Bahan Integrasi: Blok Ginjal & Saluran Kemih
Bahan Integrasi: Blok Ginjal & Saluran Kemih
UNIVERSITAS YARSI
HISTOLOGI
SISTEM URINARIA
YANG DITUNJUK :
PROCESSUS FEREINI
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
A. GINJAL
YANG DITUNJUK :
POLUS TUBERALIS
YANG DITUNJUK :
TUBULUS KONTORTUS
PROKSIMAL Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
A. GINJAL
Polus Polus
Tuberalis Vaskular
Vasa Aferen
Glomerulus
YANG DITUNJUK :
MAKULA DENSA
Tubulus
Kontortus
Proksimal
Ductus
Koligens
Tubulus
Kontortus
Distal
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
B. CORTEX
YANG DITUNJUK :
GLOMERULUS
Kapsula Bowman
Pars Parietal
Cavum
Bowman
Kapsula Bowman
Pars Visceral
Ansa Henle
Segmen Tipis
Ductus
Koligens
Ansa Henle
Segmen Tebal
Ansa Henle
Segmen Tipis
Ductus
Koligens
Ansa Henle
Segmen Tebal
Makroskopis : Jaringan ginjal “contracted kidney” , konsistensi keras, setelah kapsul dilepas,
tampak permukaan ginjal granuler, merata. Pada sayatan korteks tipis.
Makroskopis :Jaringan ginjal konsistensi lunak, korteks sebagian nekrosis, medulla masih
baik.
Makroskopis : Jaringan ginjal berukuran kecil, simpai tebal sukar dilepaskan, permukaan
granuler, tidak teratur. Pada penampang korteks tipis, batas korteks dan medulla tidak jelas.
Mikroskopis :Tampak sebagian mukosa dan dinding pielum ginjal, arsitektur ginjal tidak
normal. Glomerulus sebagian hialinisasi, atropi, hipertropi, tubulus sebagian atropi, sebagian
dengan lumen melebar berisi torak hialin yang memberikan gambaran tiroidisasi. Jaringan
interstitium bersebukan sel-sel radang menahun, fibrosism dinding pembuluh darah kapiler
menebal
Mikroskopis : Sel-sel tumor berbentuk bulat yang tersusun dengan sarcoma, pada beberapa
bagian sel-sel tumor tersusun glanduler.
Mikroskopis : Kelompokan sel-sel tumor dipisahkan jaringan ikat fibrosa tipis. Sel tumor,
sitoplasma cerah, inti bulat, pada bagian lain tumor terdapat sel tumor dengan inti besar
gelap kadang tersusun alveolar dan tubuler.
Dark Cell
Clear Cell
Mikroskopis : Sediaan jaringan massa tumor terdiri dari sel-sel transisional, inti pleomorfik,
hiperkromatik, tersusun papiler. Stroma bersebukan sel radang menahun.
Mikroskopis : Sediaan jaringan prostat terdiri dari stroma dan asini kelenjar prostat. Asini
dilapisi epitel kubis proliferasi, sebagian asini dengan lumen melebar kistik, dalam lumen
terdapat corpora amylaceae. Stroma jaringan ikat fibromuskuler bersebukan sel limfosit.
Mikroskopis : Sediaan jaringan menunjukan pada satu bagian hiperplasia prostat. Terdapat
sel-sel tumor tersusun membentuk asiner kecil-kecil, inti hiperkromatik, anak inti dapat
ditemukan. Stroma diantara asini tipis/ tidak ditemukan.
HARI II
Media : Agar Tabung atau Agar Darah Tabung
Cara Kerja :
Amati Koloni yang tumbuh dan hitung jumlah koloni pada agar darah plat dan
endo
• Agar darah plat :
o Tumbuh satu macam koloni, smooth jumlah lebih dari 100.000/cc urin
• Agar Endo :
o Tumbuh satu macam koloni, smooth, warna merah, kilat logam,
jumlah lebih dari 100.000/cc urin
Pemeriksaan mikroskopis koloni yang tumbuh
• Bakteri berbentuk batang warna merah gram negatif (-)
Isolasi koloni yang tumbuh pada agar darah tabung atau agar darah tabung →
inkubasi pada suhu 37ᵒ C , 24 jam
Koloni Bakteri pada agar Endo Koloni Bakteri pada Agar Darah Plat
HARI III
Media : Media untuk tes biokimia dan Agar Mueller Hinton
Cara Kerja :
Lakukan pemeriksaan gram isolat dari agar tabung atau agar darah tabung →
apabila isolate murni, lakukan tahap IDENTIFIKASI dan TES SENSITIVITAS
terhadap beberapa antibiotik
• Identifikasi dengan menggunakan tes biokimia
• Tes sensitivitas dengan menggunakan metode difusi agar Kirby-Bauer
Inkubasi pada suhu 37ᵒ C, 24 jam
Koloni Kuman di agar tabung Glukosa Laktosa Manitol Maltosa Sukrosa TSIA Gerak Indol MR VP Sitrat Urea
CONTOH
Contoh identifikasi dan tes sensitivitas beberapa bakteri penyebab infeksi pada
tractus urinarius:
• Proteus sp.
• Pseudomonas aeruginosa
Koloni Kuman di agar tabung Glukosa Laktosa Manitol Maltosa Sukrosa TSIA Gerak Indol MR VP Sitrat Urea
Koloni Kuman di agar tabung Glukosa Laktosa Manitol Maltosa Sukrosa TSIA Gerak Indol MR VP Sitrat Urea
DAFTAR ANTIBIOTIK
Amoxycillin (AML 25)
Chloramphenicol (C 30)
Erythromycin (E 15)
Kanamycin (K 30)
Tetracycline (TE 30)
Penicillin G (P 10)
Cefotiam (CTM 30)
Sulbenicillin (SUL 100)
Sulphamethoxazole (SXT 25)
Vancomycin (VA 30)
Streptomycin (S 10)
Nitrofurantoin (F 300)
Ofloxacin (OFX 5)
Gentamicin (CN 10)
Cefrpirome (CPO 30)
Nalidixic Acid (NA 30)
Pengawet Urin
Prinsip kerja :
Mencegah interfensi protein pada pemeriksaan bakteri protein, kestabilan zat terlarut,
degenerasi sedimen organik (pus, silinder dan darah), degenerasi glukosa olehh bakteri
dan jamur serta menjaga keasamaan pH dengan cara mencegah fermentasi basa
Warna
Normal : kuning muda
disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi oleh makanan, obat,
penyakit tertentu.
Kejernihan
Normal : Urin jernih atau sedikit keruh
Bila keruh, mungkin desebabkan oleh bakteri, kristal , posfat, urat, eritrosit, epitel.
Kekeruhan patologis :
⁻ Fosfat amorf : biasanya pada pH netral atau basa. Bila ditambah asam akan jernih
⁻ Urat amorf : Membentuk sedimen berwarna merah muda
⁻ Pus (pyuria) : Bila ditambah asam tidak akan jernih kembali. Pada urin pH asam,
seperti gumpalan dan pada urin pH basa seperti lendir.
⁻ Darah : Menimbulkan kekeruhan berwarna merah kecoklatan. Bila ditemukan 200 sel
leukosit / 500 sel eritrosit per mm3 maka kekeruhan positif disebabkan oleh darah.
⁻ Bakteri :Kekeruhan berupa awan atau opalesen pada urin
⁻ Lemak (lipiduria) : kekeruhan seperti susu atau awan bergumpal
⁻ Chylus (chyluria) : kekeruhan seperti cream biasanya karena penyakit filariasis, trauma,
tumor, dan obstruksi duktus thoracicus.
Patologis :
• BJ rendah (hypostenuria) : DM, Diabetes Insipidus, Glomerulonefritis, Pyelonefritis
• BJ tinggi (hyperstenuria) : Dehidrasi, Preoteinuria, Glikosuria, Syok, Fungsi Hati
menurun, Gagal Jantung Kongestif, Insufisiensi adrenal,
• BJ menetap (isostenuria) : kegagalan fungsi tubulus ginjal karena BJ urin sama dengan
BJ plasma darah
Cara kerja :
• Isi tabung dengan 5ml reagen benedict
• Teteskan 5-8 tetes larutan benedict ke dalam tabung
• Panaskan tabung sampai mendidih selama 5 menit
• Kocok tabung dan baca hasil tes secara semikuantitatif
Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji.
Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa,
galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan
reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat :
streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C,
Cara kerja :
• Kocok urin sampai homogen
• Tuangkan urin ke dalam tabung reaksi sampai hampir penuh
• Celupkan carik celup ke dalam urin selama tidak lebih dari 1 menit
• Tiriskan kelebihan urin dengan menempelkan carik celup pada bibir tabung reaksi
• Ikuti petunjuk waktu pembacaan sesuai dengan brosur reagen
• Laporkan hasil sesuai dengan standar warna yang ada pada botol wadah carik celup
Jangan mencelupkan carik celup terlalu lama, karena reagen akan terurai atau
luntur ke dalam urin dan menghasilkan nilai yang lebih rendah
Proteinuria :
Ringan : ≤ 0,5 g/L per 24 jam
Sedang : 0,5 – 3 g /L per 24 jam
Berat : > 3 g /L per 24 jam
Proteinuria Fisiologis
Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya
indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai + 1.
Dapat ditemukan pada :
• Wanita hamil
• Demam
• Hipertensi
• Stres
• Kerja berat
• Bayi yang baru lahir (usia 1 minggu)
• Berdiri yang terlalu lama
• Kedinginan (karena adanya penekanan vena renali diginjal)
Proteinuria Patologis
Ditemukan protein didalam urine yang menandakan adanya indikasi penyakit.
Proteinuria patologis dapat ditemukan pada:
• Sirosis hepatic
• Meningnitis
• Ascites
• Febris
• GNA ( Glomerulo Nefritis Akut )
• GNK ( Glomerulo Nefritis Kronis )
• PNA ( Pyelo Nefritis Akut)
• PNK ( Pyelo Nefritis Kronis )
• Urethritis
• Sistitis
Cara kerja :
• Isi 2 tabung reaksi masing-masing dengan 2 ml urin
• Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20% pada tabung pertama dan kocok
perlahan
• Bandingkan urin pada tabung pertama dengan tabung kedua. Jika sama jernihnya,
maka hasilnya (-) dan pemeriksaan selesai
• Jika tabung pertama lebih keruh, panasilah tabung tertsebutdi atas nyala api
sampai mendidih kemudian didinginkan
• Jika kekeruhan tetap ada selama proses pemanasan maupun setelah didinginkan
maka hasilnya (+). Protein tersebut mungkin albumin, globulin atau keduanya.
• Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan dan muncul kembali setelah
didinginkan, mungkin penyebabnya adalah protein Bences-Jones dan perlu
diselidiki lebih lanjut
• Hasil positif dinilai secara semikuantitatif berdasarkan derajat kekeruhan sebelum
pemanasan
Penilaian hasil :
Negatif : Tidak tampak kekeruhan sama sekali
Positif 1 (1+) : Ada perbedaan kekeruhan tetapi tidak
tampak butir-butir
Positif 2 (2+) : Kekeruhan dengan butir-butir yang mudah
dilihat
Positif 3 (3+) : Urin jelas sangat keruh
Positif 4 (4+) : Kekeruhan berkeping-keping atau bergumpal
Hasil Positif 2 (2+)
Pemeriksaan keton :
• Reaksi Nitroprusida (Rothera)
Berdasarkan reaksi antara nitroprusida dengan aseton dan asetoasetat membentuk
warna ungu. Asam betahidroksibutirat tidak bereaksi dengan nitroprusida
• Reaksi ferriklorida (Gerhard)
Berdasarkan reaksi antara ferriklorida dan asetoasetat membentuk zat berwarna
merah anggur
Cara Kerja
Cara Rothera
• Tuangkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi. Bubuhi kira-kira 1 gram (seujung
sendok kecil) bubuk rothera dan kocok sampai larut
• Pegang tabung dengan sikap miring dan alirkan secara perlahan 1-2 ml
ammoniumhidroksida 28% melalui dinding tabung, akan tampak 2 lapisan larutan
• Letakkan tabung secara vertical, bacalah hasilnya setelah 3 menit
• Hasil positif bila tampak warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua larutan
tersebut
Cara Gerhard
• Tuangkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
• Tuangkan sedikit-sedikit larutan ferriklorida 10% ke dalam urin tersebut sambil
mengocok, sampai terbentuk presipitat
• Jika sudah terbentuk presipitat putih, urin disaring
• Tambahkan pada presipitat beberapa tetes larutan ferriklorida
• Hasil positif bila larutan berwarna merah coklat
Pemeriksaan bilirubin :
• Oxidation (Harrison’s)
Bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau dengan reagen Fouchet
• Diazotisation (reagent strip)
Berdasarkan reaksi diazotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diazo pada
carik celup.
Percobaan Harrison :
• Tuangkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
• Tambahkan 5 ml larutan Barium Klorida 10% campur dan saringlah
• Kertas saring yang mengandung presipitat, dibuka lipatannya dan diletakkan mendatar
diatas corong dan bairkan sampai kering
• Teteskan 2-3 tetes reagen fouchet ke atas presipitat pada kertas saring tersebut
• Hasil positif bila timbul warna hijau
Percobaan Harrison :
Sudah tidak dipakai lagi
NITRIT
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang
kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli,
Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung
kemih minimal 4 jam.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam
keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan
bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Test : Griess reaction (reagent strip)
LEUKOSIT ESTERASE
Hasil tes leukosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit),
baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis
(+) palsu : Zat pengoksidasi kuat (penggunaan pengawet formaldehid)
(-) palsu : Glukosa, Protein dan Berat Jenis yang tinggi
DARAH SAMAR
Normal : Tidak ada darah dalam urin
Jika ada darah dapat berupa hematuria (merah keruh) / hemoglobinuria (merah cerah)
Pemeriksaan kimia untuk mendeteksi adanya darah samar dalam urin didasarkan pada
aktifitas hemoglobin sebagai peroksidase yang mengkatalisa reaksi antara hidrogen
peroksida dengan kromogen teramethylbenzidine yang menghasilkan warna biru
Cara kerja :
• Kocok urin sampai homogen
• Masukkan 10-12 ml urin ke dalam tabung sentrifus
• Pusingkan selama 5 menit pada alat sentrifugasi dengan kecepatan 1500-2000 rpm
• Tuang isi tabung dengan gerakan cepat, tegakkan kembali tabung sehingga urin yang
tersisa kira-kira 0,5 ml.
• Setelah sedimen dicampur, teteskan 1 tetes sedimen pada kaca objek dan tutup
dengan kaca penutup
• Lihat dibawah mikroskop dengan pencahayaansedikit (kondensor diturunkan,
diafragma dikecilkan)
• Laporkan unsur sedimen dengan objektif 10x (lapangan penglihatan kecil/LPK),
kemudian dengan objektif 40x (lapangan penglihatan besar/LPB)
A. ERITROSIT
Normal 0-1 /lpb
Ditemukan pada pasien hematuria pada trauma ginjal, tumor ginjal, TBC ginjal
B. LEUKOSIT
Normal : 0-5 / LPB (bergranula)
Ditemukan padda pasien leukosituria, pada sistitis, pielonefritis.
Macam-macam Silinder :
• Silinder Hialin: normal : 0 – 2 / lpf
Biasanya pada individu normal pada keadaan dehidrasi, aliran urin yang rendah, urine
pekat, atau urin asam atau olahraga berat.
• Silinder Seluler
Silinder Eritrosit → Kelainan Glomerular / urinary tract injury (bleeding)
Silinder Leukosit → Inflamasi atau infeksi Ginjal
Silinder Epitel → Infeksi akut tubulus ginjal
• Silinder Lilin
⁻ Merupakan hasil dari degenerasi silinder granular.
⁻ Biasanya menunjukkan gagal ginjal. hipertensi ganas dan diabetes
⁻ Morfologi: lebih besar dari silinder hialin, lebih kaku, tepi tajam dan terlihat patah,
tampak kuning, abu-abu, atau tidak berwarna.
E. KRISTAL
Normal Abnormal
Urin pH asam • Cystine
• Asam Urat • Cholesterol
• Amorphous urate • Leucine
• Sodium urate • Tyrosine
• Calcium oxalate • Bilirubin Kristal Asam Urat
Urin pH basa • Sulfonamide
• Triple phosphate
• Amorphous phosphate
• Calcium phosphate
• Ammonium biurate Etc.
Silinder Granula
Khas :
• Silinder Eritrosit : Glomerulonefritis
EPITEL
• Silinder Leukosit : Pyelonefritis
• Oval Fat Bodies : Sindrom Nefrotik
Hasil mikroskopis
• Jika ditemukan banyak silinder → ISK atas.
• Jika ditemukan banyak epitel → ISK bawah
KRISTAL NORMAL
Kristal Kalsium Oksalat Kristal Asam Urat Kristal Triple Fosfat
Bila hasil pemriksaan dibutuhkan dalam waktu singkat dan tidak mungkin mengumpukjan
urin dalam jumlah yang adekuat dapat digunakan rumus Cockroft-Gault (berdasarkan
umur, berat badan dan kreatinin serum)
Menggunakan rumus Cockroft-Gault :