Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak adalah degradasi kualitas optikal lensa kristalina. Katarak merupakan


penyebab utama kebutaan di dunia dan tetap menjadi penyebab utama kebutaan dan
gangguan penglihatan, mencakup 50% gangguan penglihatan pada dewasa di atas usia 40
tahun.1 Ada beberapa tipe katarak: nuklear, kortikal, subkapsular (anterior dan posterior), dan
kombinasi. Masing-masing tipe memiliki lokasi anatomi, patologi dan risiko perkembangan
tersendiri. Beberapa sistem tersedia untuk mengklasifikasi dan menentukan derajat opasitas
lensa.1
Katarak nuklear terdiri atas opasifikasi sentral atau pewarnaan yang mengganggu
fungsi penglihatan. Ada beberapa tipe katarak nuklear, yaitu brunet, opalesens atau keduanya.
Katarak nuklear cenderung berkembang secara lambat dan mempengaruhi penglihatan jauh
daripada penglihatan dekat. Pada kasus lanjut, lensa menjadi kecoklatan dan opak.1
Katarak kortikal dapat mengenai bagian sentral atau periferal dan kadang paling baik
divisualisasikan dengan retroiluminasi atau retinoskopi. Pasien dengan katarak tipe ini
biasanya mengeluh silau. Ketika keseluruhan korteks menjadi putih dan opak, katarak
kemudian disebut katarak kortikal matur.1
Katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan gangguan penglihatan jika
mengenai regio aksial lensa. Katarak subkapsular posterior lebih sering mengenai pasien usia
muda daripada katarak nuklear atau kortikal. Pasien sering mengeluh rasa silau dan
penglihatan yang buruk dengan pencahayaan yang terang, dan biasanya penglihatan dekat
mereka lebih terpengaruh daripada penglihatan jauh.1
Dua studi berbasis populasi menemukan bahwa di antara ketiga tipe katarak tersebut
di atas, katarak subkapsular posterior memiliki angka operasi katarak tertinggi. Pada populasi
yang lebih tua (usia rata-rata 79 tahun) yang melakukan operasi katarak, katarak nuklear
merupakan yang paling sering.1 Katarak mengenai lebih dari 22 juta penduduk. Penduduk
Amerika usia 40 ke atas, atau sekitar 1 di antara 6 orang pada orang usia ini. Mencapai usia
80, lebih dari setengah populasi Amerika memiliki katarak. The Eye Diseases
PrevalenceResearch Group memperkirakan jumlah individu yang memiliki katarak akan
meningkat menjadi 50% pada 2020, berdasarkan estimasi populasi Sensus Amerika Serikat.1

1
BAB II
LAPORAN KASUS

 Anamnese
Nama : Ny.N
Umur : 55 Tahun
Alamat : Lrg. Asparagus RT 4, Kota Baru
Agama : Islam
Pendidikan : D2
Pekerjaan : Guru
Status : Menikah
- Keluhan Utama
Kontrol ulang dengan penglihatan kabur pada kedua mata
- Anamnese Khusus
Sejak ± 2 tahun yang lalu penderita mengeluhkan penglihatan pada kedua matanya
semakin kabur. Awalnya mata kabur sudah dirasakan sejak 40 tahun yang lalu dan
paenderita sudah menggunakan kaca mata, semakin memburuk 2 tahun ini. Penglihatan
kabur apabila melihat jarak jauh. Penderita merasa lebih sulit melihat benda-benda yang
terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Penderita merasa seperti melihat ada
asap atau pandangan berkabut, terkadang timbul bayangan seolah-olah mengambang.
Penglihatan kabur juga disertai dengan keluhan mata lelah. Mata terasa cepat lelah saat
membaca dan saat melihat silau cahaya atau sinar matahari. Untuk mengurangi gejala
tersebut penderita memberikan tetes mata di kedua matanya dan istirahat. Keluhan mata
merah (-), gatal pada mata (-), kotoran mata (-), nyeri (-). Penderita sudah rutin kontrol di
poli mata RSUD Raden Mattaher dan menggunakan tetes mata 3 kali 1 hari sebanyak 1
tetes.
- Riwayat Penyakit yang Lalu
Hipertensi (-), diabetes melitus (-), kolesterol (-), trauma (-), alergi (-), riwayat operasi (-)
- Riwayat Keluarga
Keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien (-)
- Riwayat Gizi
Baik
- Riwayat Kebiasaan Pasien

2
Merokok (-), Konsumsi alkohol (-)
- Keadaan Sosial Ekonomi
Cukup

 Penyakit Sistemis
- Tract Respirasi : tidak ada keluhan
- Tract Digestive : tidak ada keluhan
- Cardiovascular : tidak ada keluhan
- Endokrin : tidak ada keluhan
- Neurologi : tidak ada keluhan
- Kulit : tidak ada keluhan
- THT : tidak ada keluhan
- Gigi dan Mulut : 87654320 02345678
87654321 12345678
- Lain-lain : tidak ada keluhan

I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi


OD OS
Visus: SC 2/60 2/60
CC - -
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Add Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Skiaskopy Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmometer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II. Muscle Balance
Kedudukan bola mata

Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Duksi : baik


Versi : baik Versi : baik

3
III. Pemeriksaan Eksternal

Keruh sebagian Keruh sebagian


Palpebra Superior Bengkak (-), hematom (-), Bengkak (-), hematom (-),
hiperemis (-), perdarahan (-), nevus hiperemis (-), perdarahan (-), nevus
(-), xantelasma (-) (-), xantelasma (-)
Palpebra Inferior Bengkak (-), hematom (-), Bengkak (-), hematom (-),
hiperemis (-), perdarahan (-), nevus hiperemis (-), perdarahan (-), nevus
(-), xantelasma (-) (-), xantelasma (-)
Silia Trichiasis (-), madarosis (-) Trichiasis (-), madarosis (-)
Ap. Lacrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva tarsus Perdarahan (-), papil (-), folikel (-), Perdarahan (-), papil (-), folikel (-),
Cobblestone (-), sikatrik (-) Cobblestone (-), sikatrik (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-), injeksi Injeksi konjungtiva (-), injeksi
silier (-), perdarahan silier (-), perdarahan
subkonjungtiva (-), nevus (-), subkonjungtiva (-), nevus (-),
flikten (-), fibrovaskuler (-) flikten (-), fibrovaskuler (-)
Kornea Jernih, infiltrat (-), sikatrik (-), Jernih, infiltrat (-), sikatrik (-),
ulkus (-) ulkus (-)
COA Hifema (-),hipopion (-) Hifema (-), hipopion (-)

Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor


Diameter 4 mm 4 mm
Reflek Cahaya + +
Iris Kripta iris normal, warna coklat Kripta iris normal, warna coklat
Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian
Lain-lain - -
IV. Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomicroscopy
OD OS
Supersilia : lengkap, madarosis (-) Supersilia : lengkap, madarosis (-)

4
Silia : trichiasis (-), madarosis (-) Cilia : trichiasis (-), madarosis (-)
Palpebra : Bengkak (-), hematom (-), hiperemis Palpebra : Bengkak (-), hematom (-), hiperemis
(-), perdarahan (-), nevus (-), xantelasma (-) (-), perdarahan (-), nevus (-), xantelasma (-)
Konjungtiva Konjungtiva
Tarsalis : Perdarahan (-), papil (-), folikel (-), Tarsalis : Perdarahan (-), papil (-), folikel (-),
Cobblestone (-), sikatrik (-) Cobblestone (-), sikatrik (-)
Bulbi : Injeksi konjungtiva (-), injeksi silier (-), Bulbi : Injeksi konjungtiva (-), injeksi silier (-),
perdarahan subkonjungtiva (-), nevus (-), perdarahan subkonjungtiva (-), nevus (-), flikten
flikten (-), fibrovaskuler (-) (-), fibrovaskuler (-)
Kornea : jernih, infiltrat (-),sikatrik (-),ulkus (-) Kornea : jernih, infiltrat (-), sikatrik (-), ulkus (-)
Sklera : jernih Sklera : jernih
COA : dangkal, hifema (-),hipopion (-) COA : dangkal, hifema (-),hipopion (-)
Pupil : bulat, 4mm, reflek cahaya (+) Pupil : bulat, 4mm, reflek cahaya (+)
Iris : kripta iris normal, warna coklat Iris : kripta iris normal, warna coklat
Lensa : keruh sebagian, iris shadow test (+) Lensa : keruh sebagian, iris shadow test (+)
V. Tonometris
Schiotz : tidak dilakukan Schiotz : tidak dilakukan
Applanasi : 28 Applanasi : 23,7
VI. Funduscopy
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VII. Visual Field
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VIII. Pemeriksaan pada keadaan midriasis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IX. Pemeriksaan Umum


- Tinggi badan : 153 cm
- Berat badan : 67 kg
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 87 x/i
- Suhu : 36,8ºC
- Pernapasan : 20 x/i
- Cardiovascular : tidak ada keluhan

5
- GI tract : tidak ada keluhan
- Paru-paru : tidak ada keluhan
- Neurologi : tidak ada keluhan

X. Pemeriksaan Lain-lain
Tidak dilakukan

XI. Diagnosa
ODS Katarak senilis immatur + miopia maligna

XII. Differensial Diagnosa


ODS Katarak senilis matur + miopia maligna
ODS katarak senilis hipermatur + miopia maligna

XIII. Anjuran Pemeriksaan


Funduscopy
Echographic examination (USG)

XIV. Pengobatan
Non medikamentosa :
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata yang kabur disebabkan katarak dan
rabun jauh (miopia)
2. Menjelaskan pada pasien bahwa penanganan saat ini bersifat non spesifik untuk
mengurangi gejala.
Medikamentosa :
Tetes mata yang mengandung potasium iodida, sodium iodida dan vitamin A, digunakan 3
kali sehari 1 tetes ODS (cth. Vitrolenta ED 3 x gtt I ODS)
Tetes mata yang mengandung sodium klorida dan kalium klorida, digunakan 3 kali sehari 1
tetes ODS (cth. Lyteers ED 3 x gtt I ODS)

XV. Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Ketebalan lensa
bervariasi tergantung pada proses akomodasi. Berat lensa bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun)
sampai 255 mg (usia 40-60 tahun). Lensa memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior
dan permukaan posterior. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung dibandingkan
anterior. Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi lensa yang disebut ekuator.Posisi lensa tepat
di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari korpus siliaris.
Di sebelah anterior lensa terdapat akuous humor, di sebelah posteriornya terdapat vitreus.1-5

Gambar 1. Anatami Lensa

Struktur lensa terdiri dari:


1. Kapsul
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada
dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan
suatu membran basal transparan dan elastis yang terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan
glikoprotein. Kapsul anterior berasal dari epitel, sedangkan kapsul posterior berasal dari
perpanjangan serat sel lensa. Kapsul pada ekuator lebih tebal dibandingkan sentral dan lebih
tebal pada anterior (8–14 μm, meningkat dengan bertambahnya usia) dibandingkan posterior
(2-3 μm).1,3,5,6
2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel. Tidak terdapat epitel lensa
di bagian posterior. Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel kuboid dan menjadi kolumnar di
daerah ekuator. Lensa akan terus bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan

7
terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel epitel yang terdapat di daerah ekuator lensa.
Perubahan morfologi terjadi ketika sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa.
Perubahan ini berhubungan dengan peningkatan massa protein seluler pada membran setiap
serat sel. Pada saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel, mitokondria
dan ribosom.3,4,6,7
3. Nukleus dan korteks
Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus menerus. Pembentukkan
serat lensa yang terus-menerus mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral
lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda yang disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior.
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedangkan korteks makin menipis,
sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.Serat lensa dihasilkan
seumur hidup, namun kecepatan produksinya makin lama makin berkurang.6,7
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai
zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari
permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.8

2.2 Fisiologi lensa


Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan berkembang
menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari lensa. Area lensa dengan tingkat
metabolisme paling tinggi adalah epitelium. Oksigen dan protein yang akan digunakan untuk
sintesis protein serta transpor aktif elektrolit, karbohidrat, dan asam amino disediakan oleh
epitelium lensa. Energi kimia ini dibutuhkan untuk memelihara pertumbuhan sel dan
transparansi lensa. Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan mengeluarkan produksisa metabolik. Namun, hanya bagian anterior lensa saja
yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif hipoksia.Korteks lensa
lebihterhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium di dalam lensa sekitar 20 mM, dan
kadar kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium dan kalium di sekitar akuoushumor dan
vitreous humor sedikit berbeda: natrium lebih tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan kalium
sekitar 5 mM.8 Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan tranparasi
lensa adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter semipermeabel kapsul lensa dan

8
mekanisme pompa membran serat lensa yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada
lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan produksi energi dengan
proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-fosfat dan HMP (hexose monophosphate)
shunt. Glukosa dikonversi menjadi glukosa-6-fosfat dan sedikit sorbitol.1 Enam puluh lima
persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan proteinnya lebih tinggi di antara
jaringan-jaringan tubuh) dan jumlah ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia. Selain
itu, terdapat sedikit mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Karena lensa bersifat
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat melalui difusi dari akuous
humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen teralut
di dalam akuous humor.2,8

2.3 Katarak
2.3.1 Definisi katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh. Katarak adalah setiap kekeruhan atau
berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa akan mengkonvergensikan cahaya yang
masuk. Kekeruhan pada lensa akan menyebarkan ataupun menghambat cahaya. Jika
kekeruhan sedikit dan letaknya di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak akan mempengaruhi
penglihatan.2-4,6

Gambar 2. Katarak

9
2.3.2 Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa
vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam terbentuknya katarak antara lain
kerusakan oksidatif ( dari proses radikal bebas, sinar UV dan malnutrisi). Hingga kini belum
ditemukan pengobatan yang memperlambat atau membalikkan perubahan perubahan kimiawi
yang mendasari pembentukan katarak.

2.3.3 Faktor resiko katarak


a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikosteroid

2.3.4 Klasifikasi katarak


Berdasarkan Nana Wijaya, katarak diklasifikasikan menjadi:5
1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensa yang timbul saat lensa dibentuk.
Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal lensa. ini merupakan
kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi kekeruhan hanya terbatas pada
nukleus fetal atau embrionik. Katarak developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh
karena itu kekeruhan dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada kita
perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan perkembangan lensa.
Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk:
a. Arteri hialoidea yang persisten
b. katarak polaris anterior

10
c. katarak polaris posterior
d. katarak aksialis
e. katarak zonularis
f. katarak stelata
g. katarak totalis
h. katarak kongenital membranasea
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan lensa sudah
demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada funduskopi maka
untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya. Katarak kongenital sudah
dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu mata.6,9
2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenille merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak sesudah lahir
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
katarak. Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik atau penyakit
metabolik lainnya seperti :
- Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi, penyakit Wilson.
- Penyakit otot : distrofi miotonik.
- Katarak traumatik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik terjadi akibat
adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan radiasi infra merah yang
berulang dalam waktu yang lama. Katarak ini sering terjadi berhubungan dengan
pekerjaan dan bagian dari kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita.
- Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik, radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena:
 Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata

11
 Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat penyakit lokal
pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio retina, miopia tinggi,
ptosis bulbi yang mengenai satu mata
Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
 Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak
telah total dan kosmetik sangat terganggu.
 Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari
b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun
c. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada umur lebih dari 50 tahun
Penyebab katarak sinilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi karena:
- Proses nukleus
Oleh karena serabut serabut saraf yang terbentuk lebih dahulu selalu
terdorong ke arah tengah, maka serabut serabut lensa bagian tengah menjadi
lebih padat (nukleus) mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan
sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada
keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetropi. Lama kelamaan nukleus lensa
yang pada mulanya bewarna putih, menjadi kekuning kuningan, lalu menjadi
coklat kemudian menjadi kehitam hitaman. Karna itulah dinamakan katarak
brunesen atau katarak nigra.
- Proses pada korteks
Timbulnya celah celah diantara serabut serabut lensa yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung, dan
membengkak, menjadi lebih miopi. Berhubung adanya perubahan refraksi ke
arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah olah mendapat kekuatan
baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
Pada perjalanan katarak, dapat terjadi penyulit, yang tersering adalah glaukoma yang
terjadi karena:
 Fakotipik.
Berdasarkan kedudukan lensa. Oleh karna proses intumesensi, iris terdorong
kedepan, sudut coa dangkal, aliran coa tak lancar sedangkan produksi terus
berlangsung, sehingga tekanan intraokular meninggi dan menimbulkan
glaukoma.

12
 Fakolitik
Lensa yang keruh, jika kapsulnya menjadi rusak, substansi lensa yang
keluar akan diresorbsi oleh serbukan fagosit atau makrofag yang banyak di
coa, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat sudut
coa dan menyebabkan glaukoma. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena
susbtansi lensa sendiri.
 Fakotoksik
Substansi lensa merupakan zat toksik bagi mata. Dapat menyebabkan uveitis
kemudian glaukoma
Katarak primer secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur
dan hipermatur5,6,9
1. Katarak insipien
Stadium paling awal, belum menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus
masih 5/5 atau 6/6. Kekeruhan terutama pada bagian perifer, berupa bercak-bercak
seperti baji yang membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih
diantaranya.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada katarak
imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Shadow test (+)
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni). Akibat masa lensa yang keluar

13
melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik.

Tabel 2.1 Perbedaan stadium katarak senilis


Insipient Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air +
(air masuk) masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaucoma - Uveitis +
glaucoma

2. Katarak Komplikata
Terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit lain.5
a. Penyakit lokal di mata
- Uveitis, kekeruhan dapat bermacam-macam, difus, total, terbatas apda
sinekia posterior
- Glaukoma, kekeruhan sebagai bercak-bercak.
- Miopia maligna, degenerasi badan kaca, mungkin merupakan proses primer
yang menyebabkan nutrisi lensa terganggu.
b. Penyakit sistemik
- Galaktosemia, yaitu penyakit sistemik dimana metabolisme galaktose
terganggu, sering menyebabkan katarak juvenil. Kadar galaktose yang tinggi
di dalam darah dapat menimbulkan katarak.
- Diabeter mellitus : Penyebab katarak diabetik pada dewasa muda, tampak
sebagai kekeruhan berupa bercak- bercak salju di lensa.Pada orang tua
dengan diabetes mellitus, biasanya bukan katarak diabetik tetapi katarak
senilis yang dipercepat oleh diabetes mellitus.
c. Trauma : trauma fisik, trauma mekanis, trauma kimia.

14
2.3.5 Penegakan Diagnosis10
a. Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan fungsional penglihatan
akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain kekeruhan pada lensa.
 Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan yang paling umum pada pasien
dengan katarak. Keluhan penglihatan berasap dan tajam penglihatan yang menurun
secara progresif. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran visus sedikit atau
sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak akan mengalami
keluhan penglihatan.
 Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang terang atau
silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan
ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak subcapsular posterior dan pada
pasien dengan katarak kortikal.
 Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dioptrik lensa menyebabkan
terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun sedang. Akibatnya, ada
pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak dekat dan tidak membutuhkan
kacamata baca saat mereka mengalami hal yang disebut second sight. Namun
munculnya sementara saat kualitas lensa mengalami gangguan makan second sight
tersebut akan hilang. Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak
kortikal dan katarak subkapsular posterior.
 Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga
benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam penglihatan. Pemeriksaan
dengan slit lamp juga penting selain untuk memeriksa kekeruhan lensa juga untuk
pemeriksaan mata lainnya ( konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior). Selain itu
pemeriksaan oftalmoskop direk dan indirek penting untuk mengevaluasi posterior mata
sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.

15
2.3.6 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
- Lokal : pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik topikal anestesi, sub
konjungtiva obat anestesi yang dipakai Lidokain + Markain (1:1), retrobulbaer dan
parabulbaer
- Umum : anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Gambar 3. Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE

16
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

Gambar 4. Metode dengan ECCE

Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:


 ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak intak,
sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di bawah 40 tahun.
 Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan
 Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi pada bilik mata
depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat terjadi pada ICCE,
sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat terjadi.
 Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema, dan ablasi retina
lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
 Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan
ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
 Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak memerlukan alat
yang canggih.

17
 Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi pada proses
ECCE, tidak dengan teknik ICCE
 ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal
3. Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda beratselama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen (Biasanya 6-8 minggu setelah operasi). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
 Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
 Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
 Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
 Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

2.3.6 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
 Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada iris/
iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
 Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, prolaps vitreus, prolaps iris,
pendarahan

18
2.3.7 Prognosis12
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis. Adanya ambliopia adan kadang-
kadang anomali saraf optikus atau reina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada
kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi buruk
pada katarak kongenital ini komplit yang progresif.

2.4 Miopia
2.4.1 Definisi
Miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
yang tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan didepan retina, sehingga
pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak
yang lebih dekat, mungkin dibiaskan tepat diretina tanpa akomodasi.4

Gambar 5. Miopia

Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan
mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau unutk mendapatkan efek pinhole
(lubang kecil). Pasien miopia mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu
dalam atau berkedudukan konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita
akan terlihat juling kedalam atau esotropia.9

19
2.4.2 Klasifikasi 4,5,9
Dikenal beberapa tipe dari miopia :
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata 1
mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam :
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 D
2. Miopia sedang, dimana miopia kecil daripada 3-6 D
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 D
Menurut perjalanannya, miopia dikenal denan bentuk :
a. Miopia stasioner, miopia fisiologik
Timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada waktu
atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20 tahun. besar
dioptrinya kurang dari -5D atau -6D. Tajam penglihatan dengan koreksi yang sesuai dapat
mencapai keadaan normal.
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata. Besar dioptrinya melebihi 6 dioptri
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan
pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli sepertimiopik
kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang
berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut
annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata
menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina
bagian perifer (degenerasi latis).5, 9
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering dijumpai,
berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih
bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada

20
mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio
retina.5, 9

Gambar 6. Degenerasi Latis

Berdasarkan gambaran klinisnya, miopia dibagi menjadi :9, 10


a. Miopia simpleks
Ini lebih sering daripada tipe lainnya dan dicirikan dengan mata yang terlalu panjang
untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea dan lensa) atau optik yang
terlalu kuat dibandingkan dengan panjang aksialnya.
b. Miopia nokturnal
Ini merupakan keadaan dimana mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area
dengan cahaya kurang, namun penglihatan pada siang hari normal.
c. Pseudomiopia
Terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasme otot siliar.
d. Miopia yang didapat
Terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula darah, sklerosis nukleus
atau kondisi anomali lainnya.

2.4.3 Gejala Klinis2,4, 9, 10


Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi ).5, 9
Gejala objektif miopia antara lain:

21
1. Miopia simpleks :
- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.5, 9
2. Miopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks Gambaran yang
ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
- Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan myopia
- Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih
pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh
lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi
dan pigmentasi yang tidak teratur.5,9

Gambar 7. Myopic cresent

- Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan


perdarahan subretina pada daerah makula.
- Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
- Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid.

22
Gambar 8. Fundus Tigroid

2.4.4 Pemeriksaan Penunjang,4, 10


Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada
mata, pemeriksaan tersebut adalah :
a) Refraksi Subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif, metode
yang digunakan adalah dengan metode “trial and error”. Jarak pemeriksaan 6 meter
dengan menggunakan kartu Snellen.
b) Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa
mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan
retinoskop (against movement).
c) Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.

2.4.5 Penatalaksanaan
a. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki refraksi.
Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk meniskus (kurva
terkoreksi) dan dimiringkan ke depan (pantascopic tilt).4,5,9
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan. Lensa ini sulit
dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada
mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak
pertama yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata.
Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat

23
dari asetat butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa
kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan
kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih besar.4, 5, 9
Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan refraksi dengan
mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total merupakan daya yang
ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa (kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya
lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang.
Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa keras dan
lensa permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan memodifikasi permukaan
anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis.4, 5, 9, 10
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk
kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara
kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme
kornea, kecuali bila disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.
c. Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan
permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara umum diperoleh dari hasil
empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan
optis maternatis.4, 5, 10
d. Lensa Intraokular
Penanaman lensa intraokular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk koreksi
kelainan refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat, yang
terbuat dari plastik hidrogel, yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu insisi kecil;
dan lensa kaku, yang paling sering terdiri atas suatu optik yang terbuat dari
polimetilmetakrilat dan lengkungan (haptik) yang terbuat dari bahan yang sama atau
polipropilen. Posisi paling aman bagi lensa intraokular adalah didalam kantung kapsul yang
utuh setelah pembedahan ekstrakapsular.4,10
e. Ekstraksi Lensa Jernih Untuk Miopia
Ekstaksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif miopia sedang
sampai tinggi; hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan dengan yang dicapai oleh bedah
keratorefraktif menggunakan laser. Namun, perlu dipikirkan komplikasi operasi dan
pascaoperasi bedah intraokular, khususnya pada miopia tinggi.4, 5, 10

24
2.4.6 Komplikasi 9
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa :
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat risiko
tinggi terjadinya robekan pada retina
- Ablasi retina
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaucoma

2.4.7 Prognosis
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana yang telah
dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat
sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia
adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia akibat mata
berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau\VOD 6/20 S - 1.00 D 6/6
- VOS 6/30 S – 1,25 D 6/6
- PD 62/60
- ODS : Kornea jernih, COA sedang, lensa jernih
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi
mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina
tanpa akomodasi.
Pasien ini diterapi dengan lensa sferis negatif. Ukuran lensa yang digunakan adalah yang
terkecil (OD S-1,00 dan OS S-1,25) yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan
koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia
diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang memberikan visus maksimal.
Prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam, dan quo ad fungtionam pada
kasus ini dubia ad bonam Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia
sederhana yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.
Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya.

25
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien perempuan berumur 55 tahun. Menurut literatur, Katarak
senilis adalah penyakit gangguan penglihatan yang dicirikan oleh kekeruhan pada lensa yang
berlangsung secara lambat dan progresif. Penyakit kekeruhan lensa ini dapat terjadi pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Pada penelitian Framingham Eye ditemukan kasus
katarak senile pada usia 45-64 tahun sebanyak 492,2 kasus per 100.000 dan 40,8 kasus per
100,000 pada usia 85 tahun dan lebih.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko untuk
perkembangan katarak senilis. Berbagai penyebab yang berpengaruh adalah kondisi
lingkungan (seperti ultraviolet), penyakit sistemik, trauma, toksik akibat penggunaan
kortikosteroid, ergot atau antikolinesterase topikal, herediter dan usia. Pada pasien ini,
katarak yang terjadi paling mungkin disebabkan oleh karena proses degeneratif akibat
bertambahnya usia dan pengaruh sinar ultraviolet, karena pada anamnesis tidak ditemukan
faktor resiko lain seperti riwayat keluarga dengan katarak, penyakit sistemik seperti diabetes
melitus, riwayat trauma ataupun penggunaan kortikosteroid yang lama.
Diagnosis pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Berdasarkan anamnesis didapatkan, kedua mata kabur dan semakin memburuk sejak 2
tahun yang lalu dimana pandangan kabur seperti berkabut, silau bila terkena sinar matahari
dan mudah lelah saat membaca dan melihat jarak jauh. Keluhan pasien ini sesuai menurut
literatur dimana ditemukan gejala-gejala subjektif pada katarak yaitu:
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Seperti ada titik gelap di depan mata
 Dapat melihat dobel pada satu mata. Diplopia monokuler yaitu penderita melihat dua
bayangan yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang
dilihat penderita akan menyebabkan silau.
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Penderita mengeluh adanya bercak-
bercak putih yang tak bergerak.
 Kesulitan melihat pada malam hari, benda yang menyilaukan
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya (halo) atau cahaya terasa menyilaukan mata

26
 Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (bahkan pada siang hari)
 Visus mundur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan. Bila
kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya, dan kekeruhan terletak di
ekuator, tak ada keluhan apa-apa.
 Sering berganti kaca mata.
 Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
 Untuk sementara jelas melihat dekat.
 Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses
pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata
meningkat, akibatnya bayangan jatuh di depan retina.
Hal ini juga sesuai dengan literatur bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata
dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina
tanpa akomodasi.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada mata kanan dan kiri didapatkan, visus penderita
kurang dari 6/6 ( mengalami penurunan ketajaman penglihatan ) yaitu visus mata kanan dan
kiri 2/60 dan penderita sudah diterapi dengan lensa sferis negatif ODS S -20 sejak 6 bulan
yang lalu. Pada mata kanan dan kiri terdapat kekeruhan pada sebagian lensa tanpa
midriatikum dengan diameter pupil 4 mm, COA dangkal, dan iris shadow test (+) pada kedua
mata. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang
tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika
kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris (+)
dimana pada katarak senilis yang lain tidak didapatkan.
Katarak senil dapat dibagi menjadi 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan
hipermatur. Katarak imatur merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa
sehingga kekeruhan hanya terjadi pada sebagian lensa saja. Pada katarak imatur akan dapat
terjadi bertambahnya volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.

27
Penderita belum disarankan untuk dilakukan operasi. Prognosis pada penderita ini
dubia ad bonam karena penglihatan kabur tersebut disebabkan oleh adanya miopia dan
katarak. Apabila dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak timbul komplikasi serta
dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology Cataract and Anterior Segment Panel.


Preferred Practice Pattern®Guidelines. Cataract in the Adult Eye. San Francisco, CA:
American Academy of Ophthalmology; 2011. pg.7
2. Roirdan-Eva P.Anatomi dan embriologi mata. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher
JP.Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi 17. Jakarta: EGC;2010. hal.11-2
3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009. hal.9,200
4. Hall JE. Mata I sifat optik mata. Dalam: Guyton & hall buku saku fisiologi
kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2009. hal.382-3.
5. Wijaya N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke-6; 1993. hal.192,197
6. BMJ Best Practice. Cataracts. UK: BMJ Publishing Group Limited; 2015. pg.6
7. http://www.aapsus.org/articles/7.pdf
8. http://www.scribd.com/doc/45111810/katarak-sinilis.
9. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1. Widya
Medika, Jakarta.
10. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
PenyakitMata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK
UGM,2007;185-7

29

Anda mungkin juga menyukai