Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENANGANAN LIMBAH CAIR

DISUSUN OLEH :

ERNA

KELAS : XI PEMASARAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Penanganan
Limbah Cair”, meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penyusunan makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun
tidak mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi. Tetapi semua
itu dapat penyusun lalui berkat bantuan dari teman-teman sekalian dan tak luput dari berkat
dan rahmat Allah SWT.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sehingga melalui makalah ini penulis dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru
khususnya pada proses pengolahan limbah- limbah cair.

Sambas, Januari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1


A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Penanganan Limbah Cair .............................................................................................. 5
B. Penanganan Limbah Cair Industri ................................................................................ 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 14
B. Kritik Dan Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namum di sisi lain
dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak
tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan
industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas
lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic
atau rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa disebut black water, dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya disebut juga grey water. Limbah,
sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan
masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan.
Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat
sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan
jenisnya, sampah basah atau garbage, sampah kering atau rubbish, dan sisa-sisa industry atau
industrial waste. Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar, air limbah juga
harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak
sedap.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mengenai
Penanganan Limbah Cair serta sebagai bahan pembelajaran yang bisa kita pelajari dalam
masalah Penanganan Limbah Cair

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penanganan Limbah Cair


 Limbah Cair
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika.
a. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan
jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
b. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif
besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki
sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling
banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).

2
d. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak.
Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah
sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer
tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga
mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen
penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu
disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan
metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik
melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau
plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses
perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri
aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu
wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan

3
b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses
degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan
pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja
bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri
disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam
kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis
menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga
diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah
dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan
kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat
anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia,
precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi
dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung
tinggi sehingga tidak ekonomis.
4
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara
kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
• Daya racun zat
• Waktu kontak yang diperlukan
• Efektivitas zat
• Kadar dosis yang digunakan
• Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan terhadap air
• Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara
langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
B. Penanganan Limbah Cair Industri
 Limbah Cair Industri
Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang spesifik, yang berbeda
dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin suatu jenis industri mempunyai beberapa
parameter pencemar yang sama dengan industri lainnya. Perbedaan karakteristik limbah cair
industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri tersebut berbeda antara
satu industri dengan industri lainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa
sehingga tidak akan mencemari badan air setempat dimana limbah cair tersebut akan
dibuang.
5
Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung dari:
1. Karakteristik limbah cair industri yang bersangkutan. Dalam hal ini penting
dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya materi tersuspensi, koloid atau
terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat terurai secara biologis
(biodegradability); dan toksiksitas senyawa organik dan inorganik.
2. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan pula kemungkinan
dilakukannya batasan di masa yang akan datang, seperti misalnya batasan toksisitas
kehidupan perairan bioassay efluen.
3. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih kombinasi pengolahan
dapat menghasilkan efluen yang diinginkan. Akan tetapi hanya satu dari alternatif
tersebut yang paling efektif biayanya.
Seberapa jauh kualitas effluent yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan
tingkat pengolahan yang akan dilakukan. Semakin baik kualitas effluent yang diharapkan
yang akan dibuang ke badan air penerima, semakin tinggi tingkat pengolahan yang harus
dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya pengolahan akan semakin tinggi.
Sebelum menentukan jenis pengolahan yang akan digunakan, pertamakali harus
dilakukan karakterisasi limbah cair industri,sehingga dapat diketahui jenis pencemar yang
dominan (priority pollutants) pada suatu jenis industri .
 Pengelompokan Limbah Cair Industri
Secara umum limbah cair industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Polutan anorganik: TSS, Cl2 tersisa (khlor), Sulfida (sbg S), Zat padat terlarut*, Besi
terlarut (Fe)*, Fluorida (F)*, Ammonia, TKN, Zat padat terlarut*, Nitrat, Nitrit,
Fosfat (PO4).
2. Polutan organik: BOD5, COD, Minyak & lemak, MBAS.
3. Logam berat: Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni),
Raksa (Hg), Sianida (CN), Khrom hexavalen (Cr(VI)) dan Total Chrom, Cadmium
(Cd), Mangan (Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum (Sn), Arsen (As),
Selenium (Se), Cobalt (Co), Radioaktivitas.
Sedangkan untuk pH, karena merupakan parameter penting yang harus dikelola pada
setiap jenis industri, maka fasilitas untuk mengontrol nilai pH harus ada.
 Pengelompokan Pengolahan Limbah Cair Industri
Berdasarkan pengelompokan karakteristik limbah cair industri, jenis pengolahan yang
akan diterapkan untuk industri di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pengolahan Awal
6
2. Pengolahan Fisika-kimia (Pengolahan Primer)
3. Pengolahan Biologi (Pengolahan Sekunder)
4. Pengolahan Lanjutan (Pengolahan Tersier)
Air limbah yang keluar dari industri umumnya pertama kali harus melalui pengolahan
awal, yang bertujuan untuk menyiapkan air limbah untuk pengolahan selanjutnya. Detailnya
adalah agar beban limbah bisa berkurang, pemisahan material pengotor yang mungkin bisa
merusak peralatan dan mengganggu jalannya proses. Misalnya saringan
(screening) digunakan untuk menghilangkan materi-materi kasar (coarse material) seperti
plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan materi-materi halus (fine material)
seperti benang fiber, serta zat padat tersuspensi.
Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir diendapkan dan dibuang
dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan sekitar 0,4 m/det di dalam
suatu grit chamber. Materi kasar dan halus, seperti pasir kasar dan halus harus dihilangkan
terlebih dahulu, karena jika tidak, akan mempersulit pengolahan selanjutnya. Pengolahan
awal akan mengurangi beban polutan, besarnya sangat tergantung dari jenis air limbah
industri.
Proses ekualisasi dapat digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah.
Karakter yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya dan boros
dalam pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup dan
mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah relatif konstan.
Proses netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian
dari aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak
ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai untuk proses
berikutnya.
Pada prinsipnya pengolahan pendahuluan ini merupakan proses pengolahan secara
fisik-kimia, akan tetapi karena pengolahan ini bertujuan untuk meringankan beban
pengolahan selanjutnya, dan umumnya terdapat pada rangkaian pengolahan limbah cair di
setiap industri, maka pengolahan ini dipisahkan pengelompokkannya dari pengolahan fisik-
kimia.
Pengolahan fisik-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam
proses pengolahan ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar ukurannya sehingga
dapat dengan mudah diendapkan (coagulation &flocculation process) di bak sedimentasi
(bak pengendap), diapungkan (flotation process) serta disaring (filtration process).
Memperbesar ukuran partikel dengan menambahkan koagulan diproses koagulasi sehingga
7
terbentuk flok. Agar flok lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan
(polymer) di proses flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah.
Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang
disebut dengan COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah dengan menguraikan
bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan secara biologi bisa
dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara anaerobik (tidak boleh ada udara).
Metoda yang digunakan pada proses pengolahan biologis baik aerobik maupun anaerobik
bisa secara tersuspensi (suspended growth) ataupun terlekat (attached growth). Pada
umumnya, proses pengolahan biologis yang digunakan untuk limbah cair industri di Jawa
Barat adalah proses lumpur aktif (activated sludge).
Proses sedimentasi merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah
menggumpal dan siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari
lumpur biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi tertentu,
sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya.
Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun biologi,
masih terdapat materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus ini diperlukan
fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya terbuat dari pasir (single
media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau pasir dengan diameter yang tidak
seragam (un-uniform), ataupun kombinasi dari pasir dan anthrasit (dual media) atau lainnya.
Bebarapa industri, meski telah diterapkan sistem pengolahan awal, primer (fisika-
kimia) dan sekunder (biologi), namun kualitas hasil olahan masih belum memenuhi
persyaratan. Oleh karena itu pada sistem itu ditambahkan pengolahan lanjutan (pengolahan
tersier). Biasanya pengolahan lanjutan diterapkan pada satu atau beberapa parameter saja.
Pengolahan tersier juga biasanya diberlakukan terhadap air hasil olahan yang akan dipakai
kembali (daur ulang/recycling) baik untuk dipakai di proses produksi, cuci lantai atau siram
taman danlain-lain. Unit proses pengolahan lanjutan untuk keperluan recycling juga
tergantung dari kualitas air yang akan digunakan.
Proses teknologi membran (Reverse Osmosis (RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration
(UF), Microfiltration (MF) digunakan untuk menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi
atau solid yang terlarut. Proses penukar ion/resin (Ion Exchange) pada umumnya digunakan
untuk menghilangkan logam berat. Metoda denitrifikasi dan dephosphorisasi biologis
digunakan untuk menghilangkan zat-zat organik dengan menggunakan mikroorganisma;
Proses adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular activated carbon, GAC) digunakan

8
untuk menghilangkan zat organik; dan proses oksidasi secara kimia (chemical oxidation) juga
digunakan untuk menghilangkan materi organik.
Jika limbah cair industri mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan secara
khusus untuk mengolah limbah tersebut. Lumpur atau gumpalan yang dihasilkan dari proses
filtrasi maupun sedimentasi dapat dikeringkan, dibakar atau dibuang untuk pengurugan
tanah, jika tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Materi inipun dapat
diproses lebih lanjut dan dipakai ulang jika unsur B3nya telah diolah, sehingga tidak akan
membahayakan penggunanya.
Rencana pengolahan limbah cair diawali dengan memeriksa industri yang bersangkutan
untuk beberapa faktor yang terkait, misalnya sumber air limbah, jenisnya, konsentrasinya,
kandungannya, besar alirannya. Selain itu juga kondisi dari tujuan pembuangan (termasuk
sistem saluran air limbah), penggunaan air yang dibuang, dan jika badan air penerima adalah
sungai, maka harus diperhatikan arus air sungai, kualitasnya, standar baku mutu yang ada
(baik stream maupun effluent standard), metode pengolahan lumpur dsb. Data-data tadi
sangat penting untuk dikumpulkan dan diidentifikasi dengan tujuan utama untuk mengolah
air limbah industri secara efisien dan untuk melestarikan lingkungan. Untuk proses industri
manufuktur, jenis bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut harus diteliti dan
diketahui. Setiap orang yang bertanggungjawab pada organisasi pabrik, terutama orang yang
terkait dengan pengolahan limbah, harus ikut berpartisipasi dalam proses ini.
 Pembuatan Rencana Pengolahan Air Limbah Industri
Pengurangan kuantitas dan konsentrasi buangan harus sedapat mungkin diupayakan.
Banyaknya air yang dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan air, merubah atau
memperbaiki proses produksi, pemakaian air limbah dalam berbagai tahapan (multi stage)
dsb.
Konsentrasi air limbah bisa dikurangi dengan merubah proses industri, memperbaiki
peralatan, mengambil kembali dan mempergunakan produk sampingan, menerapkan
pengendalian air limbah secara proporsional, memantau sistem atau jaringan pembuangan,
dll. Semua hal yang disebutkan di atas harus diperbaiki secara menyeluruh sehingga
pencapaian pengurangan konsentrasi air limbah dapat lebih maksimal.
 Prosedur perencanaan pengolahan air limbah
Setelah dilakukan investigasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas, maka
kemudian dilakukan pemilihan metode pengolahan. Tahapan berikut ini dapat dipergunakan
sebagai petunjuk.

9
Pertama kali, lakukan pengklasifikasian air limbah sebagai organik atau anorganik. Air
limbah organik bisa diolah secara biologis jika perbandingan BOD/CODnya lebih besar dari
60%, atau tidak boleh diolah jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 20%. Kemudian,
pastikanlah efek pengolahan dengan cara uji biologis.
Untuk air limbah anorganik, lakukan uji pengendapan, jika mengandung zat padat
tersuspensi. Jika hal ini tidak tepat, maka lakukan test koagulasi. Jika air limbah mengandung
bahan toxic, maka identifikasikanlah metode pengolahan yang tepat untuknya. Jika air limbah
keadaannya kental, maka selidikilah cara pengambilan kembali (recovery) dengan cara
mengentalkan, membakar dll. Jika cara-cara tersebut tidak berhasil untuk mencapai kualiats
air yang diinginkan, maka selidiki lebih lanjut dengan melakukan adsorpsi, pertukaran ion,
dll.
Setelah dilakukan penetapan metode pengolahan, maka tahap berikutnya adalah
memilih jenis peralatan yang akan digunakan. Untuk hal ini, adalah penting untuk mengenali
tempat instalasi pengolahan, biaya konstruksi, operasi & pemeliharaan serta manajemennya,
kemampuan & efek pengolahan, kuantitas lumpur yang akan dihasilkan, tingkat kemudahan
dalam pengolahan lumpur, tenaga teknik industri yang bersangkutan, standar yang ada,
rehabilitasi, dll.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Makalah yang telah kami buat ini dapat disimpulkan bahwa penanganan limbah
cair dapat dilakukan dengan berbagai metode dari yang mudah sampai rumit. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pembelajaran untuk kita semua.

B. Kritik Dan Saran


Kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dalam penulisan maupun materi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan anda memberikan kritik serta saran yang membangun untuk kemajuan kami
dalam membuat makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2012/02/25/pengolahan-limbah-cair-industri/
http://nandacacingan.blogspot.com/2012/12/penjelasan-dan-penanganan-limbah.html
http://nadilanurhalida.blogspot.com/2013/06/makalah-cara-penanganan-limbah-cair.html
http://abby1807.blogspot.com/2013/06/makalah-pengetahuan-lingkungan.html

12

Anda mungkin juga menyukai