Sifat Mekanik Bahan Lanjutan - Kelompok 3
Sifat Mekanik Bahan Lanjutan - Kelompok 3
Oleh :
Kelompok 3
DEWI FITRI YULIA
JORDAN AL KHALIL
JULI ANTI
LINDA RAHMADHANI
NETTY GULTOM
SAMUEL TOM
JURUSAN FISIKA
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Fisika Material
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................................................i
Kata Pengantar .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tegangan Regangan .........................................................................................................3
2.1.1 Tegangan .................................................................................................................3
2.1.2 Regangan.................................................................................................................3
2.1.3 Hubungan tegangan dan regangan .........................................................................4
2.5 Kekuatan Bahan ...............................................................................................................9
2.6 Sifat Plastisitas .................................................................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................17
3.2 Saran ................................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Energi dan bahan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengetahuan bahan terus
berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Berbagai macam bahan telah
ditemukan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Penemuan bahan-bahan
tertentu, seperti logam misalnya, telah ikut mewarnai peradaban manusia di dalam kurun waktu
tertentu. Tidak aneh jika nama suatu zaman atau periode waktu tertentu dikaitkan dengan nama
bahan, seperti misalnya zaman batu, zaman perunggu, zaman besi, dan seterusnya. Pengetahuan
dan keterampilan manusia untuk memanfaatkan bahan tertentu telah membuka peluang
berkembangnya desain, proses-proses atau produk-produk tertentu yang sebelumnya belum pernah
ada.
Dalam setiap makalah pasti terdapat permasalahan yang nantinya akan dibahas didalam
makalah sehingga dapat dimengerti dengan mudah diantaranya:
4
1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini memiliki tujuan agar dalam pembuatan makalah dapat
terselesaikan dengan jelas tanpa ada masalah yang berati diantaranya :
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tegangan dan Regangan
2.1.1 Tegangan
Mekanika bahan adalah cabang ilmu dari mekanika terapan yang membahas perilaku benda
padat yang mengalami berbagai pembebanan. (Gere & Timoshenko,1996). Adapun benda padat
yang akan dianalisa pada buku ini adalah batang (bar) yang mengalami beban aksial, poros (shaft)
yang mengalami beban torsi, balok (beam) yang mengalami beban lentur, dan kolon (column)
yang mengalami beban tekan.
Tujuan utama dalam mekanika bahan adalah menentukan tegangan (stress), regangan
(strain), dan perubahan panjang (displacement) pada struktur dan komponen- komponennya akibat
beban yang bekerja padanya. Apabila nilai besaran-besaran ini menyebabkan kegagalan, maka kita
mempunyai gambaran tentang perilaku mekanis pada struktur tersebut. Pemahaman perilaku
mekanis sangat penting untuk design yang aman pada semua jenis struktur. Setiap material adalah
elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika gaya luar bekerja pada benda, maka benda tersebut
akan mengalami deformasi. Ketika benda tersebut mengalami deformasi, molekulnya akan
membentuk tahanan terhadap deformasi. Tahanan ini per satuan luas dikenal dengan istilah
tegangan. Secara matematik tegangan bisa didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Konsep
dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Untuk memahami konsep ini dapat
ditinjau pada sebuah benda berbentuk batang prismatik seperti pada gambar 1.1.
6
Dimana: σ = tegangan normal (N/mm2). P = Besar gaya yang bekerja (N). A= Luas penampang
(mm2)
2.1.2 Regangan
Sebuah batang sperti pada gambar 2.1.1 akan mengalami perubahan panjang akibat dari beban
aksial tarik/tekan yang diberikan. Perubahan panjang dari batnag adalah hasil kumulatif dari
semua elemen bahan diseluruh volume batang. Dengan asumsi bahwa batang mengalami
perubahan konstan diseluruh permukaan maka untuk menghitung perpanjangan persatuan panjang
atau regangan adalah:
7
𝐹
𝜎= 𝐴
dimana :
σ = Tegangan (N/m2)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
Secara umum sifat tegangan memiliki dua buah kondisi, pertama adalah kondisi dimana
suatu material mengalami pertambahan panjang akibat tegangan tarik dan mengalami perpendekan
panjang akibat tegangan kompresional (tekan). Berikut adalah sebuah ilustrasi untuk lebih
menjelaskan kedua sifat tegangan tersebut :
Tegangan Kompresional
Gambar Error! No text of specified style in document..1.3.1 Tegangan Tarik dan Tegangan
Kompresional
Sumber : http://andhikasnmc.blogspot.com/2011/11/fisika-elastisitas.html
Dalam aplikasinya terdapat beberapa jenis tegangan yang dapat ditemukan, jenis-jenis
tegangan tersebut adalah :
1. Tegangan Normal
Tegangan normal adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat adanya gaya normal
atau gaya yang diberikan searah penampang benda.
2. Tegangan Geser
Tegangan geser adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat adanya gaya geser
atau gaya yang diberikan tegak lurus dengan penampang benda.
3. Tegangan Momen
8
Tegangan momen adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya yang
mengakibatkan benda melekuk atau melengkung.
4. Tegangan Puntir
Tegangan puntir adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya putar yang
mengakibatkan benda menjadi terpuntir.
Regangan adalah besaran yang menyatakan suatu perbandingan antara perubahan panjang
terhadap panjang awal dari suatu material, berikut adalah persamaan matematis untuk regangan :
∆𝐿
𝜖= 𝐿0
dimana :
ε = Regangan (m/m)
ΔL = Perubahan Panjang (m)
L0 = Panjang Awal (m)
Hubungan antara tegangan dan regangan yang dinyatakan dalam modulus elastisitas secara
matematis dapat dilihat pada persamaan berikut :
𝜎
𝐸= 𝜖
dimana :
E = Modulus Elastisitas (N/m2)
σ = Tegangan (N/m2)
ε = Regangan (m/m)
Dalam hubungan antara tegangan dan regangan, selain modulus elastisitas terdapat
parameter lain yang sangat penting yaitu angka poisson (poisson ratio). Angka poisson adalah
angka perbandingan antara regangan horizontal (lateral strain) dan regangan vertikal (axial strain)
yang disebabkan oleh beban sejajar sumbu dan regangan aksial (Yoder, E.J. and Witczak, M.W.,
1975). Berikut adalah persamaan matematis dan ilustrasi gambar untuk angka poisson :
9
Gambar Error! No text of specified style in document..1.3.2 Ilustrasi Angka Poisson
Sumber : http://www.diracdelta.co.uk/science/source/p/o/poissons%20ratio/source.html#.Vbjr-
LOqqko
dimana :
υ = Angka Poisson (non-dimensional)
εh = Regangan Horizontal (m/m)
εv = Regangan Vertikal (m/m)
Dengan adanya angka poisson, modulus elastisitas dapat dibagi menjadi tiga macam, mereka
adalah Modulus Young, Modulus Geser, dan Modulus Bulk. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
untuk ketiga jenis modulus elastisitas tersebut :
1. Modulus Young
Modulus young adalah modulus elastisitas secara umum dimana penggunaan regangan
hanya pada satu dimensi saja yaitu regangan panjang.
10
Gamabr 2.1.3.3 Modulus Young
2. Modulus Geser
Modulus geser adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan geser yang
menunjukkan pergerakan benda yang saling bergesekkan. Berikut adalah persamaan matematis
untuk modulus geser :
𝐸
𝐺= ...(2.5)
2(1+𝜐)
dimana :
G = Modulus Geser (N/m2)
E = Modulus Young (N/m2)
υ = Angka Poisson (non-dimensional)
11
3. Modulus Bulk
Modulus bulk adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan volume. Berikut
adalah persamaan matematis untuk modulus geser :
𝐸
𝐾= ...(2.6)
3(1−2𝜐)
dimana :
K = Modulus Bulk (N/m2)
E = Modulus Young (N/m2)
υ = Angka Poisson (non-dimensional)
12
Marmer 50 x 106 - 70 x 106
Granit 45 x 106 - 45 x 106
Nylon 5 x 106 - -
Tulang 15 x 106 80 x 106 -
Air - - 1 x 106
Sumber: :
https://www.academia.edu/7008985/modulus_elastisitas_tegangan_regangan_dan_rasio_poisson
(oleh: Kurnia Utami)
Hubungan tegangan dan regangan secara garis kurva dalam grafik pada umumnya memiliki
dua kondisi garis, yaitu garis linear dan non-linear. Berikut adalah contoh gambar grafik untuk
keadaan yang dimaksud :
Gambar Error! No text of specified style in document..1.3.6 Grafik Hubungan Tegangan dan
Regangan
Sumber : https://maesanamaku.wordpress.com/2012/09/10/berkenalan-dengan-tegangan-
regangan-modulus-elastisitas-daktalitas-material-part-1/ (oleh: Maesa Sukardi)
13
Pada Gambar Error! No text of specified style in document..1.3.6 dapat kita lihat garis
linear adalah garis yang dimulai dari keadaan awal hingga titik leleh, sedangkan bagian garis non-
linear dimulai dari titik leleh hingga titik putus. Pada Gambar Error! No text of specified style in
document..1.3.6 juga dapat dilihat adanya bagian daerah elastis dan bagian daerah inelastis.
Pengertian dari adanya kedua jenis daerah tersebut adalah dimana daerah elastis berarti benda akan
kembali ke bentuk atau kondisi semula apabila benda tersebut hanya mengalami tegangan dan
regangan di daerah elastis, sedangkan apabila benda telah mengalami tegangan dan regangan yang
berada di dalam daerah inelastis maka benda tidak akan kembali lagi ke bentuk atau kondisi
semula.
Selain kondisi elastis dan inelastis terdapat juga kondisi necking. Kondisi necking ini adalah
kondisi yang hanya timbul apabila benda mengalami tegangan tarik, berikut adalah ilustrasi untuk
kondisi necking tersebut :
Necking
Gambar Error! No text of specified style in document..1.3.1 Kondisi Necking Akibat
Tegangan Tarik
Sumber : http://revisionworld.com/a2-level-level-revision/physics/force-motion/solid-
materials/steel
Dengan adanya kondisi linear dan non-linear tersebut, perlu diketahui bahwa konsep
modulus elastisitas hanya berlaku pada bagian linear dan tidak berlaku pada bagian non-linear.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa nilai modulus elastisitas hanya menggambarkan kekakuan
suatu benda sebelum melewati batas titik leleh dari benda tersebut.
2.2 Kekuatan Bahan
14
Padauji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji
denganextensometer. denganextensometer. Parameter-parameteryang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas.Parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
15
DiagramHasilUjiTarik
16
Parameter Kekuatan Bahan
• Kekuatan Tarik (Su)
• Kekuatan Mulur (Sy)
Kekuatan Tarik (Su) Kekuatantarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght),
adalahbesarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda uji.
TeoriKegagalan
Maximum Stressatau RankineTheory
• Teoriini menyebutkan bahwa, Failure pada material akan terjadi, apabila maximum tensile stress
pada material tersebut sama dengan maximum tensile stress pada kondisi yield(terjadi deformasi
plastis) dalam uniaxial tensile test. • Maximum Tensile stress adalah principal stress yang terbesar,
dan positif, yaitu S1. positif, yaitu S1. • Kondisi yield pada uniaxial tensile test sbb :
Dengandemikian dapat disimpulkan :Deformasi plastis terjadi apabila Maximum principal Stress
melebihi dari SYield
TeoriKegagalan
Maximum Shear Stress atauTrescaTheory
17
• Teori ini menyebutkan bahwa, Failure pada material akan terjadi, apabila maximum shear stress
pada material tersebut sama dengan maximum shear stress pada kondisi yield(terjadi deformasi
plastis) dalam uniaxial tensile test.
• Didapat:
Dengan demikian dapat disimpulkan :Deformasi plastis terjadi apabila Maximum Shear Stress
melebihi dari SYield / 2
TeoriKegagalan
Octahedral Shear atauVon MissesTheory
• Teori ini menyebutkan bahwa, Failure pada material akan terjadi, apabila octahedral shear stress
pada material tersebut sama dengan octahedral shear stress pada kondisi yield(terjadi deformasi
plastis) dalam uniaxial tensile test.
• Didapat:
Dengan demikian, dapat disimpulkan :Deformasi plastis terjadi apabila Octahedral Shear Stress
melebihi dari 21/2 x SYield / 3
Dari ketiga Failure Theory ini, yang diadopsi oleh ASME adalahRankine Theory. Walaupun pada
kenyataanya Von Mises Theory lebih akurat dalam memprediksikan terjadinya kegagalan dalam
material, tetapi Rankine akurat dalam memprediksikan terjadinya kegagalan dalam material, tetapi
Rankine Theory dipilih karenaRankine Theory lebih simpel, dan lebih mudah diaplikasikan.
Sedangkan untuk Tresca Theory diadopsi oleh ASME Subsection NB Section III.
Parameter Keuletan Bahan
• Persentasepenguranganluas area(PRIA)
• PersentaseElongation (PE)
Persentasepenguranganluasarea (pria)
18
Persentaseelongation (pe)
19
1. Kekuatan tarik (tensile strength) Kemampuan untuk menerima beban / tegangan tanpa terjadi
rusak / putus. Ini dinyatakan dengan tegangan maksimum sebelum putus. Kekuatan tarik adalah
Ultimate tensile strength, UTS) = Pmax/Ao Pada baja kekuatan tarik cenderung naik dengan
naiknya kadar carbon, seperti gambar berikut.
2. Keuletan (ductility) Kemampuan untuk berdeformasi secara plastis tanpa menyebabkan patah.
Dapat diukur dengan besarnya regangan plastis yang terjadi setelah batang uji putus.
Keuletan biasanya dinyatakan dengan persentase perpanjangan (percentage elongation).
εDo = (Lf – Lo)/ 100%
Lf = gage length setelah putus
Contohnya : 25% pada gauge length 50 mm.
Secara grafis persentase perpanjangan dapat diukur langsung pada diagram σ – ε, yaitu dengan
menarik garis dari titik patah (B) sejajar dengan garis elastis hingga memotong di absis (D).
Panjang DC adalah regangan elastis, panjang OD adalah regangan plastis.
20
Keuletan merupakan faktor mekanik yang penting karena :
- Keuletan menunjukkan seberapa banyak suatu logam dapat dideformasi tanpa menjadi
patah/retak. Hal ini penting untuk menentukan besar deformasi yg akan dilakukan pada proses
rolling, extruding, forming, drawing. Dll. - Kerusakkan pada bahan yang ulet biasanya didahului
oleh adanya deformasi, sehingga bila dijumpai adanya deformasi maka akan dapat diambil
tindakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
3. Ketangguhan (toughness) Kemampuan menyerap energi tanpa menyebabkan patah, dapat
diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan. Ketangguhan diukur dengan
modulus ketangguhan. Beberapa pendekatan mekanik untuk mengukur ketangguhan adalah
sebagai berikut. Pada bahan ductile UT = ε.σu = ε. (σu + σy )/2 Pada bahan britle UT =2/3
ε.σu Besarnya ketangguhan merupakan area luasan dibawah kurva teg. – reg. seperti berikut ini.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Cusson, Daniel and Paultre, Patrick (1994). “High Strength Concrete Columns Confined by
Rectangular Ties.” J. Struct Engrg., ASCE, 120(3), 783-803.
Cusson, Daniel and Paultre, Patrick (1995). “Stress- Strain Model for Confined High-Strength
Concrete.” J. Struct Engrg., ASCE, 121(3), 468-477.
Park, R., Paulay, T. (1975). Reinforced Concrete Structures. John Wiley & Sons, New York.
769 pp.
Saatcioglu, Murat and Razvi, Salim(1999). “Confinement Model for High Strength Concrete.” J.
Struct Engrg., ASCE, 125(3), 281-289.
Saatcioglu, Murat and Razvi, Salim(1992). “Strength and Ductility of Confined Concrete.” J.
Struct Engrg., ASCE, 118(6), 1590-1607.
Yong, Yook-Kong, Nour, Malakah G., and Nawy, Edward G. (1988). “Behaviour of Laterally
Confined High-Strength Concrete under Axial Loads.” J. Struct Engrg., ASCE, 114(2),
332-351
23