Ika Manajemen Obat - Edit
Ika Manajemen Obat - Edit
SEPTEMBER 2017
Disusun Oleh :
IKA KURNIA FAIZIN,S.Ked
N 111 16 063
PembimbingKlinik:
dr. MUSDALIPA
dr. SUMARNI, M.Kes, Sp.GK
2. Gambaran Kependudukan
Sampai dengan akhir tahun 2015 Puskesmas Perawatan Pantoloan masih
membawahi tiga wilayah kerja yaitu Kelurahan Baiya, Kelurahan Pantoloan Induk
dan kelurahan Pantoloan Boya dengan jumlah penduduk 13,327 jiwa, dengan
jumlah KK yang ada di wilayah kerja Puskesmas pantoloan sebanyak 2814 KK.
JUMLAH PENDUDUK YG DI WILAYAH PUSKESMAS PANTOLOAN
TAHUN 2015
2922 55478
PANTOLOAN
PANTOLOAB BOYA
5140 BAIYA
1. Perencaan Obat
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain :
a. Tahap Pemilihan Obat
Fungsi seleksi / pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit di
daerah. Mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan
dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi :
1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping
yang akan ditimbbulkan.
2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara efek terapi yang
lebih baik
3. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang
lebih baik
4. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai
efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal
5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(Drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi
2. Permintaan/pengadaan obat
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka
menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di
Puskesmas.2
Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota. Obat yang diperkenalkan untuk disediakan di Puskesmas adalah
obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu
sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No : 085
tahun 1989 tentang Kewajiban menuliskan Resep/dan atau menggunakan Obat
generik di pelayanan Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik saja
yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan
dari kepmenkes tersebut adalah :1
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh
dunia bagi pelayanan kesehatan publik
b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat
d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik
3. Pendistrubusian obat
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan yang bermutu. Terjamin keabsahannya serta tepat jenis
dan jumlah dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk
penyerahan obat kepadac pasien.2
Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat kesehatan kepada
pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah,
jenis, mutu yang dubutuhkan secara ekonomis dan efektif.1,2
4. Penggunaan obat
Penggunaan obat-obatan yang tidak rasional menyebabkan dampak negatif
yang diterima oleh pasien lebih besar daripada manfaatnya. Biasa dampaknya
berupa klinik misalnya efek samping, resistensi-resistensi kuman, dampak
ekonomis (biaya mahal tidak terjangkau) dan dampak sosial (ketergantungan
pasien terhadap intervensi obat). Mengabadikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan obat dapat memberi dampak terhadap mutu pelayanan
kesehatan (pengobatan) dan terhadap pemakaian sumber dana kesehatan serta
meningkatkan resiko efek samping obat.2,3
Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), penggunaan obat dilakukan
rasional apabila memenuhi kriteria :
1. Sesuai dengan indikasi penyakit
2. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
3. Diberikan dengan interval waktu pembiayaan yang tepat
4. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin dan aman.
5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hiang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin.
1) Persyaratan gudang
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruang kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panan
d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
e. Lantai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya
debu atau kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet) dinding dibuat
licin.
f. Hindari pembuatan sudut laintai dan dinding yang tajam
g. Gudang digunakan khusus untuk menyimpan obat
h. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
i. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci
j. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
2) Pengaturan penyimpanan obat
a. Obat di susun secara alfabetis
b. Obat di rotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
c. Obat disimpan pada rak
d. Obat yang disimpan diatas lantai harus diletakkan diatas palet
e. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
f. Cairan dipisahkan dari padatan
g. Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
6. Pengendalian obat
Pengendalian obat terdiri dari :
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan obat hilang
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang di inginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah diterapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan /
kekosongan obat pengendalian adalah :
1. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok
kerja.
2. Menentukan :
a. Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan / kekosongan
b. Stok pengamanan adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga. Misanya
karena keterlambatan pengiriman dari Instansi Farmasi
Kabupaten/Kota.
3. Menentukan waktu tunggu (Leadtime), yaitu waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
y
a
n
g
a
d
a
p
a
d
a
L
P
L
P
O
d
i
l
a
p
o
r
k
a
n
k
e
D
i
n
a
s
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
K
o
t
a
.
L
a
p
o
r
a
n
i
n
i
m
e
r
u
p
a
k
a
n
l
a
p
o
r
a
n
P
u
s
k
e
s
m
a
s
k
e
D
i
n
a
s
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
.
c. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas
Induk, LPLPO dibuat 3 (Tiga) rangkap yakni :1
a. Dua rangkap diberikan ke Dinas Kabupaten/Kota melalui instalasi farmasi
kabupaten/kota, untuk di isi jumlah yang diserahkan. Setelah di tandatangani
disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas
d. Periode pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk Puskesmas
yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim setiap awal bulan,
begitu juga untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap triwulan.1,2
BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen pengelolaan obat di puskesmas Perawatan pantoloan
Manajemen pengelolaan obat di Puskesmas meliputi beberapa tahapan :
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan pembekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas.
Data mutasi obat yang di hasilkan di Puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh
karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas.
3. Pendistribusian
Penyaluran / distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain :
a. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat,
perawatan, poli)
b. Puskesmas Pembantu
c. Posyandu
d. Poskesdes
Di Puskesmas Perawatan Pantoloan, pendistribusian obat-obatan sesuai
dengan pedoman pengelolaan obat di Puskesmas. setelah menerima obat dari
Gudang Farmasi Kota (GFK) diterima penanggung jawab obat puskesmas maka
dilakukan pengecekan kembali apakah obat sesuai dengan jenis dan jumlah yang
diminta dalam LPLPO. Pendistribusian obat dilakukan dari gudang obat
Puskesmas ke unit (Puskesmas Pembantu, Poskesdes) dan sub unit (Apotik, Poli
Umum, Poli Gigi dan Poli KIA, dan perawatan) dilakukan dengan sistem amprah.
Pengamprahan obat dilakukan di gudang obat Puskesmas setiap bulannya. Hal
tersebut diatas dilakukan agar pendistribusian obat berjalan lancar dan setiap unit
dan sub unit memperoleh obat sesuai jenis dan jumlah kebutuhannya setiap saat.
4. Pelayanan Obat
Pelayanan obat adalah peroses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien. Semua resep yang telah di layani oleh Puskesmas
harus dipelihara dan di simpan minimal 2 (Dua) tahun dan pada setiap resep
harus diberi tanda “Umum” untuk resep umum dan “BPJS” untuk resep yang
diterima oleh peserta asuransi kesehatan. Untuk menjamin keberlangsungan
pelayanan obat dan kepentingan pasien maka obat yang ada di puskesmas tidak di
beda-bedakan lagi sumber pedoman Puskesmas anggarannya. Semua obat yang
ada di Puskesmas pada dasarnya dapat digunakan melayani semua pasien yang
datang ke Puskesmas. semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan
kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk
melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas pembantu.
Selain hal tersebut diatas faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan
yaitu kelembaban udara dalam ruangan, suhu ruangan, sinar matahari, pengotoran,
kontaminasi dan kerusakan fisik.
Di Puskesmas Perawatan Pantoloan, penyimpanan obat dan pengaturan
penyimpanan obat telah memenuhi syarat diatas, hanya saja kekurangannya yaitu
ukuran ruangan yang agak sempit.
Hasil diskusi dengan penanggung jawab kamar obat dimana kendala yang
sering dihadapi dalam pengelolaan obat di Puskesmas perawatan Pantoloan yaitu
masalah pengendalian obat dimana apabila terjadi kekosongan obat. Salah satu
contoh yaitu ada suatu waktu terjadi kekosongan obat B Complek di Puskesmas
karena dari Dinas Kesehatan Kota belum memberikan stok obat padahal
permintaan telah dimasukkan, kekosongan obat terjadi biasanya diakibatkan
karena keterlambatan pengiriman obat dari gudang farmasi kota. Kelebihan obat
atau kekosongan obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat
yang tidak akurat dan tidak rasional. Ketidak cukupan obat-obatan disebabkan
oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor
perencanaan / perhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum
efektif dan kurang efisien.
LAMPIRAN
Foto Dokumentasi
Gambar 1 : Wawancara kepada bapak Arifin, S.farm, M.Si. Tentang Manajemen
Pengelolaan Obat di Puskesmas Perawatan Pantoloan.