensasi oleh volume perdagangan
yang besar. Oleh karena itu penggunaan variabel jarak geografi harus
dibobot dengan PDB, menjadi jarak ekonomi (economic distance), untuk
menentukan besarnya permintaan impor (persamaan 2.5).
Negara yang dianalisis 25 negara dipilih berdasarkan kelengkapan
data serta memiliki PDB terbesar tahun 2013, di masing-masing kawasan.
Berikut adalah deskripsi indikator makro ekonomi negara kawasan Selatan
Selatan.

3.1 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia


Negara Selatan Selatan di kawasan Asia yang dipilih memiliki PDB
rata-rata (tahun 2010-2013) lebih dari USD 15 juta. PDB tertinggi sebesar
USD 7.680,54 juta dicapai oleh Negara R.R. Tiongkok, dan terendah USD
15,53 juta dicapai oleh negara Brunai Darusalam. Meskipun PDB Brunai
Darusalam terendah, jumlah penduduk Brunai Darusalam juga paling
sedikit. Sehingga jika dilihat dari PDB per kapita, Brunai Darusalam masuk
dalam urutan ke-5 terbesar setelah Qatar, Singapura, Kuwait dan Uni
Emirat Arab. Tabel 3.1. menunjukkan rata-rata PDB periode tahun 2010-
2013 negara Selatan Selatan di kawasan Asia.

Jarak geografi merefleksikan biaya transportasi untuk perdagangan.


Namun jika dibobot dengan share PDB terhadap total PDB kawasan,
disebut dengan jarak ekonomi, yang menunjukan kemampuan ekonomi
negara menutupi biaya transportasi. Pada kenyataannya, jarak bukan
satu-satunya penentu biaya transportasi. Keberadaan pelabuhan negara
tujuan, serta baik/buruknya pelayanan di pelabuhan turut mempengaruhi
biaya transportasi secara keseluruhan.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10


Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan
di Kawasan Asia (2010-2013)

PDB total PDB per


Jarak Populasi
NO NEGARA (Billion capita
ekonomi (juta)
USD) (USD)

1 R.R. Tiongkok 7.680,54 5.695,22 4.961,97 1.347,48


2 India 1.815,61 1.477,08 937,62 1.228,90
3 Indonesia 825,05 3.360,77 - 245,30
4 Saudi Arabia 669,68 23.837,63 217,62 28,03
United Arab
5 Emirates 352,04 39.077,21 39,83 8,98
6 Thailand 354,45 5.313,38 226,46 66,69
7 Iran, Islamic Rep. 455,66 6.005,60 172,92 75,94
8 Malaysia 288,88 9.950,09 158,65 29,00
9 Singapore 273,83 52.157,50 161,40 5,24
10 Philippines 236,51 2.461,67 129,51 95,90
11 Pakistan 211,86 1.190,83 103,90 177,65
12 Iraq 192,41 5.954,08 73,97 32,18
13 Qatar 172,11 86.721,56 14,81 1,97
14 Kuwait 154,83 48.405,21 42,85 3,18
15 Viet nam 144,67 1,635,60 74,18 88,31
16 Bangladesh 131,82 856,05 63,72 153,82
17 Oman 71,33 22.305,17 11,85 3,19
18 Sri Lanka 58,83 2,859,33 26,14 20,58
19 Lebanon 41,41 9.398,15 9,52 4,40
20 Yemen, Rep, 32,22 1.365,55 7,21 23,58
21 Jordan 29,99 4.789,77 7,38 6,25
22 Bahrain 29,60 22.760,24 1,94 1,30
23 Afghanistan 18,66 631,88 7,72 29,47
24 Nepal 18,34 670,77 9,91 27,32
25 Brunai Darussalam 15,53 37.907,55 8,44 0,41
Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015)

Berdasarkan data pada Tabel 3.1, terlihat bahwa jarak ekonomi


Indonesia ke Negara-negara yang termasuk ke dalam kawasan Selatan
Selatan Asia, yang terbesar adalah ke negara R.R. Tiongkok, yaitu
sebesar 4.961,97. Sementara itu, jarak ekonomi dari Indonesia ke Bahrain
merupakan yang terkecil, yaitu sebesar 1,94. Hal ini menunjukkan bahwa
jarak ekonomi Indonesia-R.R. Tiongkok yang tinggi berimplikasi pada

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11


tingginya biaya transportasi, sebaliknya jarak ekonomi Indonesia-Bahrain
yang rendah menunjukkan rendahnya biaya transportasi.

Disamping ukuran ekonomi negara tujuan ekspor, dinamika


ekonomi juga sangat penting untuk mengetahui potensi impor suatu
negara. Pertumbuhan PDB total dan PDB perkapita dan pertumbuhan
populasi penduduk merupakan potensi untuk pengembangan ekspor.
Tabel 3.2 menunjukkan perkembangan indikator ekonomi negara Selatan
Selatan di kawasan Asia.

Tabel 3.2. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Asia Periode 2010-2013 (Persen)
No NEGARA PDB total PDB per capita Populasi
1 R.R. Tiongkok 55,81 53,55 1,47
2 India 9,76 5,68 3,86
3 Indonesia 22,44 17,94 3,82
4 Saudi Arabia 42,07 34,33 5,76
5 United Arab Emirates 40,65 27,04 10,72
6 Thailand 21.43 20.33 0.92
7 Iran, Islamic Rep. -12.70 -16.06 4.01
8 Malaysia 26.51 20.38 5.10
9 Singapore 26.02 18.49 6.35
10 Philippines 36.31 29.46 5.30
11 Pakistan 31.11 24.64 5.19
12 Iraq 65.56 53.40 7.93
13 Qatar 62.43 31,05 23,94
14 Kuwait 52,33 35,28 12,60
15 Vietnam 47,84 43,26 3,19
16 Bangladesh 30,11 25,57 3,62
17 Oman 35,84 4,81 29,60
18 Sri Lanka 35,54 36,66 -0,82
19 Lebanon 16,69 13,39 2,91
20 Yemen, Rep, 13,26 5,63 7,22
21 Jordan 27,45 19,28 6,85
22 Bahrain 27,91 20,17 6,44
23 Afghanistan 27,44 18,45 7,58
24 Nepal 20,63 16,51 3,54
25 Brunai Darussalam 30,25 24,88 4,30

Sumber: IMF, World Bank, CEPII (2015)

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12


Pertumbuhan PDB periode tahun 2010-2013, tertinggi terjadi di Iraq
yang mencapai 65,56%. Sebaliknya di Iran pada periode yang sama
terjadi penurunan PDB sebesar -12,7%. Meskipun PDB Iran termasuk
tinggi (Tabel 3.1) yaitu USD 455,66 juta, namun penurunan PDB yang
terjadi perlu mendapat perhatian khusus, karena akan berdampak pada
kemampuan mengimpor produk manufaktur termasuk impor dari
Indonesia.
Negara Selatan Selatan di kawasan Asia yang masuk dalam 5
besar Negara dengan pertumbuhan PDB total tertinggi adalah Iraq, Qatar,
R.R. Tiongkok, Kuwait dan Vietnam. Iraq, R.R. Tiongkok, Vietnam dan
Kuwait juga masuk dalam 5 besar negara dengan pertumbuhan PDB per
kapita tertinggi. Sri Lanka melengkapi 5 besar Negara dengan
pertumbuhan PDB per kapita tertinggi di kawasan Asia.

3.2 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di Kawasan Afrika


(Sub Sahara)

Dua puluh lima negara di Afrika yang termasuk dalam kawasan


Selatan Selatan yang dipilih dalam analisis memiliki PDB rata-rata (tahun
2010-2013) lebih dari USD 12 miliar. Pada Tabel 3.3 terlihat bahwa negara
yang memiliki rata-rata nilai PDB tertinggi adalah Nigeria, dengan nilai
USD 441,40 miliar. Selain itu, negara tersebut juga memiliki jumlah
populasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 166,6 juta orang. Sementara itu,
negara yang memiliki PDB terendah, yaitu sebesar USD 12,30 miliar
adalah Chad.

Tabel 3.3 menujukkan bahwa jarak ekonomi Indonesia ke kawasan


Afrika yang termasuk ke dalam kawasan Selatan Selatan yang terbesar
yaitu 4.961,97 adalah ke negara Nigeria. Sementara itu, jarak ekonomi
dari Indonesia ke Mozambik merupakan yang terkecil, yaitu sebesar
53,66. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transportasi Indonesia-Nigeria
lebih tinggi daripada biaya transportasi Indonesia-Mozambik.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13


Tabel 3.3. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di
Kawasan Afrika (Sub Sahara) (2010-2013)
PDB total PDB per
Jarak Populasi
NO NEGARA (Billion capita
ekonomi (juta org)
USD) (USD)
1 Nigeria 441,40 2.641,57 2427,30 166,59
2 Afrika Selatan 388,85 7.487,34 1.642,13 51,96
3 Mesir 247,42 3.086,65 1.084,84 80,06
4 Aljazair 193,70 5.072,92 1.106,00 38,13
5 Angola 106,53 5.175,26 533,75 20,51
6 Maroko 97,43 2.964,86 601,00 32,31
7 Libya 66,38 10.832,10 338,75 6,12
8 Sudan 65,67 1.627,05 275,13 36,81
9 Kenya 46,88 1.096,83 177,84 42,62
10 Ghana 40,40 1.605,97 236,21 25,09
11 Ethiopia 38,18 419,58 142,14 90,58
12 Tunisia 45,65 4.257,84 246,50 10,72
13 Tanzania 36,65 798,91 140,60 47,09
14 Congo, Dem. Rep. 27,35 420,26 127,36 64,84
15 Pantai Gading 27,11 1.378,79 166,30 19,63
16 Kamerun 26,56 1.237,66 138,49 21,43
17 Zambia 23,94 1.722,66 100,63 13,87
18 Uganda 21,47 598,58 92,26 35,77
19 Gabon 17,64 10.913,67 92,20 1,61
20 Mozambik 13,50 540,32 53,66 24,90
21 Equatorial Guinea 14,85 20.396,97 79,20 0,73
22 Senegal 14,05 1.037,93 95,50 13,54
23 Botswana 14,61 7.320,99 63,24 2,00
24 Congo, Rep. 13,55 3.163,81 66,67 4,28
25 Chad 12,30 1.001,14 61,05 12,27

Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015)

Tabel 3.4 menunjukkan pertumbuhan indikator ekonomi negara


Selatan Selatan di kawasan Afrika. Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita
tertinggi selama 2010-2013 dialami oleh negara Ethiopia dengan nilai
masing-masing sebesar 58,77% dan 46,95%. Sebaliknya, negara yang
mengalami pertumbuhan negatif pada PDB dan PDB per kapita masing-
masing sebesar 2,48% dan 6,82% selama periode tersebut adalah Afrika
Selatan. Penurunan tersebut perlu mendapat perhatian khusus, mengingat

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14


Afrika Selatan merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia di
kawasan Afrika.

Tabel 3. 4. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan


di Kawasan Afrika (Sub Sahara) Periode 2010-2013
(Persen)
No NEGARA PDB total PDB per Populasi
capita
1 Nigeria 41,39 30,06 8,71
2 Afrika Selatan -2,48 -6,82 4,66
3 Mesir 24.25 18.22 5.10
4 Aljazair 30.38 23.25 5.79
5 Angola 50.57 37.09 9.83
6 Maroko 14.39 9.56 4.32
7 Libya -0.74 -3.32 2.66
8 Sudan 1.42 21,80 6,49
9 Kenya 38,11 27,38 8,42
10 Ghana 49,61 40,13 6,77
11 Ethiopia 58,77 46,95 8,04
12 Tunisia 5,78 2,48 3,22
13 Tanzania 41,17 28,93 9,52
14 Congo, Dem, Rep. 51.61 39.66 8.56
15 Pantai Gading 24.82 16.59 7.06
16 Kamerun 25.17 16.00 7.90
17 Zambia 32.35 20.32 10.00
18 Uganda 31.37 18.82 10.57
19 Gabon 32.77 23,59 7,42
20 Mozambik 53,76 42,65 7,79
21 Equatorial Guinea 34,51 23,70 8,74
22 Senegal 14,38 4,81 9,13
23 Botswana 7,55 4,79 2,63
24 Congo, Rep, 17,31 8,45 8,17
25 Chad 26,80 15,88 9,42

Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015)

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15


Negara-negara di kawasan Afrika yang masuk dalam 5 besar
negara dengan pertumbuhan PDB dan PDB per kapita tertinggi adalah
Ethiopia, Mozambik, Republik Demokratik Kongo, Angola, dan Ghana.

3.3 Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan Kawasan Amerika

Negara yang dipilih di kawasan Amerika yang termasuk dalam


kawasan Selatan Selatan untuk analisis ini berjumlah sebesar 25 negara
dengan nilai PDB rata-rata selama tahun 2010-2013 lebih dari USD 1
miliar. Rata-ata nilai indikator ekonomi negara-negara terpilih yang
disajikan pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa negara yang memiliki rata-
rata nilai PDB tertinggi adalah Brazil, dengan nilai sebesar USD 2.278,5
miliar. Selain itu, jumlah populasi paling tinggi, sebesar 197,79 juta orang,
juga terjadi di Brazil. Sementara itu, negara yang dengan PDB dan
populasi terendah, masing-masing sebesar USD 1,52 miliar dan 0,32 juta
jiwa, adalah Belize.

Bila dilihat berdasarkan jarak ekonomi pada Tabel 3.5, jarak antara
Indonesia-Brazil dan jarak antara Indonesia-Cape Verde masing-masing
merupakan yang tertinggi dan terendah di antara dua puluh lima negara
yang terpilih. Jarak ekonomi antara Indonesia dengan Brazil mencapai
8.749,94 sementara jarak antara Indonesia dengan Cape Verde hanya
sebesar 4,03.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16


Tabel 3.5. Rata-rata Nilai Indikator Ekonomi Negara di Kawasan
Amerika Selatan (2010-2013)
PDB total PDB per
Jarak Populasi
NO NEGARA (Billion capita
ekonomi (juta org)
USD) (USD)
1 Brazil 2.278,55 11.520,63 8.749,94 197,79
2 Argentina 558,37 13.637,30 1.902,23 40,91
3 Venezuela 382,46 12.857,65 1.163,70 29,73
4 Colombia 342,79 7.224,63 1.505,85 47,39
5 Chile 253,03 14.542,63 876,16 17,39
6 Peru 178,52 5.980,01 712,31 29,81
7 Ecuador 82,73 5.373,80 351,35 15,37
8 RepublikDominik 58,17 5.693,78 242,45 10,21
9 Uruguay 47,96 14.142,51 160,96 3,39
10 Guatemala 48,29 3.235,36 192,44 14,90
11 Costa Rica 43,13 9.026,14 179,38 4,77
12 Panama 35,67 9.437,09 144,03 3,77
13 Bolivia 25,31 2.424,40 96,60 10,41
14 Paraguay 24,68 3.714,98 87,33 6,63
Trinidad and
15 Tobago 23,13 17.321,72 100,85 1,33
16 El Salvador 23,16 3.687,65 93,40 6,28
17 Honduras 17,67 2.246,44 71,54 7,86
18 Jamaica 14,21 5.254,37 58,86 2,70
19 Nicaragua 10,18 1.709,79 40,84 5,95
20 Haiti 7,62 753,46 31,60 10,11
21 Bahamas 8,12 22.000,06 32,42 0,37
22 Suriname 4,78 8.968,69 18,70 0,53
23 Guyana 2,67 3.364,00 10,88 0,79
24 Cape Verde 1,79 3.634,06 4,03 0,49
25 Belize 1,52 4.744,88 6,08 0,32

Sumber: IMF, World Bank, CEPII (2015)

Tabel 3.6 menyajikan pertumbuhan indikator ekonomi negara


Selatan Selatan di kawasan Amerika. Negara dengan pertumbuhan PDB
tertinggi, mencapai 55,73%, selama 2010-2013 adalah Bolivia. Tidak
hanya pertumbuhan PDB yang tinggi, pertumbuhan PDB per kapita
negara tersebut juga merupakan yang tertinggi di antara dua puluh lima
negara terpilih, yaitu sebesar 48,22%. Sementara itu, pertumbuhan PDB

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17


dan PDB terendah selama periode 2010-2013 masing-masing adalah
Brazil dan Bahamas.

Tabel 3.6. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Negara Selatan Selatan di


Kawasan Amerika Periode 2010-2013 (Persen)

PDB total PDB per capita Populasi


No NEGARA
(Billion USD) (USD) (juta org)
1 Brazil 4,79 2,09 2,64
2 Argentina 31,81 28,40 2,66
3 Venezuela 11,30 6,31 4,69
4 Colombia 31,84 26,72 4,04
5 Chili 27,45 24,05 2,73
6 Peru 36,24 31,25 3,80
7 Ecuador 35,82 29,46 4,91
8 RepublikDominik 15,31 11,02 3,86
9 Uruguay 43,28 41,80 1,04
10 Guatemala 30,14 20,66 7,86
11 Costa Rica 36,70 31,02 4,34
12 Panama 48,01 40,89 5,06
13 Bolivia 55,73 48,22 5,07
14 Paraguay 44,83 37,53 5,30
15 Trinidad and Tobago 18,70 17,55 0,98
16 El Salvador 13,26 11,08 1,97
17 Honduras 17,11 10,22 6,25
18 Jamaica 8,55 7,60 0,89
19 Nicaragua 25,93 20,58 4,44
20 Haiti 27,74 22,52 4,25
21 Bahamas 6,45 1,69 4,68
22 Suriname 21,30 18,08 2,73
23 Guyana 32,35 30,12 1,72
24 Cape Verde 12,92 10,37 2,32
25 Belize 16,26 8,10 7,55

Sumber : IMF, World Bank, CEPII (2015)

Negara Selatan Selatan di kawasan Amerika yang masuk dalam 5


besar negara dengan pertumbuhan PDB tertinggi adalah Bolivia, Panama,
Paraguay, Uruguay, dan Costa Rica. Sementara itu, 5 besar negara

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18


dengan pertumbuhan PDB per kapita tertinggi adalah Bolivia, Uruguay,
Panama, Paraguay, dan Peru.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19


IV. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NEGARA
SELATAN SELATAN

Kinerja perdagangan antar negara Selatan Selatan menunjukkan


potensi ekspor serta peluang kerjasama Indonesia dengan negara-negara
di kawasan tersebut masih bisa terus ditingkatkan. Pada bab ini dibahas
tentang kinerja perdagangan Indonesia dengan negara di Selatan Selatan
di tiga (3) kawasan yaitu Asia, Amerika, dan Afrika (Sub Sahara).

Ekspor Indonesia ke negara Selatan Selatan didominasi oleh sektor


non migas. Pada tahun 2014 ekspor ke negara Selatan Selatan mencapai
USD 6,2 miliar, terdiri dari ekspor non migas sebesar USD 6,2 miliar
sementara ekspor migas sebesar USD 0,8 juta. Sebaliknya, impor
Indonesia dari negara Selatan Selatan didominasi oleh sektor migas. Pada
tahun 2014, impor dari negara Selatan Selatan mencapai USD 5,5 miliar,
terdiri dari impor migas sebesar USD 4,0 miliar dan impor non migas
sebesar USD 1,5 miliar (BPS, 2015).

Selama 2010-2014 neraca perdagangan migas Indonesia dengan


negara Selatan Selatan mengalami defisit, sementara neraca
perdagangan non migas mengalami surplus. Tahun 2014, neraca
perdagangan Indonesia surplus USD 774,2 juta, terdiri dari defisit
perdagangan migas sebesar USD 4,0 miliar dan surplus perdagangan non
migas sebesar USD 4,8 miliar. Pada tahun 2014, negara terbesar
penyumbang surplus perdagangan total Indonesia dengan Selatan
Selatan antara lain Mesir dan Djibouti, sedangkan penyumbang defisit
perdagangan terbesar antara lain Nigeria, Pantai Gading, dan Aljazair
(BPS, 2015).

Sementara itu, negara penyumbang surplus perdagangan non


migas Indonesia dengan negara Selatan Selatan antara lain Mesir,
Djibouti, dan Nigeria, sedangkan penyumbang defisit perdagangan non
migas terbesar antara lain Pantai Gading, Maroko, Burkina Faso, dan Mali.
Negara tujuan utama ekspor non migas Indonesia ke negara Selatan

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20


Selatan pada tahun 2014 antara lain negara Selatan Selatan, Mesir, dan
Nigeria (BPS, 2015).

Target ekspor 2019 untuk negara Selatan Selatan sebesar USD


17,3 miliar. Target terbesar ditujukan untuk negara Afrika Selatan (USD
4,5 miliar), Mesir (USD 3,6 miliar) dan Nigeria (USD 1,7 miliar). Ekspor
produk Manufaktur Indonesia ke negara Selatan Selatan pada tahun 2014
sebesar USD 2,7 miliar (pangsa 27,9%) dan produk Primer sebesar USD
3,5 miliar (pangsa 36,1%). Ekspor produk Manufaktur didominasi oleh
Produk kimia dengan pangsa 6,8% dan Unclassified Manufacture dengan
pangsa 6,4%. Sementara itu, produk Primer didominasi oleh CPO dan
Turunannya dengan pangsa 29,3%.

4.1 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan Asia


dengan Dunia

Perdagangan negara Selatan Selatan dengan dunia, menunjukkan


potensi negara tersebut untuk melakukan perdagangan dengan Indonesia.
Nilai impor negara Selatan Selatan dari dunia menunjukkan kemampuan
negara tersebut menyerap produk ekspor dari negara lain termasuk
Indonesia. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan
periode 2010-2013 antar negara-negara Asia Selatan sangat beragam.
Ekspor terendah sebesar USD 0,43 miliar dilakukan oleh Afganistan dan
tertinggi USD 1.933,49 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok. Demikian juga
untuk impor terendah sebesar USD 3,38 miliar dilakukan oleh Brunei dan
tertinggi USD 1.726,90 miliar dilakukan oleh R.R. Tiongkok.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode


2010-2013 antar negara Selatan Selatan di kawasan Asia sangat
beragam. Ekspor terendah sebesar USD 0,43 miliar dilakukan oleh
Afganistan dan tertinggi USD 1.933,49 miliar dilakukan oleh R.R.
Tiongkok. Demikian juga untuk impor terendah sebesar USD 3,38 miliar
dilakukan oleh Brunei dan tertinggi USD 1.726,90 miliar dilakukan oleh
R.R. Tiongkok.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21


Tabel 4. 1. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan
Selatan Kawasan Asia ke Dunia 2010-2013
Pangsa
Ekspor ke
Impor dari Neraca Impor dari Impor
Dunia
NO Negara Dunia (USD Perdagangan Indonesia dari
(USD
Miliar) (USD Miliar) (USD Miliar) Indonesia
Miliar)
(%)
1 R.R. Tiongkok 1.933,49 1.726,90 206,59 28.87 1.80
2 India 287,02 441,86 -154,85 13.18 2.97
3 Indonesia 183,46 172,85 10,61 - -
4 Arab Saudi 344,91 139,44 205,47 1.60 1.14
5 Uni Emirat Arab 209,02 203,93 5,09 1.63 1.10
6 Thailand 220,55 227,29 -6,74 7.30 3.24
7 Rep Iran 90,72 55,57 35,15 0.05 0.03
8 Malaysia 220,39 188,54 31,84 9.89 5.28
9 Singapore 395,00 357,33 37,68 18.89 5.29
10 Philippines 51,38 63,15 -11,77 2.71 4.28
11 Pakistan 24,12 42,18 -18,05 1.04 2.45
12 Iraq 77,53 34,34 43,19 0.07 0.22
13 Qatar 115,04 24,72 90,32 0.04 0.55
14 Kuwait 98,52 26,09 72,43 0.05 0.72
15 Vietnam 103,93 109,35 -5,42 2.19 2.03
16 Bangladesh 25,40 34,47 -9,07 1.00 5.87
17 Oman 45,64 26,52 19,12 0.10 0.62
18 Sri Lanka 9,42 16,97 -7,54 0.35 2.06
19 Lebanon 4,23 20,13 -15,90 0.08 0.42
20 Rep. Yaman 6,89 10,96 -4,06 0.12 1.03
21 Jordan 7,70 18,95 -11,26 0.12 0.62
22 Bahrain 16,30 18,47 -2,17 0.06 0.34
23 Afghanistan 0,43 6,58 -6,15 0.02 0.31
24 Nepal 0,88 5,88 -5,00 0.12 2.10
Brunai
25 Darussalam 11,61 3,38 8,23 0.06 3.32

Sumber: WITS, diolah (2015)

Baik ekspor maupun impor, R.R. Tiongkok merupakan yang


tertinggi di kawasan Asia selama kurun waktu 2010-2013. Nilai
perdagangan R.R. Tiongkok dengan dunia nilainya 10 kali lipat
perdagangan Indonesia dengan dunia. Ekspor tertinggi kedua oleh
Singapura, dan impor oleh India.

Neraca perdagangan surplus tertinggi diperoleh R.R. Tiongkok dan


Saudi Arabia (masing-masing sekitar USD 206 dan USD 205 miliar),

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22


sebaliknya defisit tertinggi dialami oleh India (defisit sebesar -154,85
miliar). Kinerja perdagangan Indonesia dengan dunia mengalami surplus
sebesar USD 10,61 miliar, masih jauh dibawah R.R. Tiongkok.

Negara Selatan Selatan memiliki potensi dan peluang sebagai mitra


dagang Indonesia untuk produk manufaktur. Negara yang potensial adalah
negara yang saat ini telah menjadi tujuan ekspor Indonesia. Sedangkan
negara yang memiliki peluang adalah negara yang dengan nilai impor dari
dunia tinggi, namun impor dari Indonesia masih relatif rendah.

Negara Selatan Selatan di Asia yang potensial adalah R. R.


Tiongkok, India, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sedangkan negara
yang berpeluang adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, Pakistan
dan Vietnam.

4.2 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan


Afrika (Sub Sahara) dengan Dunia

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan periode


2010-2013 antar negara Selatan Selatan di kawasan Afrika dengan dunia
sangat beragam. Negara dengan ekspor terendah adalah Uganda dengan
nilai rata-rata sebesar USD 2,14 miliar selama 2010-2013. Sementara itu,
ekspor Nigeria merupakan yang tertinggi dengan nilai rata-rata ekspor
sebesar USD 111,48 miliar. Di sisi lain, negara yang melakukan impor
terendah di kawasan tersebut adalah Chad. Nilai rata-rata impor Chad
seama 2010-2013 hanya sebesar USD 1,02 miliar. Sedangkan impor
tertinggi dilakukan oleh negara Afrika Selatan dengan nilai rata-rata
mencapai USD 98,31 miliar selama 2010-2013 (Tabel 4.2).

Rata-rata perdagangan 25 negara Selatan Selatan di kawasan


Afrika dengan dunia selama 2010-2013 mengalami surplus sebesar USD
78,2 miliar. Surplus tertinggi disumbang oleh negara Nigeria, dengan rata-
rata surplus perdagangan mencapai USD 64,31 miliar selama periode

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23


tersebut. Surplus tersebut bahkan lebih besar dari surplus perdagangan
Indonesia dengan dunia yang mencapai USD 10,61 miliar. Sementara itu,
negara dengan defisit perdagangan terbesar adalah Mesir, dengan rata-
rata defisit perdagangan mencapai USD 33,9 miliar (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan


Kawasan Afrika ke Dunia
Impor dari Pangsa
Ekspor ke Impor dari Neraca
Indonesia Impor dari
NO NEGARA Dunia (USD Dunia (USD Perdagangan
(USD Indonesia
Miliar) Miliar) (USD Miliar)
Miliar) (%)
1 Nigeria 111,48 47,17 64,31 0.10 0.23
2 Afrika Selatan 96,14 98,31 -2,17 0.85 0.87
3 Mesir 29,03 62,95 -33,93 0.78 1.23
4 Aljazair 67,09 48,37 18,71 0.25 0.53
5 Angola 66,49 19,16 47,33 0.14 0.74
6 Maroko 20,70 42,40 -21,71 0.11 0.25
7 Libya 38,98 17,16 21,82 0.03 0.15
8 Sudan 7,75 9,38 -1,63 0.04 0.56
9 Kenya 4,14 10,88 -6,74 0.22 3.00
10 Ghana 12,95 11,76 1,19 0.12 1.05
11 Ethiopia 2,98 11,08 -8,10 0.25 2.13
12 Tunisia 17,09 23,73 -6,64 0.10 0.40
13 Tanzania 4,69 10,86 -6,17 0.19 1.75
Congo, Dem.
14 Rep. 6,77 5,65 1,12 0.03 0.44
15 Pantai Gading 11,07 9,21 1,86 0.07 0.74
16 Kamerun 3,83 6,09 -2,26 0.03 0.62
17 Zambia 9,04 7,87 1,17 0.03 0.30
18 Uganda 2,14 5,54 -3,40 0.19 3.32
19 Gabon 9,50 3,49 6,01 0.01 0.29
20 Mozambik 3,34 6,54 -3,20 0.03 0.65
Equatorial
21 Guinea 13,23 3,48 9,75 0.00 0.13
22 Senegal 2,48 5,95 -3,47 0.02 0.39
23 Botswana 6,03 7,10 -1,07 0.00 0.01
24 Congo, Rep. 9,66 6,78 2,88 0.02 0.31
25 Chad 3,38 1,02 2,36 0.00 0.10

Sumber: WITS, diolah(2015)

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24


Berdasarkan kriteria negara yang potensial adalah negara yang
saat ini telah menjadi tujuan ekspor Indonesia, maka negara Selatan
Selatan di Afrika yang potensial adalah Nigeria, Mesir, Aljazair, Angola,
Sudan. Sementara Afrika Selatan, Maroko, Sudan, Kenya, Tunisia, dan
Ghana adalah negara yang memiliki peluang bekerjasama dengan
Indonesia karena nilai impor dari dunia tinggi, namun impor dari Indonesia
masih relatif rendah.

4.3 Kinerja Perdagangan Negara Selatan Selatan di Kawasan


Amerika dengan Dunia

Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa rata-rata nilai perdagangan


periode 2010-2013 antara negara Selatan Selatan di kawasan Amerika
dengan dunia juga sangat beragam. Berdasarkan data tersebut, nilai
ekspor Brazil ke dunia jauh lebih tinggi dibandingkan 24 negara lainnya.
Nilai rata-rata ekspor Brazil selama 2010-2013 dengan dunia mencapai
USD 234,54 miliar. Sementara itu, negara dengan nilai rata-rata ekspor
terendah selama periode tersebut, yaitu sebesar USD 0,06 miliar, adalah
negara Cape Verde. Bila dilihat dari sisi impor, Brazil juga merupakan
negara dengan nilai impor terbesar dari dunia, dengan rata-rata impor dari
dunia mencapai USD 217,37 miliar selama 2010-2013. Selan itu Cape
Verde juga merupakan negara dengan nilai rata-rata impor terendah yaitu
sebesar USD 0,79 miliar (Tabel 4.3).

Rata-rata perdagangan 25 negara Selatan Selatan di kawasan


Amerika dengan dunia selama 2010-2013 mengalami surplus sebesar
USD 22,23 miliar. Surplus tertinggi disumbang oleh negara Venezuela,
dengan rata-rata surplus perdagangan mencapai USD 38,99 miliar selama
2010-2013. Surplus tersebut juga lebih besar dari surplus perdagangan
Indonesia dengan dunia yang mencapai USD 10,61 miliar. Sementara itu,
negara dengan defisit perdagangan terbesar adalah Republik Dominika,
dengan rata-rata defisit perdagangan mencapai USD 10,64 miliar. Negara

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25


Selatan Selatan di Amerika yang potensial adalah Brazil, Argentina,
Kolombia, Chile dan Peru. Negara yang berpeluang adalah Venezuela,
Ekuador, Guatemala, Costa Rica dan Panama (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Rata-rata Nilai Neraca Perdagangan Negara Selatan Selatan


Kawasan Amerika ke Dunia

Ekspor ke Impor dari Impor dari Pangsa


Neraca
Dunia Dunia Indonesia Impor dari
NO Negara Perdagangan
(USD (USD (USD Indonesia
(USD Miliar)
Miliar) Miliar) Miliar) (%)
1 Brazil 234,54 217,37 17,17 1.69 0.79
2 Argentina 77,45 68,32 9,13 0.35 0.52
3 Venezuela 85,26 46,27 38,99 0.10 0.23
4 Colombia 53,97 53,21 0,76 0.20 0.38
5 Chile 76,80 73,29 3,51 0.22 0.31
6 Peru 42,16 38,35 3,81 0.20 0.51
7 Ekuador 22,16 24,28 -2,12 0.07 0.30
8 RepublikDominik 6,50 17,14 -10,64 0.03 0.17
9 Uruguay 8,10 10,66 -2,56 0.04 0.35
10 Guatemala 9,70 16,23 -6,53 0.03 0.15
11 Costa Rica 10,50 17,17 -6,67 0.02 0.12
12 Panama 6,80 16,05 -9,24 0.07 0.40
13 Bolivia 10,03 7,87 2,16 0.03 0.32
14 Paraguay 7,74 11,52 -3,78 0.02 0.18
Trinidad and
15 Tobago 17,37 6,75 10,62 0.01 6.45
16 El Salvador 5,16 9,86 -4,70 0.02 0.19
17 Honduras 3,81 8,17 -4,36 0.01 0.75
18 Jamaika 1,56 6,11 -4,56 0.01 0.22
19 Nicaragua 3,32 5,19 -1,87 0.01 0.17
20 Haiti 0,90 3,50 -2,60 0.04 1.13
21 Bahamas 0,75 3,32 -2,57 0.00 0.01
22 Suriname 1,70 1,59 0,12 0.00 0.20
23 Guyana 1,09 1,72 -0,63 0.00 0.10
24 Cape Verde 0,06 0,79 -0,73 0.00 0.14
25 Belize 0,36 0,84 -0,48 0.00 0.08

Sumber : WITS, diolah(2015)

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26


V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IMPOR
PRODUKI MANUFAKTUR NEGARA SELATAN SELATAN
DARI INDONESIA

Lima besar produk ekspor unggulan Indonesia ke negara Selatan


Selatan kawasan Amerika, Asia dan Afrika beberapa ada yang sama.
Produk elektronik, kimia, tekstil menjadi produk ekspor unggulan di tiga
kawasan yang diteliti. Otomotif menjadi produk unggulan di kawasan
Amerika dan Asia. Mesin-mesin menjadi produk unggulan di kawasan Asia
dan Afrika. Alas kaki menjadi produk unggulan di kawasan Amerika dan
kertas menjadi produk unggulan di kawasan Afrika (Sub Sahara).

Determinan impor negara di kawasan Selatan Selatan dari


Indonesia dianalisis menggunakan metode analisis data panel statis
dengan model gravity. Spesifikasi model gravity yang digunakan
didasarkan pada teori permintaan. Berdasarkan penelitian Baier dan
Bergstrand (2007), perdagangan antar Negara dipengaruhi oleh ukuran
ekonomi dan jarak antar negara. Sementara itu, Ibrahim (2012) secara
empiris mengkonfirmasi bahwa ada hubungan yang signifikan antara nilai
ekspor dengan PDB mitra dagang dan nilai tukar riil.

Perumusan model ini digunakan untuk menganalisis determinan


ekonomi dan non ekonomi lainnya dalam rentang waktu 2009-2013.
Variabel dependent yang digunakan adalah nilai impor produk manufaktur
Selatan Selatan dari Indonesia, sementara itu variabel independent yang
digunakan adalah populasi negara tujuan ekspor (LNPOP), PDB riil
negara tujuan ekspor (LNPDB), jarak ekonomi antara ibukota negara
(LNECODISTANCE), dan nilai tukar riil (LNXRATE). Determinan yang
mempengaruhi impor produk berbeda antar kawasan.

Tingkat keakuratan gravity model untuk menduga nilai ekspor,


ditunjukkan oleh nilai R2 (koefisien regresi) yang nilainya berkisar antara 0

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27


sampai 1. Makin besar nilai R2 tingkat ketepatan model untuk menduga
makin tinggi.

5.1. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan


Asia dari Indonesia

Hasil analisis model gravity lima produk terbesar ke ke negara


Selatan Selatan di kawasan Asia memiliki nilai R2 yang tinggi. Nilai R2
terkecil pada Produk kimia yaitu 0,96. Nilai R2 tersebut menunjukkan
bahwa nilai impor produk kimia 96% dapat dijelaskan oleh variable dalam
model. Sisanya sebesar 4% dijelaskan oleh variable di luar model. Nilai R2
terbesar dihasilkan pada model penduga nilai impor elektronik, otomotif
dan produk tekstil yaitu sebesar 0,99 yang artinya hanya 1% perilaku
impor elektronik, otomotif dan produk tekstil yang tidak dapat diduga
dengan model gravity yang dihasilkan (Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Koefisien Variabel Penduga Permintaan Impor Negara


Selatan Selatan Kawasan Asia dari Indonesia
LNECODIS LNXRAT
Komoditi LNPDB LNPOP R2
TANCE E
Elektronik 0,95* 1,48* -0,72* 0,99
Produk Kimia 1,16* 0,83* 0,28 -1,15* 0,96
Otomotif 2,62* 1,19* 4,56* 0,84* 0,99
Produk Tekstil 1,14* 0,58* 0,42* 0,99
Mesin-mesin 0,82* 0,18 0,76 0,98

Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5%

PDB Riil

Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk


unggulan Selatan Selatan di kawasan Asia dari Indonesia (Elektronik,
Produk kimia, Otomotif, Produk Tekstil, Mesin-mesin), variabel ln PDB
(Gross Domestic Product), seluruhnya berpengaruh nyata dengan nilai
koefisien positif (Tabel 5.1). Artinya semakin tinggi pendapatan negara
importir di kawasan tersebut, impor terhadap 5 produk unggulan dari
Indonesia semakin tinggi.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28


Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi
pada produk otomotif dengan nilai elastisitas 2,62. Impor produk kimia dan
produk tekstil, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas masing-
masing 1,16 dan 1,14. Permintaan impor produk otomotif, produk kimia
dan produk tekstil, bersifat elastis terhadap pendapatan negara Selatan
Selatan di kawasan tersebut. Jika pendapatan negara importir naik 1%,
maka permintaan ekspor terhadap produk otomotif, produk kimia dan
produk tekstil meningkat masing-masing sebesar 2,6%; 1,4% dan 1,2%.
Sementara itu elastisitas PDB terhadap elektronik dan mesin-mesin
kurang dari 1, atau tidak elastis. PDB menjadi salah satu indikator untuk
melihat daya beli masyarakat suatu negara.

Jarak Ekonomi (ECODIST)

Sementara dari sisi jarak ekonomi, hasil analisis impor negara


Selatan Selatan kawasan Asia dari Indonesia menunjukkan bahwa jarak
ekonomi berpengaruh signifikan dan nyata terhadap nilai impor elektronik
dan otomotif, sedangkan pada produk kimia, produk tekstil dan mesin-
mesin jarak ekonomi tidak berpengaruh pada nilai impor. Kelima produk
impor negara Selatan Selatan kawasan Asia dari Indonesia menunjukkan
pengaruh yang positif antara jarak ekonomi dengan nilai impor. Artinya
semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin tinggi. Hasil ini diduga
dipengaruhi oleh tingkat populasi negara-negara di kawasan tersebut yang
cukup tinggi dan lokasi negara tersebut dengan Indonesia yang sama-
sama berada di Asia sehingga biaya impor akan lebih efisien jika
dilakukan dalam skala yang besar.

Populasi (POP)

Hasil analisis impor otomotif dan produk kimia menunjukkan


pengaruh yang positif terhadap tingkat populasi. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan jumlah populasi secara nyata dan signifikan akan
mempengaruhi ekspor dengan hubungan yang positif.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29


Nilai Tukar Riil (RER)

Terjadinya depresiasi nilai mata uang negara importir menyebabkan


harga barang dari Indonesia di luar negeri seolah-olah menjadi lebih
mahal. Namun pada kenyataannya hal tersebut belum tentu berpengaruh
negatif terhadap nilai impor. Pada hasil gravity model terlihat bahwa
depresiasi nilai tukar mata uang negara tujuan akan menyebabkan impor
produk otomotif, produk tekstil dan mesin-mesin negara Selatan Selatan
kawasan Asia mengalami peningkatan. Namun variabel RER pada
otomotif, produk tekstil dan mesin-mesin memiliki nilai koefisien kurang
dari satu (tidak elastis).

Sementara itu, nilai impor pada produk elektronik dan produk kimia
menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai tukar, hal ini diduga
kedua produk tersebut merupakan kebutuhan sekunder sehingga ketika
terjadi depresiasi mereka mengurangi impornya. Nilai variabel nilai RER
produk kimia sebesar -1,15 mengindikasikan bahwa jika terjadi depresiasi
nilai mata uang negara tersebut terhadap dolar sebesar 1 persen, maka
permintaan imporproduk kimia akan turun sebesar 1,15 persen.

5.2. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan


Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia

Tidak berbeda jauh dengan hasil pada impor negara Selatan


Selatan kawasan Asia, gravity model negara Selatan Selatan kawasan
Afrika juga memiliki nilai R2 yang tinggi. Nilai R2 terkecil pada Produk
elektronik yaitu 0,88. Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa nilai impor
produk elektronik 88% dapat dijelaskan oleh variabel dalam model.
Sisanya sebesar 12% dijelaskan oleh variable di luar model. Nilai R2
terbesar dihasilkan pada model penduga nilai impor produk tekstil dan
kertas yaitu sebesar 0,99 yang artinya hanya 1% perilaku impor produk
tekstil dan kertas yang tidak dapat diduga dengan model gravity yang
dihasilkan (Tabel 5.2).

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30


Tabel 5.2 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan
Afrika (Sub Sahara) dari Indonesia
LNECODIS LNXRAT
Komoditi LNPDB LNPOP R2
TANCE E
Produk Kimia 2,03* 1,64* 0,27 -0,55 0,98
Tekstil 0,33 -0,58** 2,86 0,99
Kertas 2,80* 1,40* 1,08 -8,56* 0,99
Elektronik 5,25* 3,37** -0,52 -13,79** 0,88
Mesin-mesin -1,10* -2,21* 3,19* 0,92

Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5%


**) signifikan pada taraf nyata 10%

Dari lima produk utama manufaktur yang diimpor negara Selatan


Selatan kawasan Afrika dari Indonesia menunjukkan hasil yang bervariasi,
terutama dari sisi pengaruh nilai tikar (RER). Berikut uraian hasil analisis
model gravity untuk produk impor negara Selatan Selatan di kawasan
Afrika dari Indonesia.

PDB Riil

Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk


manufaktur (produk kimia, produk tekstil, kertas, elektronik dan mesin-
mesin), variable ln PDB (gross domestic product), seluruhnya berpengaruh
nyata kecuali untuk produk tekstil. PDB tidak bepengaruh terhadap impor
produk tekstil. PDB memiliki pengaruh positif terhadap impor Negara
Selatan Selatan di kawasan Afrika, kecuali untuk produk mesin-mesin
(Tabel 5.2). Nilai koefisien PDB riil positif artinya semakin tinggi
pendapatan negara importir di kawasan Afrika, impor terhadap produk-
produk unggulan ekspor dari Indonesia semakin tinggi.

Impor mesin-mesin berhubungan negatif dengan PDB. Semakin


tinggi PDB, impor mesin dari Indonesia semakin berkurang. Diduga,
semakin tinggi PDB, cenderung akan mengimpor mesin dari Negara lain
yang kualitasnya lebih baik.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31


Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi
pada produk elektronik dengan nilai elastisitas 5,25. Impor kertas dan
produk kimia, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas masing-
masing 2,80 dan 2,03. Permintaan impor produk elektronik, kertas dan
produk kimia bersifat elastis terhadap pendapatan negara Selatan Selatan
kawasan Afrika. Jika pendapatan negara-negara tersebut naik 1%, maka
permintaan impor produk elektronik, kertas dan produk kimia meningkat
masing-masing sebesar 5,25%; 2,80% dan 2,03%. Sementara itu
elastisitas PDB terhadap produk tekstil kurang dari 1 yang berarti tidak
elastis terhadap nilai impornya.

Jarak Ekonomi (ECODIST)

Hasil analisis impor negara Selatan Selatan kawasan Afrika dari


Indonesia menunjukkan bahwa jarak ekonomiberpengaruh signifikan
terhadap impor semua produk manufaktur yang dianalisis. Jarak ekonomi
berpengaruh negatif terhadap nilai impor produk mesin-mesin dan tekstil di
negara kawasan tersebut. Hasil ini sesuai dengan hipotesa, makin jauh
jarak ekonomi biaya transportasi makin tinggi sehingga impor semakin
berkurang.

Pada produk elektronik, kimia dan produk kertas, jarak ekonomi


berpengaruh positif. Artinya semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin
tinggi. Diduga impor bahan kimia memerlukan izin khusus dari negara
importir. Disamping itu transportasi bahan kimia dilakukan dengan
kapal/vessel khusus. Sehingga impor bahan kimia dalam jumlah yang
besar ke negara-negara yang jaraknya relatif jauh. Demikian juga untuk
produk elektronik dan kertas, diduga kedua produk ini memiliki daya saing
yang baik dan terjangkau di kawasan tersebut.

Populasi (POP)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variable populasi tidak


berpengaruh terhadap impor produk manufakture yang dianalisis ke

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32


kawasan Afrika. Oleh karena itu variabel populasi tidak menjadi
pertimbangan dalam mengekspor produk manufaktur dari Indonesia

Nilai Tukar Riil (RER)

Hasil analisis menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar mata uang


negara importir tidak berpengaruh terhadap impor produk kimia negara
Selatan Selatan kawasan Afrika dari Indonesia. Depresiasi nilai tukar
secara nyata menyebabkan impor produk elektronik dan kertas dinegara
Selatan Selatan kawasan Afrika menurun dengan elastisitas masing-
masing sebesar -8,56 dan -13,79. Artinya, jika terjadi depresiasi nilai mata
uang negara mitra dagang terhadap dolar sebesar 1 persen, maka volume
impor produk kertas dan elektronikdari Indonesia akan menurun sebesar
8,56% dan 13,79%. Depresiasi nilai tukar menyebabkan harga produk
semakin mahal, sehingga impor berkurang.

Variabel nilai tukar riil pada impor produk tekstil dan mesin-mesin
memiliki nilai koefisien lebih besar dari satu masing-masing sebesar 2,86
dan 3,19. Jika terjadi depresiasi nilai mata uang negara mitra dagang
terhadap dolar sebesar 1%, maka volume impor produk tekstil dan mesin-
mesindari Indonesiaakan meningkat sebesar 2,86% dan 3,19%. Hasil
analisis tidak sesuai dengan hipotesis.

Produk tekstil merupakan produk fashion dan kebutuhan sehari-


hari. Selama memiliki daya beli, impor produk tekstil oleh Negara Selatan
Selatan di Afrika akan selalu meningkat.

Ekspor mesin-mesin Indonesia ke Negara-negara anggota Selatan


Selatan di Afrika, berdasarkan informasi dari FGD terungkap bahwa mesin
yang di ekspor umumnya mesin-mesin pertanian. Sebelum melakukan
ekspor, pemerintah Indonesia memberi bantuan mesin (seperti mesin
traktor), yang diikuti dengan pendampingan oleh para ahli. Sebagai
contoh pemerintah Indonesia telah mengirimkan para ahli dan
memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor sejak

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33


tahun 1995 sampai dengan 2014 (total sebanyak 25 buah) dan 1 unit
pompa air yang merupakan realisasi kerjasama bilateral Tanzania dengan
Indonesia di bidang pertanian dan komitmen pemerintah untuk
mendukung peningkatan produktifitas pangan di Tanzania. Setelah
diberikan bimbingan teknis dan pendampingan terhadap penggunaan
mesin-mesin pertanian, permintaan impor mesin dari Indonesia meningkat,
karena menjadi kebutuhan petani meskipun nilai tukar Negara negara
anggota Selatan Selatan kawasan Afrika terdepresiasi.

5.3. Determinan Impor Produk Negara Selatan Selatan Kawasan


Amerika dari Indonesia

Secara umum model gravity yang dihasilkan memiliki tingkat


ketepatan tinggi yang dicerminkan oleh nilai R2 diatas 0,85. Nilai R2
terkecil 0,87 yaitu pada model otomotif. Nilai R2 tersebut menunjukkan
bahwa nilai impor otomotif 87% dapat dijelaskan oleh variabel dalam
model. Sisanya sebesar 13% dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai
R2 terbesar pada model penduga nilai impor TPT, yaitu sebesar 0,99 yang
berarti hanya 1% perilaku ekspor produk kimia tidak dapat diduga dengan
model gravity yang dihasilkan (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Koefisien Variabel Penduga Impor Selatan Selatan Kawasan


Amerika dariIndonesia
LNECODIS LNXRAT
Komoditi LNPDB LNPOP R2
TANCE E
Produk tekstil 0,52* 0,65* 2,72* 0,02 0,99
Otomotif 2,73* -1,24** 5,19* 0,67** 0,87
Alas kaki 3,20* -0,72 -11,46** 2,79* 0,93
Elektronik 0,76** -1,27* 2,31 1,55* 0,88
Produk kimia 2,32* 1,64* 0,99* 0,94

Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 5%


**) 10% signifikan pada taraf nyata 10%

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34


PDB Riil

Hasil analisis pada model penduga nilai impor lima produk


manufaktur (TPT, otomotif, alas kaki, elektronik dan produk kimia), variabel
ln PDB (Gross Domestic Product), seluruhnya berpengaruh nyata dengan
nilai koefisien positif (Tabel 5.3). Artinya semakin tinggi pendapatan
negara Selatan Selatan di kawasan Amerika, impor terhadap 5 produk
unggulan ekspor dari Indonesia semakin tinggi.

Pengaruh perubahan terbesar LNPDB terhadap nilai impor terjadi


pada produk alas kakidengan nilai elastisitas 3,20. Impor produk kimia dan
produk otomotif, juga elastis terhadap PDB, dengan nilai elastisitas
masing-masing 2,3 dan 2,7. Permintaan impor alas kaki, produk kimia dan
otomotif, bersifat elastis terhadap pendapatan negara importir. Jika
pendapatan negara importir naik 1%, maka permintaan alas kaki, produk
kimia dan otomotif meningkat masing-masing sebesar 3,2%; 2,3% dan
2,7%. Sementara itu elastisitas PDB terhadap produk tekstil dan elektronik
kurang dari 1, atau tidak elastis.PDB suatu negara merupakan salah satu
indikator ukuran (size negara), yang menunjukkan daya beli masyarakat
suatu negara.

Jarak Ekonomi (ECODIST)

Salvatore (1993) menyebutkan bahwa adanya biaya transportasi


berdampak pada penurunan volume ekspor. Biaya transportasi akan
mendorong tingkat harga yang diterima oleh konsumen di negara importir
menjadi lebih mahal. Semakin jauh jarak antara negara pengekspor dan
negara pengimpor, maka akan menyebabkan biaya transportasi semakin
mahal. Harga yang tinggi akan menyebabkan daya saing produk menjadi
turun, sehingga jumlah komoditi yang diminta juga mengalami penurunan.
Penelitian yang dilakukan Gul dan Yasin (2011) serta Disder dan Head

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35


(2006) menunjukkan bahwa variabel jarak ekonomi dan nilai ekspor
memiliki hubungan yang negatif.

Hasil analisis impor negara Selatan Selatan di kawasan Amerika


dari Indonesia menunjukkan bahwa jarak ekonomiberpengaruh signifikan
dan nyata terhadap nilai ekspor otomotif, elektronik dan produk kimia,
namun tidak berpengaruh pada ekspor produk alas kaki. Pada produk
otomotif, dan elektronik, jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai
impor. Hasil ini sesuai dengan hipotesa, makin jauh jarak ekonomi biaya
transportasi makin tinggi sehingga impor semakin berkurang.

Pada produk TPT dan kimia, jarak ekonomi berpengaruh positif.


Artinya semakin jauh jarak ekonomi, nilai impor makin tinggi. Diduga
ekspor bahan kimia memerlukan izin khusus negara importir. Disamping
itu transportasi bahan kimia dilakukan dengan kapal/vessel khusus.
Sehingga ekspor bahan kimia dalam jumlah yang besar ke negara-negara
importir spesifik yang jaraknya relatif jauh. Sementara itu, produk TPT
berkaitan dengan kebutuhan fashion antar negara yang memiliki selera
berbeda. Tidak semua negara di kawasan Amerika memiliki ketertarikan
yang sama terhadap produk TPT Indonesia.

Populasi (POP)

Populasi penduduk negara importir dapat mempengaruhi ekspor


dari dua sisi yaitu dari segi penawaran maupun permintaan. Pada sisi
penawaran, pertambahan jumlah populasi dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kerja untuk sektor-sektor tertentu yang membutuhkan tenaga
manusia dalam melakukan kegiatan produksi. Sementara itu pada sisi
permintaan, pertumbuhan populasi akan dapat mendorong peningkatan
konsumsi baik terhadap komoditi dalam negeri maupun luar negeri. Oleh
karena itu, pertambahan penduduk akan mendorong peningkatan jumlah
barang impor yang diminta.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36


Hasil analisis impor produk TPT dan otomotif menunjukkan hal yang
sesuai dengan teori tersebut, dimana variabel jumlah populasi secara
nyata dan signifikan mempengaruhi impor dengan hubungan yang positif.
Namun pada impor produk alas kaki, dengan variabel populasi penduduk
negara importir memiliki hubungan negatif. Alas kaki yang diekspor
Indonesia memiliki spesifikasi khusus, yaitu dominan untuk orang dewasa.
negara Selatan Selatan di kawasan Amerika dengan populasi penduduk
tinggi, umumnya struktur penduduk didominasi oleh usia muda yang tidak
memerlukan jenis alas kaki yang di ekspor dari Indonesia.

Nilai Tukar Riil (RER)

Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat


memperdagangkan barang-barang dari suatu negara dari (dan ke) negara
lain. Nilai tukar riil juga disebut terms of trade (Mankiw 2007). Pada
analisis ini nilai tukar yang digunakan dalam mata uang negara mitra
terhadap USD. Dengan demikian, apabila hasil estimasi menunjukkan
tanda positif, diartikan bahwa kondisi tersebut adalah depresiasi. Begitu
pula sebaliknya, tanda negatif menunjukkan terjadinya apresiasi.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013)


menunjukkan bahwa apresiasi nilai rupiah akan menurunkan ekspor
produk Indonesia, atau sebaliknya depresiasi nilai rupiah terhadap dolar
akan dapat meningkatkan ekspor dari Indonesia. Krugman (2012) juga
menyebutkan bahwa pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap mata
uang asing (depresiasi nilai tukar) akan berdampak pada peningkatan
volume ekspor.

Depresiasi mata uang membuat harga barang ekspor Indonesia di


tingkat internasional seolah-olah menjadi lebih murah. Sebagaimana
hukum permintaan, penurunan harga akan direspon oleh peningkatan
jumlah barang yang diminta (dengan asumsi barang tersebut adalah
barang normal dan cateris paribus). Ketika harga yang diterima oleh
importir seolah-olah lebih murah, maka jumlah barang ekspor yang diminta

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37


menjadi lebih tinggi. Namun dalam kondisi nyata, pengaruh perubahan
nilai tukar dapat memberikan pengaruh yang berbeda-beda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar mata uang


negara mitra akan menyebabkan impor negara Selatan Selatan kawasan
Amerika untuk semua produk yang dianalisis meningkat. Namun pada
produk TPT tidak berpengaruh nyata. Lima produk impor Negara anggota
Selatan Selatan kawasan Amerika dari Indonesia merupakan kebutuhan
sehari-hari yang daya substitusinya rendah sehingga meskipun terjadi
depresiasi nilai tukar mitra terhadap USD permintaan tetap tinggi.

Sedangkan pada produk kimia, pengaruh nilai tukar yang tidak


elastis terhadap ekspor, karena permintaan negara importir yang relatif
stabil. Penggunaan produk kimia umumnya sebagai tambahan dan
penggunaannya relatif sedikituntuk memproduksi produk manufaktur
turunannya. Sehingga permintaan produk kimia negara importir tergantung
dari produksi produk turunannya. Meskipun terjadi depresiasi permintaan
tetap tinggi.

5.4 Hambatan dalam memasuki pasar ekspor Selatan Selatan

Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di Negara anggota


kerjasama Selatan Selatan, belum banyak dimanfaatkan oleh Negara
anggotanya termasuk Indonesia.

Dari hasil survei ke beberapa eksportir di Palembang, Bandung dan


Jogjakarta serta hasil diskusi terbatas dengan staff Kementrian Luar
Negeri diperoleh informasi tentang beberapa hambatan dalam
meningkatkan ekspor ke kawasan Selatan Selatan.

1. Ketatnya regulasi (policy barrier) di negara tujuan ekspor, terutama


untuk produk obat-obatan.

2. Kurangnya informasi mengenai regulasi di negara tujuan ekspor.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38


3. Dokumentasi ekspor yang rumit dan detail.

4. Kurangnya pengetahuan mengenai peluang, riset, dan informasi


pasar.

5. Kurangnya informasi spesifik mengenai agen dan distributor/pembeli.

6. Kurangnya pengetahuan mengenai harga produk.

7. Masalah bahasa untuk komunikasi dengan agen, yaitu Bahasa


Inggris dan Portugis.

8. Permintaan impor dari India dan Afrika Selatan cenderung


berfluktuatif dan tidak konsisten jumlah permintaan setiap tahunnya.

9. Hambatan proteksi sangat ketat khususnya di negara Selatan


Selatankawasan Amerika dan Afrika dibandingkan dengan kawasan
lainnya.

10. Masih sulit bersaing dengan negara pesaing yang sudah menguasai
pasar Selatan Selatan, yaitu RRT dan Vietnam.

11. Kekhawatiran terhadap sistem pembayaran terutama dari negara


kawasan Afrika, karena belum ada bank ekspor-impor.

12. Teknologi transportasi relatif rendah, kalah dengan Negara


kompetiror. Sebagai ilustrasi biaya transportasi ke Amerika Latin
mencapai USD600 per container, lebih tinggi dibandingkan Malaysia
yang hanya USD415.

Jika dibandingkan dengan kerjasama regional lainnya, intra regional


trade Selatan Selatan masih rendah, bahkan diantara anggotanya masih
saling berkompetisi. Padahal ASEAN+3 intra regional trade sebesar
mencapai 60%, dan intra regional trade Eropa mencapai 75%. Capaian
yang tinggi di Eropa tersebut karena kerjasama Eropa menggunakan
strategi comprehensive regional integration, jadi tidak hanya di bidang

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39


perdagangan.Bimbingan teknis dan bantuan mesin yang sudah diinisiasi
pemerintah Indonesia ke beberapa Negara di Afrika, merupakan salah
satu jalan menuju comprehensive regional integration yang bisa di
replikasi ke Negara Negara anggota Selatan Selatan kawasan Amerika
dan dan Asia.

Misi dagang ke Selatan Selatan perlu lebih ditingkatkan. Selama ini


misi dagang lebih terkonsentrasi di Negara-negara tradisionil. Perlu ada
kerjasama Kementerian Perdagangan dengan Duta Besar di tiap Negara
untuk terkait dengan market intelegent, display centre dan sebagainya.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40


VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan
1. Negara Selatan Selatan yang berpotensi dan berpeluang untuk
ditingkatkan ekspornya dibedakan berdasarkan kawasan, sebagai
berikut:
- Asia: Negara potensial adalah RR Tiongkok, India, Thailand,
Malaysia, dan Singapura. Negara yang berpeluang adalah Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, Pakistan dan Vietnam
- Sub-Sahara: Negara potensial adalah Nigeria, Mesir, Aljazair,
Angola, Sudan. Negara yang berpeluang adalah Afrika Selatan,
Maroko, Sudan, Kenya Tunisia, dan Ghana.
- Amerika: Negara potensial adalah Brazil, Argentina, Kolombia,
Chile dan Peru. Negara yang berpeluang adalah Venezuela,
Ekuador, Guatemala, Costa Rica dan Panama.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan di negara Selatan


Selatan adalah:
- Produk Domestik Bruto (PDB): berpengaruh positif terhadap
impor seluruh produk elektronik yang diteliti, kecuali untuk
impor mesin di kawasan Sub Sahara (Afrika). Faktor PDB
elastis terhadap impor produk tekstil, otomotif, dan Kimia di
pasar kawasan Amerika dan Asia; serta produk kimia, kertas
dan elektronik di pasar Sub-Sahara (Afrika).
- Faktor jarak ekonomi (economic distance), berpengaruh positif
terhadap impor produk manufaktur, kecuali untuk impor
Otomotif dan alas kaki (di pasar Amerika), tekstil dan mesin di
Sub Sahara.
- Faktor populasi penduduk negara tujuan dengan terhadap
impor komoditi manufaktur: berpengaruh positif dan elastis
terhadap impor otomotif, alas kaki dan elektronik di pasar

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41


Amerika; berpengaruh positif dan elastis untuk produk
otomotif, dan tidak elastis untuk produk kimia di pasar Asia;
berpengaruh positif tidak elastis untuk produk kimia dan elatsis
untuk produk kertas, serta berpengaruh negatif tidak elastis
pada produk elektronik di pasar Afrika.
- Nilai tukar rupiah (exchange rate) berpengaruh positif terhadap
impor produk manufaktur kecuali untuk impor produk elektronik
dan kimia di pasar Asia; produk kimia, kertas dan elektronik di
pasar Sub Sahara (Afrika).
- Di negara Selatan Selatan kawasan Asia, faktor nilai tukar riil
negatif untuk impor produk kimia dan elektronik.
- Di negara Selatan Selatan kawasan Afrika, faktor PDB
berpengaruh negatif untuk impor mesin-mesin. Faktor jarak
negatif terhadap ekspor tekstil dan mesin-mesin. Faktor
populasi berpengaruh negatif untuk impor elektronik,
sedangkan nilai tukar negatif terhadap impor produk kimia,
kertas dan elektronik.
- Di negara Selatan Selatan kawasan Amerika,faktor jarak
berpengaruh negatif terhadap impor produk otomotif, alas kaki,
elektronik, sedangkan faktor populasi negatif terhadap impor
alas kaki.

6.2 Rekomendasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum PDB dan


populasi berkorelasi positif terhadap nilai impor manufaktur. Hal ini
mengindikasikan bahwa negara Selatan Selatan yang akan dijadikan
sasaran ekspor, harus yang memiliki PDB dan populasi penduduk
yang relatif tinggi. Pemilihan kriteria ini agar pengembangan ekspor
ke negara Selatan Selatan bisa efektif. Kerjasama perdagangan,
dilakukan sebagai bagian kerjasama yang komprehensif dengan
kementerian teknis (comprehensive regional integration).

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42


Disamping kerjasama ekonomi juga ada kerjasama dalam
bidang sosial dan politik. Comprehensive regional integration sangat
diperlukan karena negara anggota Selatan Selatan, adalah negara
berkembang yang menerapkan tariff barrier dan policy barrier yang
relatif tinggi.

Ekspor produk mesin ke Afrika seperti traktor pertanian, yang


sebelumnya diawali dengan kerjasama pembangunan (cooperation
development), patut dijadikan contoh untuk menyasar pasar tujuan
ekspor baru di kawasan Selatan Selatan. Cara lain adalah dengan
memberi bantuan untuk meningkatkan daya beli (purchasing power)
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Jerman ketika ingin
membuka pasar ke Perancis.

Pameran misi dagang ke Selatan Selatan perlu diintensifkan.


Selama ini pameran dagang lebih banyak dilakukan di negara
tradisonal, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Selain itu
perlu didirikan bank export-import (Exim bank) yang bisa menjangkau
ke negara Selatan Selatan di Afrika untuk mempermudah proses
pembayaran. Pembentukan Kelompok kerja (Pokja) terutama untuk
membuka pasar ke Afrika juga dibutuhkan karena dengan
pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia, Afrika merupakan
potensi pasar baru (Afrika rising, benua masa depan). Pokja tersebut
untuk menangani hambatan perdagangan Indonesia ke negara
Selatan Selatan di kawasan Afrika.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). Data Ekspor Impor Indonesia. 2015.

Baier SL dan Bergstrand JH. 2007. Do free trade agreements actually


increase members’ international trade? Journal of International
Economics 71 pp. 72-95.

Baltagi, BH. 2007. Econometric analysis of panel data. (3rd Edition). West
Sussex (GB): John Wiley & Sons, Ltd.

Bhattacharyya and Banerjee. 2006. Does the Gravity Model Explain India’s
Direction of Trade? Indian Institute of Management. Ahmedabad,
India

CEPII. International Data Geodistance. 2015. Diunduh dari


http://www.cepii.fr/cepii/en/bdd_modele/bdd.asp.

Disder AC dan Head K. 2006.The Puzzling Persistence of the Distance


Effect on Bilateral Trade.

Escobar, A. 2011. Encountering Development: The Making and Unmaking


of the Third World. Princeton University Press. New Jersey, USA.

Freemantle S., Stevens J. 2013. BRICS-Africa trade update. Africa | EM10


& Africa 08 October 2013, pp. 1-9.

Ginting AM. 2013. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Ekspor Indonesia.


Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol. 7 No.1, Juli 2013. Jakarta:
Kementerian Perdagangan.

Gul N, Yasin HM. 2011.The Trade Potential of Pakistan: An Application of


the Gravity Model. The Lahore Journal of Economics16:1 (Summer
2011): pp. 23-62.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44


Head K., Mayer T. 2013. Gravity equations: Workhorse, Toolkit and
Cookbook. Sciences Po Economics Discussion Papers. 2013-02.

Ibrahim, M.A. 2012. Merchandise Export Demand Function For Egypt: A


Panel Data Analysis. Applied Econometrics and International
Development. 12(1): pp. 107-116.

International Monetary Fund (IMF). International Macroeconomic Data.


2015.

International Trade Center (ITC). 2015.Diunduh dari:


http://www.trademap.org/Index.aspx.

Jha S., McCawley P. 2011. South–South Economic Linkages: An


Overview. ADB Economics Working Paper Series No. 270.

Krugman PR, Obstfeld M, Melitz. 2012. International Economics,


Theoryand Policy, Ninth Edition. NJ (US): Addison-Wesley Publising
Company.

Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Jakarta (ID):


Erlangga.

Nicholson W. 2012.Teori Mikroekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan Jilid


1. Edisi 5.Terjemahan. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Salvatore D. 1993. International Economics 4th Edition. New York (US):


Macmillan Publishing Company.

Stuenkel, Oliver. 2013. The Financial Crisis, Contested Legitimacy, and


the Genesis of Intra-BRICS Cooperation. Global Governance: A
Review of Multilateralism and International Organizations: October-
December 2013, Vol. 19, No. 4, pp. 611-630.

World Bank. World Development Indicators. 2015. Diunduh dari


http://data.worldbank.org/.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45


WITS (World Integrated Trade Solution). International Trade Data.
Diunduh dari https://wits.worldbank.org.

Puskadaglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

Anda mungkin juga menyukai