Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan pustaka

Bentuk Pelvis Mempengaruhi Proses Persalinan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051. Email: marialorensia31@gmail.com

Pendahuluan

Tulang panggul (pelvis) merupakan organ penting dalam proses persalinan. Tulang-
tulang panggul terdiri dari susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul.
Fungsinya, sebagai jalan yang harus dilalui janin ketika akan lahir secara alami. Tulang
panggul sangat menetukan mulus-tidaknya proses persalinan. Setiap wanita memiliki bentuk
panggul yang berlainan. 1
Ukuran panggul sempit atau lebih kecil dari normal dan bentuk panggul patologis
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal. Terjadinya kelainan panggul dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti terjadinya gangguan pertumbuhan rahim (sejak dalam kandungan), mengalami
penyakit tulang (terutama tulang belakang, polio, rakhitis (rematik) atau pernah mengakami
kecelakaan atau trauma waktu kecil) sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul. 1

Pembahasan

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan hubungan dengan bagian-
bagiannya satu sama lain. Setiap regio atau daerah pada tubuh terdiri dari sejumlah struktur
atau susunan yang umum didapati pada semua regio. Dengan dasar penelaahan seperti itu
dijumpai sejumlah sistem jaringan yang berbeda-beda. Letak dan hubungan satu bagian tubuh
tidak dapat dipisahkan dari pengamatan terhadap fungsi struktur dan sistem jaringannya. Hal
ini membawa kita ke penggunaan istilah anatomi fungsional yang bertalian erat dengan
fisiologi atau ilmu faal. Kemudian diketahui ada struktur-struktur tertentu yang dapat dilihat
dengan mata telanjang yang di sebut anatomi makroskopis (anatomi) yang berbeda dari
anatomi mikroskopis (histologi) yang memerlukan penggunaan mikroskop untuk mengamati
jaringan tubuh. 2

1
a. Makroskopis:
1. Pelvis
- Kerangka Pelvis

Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang, ligamentum, dan
otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat kepada vesica
urinariam alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.
Kerangka pelvis terdiri dari dua os coxae yang membentuk dinding anterior dan
lateral panggul (terdiri dari tiga tulang, yaitu: os ilii, os ischii, dan os pubis) dan os
scarum dan ossa coccyges yang membentuk dinding dorsal panggul. Kedudukan
panggul pada posisi anatomi adalah symphysis ossis pubis dan SIAS terletak
dalam satu bidang frontal sehingga bidang yang melalui aperture pelvis superior
akan membentuk sudut 60° dengan bidang horizontal yang disebut inclinatio
pelvis. 3, 4 Lihat Gambar 1.

Gambar 1. Inclinatio Pelvis. 5

- Pembagian Pelvis

Secara anatomis, panggul dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, pelvis


major dan pelvis minor. Pelvis major adalah bagian panggul yang terletak di atas
apertura pelvis superior (pintu atas panggul) dan merupakan bagian bawah rongga
abdomen. Batas-batas pelvis mayor adalah pada sebelah ventral berbatasan
dengan dinding abdomen bagian bawah, sebelah dorsal berbatasan dengan

2
vertebra lumbalis, dan sebelah lateral berbatasan dengan fossa iliaca kana/kiri dan
m.iliacus. pelvis major merupakan pintu masuk panggul (pelvic brim) yang
berfungsi untuk menahan alat-alat dalaman rongga perut dan menahan uterus
sejak usia kehamilan 3 bulan. 3, 4 Lihat Gambar 2.
Sedangkan pelvis minor adalah bagian panggul yang terletak di bawah
aperture pelvis superior (pintu atas panggul). Pelvis minor merupakan pintu keluar
panggul (pelvic outlet). Panggul bagian ini berupa kedua buah segitiga yang
bersekutu pada alasnya yaitu garis yang menghubungkan kedua tubera ischiadica,
yaitu segitiga bagian dorsal yang disebut trigonum anale yang dibentuk oleh
kedua ligamentum sacrotuberosum dengan puncaknya os. coccygeus, kemudian
segitiga bagian ventral disebut trigonum urogenitale, bagian ini dibentuk oleh
ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior osis ischi sebelah kiri dan kanan
dengan puncaknya adalah symphysis ossis pubis. 3, 4 Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Pelvis Major dan Pelvis Minor. 6

Apertura pelvis superior memisahkan pelvis major dari pelvis minor.


Aperutra pelvis major dibatasi oleh promontorium ossis sacri sebagai batas dorsal,
linea terminalis (linea iliopectinea) dan pecten ossis pubis sebagai batas lateral
dan tepi atas symphysis ossis pubis sebagai batas anterior. Sedangkan untuk
apertura pelvis inferior dibatasi oleh symphysis pubis pada batas ventral, ke arah
ventrolateral pada masing-masing sisi oleh ramus inferior ossis pubis dan tuber
ischiadicum, kea rah dorsolateral pada masing-masing sisi lig. sacrotuberosum
dan ke arah dorsal oleh ujung os coccygeus. 3, 4

3
- Pengukuran Pelvis
Jarak dari pinggir atas symphysis pubis ke promontorium, disebut diameter
anteroposterior (konjugata vera/konjugata obstetrika) yang jaraknya adalah 11 cm.
hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah dan telunjuk kea rah
vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah sympysis pubis sampai
ke promontorium yang disebut konjugata diagonalis yang jaraknya 13 cm.
konjugata vera merupakan jarak antara pinggir atas symphysis pubis ke
promontorium dengan ukuran lebih dari 11 cm, diperoleh dari pengurangan
konjugata diagonalis oleh 1,5 cm. 7 Lihat Gambar 3.
Selain itu, dikenal pula konjugata obstetrika yang memiliki jarak 11,5 cm,
yaitu jarak dari bagian dalam tengah symphysis pubis ke promontorium. Jarak
terjauh dari garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter transversa
(13,5-14 cm). jika ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekututan
antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata
di sebut diameter oblique (12-12,5 cm). Pinggir bawah symphysis pubis berbentuk
lengkung ke bawah dan berupa sudut (arkus pubis). Normal besar sudutnya 90°
atau lebih sedikit. Jika kurang sekali dari 90°, kepala janin akan lebih sulit
dilahirkanm karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. 7 Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Pengukuran Pelvis. 8

4
- Bentuk-bentuk Pelvis
Ada empat jenis bentuk panggul yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1)
Ginekoid, merupakan panggul paling baik untuk wanita, bentuk Pintu Atas
Panggul (PAP) hampir bulat, sacrum yang melengkung dengan baik, selain itu
spina ischiadica bersifat tumpul, serta arcus pubis mempunyai sudut yang
membulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita; (2) Android, mempunyai bentuk
hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. PAP bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke
muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita; (3) Antropoid, mempunyai bentuk
PAP agak lonjong seperti telur. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita; (4)
Platipeloid, bentuk PAP lebar dan datar dengan promontium menonjol ke ventral.
Bentuk ini jarang dijumpai. 4, 7 Lihat Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk-bentuk Panggul. 7

- Perbedaan Pelvis Laki-laki dan Perempuan


Perbedaan antara pelvis laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:
(1) Struktur umum, laki-laki lebih tebal dan berat sedangkan perempuan lebih tipis
dan ringan; (2) Pelvis major, pada laki-laki dalam sedangkan perempuan dangkal;
(3) Pelvis minor; pada laki-laki sempit dan dalam sedangkan pada perempuan
lebar dan dangkal; (3) Apertura pelvis superior berbentuk jantung pada laki-laki
sedangkan pada perempuan lonjong dan bulat; (4) Apertura pelvis inferior pada
laki-laki relative sempit sedangkan pada perempuan relative luas; (5) Arcus pubis
pada laki-laki sempit sedangkan pada perempuan lebar; (6) Foramen obturatum
pada laki-laki bundar sedangkan pada perempuan lonjong; (7) Acetabulum pada
laki-laki besar sedangkan pada perempuan kecil. 3

5
- Diafragma Pelvis
Diafragma pelvis adalah sekat pada dasar panggul yang berfungsi untuk
menahan alat-alat rongga panggul dan membagi panggul menjadi dua, yaitu
rongga panggul utama (bagian di atas diafragma pelvis, berisi alat-alat panggul),
dan perineum. Diafragma pelvis dibentuk oleh pars muscularis dan pars
membranasea. Pars muscularis terdiri dari muscularis levator ani dan musculus
coccygeus. M. levator ani dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu (1) m.
pubbococcygeus yang terletak dibelakang vesica urinaria dan berfungsi
mengontrol proses miksi, pada laki-laki disebut m. levator –prostata, sedangkan
pada perempuan disebut m. pubovaginae; (2) m. puborectalis yang terletak dorsal
terhadap m. pubbococcygeus dan berfungsi membantu proses defekasi; (3) m.
iliococcygeus yang berfungsi juga untuk mengontrol proses miksi bersama-sama
dengan m. pubbococcygeus. Sedangkan untuk m. coccygeus terletak dorsal
terhadap m. levator ani dan diselubungi oleh fascia diafragmatica pelvis superior
dan fascia diafragmatica pelvis inferior. 4, 9
Sedangkan untuk pars membranasea yang disebut juga diafragma pelvis
atau diafragma urogenitale, yang terdiri dari dua lembar fascia, yaitu fascia
diafragmatica urogenitale superior dan fascia diafragmatica urogenitale inferior.
Di antara kedua fascia terdapat m. transversus perinei profunda (di sebelah dorsal)
dan m. sphincter urethrae membranaceae ke arah ventral jaringan ototnya
berkurang dan lebih banyak jaringan ikat yang membentuk ligamentum
transversum pelvis dan lig. arcuatum pubis/lig. subpubicum. Lig. arcuatum pubis
memperkuat symphysis ossium pubis kea rah kaudal. Di antara lig. transversym
pelvis dan lig. arcuatum pubis terdapat celah yang dilalui v. dorsalis penis atau v.
dorsalis clitoridis. 4
Region perinealis merupakan bagian caudal dari diafragma pelvis. Region
perinealis terbagi menjadi dua yaitu region urogenitalis (bagian ventral) dan
region analis (bagian caudal). Region urogenitalis pada laki-laki dilalui oleh
urethra, sedangakan pada perempuan oleh urethra dan vagina. Sedangkan untuk
region analis terletak di bawah m. levator ani. Di region analis, pada kedua sis
rectum terdapat suatu rongga yang disebut fossa ischiorectalis yang berisi jaringan
lemak, jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. 4

6
- Vaskularisasi dan Persarafan Pelvis
Berawal dari a. iliaka communis yang keluar dari bifuskasio aorta ke
sebelah kiri garis tengah setinggi umbilikus. Arteri ini kemudian bercabang
menjadi a. iliaka eksterna dan interna. A. iliaka eksterna akan memperdarahi
dinding anterior abdomen, sedangkan a. iliaka interna terbagi menjadi trunkus
anterior dan posterior. Cabang-cabang trunkus anterior adalah (1) a. obturatorius
yang berjalan bersama n. obturatorius melalui kanalis obturatorius memasuki
paha; (2) a. umbilikalis pada bagian proksimal memiliki cabang a. vesikalis
superior yang turut memperdarahi vesica urinaria; (3) a. vesikalis inferior akan
memperdarahi vesica urinaria dan juga memiliki cabang ke vas deferens pada
laki-laki; (4) a. rectalis media akan beranastomosis dengan aa. rectalis superior
dan inferior yang memperdarahi rectum; (5) a. pudenda interna akan
memperdarahi perineum. Arteri keluar dari pelvis melalui foramen ischiadika
major namum kemudian memasuki perineum lewat foramen ischiadika minus; (6)
a. uterina melintas ke arah medial atas m. levator ani kemudian menyilang ureter
dan sampai di alas lig. latum uteru yang akan memperdarahi uterus, lig. teres
uteru, tuba uterine, dan vagina; (7) a. glutealis inferior lewat panggul melalui
foramen ischiadica mayor menuju region gluteal yang menerima darah darinya
yang memperdarahi otot-otot, kulit daerah glutea dan permukaan belakang
tungkai; (8) a. vaginalis berasal dari a. uterina yang memperdarahi vagina dan
cabang-cabang ke bagian kaudal vesica urinaria. 3, 4, 9
Sedangkan cabang-cabang untuk trunkus posterior adalah (1) a. glutealis
superior yang memperdarahi m. gluteus. Arteri ini keluar dari pelvis melalui
foramen ischiadika mayor; (2) a. iliolumbalis merupakan bagian dorsal a. iliaca
interna yang menuju fossa iliaca superolateral, kemudian melalui articulation
sacroiliaca dan dibelakang m. psoas major yang memperdarahi m. iliacus, ilium,
m. psoas dan m. quadratus lumborum; (3) a. sakralis lateralis merupakan bagian
dorsal a. iliaca interna yang melintas pada aspek superficial m. piriformis yang
memperdarahi m. piriformis dan canalis medialis. Pembuluh balik pada rongga
panggul pada umumnya mengikuti pembuluh nadi yang senama dan akhirnya
bermuara ke vena cava inferior. 3, 4, 9
Persarafan pelvis terutama terjadi melalui nervi sacralis dan nervus
coccygeus dan bagian pelvic sistem otonom. Plexus sacralis terdapat pada dinding
dorsal minor dan disini berhubungan erat dengan permukaan ventral m.

7
pirirformis. Dua saraf dari plexus sacralis ialah nervus ischiadicus dan nervus
pudendus. Cabang utama plexus sacralis meninggalkan pelvis melalui foramen
ischiadicum majus. Nervus ischiadicus mempersarafi bagian gluteal dan nervus
pudendus mempersarafi bagian otot-otot perineum dan juga mempersarafi bagian
sensoris alat-alat kelamin luar. 3
Nervus obturatorius dilepaskan dalam abdomen dari plexus lumbalis dan
memasuki pelvis pada aspek sebelah dalam medial m. psoas major. Nervus
obturatorius mempersarafi otot-otot paha medial. Kemudian, plexus coccygeus
terletak di permukaan pelvic m. coccygeus dan mempersarafi m. coccygeus,
sebagian m. levator ani, dan articulation sacrococcygeus, serta area kecil pada
kulit daerah koksigeal. Selain itu, plexus hypogastricus superior dan plexus
hypogastricus inferior termasuk sistem saraf otonom. Plexus hypogasticus inferior
mengandung serabut simpatis dan parasimpatis. 3

2. Genitalia Feminima Interna


Genitalia interna wanita mencakup vagina, uterus, kedua tuba uterina, dan
kedua ovarium. Vagina merupakan saluran berotot yang berjalan ke arah atas dan
belakang orificium vagina yang mempunyai panjang antara 8-12 cm. Ke arah cranial
berhubungan dengan cervix uteri dan ke arah caudal berhubungan dengan vestibulum
vaginae. Serviks menonjol ke aspek anterior atas vagina dan membentuk forniks
anterior, posterior, serta lateral. Forniks posterior adalah yang terdalam dan bagian ini
berhubungan erat dengan excavation rectouterina (Douglas). Tiga otot menyempit
vagina dan berlaku sebagai sfingter adalah m. pubovaginalism diafragma urogenitale
(m. sphincter urethrae dan m. transversus perinei profunda), dan m. bulbospongiosus.
Limfe dari vagina bagian bawah mengalir ke kelenjar getah bening inguinalis
superfisialis. Pasokan darah vagina dari a. vaginalis (cabang dari a. iliaka interna) dan
cabang vaginalis a. uterine. Vena vaginalis membentuk plexus venosus vaginalis pada
sisi-sisi vagina dan dalam membrane mukosa vagina. Vena-vena ini mencurahkan
isinya ke dalam vena iliaka interna. Saraf-saraf vagina dari plexus uterovaginalis yang
terletak antara kedua lembar lig. latum uteri bersama a. uterina. 3, 9
Uterus adalah suatu organ berongga dan berotot dengan rongga kecil di bagian
tengahnya. Ujung bawahnya adalah serviks, ujung atasnya disebut fundus. Terletak di
antara vesica urinaria dan rectum. Uterus dewasa mempunyai panjang 7-8 cm dan
lebar 3,5 cm, dengan tebal dinding rata-rata 2-3 cm. rongga uterus berbentuk sepertiga

8
dan panjangnya 6-7 cm dibatasi oleh orifisium servikal interna di bagian bawah dan
tempat masuknya tuba uterina dibagian atas. Biasanya sumbu panjang uterus tertekuk
ke depan pada sumbu panjang vagina. Keadaan ini disebut anteversi. Fundus juga
agak membengkok ke depan pada serviks. Posisi ini disebut antefleksi. Uterus dapat
bergerak dengan bebas dan terletak di bagian tengah rongga pelvis. Uterus disokong
oleh lig. latum dan uterosakral dan juga oleh lantai pelvis. Peritoneum menutupi
fundus di bagian anterior ke bawah sampai setinggi orifisium servikal interna. Di
bagian posterior, peritoneum menutupi uterus sampai ke kantong Douglas. Fungsi
uterus adalah dalam proses melahirkan anak. 3, 10
Serviks adalah bagian uterus di dalam vagina. Sebagian besar serviks tidak
dilapisi oleh peritoneum. Kanal servikal terdapat di antara orifisium servika eksterna
sampai orifisium servikal interna, di mana kanal ini melanjutkan diri ke dalam rongga
fundus. Suplai darah ke uterus berasal dari a. uterine dan a. ovarica. Sedangkan aliran
darah balik bermuara dari v. uterine. Darah dari v. uterine kemudian dialirkan ke
dalam v. iliaka interna, berlanjut ke v. iliaka communis dan akhirnya ke vena cava
inferior. Uterus dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior. 3, 4, 10
Tuba uterina dimulai dari fundus uteri sampai fimbriae. Muara tuba uterine
pada corpus uteri disebut internum tuba uterine. Tuba uterine dapat dibedakan
menjadi bagian-bagian berikut: (1) isthmus tuba uterine, yang merupakan bagian tuba
yang paling sempit; (2) ampulla tuba uterine, merupakan bagian tuba yang paling
lebar dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi; (3) infundibulum, merupakan
bagian tuba berbentuk corong dan mempunyai fimbriae; (4) pars intertitialis,
merupakan bagian tuba yang terdapat dalam dinding uterus. Tuba uterine diperdarahi
oleh a. uterine (cabang a. iliaka interna) dan a. ovarica (cabang aorta abdominalis).
Aliran pembuluh balik mengikuti aliran pembuluh nadinya. Persarafannya berasal
sebagian dari plexus ovarica dan sebagian lagi dari plexus uterina. 4
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval, sedikit pipih, yang tampak
putih seperti mutiara berbercak dengan banyak ketidakteraturan pada permukaannya.
Ovarium melekat pada bagian belakang lig. latum uteri. Penggantung ovarium pada
dinding belakang panggul adalah mesovarium. Ovarium terletak pada di bawah tepi
pelvis dan ditopang lig. ovarii (yang terbentang dari uterus ke kutup medial ovarium)
dan lig. infundibulopelvis. Di bagian atas, ovarium di batasi oleh pembuluh darah
iliaka eksterna, di bagian bawah oleh sarah dan pembuluh darah obturator, di bagian
posterior oleh ureter serta arteri dan vena uterine, dan di anterior oleh pelekatan lig.

9
latum dengan pelvis. Ovarium diperdarahi oleh a. ovarica yang dipercabangkan oleh
aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal I. Aliran pembuluh darah balik dari
ovarian dialirkan ke v. ovarica dextra (kemudian dialirkan ke dalam v. cava inferior)
dan v. ovarica sinistra (kemudian dialirkan ke dalam v. renalis sinistra). Ovarium
dipersarafi oleh plexus aorticus yang terletak di sekitar a. ovarica. 4, 11

b. Mikroskopis: Genitalia Interna Feminima


Vagina dilapisi membran mukosa terdiri atas epitel berlapis gepeng di atas lamina
propria jaringan ikat jarang yang sangat vascular. Di luar ini terdapat otot polos yang
sebagian besar tersusun memanjang, dengan sedikit serat-serat sirkular. Suatu adventisia
fibrosa terdapat di sini. Tunika adventisia kaya akan serat elastin tebal, akibatnya vagina
menjadi sangat lentur. Lapisan ini menyatukan vagina dengan jaringan sekitar. Disini terdapat
sejumlah besar plexus vena, berkas saraf dan kelompok sel saraf. 12
Dinding uterus terdiri atas membran mukosa (endometrium) langsung di atas
lapisan otot polos yang sangat tebal (miometrium) dengan adventisia fibrosa di luarnya.
Bagian korpus uteri mendapat lapisan tambahan serosa (mesotel). Membran mukosa
korpus uteri mengalami perubahan morfologis menyolok selama siklus haid. Epitel uterus
adalah selapis torak. Lamina proprianya adalah jaringan ikat jarang yang sangat selular.
Endometrium dari korpus dapat dibagi lagi dalam pars fungsionalis yang superficial, yang
dilepaskan selama haid, dan pars basalis yang tidak dilepaskan. Setelah haid, sel-sel epitel
puntung-puntung kelenjar dalam pars basalis berproliferasi dan membentuk epitel baru
pada permukaan endometrium. Fase proliferasi ini berlangsung hingga ovulasi (mid-
siklus). Setelah mid-siklus endometrium masuk fase sekretoris. Kelenjar-kelenjar jadi
sangat berkelok-kelok dan nampaknya seperti gigi gergaji. Terlihat arteriol berspiral di
antara kelenjar-kelenjar menuju permukaan. Bagian lebih dalam pars fungsionalis
menjadi sangat sembab dan pembuluh-pembuluh limfe melebar. Bagian fungsionalis ini
sekarang disebut stratum spongiosum. Bagian superficial pars fungsionalis tetap tersusun
rapat sebagai stratum kompaktum. Miometrium terdiri atas berkas-berkas otot polos yang
berjalan ke segala arah dengan jaringan ikat jarang dan pembuluh-pembuluh darah besar
dan saraf di antaranya. 12
Bagian utama tuba falopii adalah ampula. Mendekati uterus, tuba itu menyempit
membentuk ismus. Akhirnya tuba uterine menembus dinding korpus uteri – bagian
intramural. Ismus dan bagian intramural sama susunannya yang ternyata berbeda dengan
yang terdapat pada ampula. Ampula tuba uterina epitelnya selapis torak. Sel-selnya

10
berkelompok, yang bersilia dan tanpa silia (sekretoris). Di luar epitel terdapat lamina
propria. Mukosa berlipat-lipat yang pada ampula bercabang-cabang luas tetapi pada
ismus kurang bercabang. Di luar mukosa terdapat muskularis dari otot polos spiral.
Serosa terdapat di luar. Bagian ismus dan intramural secara histologis mirip duktus
deferens. Dilapisi epitel selapis torak yang sel-selnya berkelompok, yang bersilia dan
tanpa silia sendiri-sendiri. Lamina propria adalah jaringan ikat jarang yang sangat selular.
Muskularisnya sangat tebal, karena merupakan lanjutan miometrium uteri, yaitu otot
polos. 12
Ovarium ditutupi epitel selapis kubis (germinatif), dan sebelah dalamnya terdapat
tunika albugenia dari jaringan ikat fibrosa padat. ovarium dibagi atas medulla dan
korteks. Medulla terdiri atas jaringan ikat areolar (jarang) dengan banyak pembuluh
darah, saraf, dan pembuluh limfe. Korteks ovarium terdiri atas stroma yang sangat selular
dari jaringan ikat jarang dan mengandung folikel-folikel ovarium. Bermacam-macam
folikel: folikel primordial (epitel gepeng), folikel primer (epitel selapis kubis), folikel
sekunder (epitel berlapis, ada zona pelusida). Folikel tersier (epitel toraks rendah, belum
terbentuk antrum, terdapat rongga kecil di folikel, ada badan Callexer, diliputi membrana
vitrea, diluar folikel ada tekainterna dan eksterna). Folikel graaf (ada antrum, sel
granulose terdesak ke pinggir menjd hanya satu lapis yang melapisi oosit II dan disebut
korona radiata, yang mengikat oosit disebut cumulus ooforus). 12, 13

Kesimpulan

Ibu dengan kehamilan cukup tetapi belum juga melahirkan disebabkan karena
memiliki panggul yang sempit. Ukuran dan bentuk panggul yang baik untuk seorang wanita
melahirkan secara normal adalah bentuk panggul ginekoid. Panggul ginekoid mempunyai
bentuk Pintu Atas Panggul (PAP) hampir bulat, sacrum yang melengkung dengan baik, selain
itu spina ischiadica bersifat tumpul, serta arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Jenis
ini ditemukan pada 45% wanita.

11
Daftar Pustaka

1. Kasdu D. Solusi problem persalinan. Jakarta: Puspa Swara; 2005.h.41-2.


2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Yogyakarta: Grasindo; 2008.h.147.
3. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.h.145-73.
4. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Ed ke-2. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran UKRIDA; 2012.h.2-16, 39-45.
5. Hakimi M. Ilmu kebidanaan: patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica; 2010.h.23.
6. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC;
2007.h.182.
7. Yulaikhah L. Seri asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: EGC; 2008.h.12-5.
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstrtri
Williams. Ed ke-23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2012.h.33-5.
9. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2002.h.51-3.
10. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 1995.h.284-6.
11. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Ed ke-9. Jakarta: EGC;
2008.h.39.
12. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histology. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2005.h.447-75.
13. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2002.h.731-5.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurding Hemorrhoid
    Jurding Hemorrhoid
    Dokumen14 halaman
    Jurding Hemorrhoid
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Jamur Kulit
    Infeksi Jamur Kulit
    Dokumen4 halaman
    Infeksi Jamur Kulit
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Morbus Hansen
    Morbus Hansen
    Dokumen38 halaman
    Morbus Hansen
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Eritropapuloskuamosa
    Eritropapuloskuamosa
    Dokumen7 halaman
    Eritropapuloskuamosa
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen1 halaman
    Lapsus
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Menular Seksual
    Infeksi Menular Seksual
    Dokumen2 halaman
    Infeksi Menular Seksual
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen25 halaman
    Blok 5
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Blok 10 Maria
    Blok 10 Maria
    Dokumen27 halaman
    Blok 10 Maria
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Blok 27 Maria
    Blok 27 Maria
    Dokumen20 halaman
    Blok 27 Maria
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • PBL 11
    PBL 11
    Dokumen14 halaman
    PBL 11
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • BLOK 9 Maria
    BLOK 9 Maria
    Dokumen22 halaman
    BLOK 9 Maria
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis
    Appendisitis
    Dokumen22 halaman
    Appendisitis
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 24
    PBL Blok 24
    Dokumen14 halaman
    PBL Blok 24
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • PBL 10
    PBL 10
    Dokumen12 halaman
    PBL 10
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Hifema
    Hifema
    Dokumen9 halaman
    Hifema
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 4
    PBL Blok 4
    Dokumen13 halaman
    PBL Blok 4
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Polidaktili
    Polidaktili
    Dokumen26 halaman
    Polidaktili
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Case DR Agus - ATK
    Case DR Agus - ATK
    Dokumen10 halaman
    Case DR Agus - ATK
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Case Kecil Dr. Santo
    Case Kecil Dr. Santo
    Dokumen10 halaman
    Case Kecil Dr. Santo
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Case Kecil Dr. Santo
    Case Kecil Dr. Santo
    Dokumen10 halaman
    Case Kecil Dr. Santo
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Hifema
    Hifema
    Dokumen9 halaman
    Hifema
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Hipertensi Pada Stroke
    Penatalaksanaan Hipertensi Pada Stroke
    Dokumen8 halaman
    Penatalaksanaan Hipertensi Pada Stroke
    Martvera Susilawati
    Belum ada peringkat
  • Case DR Agus - ATK
    Case DR Agus - ATK
    Dokumen10 halaman
    Case DR Agus - ATK
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 4
    PBL Blok 4
    Dokumen13 halaman
    PBL Blok 4
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Polidaktili
    Polidaktili
    Dokumen26 halaman
    Polidaktili
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Polidaktili
    Polidaktili
    Dokumen26 halaman
    Polidaktili
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Defisit Neurologik
    Defisit Neurologik
    Dokumen1 halaman
    Defisit Neurologik
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Polidaktili Abstrak
    Polidaktili Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Polidaktili Abstrak
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat
  • Defisit Neurologik
    Defisit Neurologik
    Dokumen25 halaman
    Defisit Neurologik
    Maria Lorensia
    Belum ada peringkat