PLN Distribusi dalam melakukan Transaksi energi membeli kwh disisi incoming
trafo pada PLN P2B, setiap tanggal 01 jam 10.00 wib pada setiap bulannya.
PLN Distribusi yang dalam hal ini diwakili oleh area mendistribusikan ke seluruh
pelanggan dan di jual kepada pelanggan dengan dicatat pada 5 (lima hari kerja) dengan
asumsi jika dalam kurun 1 (satu) bulan 30 hari, maka akan dicatat setiap tanggal 25 s.d
tanggal 30, namun jika dalam kurun 1 (satu) bulan 31 hari kerja, maka akan dicatat
setiap tanggal 26 s.d. 31 pada setiap bulannya. Proses transaksi energi listrik merupakan
tanggung jawab dari Asman Transaksi Energi yang berada di area. Distribusi langsung
ke pelanggan merupakan tugas rayon. Pihak rayon akan membuat laporan kwh jual
yang berasal dari pembacaan meter dari pelanggan setiap akhir bulan yang kemudian
akan diberikan kepada area bagian transaksi energi listrik yang kemudian diteruskan ke
APP tepatnya ke Supervisor GI.
Setiap bulannya pihak teknik dari rayon akan membaca stan meter yang berada di
GI untuk membaca kwh beli dari rayonya untuk dibandingkan dengan kwh jual. Setelah
itu pihak rayon akan mendapat laporan pembacaan stan meter dari GI untuk mengetahui
data kwh beli dan susut pada rayon tersebut.
Laporan Kwh jual dari rayon
Akan tetapi tidak hanya itu saja yang diperhitungkan. Ada biaya abonemen yang
harus ditanggung tiap bulannya. Besar biaya abonemen tergantung pada golongan
pelanggannya. Apakah pelanggan golongan rumah tangga atau yang lainnya.
Kemudian penjumlahan total kWh disetiap pelanggan itulah yang dinamakan kWh
jualnya.
Adapun cara untuk pembacaan stand meter pada setiap pelanggan. Pembacaan
ini dilakukan oleh carter (Baca Meter) yang ditugaskan oleh supervisor administrasi.
Carter ini akan survey ke tempat pelanggan langsung untuk mencatat stand meter yang
ada dipelanggan. Tindakan seperti ini hanya dilakukan untuk pelanggan yang
konvensional, yaitu kWh meter masih menggunakan sistem pasca bayar. Beda
perlakuannya jika pelanggannya menggunakan kWh yang sudah menggunakan sistem
prabayar. Pelanggan hanya cukup beli pulsa prabayar dan diisikan kepada kWh
meternya sendiri. Jadi Carter tidak perlu meninjau kembali pada sistem kWh prabayar
ini. sehingga supervisor administrasi tidak perlu mengeluarkan uang tambahan lagi
untuk menugaskan carternya. Maka dari itulah jika ada pasang baru diwajibkan untuk
memasang kWh sistem prabayar ini.
kWh PCT ini adalah batas yang membatasi kerja setiap rayon kepada rayon lain.
PCT ini akan mengukur besar kWh yang diekspor. Sehingga bagi rayon yang menerima
impor harus membayar kWh tersebut kepada rayon lain. Sehingga kWh beli ini murni
total konsumsi kWh dalam satu rayon. Adapun tata cara untuk menerima dan memberi
kWh kepada rayon lain, yaitu sebagai berikut;
Susut setiap tahun harus selalu ditargetkan. Karena hal tersebut mempengaruhi
kinerja rayon tersebut. Setiap tahun persentase susut ini harus turun. Besar susut ini bisa
dikurangi salah satu caranya yaitu P2TST (Proses Panjat Tiang Sampai Tuntas). Proses
tersebut untuk memperbaiki semua komponen yang ada dalam satu tiang dalam satu
penyulang secara total. Semua peralatan yang kurang memenuhi standar akan diganti
dan diperbaiki. Sehingga diharapkan rugi akibar susut akan semakin kecil.
2.5 Proses Bisnis Area Pengatur Beban (APB)
KWh METER
Pada single line diagram, kWh meter diletakkan pada busbar incoming 20 kV dan
pada busbar transmisi. Sedangkan di lapangan, kWh berada di control room seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini :
Keterangan Gambar :
1. Alat Ukur
Ampere Meter
Untuk mengukur besaran arus dengan satuan ampere.
KV Meter
untuk mengukur besaran tegangan dengan satuan kilo volt.
MW Meter
untuk mengukur besaran daya aktif dengan satuan mega watt.
MVAR Meter
untuk mengukur besaran daya reaktif dengan satuan mega var.
KWh Meter Terima
untuk mengukur besarnya KWh yang diterima.
KWh Meter Kirim
untuk mengukur besarnya KWH yang dikirim.
2. Announciator atau Papan Indikasi
Papan Indikasi
untuk mengetahui indikasi peralatan apa yang kerja atau mengalami kelainan.
Reset lock-out ry 79
untuk mereset relay recloser yg kerja.
Reset indikasi ry 79
untuk mereset indikasi relay recloser.
Lamp Test
untuk menguji lampu indikasi.
Stop Alarm
untuk mematikan / mereset alarm.
Stop Flicker
untuk menghentikan sinyal flicker.
Reset
untuk menghilangkan / mereset indikasi.
Stop Buzzer
untuk mematikan / mereset alarm apabila MCB DC trip.
Lampu indikasi MCB DC trip
untuk indikasi apabila MCB DC trip.
3. Tombol Selector Switch
Switch Voltmeter
untuk mengetahui tegangan pada tiap phase (R, S, T).
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan
oleh petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan
oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan
oleh petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan
oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Synchronism berfungsi untuk mensinkronkan tegangan Line dan Bus.
4. Control Switch
Control Switch PMS BUS A
untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS A 150 kV Remote dari panel
kontrol.
Control Switch PMS BUS B
untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS B 150 kV Remote dari panel
kontrol.
Control Switch PMT
untuk pembukaan dan penutupan PMT 150 kV Remote dari Panel Kontrol.
Control Switch PMS LINE
untuk pembukaan dan penutupan PMS LINE Remote dari Panel Kontrol.
Catatan : Untuk fasilitas control switch PMS Tanah tidak ada jadi untuk
memasukkannya dilakukan di switchyard.
5. Test Block
sebagai fasilitas untuk pengujian Meter (Besaran arus dan tegangan).
Operasi sistem Jawa Bali di bagi dalam dua hirarki:
1. Java Control Centre (JCC), yang betempat di Gandul sebagai pengendali sistem Jawa
Bali yang bertanggung jawab terhadap manajemen energi serta pengendalian operasi sistem
penyaluran 500 kV.
2. Region Control Centre (RCC) atau Area Pengatur Beban/ APB dibagi menjadi 5 wilayah,
yaitu APB Jakarta dan Banten, APB Jawa Barat, APB Jawa Tengah dan DIY, APB Jawa
Timur, dan APB Bali.
P2B Jawa Bali mengelola 1 (satu) Inter Regional Control Center (IRCC) yaitu Java Control
Centre /JCC) dan 5 (lima) Region Control Center (RCC). JCC bertanggung jawab untuk
mengoperasikan interkoneksi sistem 500 kV. Selain itu JCC, juga bertanggung jawab atas
pengaturan komposisi pembangkitan di sistem Jawa Bali. Sedangkan RCC bertanggung jawab
untuk mengoperasikan jaringan 150 dan 70 kV serta pengaturan tegangan di wilayahnya.
PENGERTIAN SCADA
SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition.
SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari
lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur
dan mengontrol data-data tersebut.
SCADA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik
terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah
RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan
jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station.
RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau.
RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui
pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian
diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan
melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-
sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat
setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat
memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga
gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati
berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan
juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi
memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka
operator akan dapat megetahui dengan mudah.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 12
SD
SD SD
SD
SD SD SD
SD
SD
PROLIANT
8000
ESC
SD
PROLIANT
8000
SD
PROLIANT
8000
ESC
ESC
SD
SD
DLT
SD
DLT
DLT
A B C D E F G H
SELECTED
ON-LINE
A B C D E F G H
SELECTED
ON-LINE
SD
19
CONSOLE
LOOP
SD
OK
BRI DSU
B1
B2
LP
S/T CPU
S3
CONSOLE
LOOP
12
WIC 0 OK FDX 100 LNK WIC 1 OK
AUX
OK
BRI DSU
B1
B2
LP
Cisco 1720
17
13
LCD 3 bh 18
Inter Center Link
( IEC 870-6 (ICCP) )
14
A B C D E F G H
SELECTED
ON-LINE 14
15 16
A B C D E F G H
SELECTED
ON-LINE
RTU
IEC 870-5-101, DNP 3.0 PROLIANT
8000
SD
Serial
ESC
SD
RTU DLT
20 21 22 23
Gambar 1. Konfigurasi master station transmisi level 5
Keterangan Gambar 1:
Master Station
Persyaratan umum
Peralatan yang terpasang di master station harus mempunyai syarat sebagai berikut:
a. Telecontrolling;
b. Telesignalling;
c. Telemetering;
d. Pulse akumulator.
Operating system
Operating system untuk server dan workstation menggunakan UNIX, Linux, atau Windows.
Untuk keputusan pemilihan agar mengambil referensi dari berbagai sumber dengan
memperhatikan faktor keamanan dan keandalan.
Akuisisi frekuensi
Untuk membantu dispatcher dalam memantau frekuensi sistem saat terjadi jaringan terpisah
(separated network), maka dilakukan pengukuran frekuensi langsung ke pembangkit melalui link
komunikasi tersendiri.
Sinkronisasi waktu
Untuk membangun analisa sistem tentang urutan waktu dari kejadian-kejadian di sistem tenaga
listrik bersama dengan tindakan-tindakan operasional yang dilakukan oleh dispatcher, maka
diperlukan sinkronisasi waktu diantara master station yang berkaitan kerja atau antara master
station dengan remote station, dengan mengacu pada waktu standar. Pelaksanaan sinkronisasi
waktu tersebut dilakukan periodik setiap 24 jam dengan waktu berbasis GPS di master station.
Perangkat keras
Perangkat keras di master station adalah:
a. Server (SCADA, EMS/DMS, DTS, data historikal, sub sistem komunikasi, dan offline
database);
b. Workstation;
c. Monitor;
d. Printer laser hitam putih dan printer berwarna;
e. Static display;
f. Global Position System (GPS);
g. Layar tayang;
h. Switch;
i. Router;
j. Local Area Network;
k. Storage.
Data historikal
Perekaman data
Data SCADA real time yang diterima oleh master station harus dapat direkam (archiving) untuk
kebutuhan data historikal. Data-data tersebut yaitu:
a. Alarm;
b. Event;
c. Nilai telemetering maksimum per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan;
d. Nilai telemetering minimum per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan;
e. Nilai telemetering rata-rata per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan;
f. Nilai telemetering instatenous per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan;
g. Nilai telemetering untuk kebutuhan trend data per 10 detik atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Data tersebut harus disimpan dalam server data historikal minimal selama tiga bulan. Lama
penyimpanan data diatur oleh enjiner.
Data retrieval
Data yang tersimpan dalam server data historikal dapat dilihat oleh pengguna berdasarkan filter
tertentu. Filter dapat berupa waktu, nama substation, nama bay, nama alarm, dan sebagainya.
Remote Station
Konfigurasi
Konfigurasi remote station
Contoh konfigurasi remote station dalam penggunaan gateway, RTU, dan IED dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut ini.
CONTROL CENTER
IEC 870-5-101
IEC 870-5-104 LOCAL
DNP 3.0 HMI
GATEWAY
2. Phase volts
3. Line volts
4. Per phase PF
5. Per phase kW
8. 3 Phase PF
9. 3 Phase kW
12. Frequency
RTU dapat berkomunikasi dengan sub-RTU. RTU harus memiliki port komunikasi redundant.
RTU mampu berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal dua control center dengan
protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan Local HMI di gardu induk sebagai
pengganti control panel. RTU harus dilengkapi dengan fasilitas dummy breaker yang berfungsi
untuk melakukan simulasi remote control.
a. Layanan central;
b. Organisasi aliran data;
c. Sinkronisasi waktu dengan GPS lokal atau GPS di control center;
d. Sinkronisasi komunikasi serial atau field bus;
e. Resolusi realtime: 1 ms;
f. Fungsi gateway.
a. Dapat berkomunikasi menggunakan protokol sesuai dengan butir Error! Reference source not
found.;
b. Memiliki fungsi http dan ftp (optional);
c. Dapat melakukan switch over port komunikasi secara otomatis.
1.3.3 Modul input/output (I/O)
Jenis I/O pada remote station:
a. Analog Input;
b. Analog Output;
c. Digital Input;
d. Digital Output.
e.
SISTEM SCADA JAWA BALI
DATA SISTEM SCADA
MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center :
a) JCC GANDUL (Gandul, Depok)
Tugas switching 500 Kv Jawa Bali.
b) RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN)
Tugas pengaturan sistem 150/70kV DKI Jakarta dan Banten.
c) RCC CIGELENG (APB Jawa Barat)
Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat
d) RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY)
Pengaturan sistem 150/70kV Jawa Tengah dan DIY
e) RCC WARU (APB Jawa Timur)
Pengaturan 150/70kV Jawa Timur
f) RCC BALI (APB Bali)
Pengaturan sistem 150/70kV Bali.
REMOTE STATION