Anda di halaman 1dari 36

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat LAPORAN MANAGEMEN

SEPTEMBER 2017

“MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI


PUSKESMAS BULILI”

Disusun Oleh :
IKA KURNIA FAIZIN,S.Ked
N 111 16 063

PembimbingKlinik:
dr. MUSDALIPA
dr. SUMARNI, M.Kes, Sp.GK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari
Puskesmas karena ketidak efisienan akan memberikan dampak negatif terhadap
biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat merupakan salah satu
tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi
tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efisien sangat menentukan
keberhasilan manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan. Puskesmas merupakan
unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masayarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah
satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan
pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), dan kuratif
(pengobatan), rehabilitasi (pemulihan kesehatan). Salah satu upaya pemulihan
kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan pokok puskesmas adalah
pengobatan.1,2
Dalam memberikan pelayanan kesehatan tertentu pengobatan di Puskesmas,
maka obat-obatan merupakan unsur yang sangat penting. Untuk itu pembangunan
di bidang perobatan sangat penting pula. Berdasarkan analisis pembiayaan
kesehatan (Pemerintah dan Masyarakat termasuk swasta) yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan dan Bank Dunia selama tahun 1982/1983 dan tahun
1986/1987 menunjukkan bahwa pengeluaran khusus obat-obatan di sektor
pemerintah sebesar 18% dari keseluruhan pembiayaan pelayanan kesehatan dan
masyarakat mengeluarkan sebesar 40%c biaya pelayanan kesehatan mereka untuk
membeli obat-obatan.2
Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin ketersediaan
obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga pemerataan,
pendistribusian dan penyerahan obat-obatan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat yang baik
diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih maksimal.
Pengelola obat serta penjamin ketersediaan obat yang dibutuhkan Puskesmas di
sediakan oleh dinas kesehatan. 1,3
Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien, dengan demikian
manajemen obat dapat dipakai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan
semua sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam
rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional
efektif dan efisien.4
Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu
faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan
kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien.1,4
Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana permintaan
dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar tidak menjadi suatu
kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau kekosongan obat tertentu ini
dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak
rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka diharapkan dimana dalam
pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, penyimpanan serta pencatatan dan
pelaporan yang baik.4
Dari permasalahan tersebut maka akan di bahas mengenai manajemen
pengolaan obat di Puskesmas pantoloan.

1.2. Rumusan Masalah


Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai
“Bagaimana Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan
dan Apa saja kendala yang di hadapi dalam Manajemen Pengelolaan Obat di
Puskesmas Perawatan pantoloan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Puskesmas Perawatan Pantoloan


1. Kondisi geografis dan administratif
Puskesmas perawatan Pantoloan merupakan Puskesmas yang
keberadaannya di kelurahan Pantoloan Kecamatan Tawaeli. Letak Puskesmas
Perawatan Pantoloan kurang lebih 23 Km sebelah utara Kota Palu, dengan
berbatas wilayah sebelah timur berbatasan dengan kelurahan lambara dan
kelurahan panau. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wani kecamatan
Tanantovea. Sebalah selatan berbatasan dengan laut dan sebelah utara berbatasan
dengan Desa wombo Kecamatan tanantovea.
Puskesmas Perawatan Pantoloan memiliki pegawai 49 orang terdiri dari 3
Dokter umum, 1 Dokter Gigi, 13 orang D3 Keperawatan, 8 orang Bidan
Puskesmas, 4 orang Bidan Desa, 1 orang tenaga Apoteker, 1 orang tenaga Analis,
1 orang tenaga D3 Gizi, 6 orang tenaga Sanitasi, 3 orang tenaga Sarjana
Kesehatan Masyarakat dan 2 tenaga administrasi. Puskesmas perawatan Pantoloan
membawahi vasilitas Kesehatan yaitu dua bangunan Pustu dan dua bangunan
Poskesdes yang masing-masing terletak di Kelurahan Pantoloan Boya dan
Kelurahan Baiya dengan jenis Pelayanan berupa Promotif, Preventif, dan Kuratif.

2. Gambaran Kependudukan
Sampai dengan akhir tahun 2015 Puskesmas Perawatan Pantoloan masih
membawahi tiga wilayah kerja yaitu Kelurahan Baiya, Kelurahan Pantoloan Induk
dan kelurahan Pantoloan Boya dengan jumlah penduduk 13,327 jiwa, dengan
jumlah KK yang ada di wilayah kerja Puskesmas pantoloan sebanyak 2814 KK.
JUMLAH PENDUDUK YG DI WILAYAH PUSKESMAS PANTOLOAN
TAHUN 2015

2922 55478
PANTOLOAN
PANTOLOAB BOYA
5140 BAIYA

3. Ekonomi dan pendidikan


Secara umum Keadaan Sosial Ekonomi masyarakat dapat di katakan
hampir rata-rata berpenghasilan kecil sebagian besar mata pencaharian
masyarakat adalah nelayan, buruh, dan petani, sebagian kecil adalah pegawai
Negeri Sipil. Dengan keadaan Sosial Ekonomi tersebut maka sebagian besar
masyarakat berpendapatan musiman.
Dari jumlah penduduk 13,327 jiwa yang ada di Wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Pantoloan rata-rata mendapat kartu BPJS.
Untuk sarana pendidikan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan
pantoloan Sekolah TK 8, Sekolah SD 12, Sekolah SMP 2, dan SMU 3.

4. Agama dan Sosial Budaya


Sebagian besar penduduk beragama Islam sekitar 98,13% hal ini terlihat
dari sarana Ibadah (Mesjid) yang berada di setiap Kelurahan. Keadaan Sosial
Budaya cukup baik ini terlihat dari kerja sama dan kegotong royongan
masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sebagian penduduk
adalah Asli Suku Kaili dan sebagian kecil pendatang yang sudah berbaur
dengan masyarakat setempat.
5. Perilaku dan Lingkungan
Penyediaan dan pengolahan Air Bersih
Ada dua faktor yang penting dalam penyediaan Air bersih yaitu Kuantitas dan
Kualitas, secara kuantitas dapat dilihat pada penggunaan Air bersih sedangkan
secara Kualitas di tentukan oleh kualitas Air dan Tingkat Resiko Pencemaran
sarana Air bersih (SAB)
a. Cakupan Air Bersih
Pada tahun 2015 cakupan pengguna air bersih di Wilayah Puskesmas
Perawatan Pantoloan mencapai 2.814 KK.
b. Kualitas Air bersih
Jumlah rumah yang diperiksa jentik nyamuknya di Wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Pantoloan sebanyak 1.800 rumah. Dari jumlah 1.800 rumah, yang
bebas jentik nyamuk sebanyak 1.750 rumah, berarti masih ada 111 rumah yang di
periksa memiliki jentik nyamuk dari tiga kelurahan di Wilayah Puskesmas
Perawatan Pantoloan
c. Pembuangan Kotoran Manusia
Hasil Inspeksi Sanitasi di Tiga Kelurahan pada tahun 2014 jumlah rumah
yang di Inspeksi sebanyak 2274 rumah, jumlah rumah yang memenuhi syarat
(rumah sehat) sebanyak 1619 rumah.
d. Tempat-tempat Umum (TTU)
Tempat-tempat umum merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan
terhadap 90 TTU yang terdiri dari Rumah makan, Salon, Pasar, Toko, termasuk
perkantoran. TTU yang ada 90, yang di periksa 90, yang memenuhi syarat sehat
90 (TTU memenuhi syarat 100%).
e. Sarana Ibadah
Sarana Ibadah merupakan salah satu begian tempat Umum yang mendapat
kunjungan banyak orang untuk melakukan kegiatan keagamaan. Pada tahun 2014
terdapat 21 sarana Ibadah yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan
Pantoloan meliputi 19 Mesjid dan 2 Gereja masing –masing berada di kelurahan
Pantoloan dan Kelurahan baiya.
2.2.Peran Puskesmas
Puskesmas merupakan organisasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu. Pengembangan
Kesehatan Masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas didasarkan pada misi
didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre for
Health Development) di wilayah kerja tertentu.4
Salah satu upaya yang dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan peralatan
dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mengingkat
pengobatan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas maka penyediaan perlu
dengan pengelolaan yang baik dan benar dari Puskesmas.

2.3. Pengelolaan Obat di Puskesmas


Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, perindustrian dan penggunaan obat yang dikelola
secara optimal untuk menjamin tercapainya jumlah dan jenis perbekalan farmasi
dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metode dan data laksana) dalam upaya
mencapai tujuan yang di tetapkan di berbagai tingkat unit kerja. 1
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan kualitas
pelayanan obat di Puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan dilingkungan
Puskesmas adalah melaksanakan berbagai aspek pengelolaan obat antara lain
dalam sistem manajemen kebersihan seluruh rangkaian pencatatan dan pelaporan
pemakaian obat.2
Pengelolaan merupakan suatu proses yang di maksudkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan
dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedia dalam system.2,3
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat
secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui
penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.
Laporan pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu
contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok,
perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan
obat.4
Terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini
pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah
diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, serbagai kendala yang menimbulkan
kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui
sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan
untuk mengatasinya.2

Pengelolaan obat di Puskesmas bertujuan untuk :2,3


a. Terlaksananya peresepan yang rasional
b. Pengembangan dan peningkatan pelayanan obat yang dapat menjamin:
1. Penyerahan obat yang benar kepada pasien
2. Dosis dan jumlah yang tepat
3. Wadah yang baik dapat menjamin mutu obat
4. Informasi yang jelas dan benar kepada pasien
Proses pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut lima fungsi pokok yaitu perencanaan obat, pengadaan,
perindustrian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan lain.
c. Meningkatkan efisien penggunaan obat
Ruang lingkup pengelolaan obat secara keseluruhan mencakup perencanaan,
permintaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian penggunaan dan pencatatan
dan pelaporan.

1. Perencaan Obat
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain :
a. Tahap Pemilihan Obat
Fungsi seleksi / pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit di
daerah. Mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan
dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi :
1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping
yang akan ditimbbulkan.
2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara efek terapi yang
lebih baik
3. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang
lebih baik
4. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai
efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal
5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(Drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi

b. Tahap perhitungan kebutuhan obat


Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum. Informasi yang
di dapat dari kompilasi pemakaian obat adalah :
1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan
kesehatan/puskesmas
2. Presentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun
seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas
3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota

Tahap perhitungan kebutuhan obat penentukan kebutuhan obat,


merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi
yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun Unit Pelayanan Kesehatan
Dasar (PKD). Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi
apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi teoritis terhadap
kebutuhan pengobatan. Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan
obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang
direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia
pada saat dibutuhkan.

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di


tiap unit pelayanan kesehatan adalah :2,3
1. Metode konsumsi2
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Hal yang diperhatikan antara lain :
a. Pengumpulan data dan pengelolaan data
b. Analisis data untuk informasi dan evaluasi
c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
2. Metode epidemiologi2
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu (Lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini antara lain :
a. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
b. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit
c. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
d. Menghitung perkiraan kebutuhan obat
e. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia

2. Permintaan/pengadaan obat
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka
menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di
Puskesmas.2
Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota. Obat yang diperkenalkan untuk disediakan di Puskesmas adalah
obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu
sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No : 085
tahun 1989 tentang Kewajiban menuliskan Resep/dan atau menggunakan Obat
generik di pelayanan Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik saja
yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan
dari kepmenkes tersebut adalah :1
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh
dunia bagi pelayanan kesehatan publik
b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat
d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik

Permintaan/pengadaan obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan dilakukan


setiap bulan ke Dinas Kesehatan kota. Setiap bulan, sebagian pengelola kamar
obat akan menerima LPLPO dari setiap sub unit yang kemudian di rekap dan di
kirim ke Dinas Kesehatan Kota. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa
permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas
di ajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan
dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan
LPLPO sub unit.1

Kegiatan permintaan/pengadaan obat meliputi :1,2


a. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang di susun oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas
b. Permintaan khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan meningkat;
menghindari kekosongan; penanganan kejadian luar biasa (KLB), obat rusak dan
kadaluarsa
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir laporan pemakaian
lembar permintaan obat (LPLPO). Penentuan permintaan dengan laporan
pemakaian dan permintaan (LPLPO) sangat baik karena mudah dipahami dan
dimengerti oleh petugas seperti stok awal, penerimaan persediaan, pemakaian
dan sisa stok. Adapun fungsi daftar permintaan tersebut adalah :
a. Menghindari gejala penyimpanan pengelolaan obat dari yang seharusnya
b. Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur
pengadaan/permintaan yang baik
c. Indikator untuk memilih ketepatan pengelolaan obat di Puskesmas
d. Permintaan obat ditujukan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
selanjutnya diproses oleh Instansi Farmasi Kabupaten/Kota.

3. Pendistrubusian obat
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan yang bermutu. Terjamin keabsahannya serta tepat jenis
dan jumlah dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk
penyerahan obat kepadac pasien.2
Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat kesehatan kepada
pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah,
jenis, mutu yang dubutuhkan secara ekonomis dan efektif.1,2

Kegiatan distribusi meliputi:


a. Menentukan frekuensi / jadwal distribusi
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu pertimbangan jarak sub unit
pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia
b. Menentukan jumlah obat
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-
rata setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah kunjungan di
masing-masing sub unit pelayanan kesehatan dengan menghitung stok
optimum setiap jenis obat
c. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat
Obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan
kesehatan perlu di cek mutu dan kadaluarsanya.
d. Melaksanakan penyerahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Gudang obat menyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit
pelayanan
2. Diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan dengan
formulir LPLPO yang sudah di tandatangai dan satu rangkap disimpan
sebagai tanda buki penyerahan./penerimaan obat.
3. Menandatangani dokumen penyerahan obat ke sub unit berupa LPLPO
sub unit.

Tatacara pendistribusian obat antara lain :4,5


1. Unit pengelola obat tingkat kabupaten/kota melaksanakan distribusi obat ke
puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.
2. Obat-obat yang akan di kirim ke puskesmas harus disertai dokumen
penyerahan dan pengiriman obat.
3. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan di kirim, maka perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap :
a. Jenis dan jumlah obat
b. Kualitas/kondisi obat
c. Isi kemasan
d. Kelengkapan dan kebenaran dokumen
e. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan kesehatan harus di
catat dalam kartu stok obat.

4. Penggunaan obat
Penggunaan obat-obatan yang tidak rasional menyebabkan dampak negatif
yang diterima oleh pasien lebih besar daripada manfaatnya. Biasa dampaknya
berupa klinik misalnya efek samping, resistensi-resistensi kuman, dampak
ekonomis (biaya mahal tidak terjangkau) dan dampak sosial (ketergantungan
pasien terhadap intervensi obat). Mengabadikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan obat dapat memberi dampak terhadap mutu pelayanan
kesehatan (pengobatan) dan terhadap pemakaian sumber dana kesehatan serta
meningkatkan resiko efek samping obat.2,3
Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), penggunaan obat dilakukan
rasional apabila memenuhi kriteria :
1. Sesuai dengan indikasi penyakit
2. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
3. Diberikan dengan interval waktu pembiayaan yang tepat
4. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin dan aman.

Pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi beberapa persyaratan


tertentu yang secara garis besarnya harus mencakup hal-hal ketepatan diagnosis,
ketepatan insikasi pengginaan obat, ketepatan pemulihan obat, ketepatan dosis
secara rasional, ketepatan penilaian terhadap pasien, ketepatan pemberian
informasi dan ketepatan dalam tindak lanjut peresepan yang rasional.
Penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional dan pelayanan
obat, peresepan yang rasional apabila diagnosis yang ditegakkan sesuai dengan
kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai alternatif obat yang
ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan berpedoman pada standar
yang berlaku atau diterapkan.
Penggunaan obat yang salah dalam pelayanan kesehatan di puskesmas dapat
mengakibatkan berkurangnya persediaan yang menyebabkan beberapa pasien
tidak di obati sebagai mana mestinya.

5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hiang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin.
1) Persyaratan gudang
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruang kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panan
d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
e. Lantai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya
debu atau kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet) dinding dibuat
licin.
f. Hindari pembuatan sudut laintai dan dinding yang tajam
g. Gudang digunakan khusus untuk menyimpan obat
h. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
i. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci
j. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
2) Pengaturan penyimpanan obat
a. Obat di susun secara alfabetis
b. Obat di rotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
c. Obat disimpan pada rak
d. Obat yang disimpan diatas lantai harus diletakkan diatas palet
e. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
f. Cairan dipisahkan dari padatan
g. Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

6. Pengendalian obat
Pengendalian obat terdiri dari :
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan obat hilang
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang di inginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah diterapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan /
kekosongan obat pengendalian adalah :
1. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok
kerja.
2. Menentukan :
a. Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan / kekosongan
b. Stok pengamanan adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga. Misanya
karena keterlambatan pengiriman dari Instansi Farmasi
Kabupaten/Kota.
3. Menentukan waktu tunggu (Leadtime), yaitu waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

7. Pengelolaan obat rusak


Pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pihak puskesmas
dalam menindak lanjuti kerusakan obat dengan tujuan yaitu melindungi pasien
dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluarsa. Jika petugas pengelola obat
menemukan obat yang tidak layak pakai (karena rusak/kadaluarsa), maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan lainnya
segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada Kepala
Puskesmas malalui petugas gudang obat Puskesmas
2) Petugas gudang obta Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak
dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai maka harus
segera di kurangkan dari catatan sisa stok pada masing-masing kartu stok yang
di kelolanya. Petugas kemudian melaporkan obat rusak/kadaluarsa yang
diterimanya dari satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak/kadaluarsa
dalam gudang, kepada Kepala Puskesmas.
3) Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali obat
rusak/kadaluarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk
kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Pencatatan dan pelaporan
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan di gunakan di Puskesmas dan
unit pelayanan lainnya.2,4
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan
obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan
seluruh pengelolaan obat.1,2
a. Sarana pencatatan dan palaporan
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas
adalah LPLPO dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus
tepat data, tepat isi dan di kirim tepat waktu serta di simpan dan di arsipkan
dengan baik. LPLPO juga di manfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan
kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan
obat.
b. Penyelenggaraan pencatatan
Di gudang Puskesmas1
1. Setiap obat yang diterima dan dikeuarkan dari gudang di catat di dalam
kartu stok
2. Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat berdasarkan :
a. Kartu stok obat
b. Catatan harian penggunaan obat
D
a
t
a

y
a
n
g

a
d
a

p
a
d
a

L
P
L
P
O

d
i
l
a
p
o
r
k
a
n

k
e
D
i
n
a
s

K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
K
o
t
a
.

L
a
p
o
r
a
n

i
n
i

m
e
r
u
p
a
k
a
n

l
a
p
o
r
a
n

P
u
s
k
e
s
m
a
s
k
e

D
i
n
a
s

K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
.
c. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas
Induk, LPLPO dibuat 3 (Tiga) rangkap yakni :1
a. Dua rangkap diberikan ke Dinas Kabupaten/Kota melalui instalasi farmasi
kabupaten/kota, untuk di isi jumlah yang diserahkan. Setelah di tandatangani
disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas

d. Periode pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk Puskesmas
yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim setiap awal bulan,
begitu juga untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap triwulan.1,2

BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen pengelolaan obat di puskesmas Perawatan pantoloan
Manajemen pengelolaan obat di Puskesmas meliputi beberapa tahapan :
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan pembekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas.
Data mutasi obat yang di hasilkan di Puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh
karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :


1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

berdasarkan hasil diskusi dengan penanggung jawab pengelola apotik


Puskesmas Perawatan Pantoloan, tahap perencanaan obat dilakukan dengan
membuat rancangan kebutuhan obat berdasarkan penggunaan obat tahun
sebelumnya (metode konsumtif) dan berdasarkan 10 penyakit terbesar tahun
sebelumnya (metode epidemiologi). Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas
Perawatan Pantoloan di susun setiap akhir atau awal tahun. Perencanaan
kebutuhan obat di susun berdasarkan / berpedoman dengan harga e-katalog.
Selanjutnya, rencana kebutuhan obat akan diserahkan ke Dinas Kesehatan yang
dalam hal ini berperan membantu puskesmas untuk pengadaan obat.
Hal ini sesuai dengan pedoman pengelolaan obat dipuskesmas yang
menyatakan bahwa untuk merencanakan kebutuhan obat yang akan datang dapat
digunakan metode konsumsi yaitu berdasarkan data pemakaian obat tahun
sebelumnya atau metode epidemiologi yaitu berdasarkan pola penyakit. Dengan
menggunakan data tersebut obat-obatan yang direncanakan dapat tepat jenis
maupun tepat jumlah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kurun waktu
tertentu.

2. Tahap pengadaan / permintaan


Sumber penyediaan di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah
obat Esensial yang jenis dan Itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional.
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing-masing
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada wilayah kerjanya.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas
diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan forum LPLPO, sedangkan permintaan dari
sub unit ke kepala Puskesmas di lakukan secara periodik menggunakan LPLPO
sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan
obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat
menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat
secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten / Kota ke Puskesmas.
Permintaan / pengadaan obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan dilakukan
setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kota. Setiap bulan, bagian pengelola kamar obat
akan menerima LPLPO dari setiap sub unit yang kemudian di rekap dan di kirim
ke Dinas Kesehatan Kota. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa permintaan
obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan
oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala
Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Kegiatan pengadaan / permintaan obat meliputi :


1. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
kabupaten / Kota untuk masing-masing Puskesmas.
2. Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
a. Kebutuhan meningkat
b. Menghindari kekosongan
c. Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa
3. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir laporan pemakaian
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Penentuan permintaan dengan Laporan
Permintaan Obat (LPLPO) sangat baik karena mudah di pahami dan
dimengerti oleh petugas seperti stok awal, penerimaan persediaan, pemakaian
dan sias stok. Adapun fungsi daftar permintaan tersebut adalah :
a. Menghindari gejala penyimpanan pengelolaan obat dari yang seharusnya
b. Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan /
permintaan yang baik
c. Indikator untuk memilih ketepatan pengelolaan obat di Puskesmas
4. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
dan selanjutnya di proses oleh Instansi Farmasi Kabupaten / Kota.

3. Pendistribusian
Penyaluran / distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain :
a. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat,
perawatan, poli)
b. Puskesmas Pembantu
c. Posyandu
d. Poskesdes
Di Puskesmas Perawatan Pantoloan, pendistribusian obat-obatan sesuai
dengan pedoman pengelolaan obat di Puskesmas. setelah menerima obat dari
Gudang Farmasi Kota (GFK) diterima penanggung jawab obat puskesmas maka
dilakukan pengecekan kembali apakah obat sesuai dengan jenis dan jumlah yang
diminta dalam LPLPO. Pendistribusian obat dilakukan dari gudang obat
Puskesmas ke unit (Puskesmas Pembantu, Poskesdes) dan sub unit (Apotik, Poli
Umum, Poli Gigi dan Poli KIA, dan perawatan) dilakukan dengan sistem amprah.
Pengamprahan obat dilakukan di gudang obat Puskesmas setiap bulannya. Hal
tersebut diatas dilakukan agar pendistribusian obat berjalan lancar dan setiap unit
dan sub unit memperoleh obat sesuai jenis dan jumlah kebutuhannya setiap saat.

4. Pelayanan Obat
Pelayanan obat adalah peroses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien. Semua resep yang telah di layani oleh Puskesmas
harus dipelihara dan di simpan minimal 2 (Dua) tahun dan pada setiap resep
harus diberi tanda “Umum” untuk resep umum dan “BPJS” untuk resep yang
diterima oleh peserta asuransi kesehatan. Untuk menjamin keberlangsungan
pelayanan obat dan kepentingan pasien maka obat yang ada di puskesmas tidak di
beda-bedakan lagi sumber pedoman Puskesmas anggarannya. Semua obat yang
ada di Puskesmas pada dasarnya dapat digunakan melayani semua pasien yang
datang ke Puskesmas. semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan
kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk
melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas pembantu.

Kegiatan pelayanan obat meliputi :


1. Penataan ruang pelayanan obat
2. Penyiapan obat
3. Penyerahan obat
4. Informasi obat
5. Etika pelayanan

5. Kegiatan pelayanan obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan telah sesuai


dengan pedoman pelayanan obat di puskesmas, dimulai dari penyiapan obat,
penyerahan dan pemberian informasi obat kepada pasien.
6. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia
di Unit pelayanan kesehatan mutunya dapat di pertahankan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pengaturan penyimpanan obat adalah :
1. Obat di susun secara alfabetis
2. Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3. Obat disimpan pada Rak
4. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan di atas palet
5. Tumpukan Dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
6. Cairan dipisahkan dari padatan
7. Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

Selain hal tersebut diatas faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan
yaitu kelembaban udara dalam ruangan, suhu ruangan, sinar matahari, pengotoran,
kontaminasi dan kerusakan fisik.
Di Puskesmas Perawatan Pantoloan, penyimpanan obat dan pengaturan
penyimpanan obat telah memenuhi syarat diatas, hanya saja kekurangannya yaitu
ukuran ruangan yang agak sempit.

7. Pengelolaan obat rusak


Pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pihak Puskesmas
dalam menindak lanjuti kerusakan obat dengan tujuan yaitu melindungi pasien
dari efek samping penggunaan obat rusak / kadaluwarsa. Jika petugas pengelola
obat menemukan obat yang tidak layak pakai (karena rusak / kadaluwarsa), maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan lainnya
segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada Kepala
Puskesmas melalui petugas gudang oleh Puskesmas.
2. Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak
dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai maka harus
segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masing-masing kartu stok yang
di kelolanya. Petugas kemudian melaporkan obat rusak / kadaluwarsa yang
diterimanya dari satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak /
kadaluwarsa dalam gudang kepala Kepala Puskesmas.
3. Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali obat
rusak / kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, untuk
kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Pencatatan dan pelaporan


Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan palaporan obat di Puskesmas
adalah LPLPO dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus
tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan
baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan
kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan
obat.2
Di Puskesmas Perawatan Pantoloan, pencatatan dan pelaporan penggunaan
LPLPO dan kartu stok. Setiap unit akan di masukkan LPLPO setiap bulan kepada
penanggung jawab kamar obat. Selanjutnya LPLPO dari setiap sub unit akan
direkap dan kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan.

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan obat di Puskesmas Perawatan


Pantoloan dan Alternatif apa yang dilakukan untuk menyelesaikan.

Hasil diskusi dengan penanggung jawab kamar obat dimana kendala yang
sering dihadapi dalam pengelolaan obat di Puskesmas perawatan Pantoloan yaitu
masalah pengendalian obat dimana apabila terjadi kekosongan obat. Salah satu
contoh yaitu ada suatu waktu terjadi kekosongan obat B Complek di Puskesmas
karena dari Dinas Kesehatan Kota belum memberikan stok obat padahal
permintaan telah dimasukkan, kekosongan obat terjadi biasanya diakibatkan
karena keterlambatan pengiriman obat dari gudang farmasi kota. Kelebihan obat
atau kekosongan obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat
yang tidak akurat dan tidak rasional. Ketidak cukupan obat-obatan disebabkan
oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor
perencanaan / perhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum
efektif dan kurang efisien.

LAMPIRAN
Foto Dokumentasi
Gambar 1 : Wawancara kepada bapak Arifin, S.farm, M.Si. Tentang Manajemen
Pengelolaan Obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan.

Gambar 2 : “Gudang Obat” yang ada di Puskesmas Perawatan Pantoloan disusun


secara Alfabetis dan berdasarkan sistem FIFO dan FEFO
Gambar 3 : Obat disimpan di “Rak Obat”

Gambar 4 : “Kamar Obat” yang telah keluar dari gudang Obat .


*Obat Cair di simpan kedalam lemari khusus jenis Obat cair.
*Obat yang padat di simpan di atas Rak Obat
Gambar 5 : Tempat Resep

Gambar 6 : Lembar Laporan pemakaian dan Lembar permintaan Obat


Gambar 7 : Kartu Stok Obat
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Manajemen pengelolaan obat di Puskesmas meliputi perencanaan,
pengadaan / permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian
obat, pemusnahan obat rusak serta pencatatan dan pelaporan obat
2. Secara umum manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Perawatan
Pantoloan sangat baik karena pengelolaannya telah berdasarkan pedoman
pengelolaan obat dan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Hanya saja
pengendalian obat terutama dalam pengendalian persediaan obat di
Puskesmas Perawatan Pantoloan masih perlu di perhatikan untuk
mencegah terjadi kekosongan obat.
3. Kekosongan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu
faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan / perhitungan
perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang
efisien.
4. Kekosongan obat dapat di cegah dengan mencantumkan stok optimum
pada kartu stok, laporan segera ke gudang farmasi jika terjadi pemakaian
obat melebihi permintaan dan tidak terduga serta membuat laporan
sederhana ke Kepala Puskesmas mengenai obat yang banyak dibutuhkan
dan obat yang masih banyak stoknya.
b. Saran
1. Diharapkan Puskesmas Perawatan Pantoloan meningkatkan pengendalian
persediaan obat terutama stok optimum dan stok pengaman sehingga dapat
mencegah terjadinya kekosongan obat ketika terjadi keterlambatan
pengiriman dari gudang farmasi.
2. Di harapkan adanya perbaikan perencanaan / perhitungan perkiraan
kebutuhan obat tepat, efektif dan efisien dengan menghitung
menggunakan rumus-rumus yang ada dipedoman pengelolaan obat di
Puskesmas
3. Menentukan Leadtime (waktu tunggu) sehingga terjadi kesinambungan
dalam pengadaan obat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Pedoman Perencanaan dan


Pengelolaan Obat. Depkes RI. Jakarta.
2. Direktorat Jenderal Bima Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2003. Pedoman
Pengelolaan Obat Publik Dan Pembekalan Kesehatan Di Puskesmas. Depkes
RI. Jakarta.
3. Direktorat Bima Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bima Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan RI. Jakarta.
4. Direktorat Jenderal Bima Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman
Pengelolaan Obat Publik dan Pembekalan Kesehatan di
Profinsi/Kabupaten/Kota. Depkes RI. Jakarta.
5. Profil Puskesmas Perawatan Pantoloan.2015
6. Idham. 2005. Analisis Kecukupan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar Sebelum
Dan Sesudah Desentralisasi. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 55:4.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai