Anda di halaman 1dari 11

JUMLAH UANG BEREDAR DAN KEBIJAKAN MONETER

I. UANG DAN JUB


1. Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima didalam pembayaran untuk pembelian
barang dan jasa, atau utang.
2. Fungsi uang :
a. Alat tukar-menukar
b. Satuan pengukur nilai/sebagai satuan hitung
c. Sebagai alat/cara untuk menyimpan kekayaan/daya beli.
d. Standar (ukuran) pembayaran masa depan.
3. Kriteria uang:
a. syarat utama dari uang adalah diterimanya secara umum dan diketahui secara umum.
b. Nilainya stabil atau berfluktuasi secara kecil.
c. Jumlah uang yang beredar harus mencukupi dunia usaha/perekonomian. Jadi kemampuan
bank dan lembaga-lembaga keuangan dalam penyediaan uang harus dijamin dengan baik
(elastis).
d. Uang harus mudah dibawa untuk urusan setiap hari (transaksi dalam jumlah yang besar
dapat dilakukan dengan uang yang berjumlah kecil “phisiknya”, tetapi nilai nominalnya
besar.
4. Jumlah Uang Beredar (JUB):
a. Dalam arti sempit/narrow money: adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia
untuk digunakan oleh masyarakat.
Uang kartal adalah uang tunai yang berupa uang kertas/logam yang dikeluarkan oleh
Bank Sentral (pemerintah) dan yang berada di luar bank-bank umum dan Bank
Sentral (BS).
Uang giral (demand deposits) adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro)yang
dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Saldo rekening koran (giro) milik suatu
bank pada bank lain bukan uang giral. JUB dalam arti sempit ini sering disebut
sebagai M1.Dapat juga dirumuskan : Ms = K + D, (dimana K adalah uang kartal, D =
demand deposit atau uang giral )
b. Dalam arti yang luas (=M2) : adalah seluruh uang kartal + uang giral + uang
quasi/kwasi/near money. M2 ini sering disebut dengan likuiditas perekonomian. Bila
dirumuskan : Ms* = K + D + T ( T adalah saldo deposito dan tabungan ) Uang kwasi
dapat berupa deposito berjangka/time deposits, tabungan, dan rekening valuta asing milik
swasta domestik. Banyaknya uang logam dan uang kertas ditentukan oleh kebijaksanaan
pemerintah sehubungan dengan:
a. kredit kepada perusahaan (pemerintah dan swasta)
b. jumlah barang dan jasa yang diproduksikan
c. tingkat harga
d. inflasi
Untuk deposito, tabungan dan valuta asing dipengaruhi oleh pemerintah lewat tingkat
bunga. Uang beredar = Supply uang = likuiditas perekonomian, merupakan konsep stock
(persediaan), artinya jumlah itu menggambarkan posisi satu titik waktu tertentu, misalnya
satu tahun, triiwulan, atau bulan. Contohnya adalah : pendapatan nasional, produk
nasional, atau dalam perusahaan: laporan pendapatan.
Perkembangan JUB dan likuiditas perekonomian dari tahun ke tahun dapat dilihat

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 1


pada Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, atau oleh BPS.
5. Uang inti (Reserve Money)
Uang inti = reserve money = base money = high powered money  merupakan “inti” dari
proses penciptaan uang 
a. Saldo rekening koran (giro) milik bank-bank umum atau masyarakat pada BI
b. Uang tunai yang dipegang bank umum maupun masyarakat umum.
 a+b merupakan “hutang lancar” BI kepada sektor perbankan Dalam Negeri dan
kepada masyarakat.
Jadi uang tunai = hutang lancar Bank Sentral kepada masyarakat.

H=K+R

H = uang inti
K = uang kartal
R = cadangan / reserve bank-bank umum pada BI (uang tunai & saldo rekening koran)

Uang inti (Reserve money)

Uang yang dikeluarkan Saldo rekening koran


Pemerintah (BS) (giro) pada BS

Di tangan Di bank2 Milik Bank2


Masyarakat umum

Uang kartal Cadangan bank

Sbg jaminan

Saldo rek. Koran (giro) pada


bank2

Milik masyarakat

JUB Uang Giral.


Sebab-sebab terciptanya uang inti :
1. Eksportir menerima pembayaran dalam mata uang asing (misalnya $) dan menukarkannya
dalam mata uang rupiah.

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 2


2. Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.
Menambah uang tunai dalam masyarakat.
Menambah uang inti.
3. Kredit langsung BI kepada badan-badan resmi tertentu.
Menciptakan saldo rekening koran pada BI
Menambah uang inti
4. Kredit likuiditas BI kepada bank-bank umum (dalam rangka kredit prioritas).
Menciptakan saldo rekening koran pada BI
Menambah uang inti.
Uang inti yang tersedia dalam masyarakat dapat berkurang karena sebaliknya (yang tersebut di
atas)

Jika dirumuskan :

H = (X-M) +A +B1 + B2

H = perubahan jumlah uang inti yang tersedia


A = defisist APBN
B1 = kenaikan kredit langsung BI
B2 = kenaikan kredit likuiditas BI.
X = penerimaan ekspor, M = penerimaan impor.
H = K+ R

bentuk uang inti : tambahan uang tunai


saldo rekening koran pada BI

6 Perputaran Uang
Nilai uang diukur dengan kemampuannya untuk dapat membeli (atau ditukarkan dengan) barang
dan jasa (internal value) serta valuta asing (external value). Dengan demikian besarnya nilai
uang ditentukan oleh harga barang dan jasa. Jadi, nilai uang berbanding terbalik dengan barang
dan jasa. Jika harga barang dan jasa naik maka nilai uang turun dan sebaliknya jika harga turun
maka nilai uang naik.
Biasanya ada 3 metode untuk mengukur nilai uang, yakni dengan menggunakan : indeks biaya
hidup (IBH), indeks harga barang-barang perdagangan besar, dan GNP deflator (GNP deflator =
GNP nominal dibagi GNP riil pada harga konstan). GNP deflator pada tahun dasar sama dengan
1.
Uang yang sama berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Banyaknya pergantian tangan
rata-rata sejumlah uang tertentu memberi gagasan laju perputaran uang atau turn over yang ikut
menentukan tingkat harga dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa.
Kecepatan berpindah tangan uang (velocity of money = V) adalah banyaknya berpindah tanganan
uang selama setahun untuk menutup transaksi pendapatan (GNP).

Rumus:

GNP p1t1 + p2t2 + ……… pntn PT

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 3


V = --------- = -------------------------------------- = -------
M M M

M = jumlah uang beredar = suply uang


P = harga, t = barang-barang dan jasa

7. Permintaan Uang
Uang diminta orang karena dapat digunakan untuk berbagai maksud menguasai harta benda yang
dapat dibeli dengan uang itu. Motif permintaan uang (menurut Keynes):
a. motif transaksi = Lt
b. motif berjaga-jaga = Lj
c. motif spekulasi = Ls
Di antara ketiga motif tersebut yang paling banyak dibicarakan adalah permintaan uang untuk
spekulasi. Ls ini terutama ditujukan untuk memperoleh keuntungan jika ramalannya terhadap
tingginya tingkat bunga betul, sebab Ls = f (r). Kuncinya terletak pada perhitungan atau gerakan
harga surat-surat berharga seperti obligasi negara.
Setiap obligasi mempunyai nilai nominal yang tertera pada obligasi itu dan memberikan bunga
pada tanggal-tanggal tertentu yang jumlahnya tetap, dan karena itu persentase dari nominal juga
tetap.
Obligasi dapat diperjual belikan, jadi harganya dapat naik turun sesuai dengan
permintaan dan penawaran.
Misalnya: harga obligasi (nilai nominal) Rp 1 juta, tingkat bunga 15 % = Rp 150.000,00 yang
diberikan pada tanggal-tanggal tertentu. Kalau harganya naik di atas Rp 1 juta, maka persentase
bunga akan sesuai dengan gerakan konjungtur. Kalau ramalan spekulan terhadap tingkat bunga
tepat, maka dia akan memperoleh banyak keuntungan dan sebaliknya jika salah dia dapat
mendapat kerugian yang besar.
Kalau harganya naik di atas Rp 1 juta, maka persentase bunga dari harga pasar akan turun. Naik
turunnya harga obligasi, serta persentase bunga akan sesuai dengan gerakan konjungtur (naik
turunnya keadaan perekonomian).
Pada waktu harga obligasi tinggi dan persentase bunga rendah, orang cenderung menanggap
bahwa bahwa harga itu akan turun.  maka mereka akan segera menjual obligasinya dan
memegang uang tunai. Kalau harga benar-benar turun maka orang akan beramai-ramai
menjual sehingga harga sangat rendah. Jika harga terlalu rendah dan persentase bunga sangat
tinggi orang menduga bahwa bunga akan naik lagi. Spekulan akan membeli obligasi selagi
harga rendah. Harga akan mulai naik dan persentase bunga mulai turun.
Jadi pada waktu harga obligasi rendah dan bunga tinggi orang lebih suka melepaskan uang
dan memegang obligasi. Pada waktu harga obligasi tinggi dan persentase bunga rendah orang
banyak memegang uang tunai. Kalau digambar dalam grafik , gambarnya adalah sebagai
berikut:

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 4


r

r’

Ls

r = persentase bunga
Ls = permintaan uang untuk spekulasi
r' = bunga terendah yang tidak mungkin turun lagi
(= perangkap likwiditas)

8. Pelipat Uang (money multiplier)


Uang inti terdiri dari (atau bisa berbentuk) dua unsur yaitu :uang kartal dan cadangan (reserve
bank).
H =K+R
Ms =K+D
Jika ada H, misalnya berupa uang kartal  Menambah Ms
Jika ada H dan berupa R  akan “melipatkan diri” dan menimbulkan uang giral (dalam
jumlah > dari pada H )
Bank dapat menciptakan uang giral karena :
Bank-bank umum diperkenankan untuk mengelola rekening koran nasabahnya tanpa harus
menyediakan jaminan uang tunai sebesar saldo rekening koran tersebut. Oleh karena itu,
apabila suatu bank umum menyalurkan dananya kepada masyarakat, JUB di dalam
masyarakat akan bertambah berlipat-lipat.
Hubungan antara jumlah uang beredar (Ms) dengan uang inti (H) dapat dinyatakan dalam
persamaan seperti berikut :Ms dibagi dengan H = K + R, maka akan diperoleh:
Ms = Ms
H K+R
Bila pembilang dan penyebut pada sisi kanan persamaan dibagi dengan Ms maka diperoleh:
Ms = ______1_________ atau
H (K/Ms)+(R/Ms)

Ms = ______1___________
H (K/Ms)+(R/D)(D/Ms)

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 5


Jika u = K /Ms ; v = R/D, maka persamaan menjadi:
Ms 1
=
H u+ v (1-u)

atau
1
Ms = H
u+ v (1-u)

Bila dinyatakan dalam perubahan ( ), maka :

1
Ms = H
u+ v (1-u)

1
koefisien pelipat uang (nilainya > 1)
u+ v (1-u)

Keterangan:
Ms = tambahan JUB
u = K / Ms = persentase dari uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk uang
kartal.
v = R/D = persentase “jaminan” (berapa uang tunai atau inti ) yang dipegang bank-bank umum
bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang dikelola mereka. (misal : 15%, 20%, dsb)

Yang menentukan v :
a. Besarnya cash ratio / reserve requirement yang diwajibkan Bank Sentral.
b. Besarnya Excess Reserve : besarnya reserve yang ingin dipegang bank di atas jumlah
wajib tersebut.

II. LEMBAGA KEUANGAN


Lembaga keuangan dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana.
Bentuk lembaga keuangan dalam garis besarnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu bank
dan Non bank. Bank, menurut fungsi, tujuan, serta tujuan usahanya dibedakan menjadi Bank
Sentral, bank Umum, dan bank Perkreditan Rakyat (BPR). Di Indonesia yang berfungsi sebagai
Bank Sentral adalah Bank Indonesia. Bank umum dengan Bank Perkreditan rakyat, bedanya
yang utama adalah BPR tidak diperkenankan untuk menarik dana dalam bentuk giro serta tidak
turut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Lembaga Keuangan Non Bank (LKBB)
misalnya Perum Pegadaian dan Koperasi.
Dilihat berdasarkan pengelola atau pemiliknya, bank Umum dapat dibedakan menjadi
Bank pemerintah, bank Swasta Nasional, dan Bank Asing (swasta). Bentuk hukum bank umum

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 6


dapat berupa pesero, perusahaan daerah, koperasi,dan perseroan terbatas. Pada dasarnya yang
dapat mendirikan Bank Umum dan BPR adalah WNI atau badan hukum Indonesia yang
sepenuhnya dimiliki oleh WNI. Di samping itu dapat diadakan Bank Campuran yakni
bekerjasama dengan bank umum yang bertempat kedudukan di luar negeri. Bank Umum
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dapat mengeluarkan saham melalui bursa efek di Indonesia.

Fungsi Bank Sentral


Bank Sentral mempunyai tugas untuk memelihara supaya sistem moneter bekerja secara efisien
sehingga dapat menjamin tercapainya tingkat pertumbuhan kredit/uang beredar sesuai dengan
yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa mengakibatkan inflasi.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Sentral mempunyai tanggung jawab:
1. Perumusan serta pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mengatur, mengawasi serta mengendalikan sistem moneter, sehingga tugas Bank Sentral
dalam hal ini bertugas:
a. Melancarkan lalu lintas pembayaran sehingga dapat cepat dan efisien melalui
kebijakannya dalam menciptakan uang kertas dan melakukan clearing antar bank umum.
b. Sebagai pemegang kas pemerintah (dalam penerimaan dan pembayaran yang dilakukan
pemerintah).
c. Mengatur dan mengawasi kegiatan bank-bank umum.
d. Melakukan pengumpulan serta analisa data secara nasional dan internasional.

* Fungsi utama Bank Sentral adalah mengendalikan jumlah cadangan bank, dengan perkataan
lain mengendalikan jumlah uang beredar dan kredit dalam seluruh perekonomian.
* Sasaran bank sentral adalah stabilitas harga, pertumbuhab riil yang mantap, serta tingkat
pengangguran yang rendah. Musuh bebuyutannya adalah stagflasi.
* Lima langkah yang dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi permintaan aggregat dan
output serta tingkat harga-harga adalah:
1. Mengurangi cadangan yang ada pada bank-bank
2. Pengurangan cadangan bank setiap satu dollar akan mengakibatkan penciutan yang
berganda atas seluruh total uang bank, yaitu atas seluruh total rekening giro.
3. Penciutan jumlah uang yang beredar pada awalnya cenderung “mengetatka” uang yaitu
uang menjadi lebih mahal dan lebih sedikit. Dengan kata lain, akan mengurangi jumlah
kredit dan menaikkan tingkat suku bunga.
4. Pengeluaran swasta dan pemerintah, terutama untuk investasi, akan cenderung merosot
sebagai akibat dari tingginya suku bunga, sulitnya mencari kredit, serta turunnya nilai
kekayaan orang maupun perusahaan.
5. Ketatnya uang yang menurunkan permintan aggregat akan menurunkan tingkat
pendapatan, kesempatan kerja, dan inflasi.

* Instrumen paling penting dari Bank Sentral adalah Open Market Operation (operasi pasar
terbuka). Instrumen ini dilakukan dengan melakukan penjualan surat-surat berharga. Dengan
memperjual belikan surat berharga pemerintah di Pasar Terbuka (terutama di New York), bank
sentral dapat menaik-turunkan jumlah cadangan bank. Apa yang disebut dengan operasi pasar
terbuka merupakan senjata stabilisator bank sentral yang paling utama.

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 7


* Instrumen pengendalian moneter kedua yang dimiliki Bank sentral adalah Kebijakan Tingkat
Diskonto, penentuan cadangan wajib (Reserve requirements), kebijakan kredit selektif dan
bujukan moral (Moral Suasion)

Kebijakan Ekonomi Makro


Secara umum, kebijakan ekonomi makro berdasarkan target yang ditentukan (misalnya
target tentang pendapatan nasional, kesempatan kerja, NPI, inflasi yang diharapkan), dapat
dibedakan menjadi:
a. Kebijakan ekspansi : kebijakan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian.
Kebijakan ini diambil pada masa perekonomian menghadapi banyak pengangguran dan
kapasitas produksi nasional belum dalam pemanfaatan penuh. Kebijakan ekspansi diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan nasional dan menurunkan pengangguran.
b. Kebijakan kontraksi : kebijakan untuk menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian.
Kebijakan kontraksi dilakukan pada masa perekonomian dalam masa overemployment
(permintaan aggregatif melebihi kapasitas produksi nasional) yang ditandai dengan tingkat
inflasi yang tinggi, serta NPI mengalami defisit terus menerus. Kebijakan ini diharapkan
dapat menurunkan inflasi dan memperkecil defisit NPI.
Kedua kebijakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijakan fiskal dan moneter.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan untuk mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
(JUB) atau penawaran uang. Yang mempengaruhi JUB ini sebenarnya ada 3, yaitu pemerintah
melalui kebijakannya, terutama untuk tinggi rendahnya tingkat suku bunga, bank umum yang
dapat menciptakan uang giral dan menentukan volume kredit, serta masyarakat umum melalui
perilakunya dalam melakukan permintaan uang atau menabung dan mengambil kredit
(dipengaruhi oleh tingkat bunga dan pendapatan).
Meningkatnya Y (pendapatan) kebutuhan uang untuk transaksi meningkat. Permintaan uang
untuk berjaga-jaga: ditentukan besar-kecilnya transaksi yang diadakan dijadikan satu
dengan D uang untuk transaksi.
Permintaan uang untuk spekulasi:
Spekulasi: untuk membeli surat berharga atau obligasi, dengan tujuan untuk mencari
keuntungan.
Jika P obligasi murah spekulan beli obligasi dana berupa obligasi, uang tunai
sedikit  D (demand) kuantitas uang untuk spekulasi turun.
jika P obligasi mahal jual obligasi dana banyak uang tunai.
D kuantitas uang untuk spekulasi naik.
Jika r tinggi P obligasi turun beli obligasi D spekulasi sedikit.
Jika r rendah P obligasi naik jual obligasi D spekulasi besar.

Intrumen kebijakan moneter:


1) Tingkat bunga deposito dan giro mempengaruhi Ms lewat u.
2) v (R/D) : penentuan cash ratio
Jika Ms akan dikekang v dinaikkan sehingga pelipat uang turun
Jika Ms akan dinaikkan v turun

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 8


3) Discount rate (tingkat bunga BS terhadap pinjaman bank-bank) mempengaruhi excess
reserve.
Discount rate naik excess reserve cenderung naik (karena biaya mahal) v naik
pelipat uang turun
4) Pajak ekspor, sertifikat ekspor, bea masuk mempengaruhi N/P.
5) APBN fiskal (dapat termasuk).
Jika Ms ingin naik APBN defisit
Jika Ms ingin turun APBN surplus.
6) Mengendalikan kredit langsung dan kredit likuiditas BS.
credit ceiling (Batas maksimal kredit)
me naikkan/menurunkan tingkat bunga kredit bank.

Tingkat Bunga dan Kebijakan Moneter


Tingkat bunga, yang merupakan “harga” dari uang, dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal merupakan tingkat
bunga yang dikenakan terhadap pinjaman yang diterima seseorang secara nominal. Misalnya jika
si A pinjam uang Rp 100 juta, bunga setahun adalah sebesar 10%, maka di akhir tahun ia harus
mengembalikan sebesar Rp 110 juta. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga dengan
memperhitungkan tingkat inflasi yang terjadi, dihitung dengan mengurangi tingkat bunga
nominal dengan tingkat inflasi. Misalnya tingkat bunga nominal 10% per tahun, dan tingkat
inflasi yang terjadi pada tahun tersebut adalah 6%, maka tingkat bunga riil adalah sebesar 4%.
Tingkat bunga juga dibedakan menjadi tingkat bunga yang diterima oleh penyimpan dana
(penabung) dengan tingkat bunga yang harus dibayar oleh pengambil kredit (dana pinjaman).
Tingkat bunga kredit lebih tinggi daripada tingkat bunga tabungan. Selisih bunga ini merupakan
dana yang diperoleh bank sebagai penyimpan dan penyalur dana masyarakat untuk biaya
pengelolaan bank. Selain itu, tingkat bunga yang terjadi di dalam negeri juga dibedakan dengan
tingkat bunga di luar negeri. Hal ini mengingat bahwa globalisasi ekonomi dunia tidak dapat
dihindarkan lagi, tetapi jika Bank Indonesia dalam kebijakannya menentukan tingkat bunga tidak
memperhatikan tingkat bunga yang ada di luar negeri, akan mengakibatkan "larinya" dana ke
luar negeri.
Apabila bunga yang ditetapkan terlalu tinggi, akan mengakibatkan turunnya kehendak
untuk ber-investasi bagi calon investor karena mahalnya dana, sehingga mengakibatkan kegiatan
ekonomi yang lesu, dan penyandang dana lebih menyukai menyimpan uangnya di bank daripada
ber-investasi. Akan tetapi , jika terlalu rendah , maka banyak penyandang dana yang
menyalurkannya ke luar negeri. Jadi penentuan tingginya tingkat bunga harus memperhatikan
segala aspek yang yang mungkin akan terjadi sehubungan dengan kebijakan yang ditetapkan.

Kebijakan “Sisi Penawaran”


Menurut Keynes: kunci pengendalian makro adalah pengelolaan permintaan agregat (demand
management), P & Q yang terjadi mengikuti yang terjadi dengan Z. Penawaran agregat dianggap
(seolah-olah) tidak dapat langsung dipengaruhi, tetapi secara tidak langsung lewat Z. ( jangka
pendek)
Jika terjadi penurunan terhadap bunga r
a. Segi analisa demand management
r I Z P dan Q
b. Secara langsung mendorong produksi penawaran agregat bergeser ke kanan.

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 9


r (kredit modal kerja) produksi lebih lancar dan kurva Sag bergeser ke kanan dapat
mengurangi tekanan inflasi.
Instrumen kebijakan makro yang mempunyai pengaruh berlawanan pada sisi permintaan agregatif
(Dag) dan Sag:
- Penurunan bea masuk Dag Z geser ke kanan
- Penurunan pajak perseroan
- Peningkatan pengeluaran pemerintah produksi lancar
Sag ke kanan

Efektivitas Kebijakan Moneter


Anggapan yang sering digunakan: kebijaksanaan moneter efektif/dapat mempengaruhi situasi makro.
Kritik terhadap kebijaksanaan moneter:
1. Keynes:
Dalam keadaan depresi K. moneter tak dapat meningkatkan D agregatif tak dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi. Dalam keadaan ini yang efektif adalah kebijaksanaan fiskal.

r L L = Liquidity preference
= Permintaan uang

Ms' Ms''

r*

0 M

Pada tingkat r* L horizontal sehingga jika Ms , r tetap sebesar r* sehingga I, Z, P, Q tidak


akan terpengaruh oleh kebijakan moneter.
Liquidity trap: L berbentuk horisontal, r tidak responsif/tidak “elastis” terhadap perubahan.
Ms terjadi pada masa depresi parah.
Pada waktu r* harapan masyarakat: tingkat r akan di masa datang, harga obligasi
masyarakat berusaha menjual semua obligasi yang dimiliki sekarang lebih suka uang tunai
D uang untuk spekulasi meningkat.
Dalam masa depresi, liquidity trap timbul di pasar uang dan kebutuhan moneter menjadi
tidak efektif.

2. Milton Friedman:
Kebijaksanaan moneter tidak akan efektif karena: sulitnya diterka berapa besar dan kapan
efeknya akan terasa.
 Dengan perkataan lain: K moneter tidak efektif karena adanya perbedaan waktu antara diambilnya
tindakan moneter dengan timbulnya efek kebutuhan tersebut (adanya policy lag) yang tidak dapat
diketahui pasti.
Yang perlu dilakukan pemerintah: meningkatkan Ms dari waktu ke waktu secara otomatis sebesar
kenaikan kebutuhan rata-rata akan uang yang dialami oleh negara tersebut di masa lampau.
Ms secara teratur dengan % tertentu variabel-variabel makro lain akan mengikuti Ms.

MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 10


MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 11

Anda mungkin juga menyukai