Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI KEL.PRINGAPUS, KEC. PRINGAPUS
KAB. SEMARANG

Dian Ary Valentine *)


Rosalina, S.Kp., M.Kes.,**), Ns, Mona Saparwati, S. Kp., M. Kep**)

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


**) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi salah satunya


menggunakan terapi komplementer teknik relaksasi otot progresif yang bermanfaat dapat
menurunkan resistensi perifer dan menaikkan elastisitas pembuluh darah. Otot-otot dan
peredaran darah akan lebih sempurna dalam mengambil dan mengedarkan oksigen serta
relaksasi otot progresif dapat bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar pembuluh darah
dan dapat menurunkan tekanan darah. Pasien lansia dengan hipertensi di Kelurahan
Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang banyak yang belum mengetahui teknik
relaksasi otot progresif dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode quasi eksperimen dengan
desain non equivalent control group. Populasi yang diteliti adalah seluruh lansia penderita
hipertensi yang berjumlah 56 orang, dengan jumlah sampel 30 sampel yang dibagi menjadi
15 untuk kelompok intervensi dan 15 untuk kelompok kontrol. Alat pengumpul data dengan
sphygmomanometer air raksa, stetoskop dan lembar observasi. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil uji analisa dengan menggunakan uji t- independen didapatkan bahwa p-value
0,032 (sistole) dan p-value 0,008 (diastole) < α 0,05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh
teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di
Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Terapi teknik relaksasi
otot progresif dapat digunakan sebagai pengobatan alternative yang tepat dan praktis pada
penderita hipertensi.

Kata kunci : Teknik Relaksasi Otot Progresif , Tekanan Darah, Hipertensi, Lansia
Kepustakaan : 34 (2002-2013)

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan, menurunnya angka


Latar Belakang kematian bayi dan anak, perbaikan gizi
Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut dan sanitasi, meningkatnya pengawasan
usia akan menduduki peringkat Negara terhadap penyakit infeksi (Nugroho,
dengan struktur dan jumlah penduduk 2008). Jumlah penduduk berusia diatas 60
lanjut usia setelah RRC, India, dan tahun terutama di Jawa Tengah terus
Amerika Serikat, dengan umur harapan mengalami peningkatan pada tahun 2000
hidup diatas 70 tahun. Pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 2,87 juta atau
dengan umur harapan hidup kurang lebih 9,27% dari seluruh penduduk provinsi
70 tahun. Meningkatnya umur harapan Jawa Tengah,naik menjadi 3,35 juta jiwa
hidup dipengaruhi oleh : Majunya atau sebesar 10,34% pada tahun 2010,

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
1
berdasarkan hasil angka sementara mmHg. WHO menyatakan bahwa
proyeksi penduduk tahun 2012, jumlah penyakit yang pembunuh utama di
lansia di Jawa Tengah meningkat menjadi kawasan negara bekembang sudah
3,57 juta jiwa atau sebesar 10,81% (BPS, bergeser dari penyakit menular ke penyakit
2012). tidak menular. Dari seluruh kematian
Bertambahnya umur manusia, terjadi didunia tahun 2000 (55.6994.000
proses penuaan secara degeneratif yang kematian). Kecelakaan dan sisanya akibat
akan berdampak pada perubahan- penyakit menular serta penyakit lain. Salah
perubahan pada diri manusia tersebut, satu peyakit tidak menular yang
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga prevalensinya cukup tinggi yaitu
kognitif, perasaan, sosial, dan seksual hipertensi. Hipertensi merupakan
(Azizah, 2011). Aging process (proses penyebab utama gagal jantung, stroke dan
menua) adalah suatu proses gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2002).
menghilangnya secara perlahan-lahan Seiring bertambahnya usia, kepekaan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki terhadap hipertensi akan semakin
diri/mengganti dan mempertahankan meningkat seiring bertambahnya umur
fungsi normalnya sehingga tidak dapat seseorang. Individu yang berumur diatas
bertahan terhadap infeksi dan 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan
memperbaiki kerusakan yang diderita darah lebih besar atau sama dengan 140/90
(Darmojo, 2011). Proses menua (aging mmHg. Hal ini merupakan pengaruh
process) biasanya akan ditandai dengan degenerasi yang terjadi pada orang yang
adanya perubahan fisik-biologis, mental lanjut usia atau lansia (Susilo &
ataupun psikososial. Perubahan fisik Wulandari, 2011).
diantaranya adalah perubahan pada Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi
respirasi, pendengaran, penglihatan, dan farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi
perubahan pada kardiovaskuler akibatnya farmakoilogis Jenis-jenis obat anti
elastisitas dinding aorta menurun hipertensi untuk terapi farmakologis yang
(Nugroho, 2008). dianjurkan oleh JNC 7 adalah jenis
Hipertensi adalah penyebab kematian dieretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz)
karena stroke dan faktor yang atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant),
memperberat infark miokard (serangan Beta Blocker (BB), Calcium Channel
jantung). Kondisi tersebut merupakan Bloker atau Calcium antagonist (CCB),
gangguan yang paling umum pada tekanan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
darah, hipertensi merupakan gangguan (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker
asimptomatik yang sering terjadi ditandai atau ATı receptor antagonist/blocker
dengan peningkatan tekanan darah secara (ARB). Terapi non farmakologis terdiri
persisten (Potter & Perry, 2006). dari menghentikan merokok, menurunkan
Hipertensi adalah sebagai tekanan berat badan berlebih, menurunkan
persisten dimana tekanan sistoliknya di konsumsi alkohol berlebih, latihan fisik,
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya menurunkan asupan garam, meningkatkan
di atas 90 mmHg, hipertensi merupakan konsumsi buah dan sayur serta
penyakit yang kedua yang banyak diderita menurunkan asupan lemak (Potter &
oleh usia lanjut setelah artritis (Smeltzer & Perry, 2009).
Bare, 2002). Terapi non farmakologis selalu menjadi
Menurut Word Health Organization hal yang penting dilakukan pada penderita
(WHO) batas normal tekanan darah adalah hipertensi berusia lanjut. Langkah awal
120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 pengobatan hipertensi secara non
mmHg tekanan diastolik. Seseorang farmakologi adalah dengan menjalani gaya
dinyatakan menderita hipertensi bila hidup sehat, salah satunya dengan terapi
tekanan darahnya lebih dari 140/90 komplementer yang menggunakan bahan-

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
2
bahan alami yang ada disekitar kita, seperti kelompok kontrol di Kelurahan Pringapus,
relaksasi otot progresif, meditasi, Kecamatan Pringapus, Kabupaten
aromaterapi, terapi herbal, terapi nutrisi. Semarang. c) Mengetahui perbedaan
Teknik relaksasi memberikan individu tekanan darah pada klien dengan hipertensi
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak sebelum dan sesudah diberikan teknik
nyaman atau nyeri (Susilo & Wulandari, relaksasi otot progresif pada kelompok
2011). intervensi di Kelurahan Pringapus,
Teknik relaksasi otot progresif adalah Kecamatan Pringapus, Kabupaten
memusatkan perhatian pada suatu aktifitas Semarang. d) Mengetahui perbedaan
otot, dengan mengidentifikasi otot yang tekanan darah pada lanjut usia penderita
tegang kemudian menurunkan ketegangan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan
dengan melakukan teknik relaksasi untuk teknik relaksasi otot progresif pada
mendapakan perasaan relaks (Purwanto, kelompok kontrol di Kelurahan Pringapus,
2013). Respon relaksasi merupakan bagian Kecamatan Pringapus, Kabupaten
dari penurunan umum kognitif. Fisologis, Semarang. e) Menganalisis pengaruh
dan stimulasi perilaku. Relaksasi teknik relaksasi otot progresif terhadap
mengakibatkan renggangan pada arteri tekanan darah pada lansia dengan
akibatnya terjadi vasodilatasi pada arteora hipertensi pada kelompok intervensi dan
& vena divasilitasi oleh pusat fasomotor, kelompok kontrol di Kelurahan Pringapus,
ada beberapa macam fasomotor yaitu Kecamatan Pringapus, Kabupaten
reflek baroreseptor, reflek femoreseptor, Semarang.
reflek brain prain, reflek pernafasan.
Dalam hal ini yang paling kuat yaitu reflek METODE PENELITIAN
baroreseptor yang mana relaksasi akan Penelitian ini menggunakan desain
menurunkan aktifitas saraf simpatis dan quasi-eksperimental atau eksperimen
epinefrin serta peningkatan saraf semu, dimana dalam desain ini
parasimpatis sehingga kecepatan denyut dimaksudkan untuk mengetahui ada
jantung menurun, volume sekuncup (CO) tidaknya akibat dari sesuatu yang
menurun, serta terjadi vasodilatasi arteriol dikenakan pada subjek selidik
dan venula. Selain itu curah jantung dan (Notoadmodjo, 2010). Rancangan yang
resistensi perifer total juga menurun dan digunakan adalah quasi eksperimen pre
tekanan darah turun (Sheps, 2005). dan post control group design.

Tujuan Penelitian ANALISA DATA


Tujuan Umum : Mengetahui pengaruh Dalam penelitian ini peneliti
teknik relaksasi otot progresif terhadap menggunakan 2 analisa yaitu Analisis
tekanan darah pada lansia dengan Univariat dan Analisis Bivariat
hipertensi di Kelurahan Pringapus,
Kecamatan Pringapus, Kabupaten HASIL PENELITIAN DAN
Semarang. PEMBAHASAN
Tujuan Khusus: a) Mengetahui tekanan 1. Tekanan Darah Sebelum Diberikan
darah pada lanjut usia penderita hipertensi Teknik Relaksasi Otot Progresif pada
sebelum diberikan teknik relaksasi otot Kelompok Intervensi dan Kontrol.
progresif pada kelompok intervensi dan Tabel 5.1 Analisis Deskriptif
kelompok kontrol di Kelurahan Pringapus, Berdasarkan Tekanan
Kecamatan Pringapus, Kabupaten Darah Lansia Sebelum
Semarang. b) Mengetahui tekanan darah Diberikan Teknik
pada lanjut usia penderita hipertensi Relaksasi Otot Progresif
sesudah diberikan teknik relaksasi otot pada Kelompok Intervensi
progresif pada kelompok intervensi dan dan Kontrol di Kel.

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
3
Pringapus, Kec. Lansia di Kel.
Pringapus, Kab. Pringapus, Kec.
Semarang, 2014 Pringapus, Kab.
Std Semarang, 2014
Mean
Kelompok Variabel n Deviasi
(mmHg) Mean SD
(mmHg) Kelompok Variabel n t p-value
(mmHg) (mmHg)
Intervensi TD Sistole 15 154,73 8,422
TD Diastole 15 95,73 8,207 Intervensi TD 15 154,73 8,422 0,067 0,947
Kontrol Sistole 15 154,53 7,864
Kontrol TD Sistole 15 153,73 8,422
TD Diastole 15 98,67 10,601
Intervensi TD 15 95,73 8,207 -0,847 0,404
Kontrol Diastole 15 98,67 10,601

2. Tekanan Darah Sesudah Diberikan


Teknik Relaksasi Otot Progresif pada 2. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum
Kelompok Intervensi dan Kontrol. dan Sesudah Diberikan Teknik
Tabel 5.2 Analisis Deskriptif Relaksasi Otot Progresif pada
Berdasarkan Tekanan kelompok intervensi
Darah Lansia Sesudah Tabel 5.4 Perbedaan Tekanan
Diberikan Teknik Darah Sebelum dan
Relaksasi Otot Progresif Sesudah Diberikan
pada Kelompok Intervensi Teknik Relaksasi Otot
dan Kontrol di Kel. Progresif pada Kelompok
Pringapus, Kec. Intervensi pada Lansia
Pringapus, Kab. Penderita Hipertensi di
Semarang, 2014 Kel. Pringapus, Ke.
Std Pringapus, Kab.
Mean
Kelompok Variabel n
(mmHg)
Deviasi Semarang, 2014
(mmHg)
Mean SD p-
Intervensi TD Sistole 15 147,67 5,473 Variabel Intevensi n
(mmHg) (mmHg)
t
value
TD Diastole 15 87,87 6,739
TD Sebelum 15 154,73 8,422 3,798 0,002
Kontrol TD Sistole 15 153,20 7,739 Sistole Setelah 15 147,67 5,473
TD Diastole 15 95,73 8,345 TD Sebelum 15 95,73 8,207 4,001 0,001
Diastole Setelah 15 87,87 6,739
Analisis Bivariat
1. Uji Kesetaraan Tekanan Darah Terlihat bahwa kedua p-value tersebut
Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi kurang dari α = 0,05 maka ada perbedaan
Otot Progresif antara Kelompok yang signifikan tekanan darah kelompok
Intervensi dan Kontrol. intervensi sebelum dan sesudah diberikan
Hasil penelitian dikatakan setara teknik relaksasi otot progresif pada lansia
apabila tidak ada perbedaan secara penderita hipertensi di Kelurahan
bermakna antara tekanan darah Pringapus Kecamatan Pringapus
kelompok intervensi dan kelompok Kabupaten Semarang.
kontrol sebelum diberikan perlakuan (p 3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum
> 0,05) dengan kata lain kedua dan Sesudah Perlakuan pada
kelompok sebanding atau homogen. Kelompok Kontrol
Tabel 5.3 Perbedaan Tekanan Tabel 5.5 Perbedaan Tekanan
Darah Sebelum Darah Sebelum dan
Diberikan Perlakuan Sesudah Perlakuan pada
antara Kelompok Kelompok Kontrol pada
Intervensi dan Lansia Penderita
Kelompok Kontrol pada Hipertensi di Kel.

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
4
Pringapus, Ke. Semarang, 2014
Pringapus, Kab.
Intevensi Variabel n
Mean SD
t
kelompok intervensi adalah 154,73 mmHg
p-value
(mmHg) (mmHg) dan rata-rata diastoliknya adalah 95,73
Sebelum TD 15 154,53 7,864 1,249 0,232 mmHg dan pada kelompok intervensi
Setelah Sistole 15 153,20 7,739
setelah dilakukan teknik relaksasi otot
Sebelum TD 15 98,67 10,601 1,345 0,200 progresif rata-rata sistoliknya adalah
Setelah Diastole 15 95,73 8,345
147,67 mmHg dan rata-rata diastoliknya
adalah 87,87mmHg.
Sebelum dilakukan teknik relaksasi
Maka kedua p-value ini lebih besar dari α
otot progresif rata-rata tekanan darah pada
(0,05) ini menunjukkan bahwa tidak ada
kelompok kontrol sistoliknya adalah
perbedaan yang signifikan tekanan darah
153,53 mmHg dan diastoliknya adalah
kelompok kontrol pada awal dan akhir
98,67 mmHg dan rata-rata sistolik sebagai
penelitian pada lansia penderita hipertensi
posttest adalah 153,20 mmHg dan
di Kelurahan Pringapus Kecamatan
diastoliknya adalah 95,73 mmHg
Pringapus Kabupaten Semarang.
Ada perbedaan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi sebelum dan
4. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
sesudah diberikan teknik relaksasi otot
Progresif terhadap Tekanan Darah
progresif pada kelompok intervensi di
Lansia Penderita Hipertensi
Kelurahan Pringapus Kecamatan
Tabel 5.6 Perbedaan Tekanan
Pringapus Kabupaten Semarang. Dengan
Darah Setelah
p-value sistole sebesar 0,002 dan untuk
Pemberian Teknik
diastole p-value 0,001.
Relaksasi Otot Progresif
Tidak ada pebedaan secara signifikan
antara Kelompok
tekanan darah pada awal dan akhir
Intervensi dan Kontrol
penelitian pada lansia dengan hipertensi di
pada Lansia Penderita
Kelurahan Pringapus Kecamatan
Hipertensi di Kel.
Pringapus Kabupaten Semarang. Dengan
Pringapus, Kec.
p-value sistole sebesar 0,232 dan diastole
Pringapus, Kab.
p-value 0,200.
Semarang, 2014
Ada pengaruh teknik relaksasi otot
Mean SD p- progresif terhadap tekanan darah pada
Kelompok Variabel n T
(mmHg) (mmHg) value
lansia dengan hipertensi di Kelurahan
Intervensi TD Sistole 15 147,67 5,473 -2,261 0,032
Kontrol 15 153,20 7,739 Pringapus Kecamatan Pringapus
Intervensi TD 15 87,87 6,739 -2,841 0,008 Kabupaten Semarang. Dengan p-value
Kontrol Diastole 15 95,73 8,345 sistole sebesar 0,032 sistole, sedangkan
diastole p-value 0,008.
Oleh karena kedua p-value tersebut
lebih kecil dari α (0,05), maka dapat SARAN
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang Berdasarkan hasil penelitian yang
signifikan pemberian teknik relaksasi otot telah dilakukan dan mengingat
progresif terhadap tekanan darah pada keterbatasan peneliti dalam melakukan
lansia dengan hipertensi di Kelurahan penelitian ini, maka ada beberapa saran
Pringapus Kecamatan Pringapus yang perlu disampaikan peneliti sebagai
Kabupaten Semarang. berikut :
1. Bagi Institusi
KESIMPULAN Bagi institusi pelayanan kesehatan agar
Sebelum dilakukan teknik relaksasi dapat menjadikan teknik relaksasi otot
otot progresif rata-rata sistolik pada progresif sebagai salah satu kebijakan

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
5
dalam pemberian pelayanan kesehatan Bandiyah, S. (2009). Lanjut usia dan
untuk dapat menurun kantekanan darah keperawatan gerontik. Yogyakarta:
pada lansia dengan hipertensi dengan Medical Book.
tetap memperhatikan penyakit-
penyakit lain yang menyertai. BPS. (2012). Profil Lansia 2012. Diakses
2. Bagi Perawat & Tenaga kesehatan tanggal 26 Oktober 2013
Diharapkan bagi petugas kesehatan www//http://jateng.bps.go.id/Publika
pada umumnya dan khusus perawat si
lansia dapat menjadikan teknik
relaksasi menjadi salah satu intervensi Casey & Benson. (2012). Menurunkan
keperawatan dan salah satu terapi Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana
komplementer dalam menurunkan Ilmu Populer.
tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Corwin, E. J. (2009). Buku saku
3. Bagi lansia & Masyarakat patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Hasil penelitian ini menunjukkan Kedokteran EGC.
terjadi penurunan tekanan darah pada
Dahlan, M. S. (2012). Statistik untuk
penderita hipertensi yang melakukan
kedokteran dan kesehatan. Edisi 5.
teknik relaksasi otot progresif oleh
Jakarta : Salemba Medika.
karena itu diharapkan masyarakat
dapat memanfaatkan terapi relaksasi Darmojo, B. (2011). Geriatri ilmu
otot progresif untuk menurunkan kesehatan usia lanjut. Jakarta: EGC.
tekanan darah.
4. Bagi Peneliti Lain Depkes RI (2010). Profil kesehatan
Mengingat masih adanya keterbatasan indonesia. Jakarta: Depkes Republik
dari penelitian yang telah dilakukan, Indonesia.
maka diharapkan bagi peneliti lain
diharapkan ada tindak lanjut untuk Green, J.H. (2008). Pengantar fisiologi
melakukan observasi terhadap pola tubuh manusia. Alih bahasa : Dr.
makan, aktivitas olahraga dan faktor- Djauhari. Tangerang : Binarupa
faktor lain yang dapat meningkatkan Aksara Publisher
tekanan darah.
Hidayat, AA. 2009. Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan dan Teknik Analisis.
Jakarta : Salemba Medika
Ainizuriati. (2010). Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Junaidi, I. (2010). Hipertensi/ pengenalan,
Penurunan Tekanan Darah Sistolik pencegahan, dan pengobatan.
Pada lansia Dengan Hipertensi Jakarta: PT Bhuana Ilmu.
DiWilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar Barat Padang. Artikel Maryam, R.S, Dkk. (2008). Mengenal usia
Penelitian. Fakultas Keperawatan lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Universitas Andalas. Salemba Medika.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Murray, dkk. (2009). Biokimia harper.


suatu pendekatan praktik. Jakarta: Alih bahasa : Andry Hartono. Jakarta
PT Rineka Cipta : EGC

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi


usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
6
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Kabupaten Semarang” Ungran:
gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC Stikes NGudi Waluyo
Nurahhmani, U. (2012). Stop hipertensi.
Yogyakarta: Relasi Inti Media Sheps. (2005). Mengatasi tekanan darah
tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu Sherwood, L. (2011). Fisiologi kedokteran
keperawatan pedoman skripsi, tesis, : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta.
dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta : Salemba Sitralita (2010). Pengaruh Relaksasi Otot
Medika Progresif Terhadap Kualitas Tidur
Pada Lansia. Artikel Penelitian.
Padila. (2013). Buku Ajar keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika Andalas.

Palupi W (2003). Manajemen Stress. Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar
Jakarta : EGC. keperawatan medikal bedah brunner
& suddarth. Alih bahasa: Agung
Potter. P. A. & Perry, A. G. (2006). Waluyo. Edisi 8. Volume 2. Jakarta :
fundamentals of nursing: concept, EGC
process, and practice. 4/E (Terj.
Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC Sudoyo, Aru W., dkk. (2006). Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid
Potter. P. A. & Perry, A. G. (2009). 1. Cetakan ke-2 Jakarta: FKUI
fundamentals of nursing: concept,
process, and practice. 4/E (Terj. Sugiyono. (2008). Metode penelitian
Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC kuantitatif kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
Price, Sylvia Anderson & Willson. (2005).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Sugiyono. (2010). Statistika
Proses Penyakit, Edisi 6. (Alih nonparametris untuk
Bahasa :Brahm U. Pendit). Jakarta: penelitian.Bandung : Alfabeta
EGC
Susilo, Y. & Wulandari, A. (2011). Cara
Purwanto, B. (2013). Herbal dan jitu mengenal darah tinggi
Keperawatan Komplementer. (hipertensi). Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta: Nuha Medika

Rudi Sukirman. (2012). “Pengaruh


Pemberian Pisang Ambon
(Cavendish) terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab. Semarang
7

Anda mungkin juga menyukai