Kti Fix
Kti Fix
PENDAHULUAN
1
2
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
obesitas adalah keadaan tubuh dengan jumlah lemak berlebih atau tidak normal yang
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tubuh. Berdasarkan pedoman antropometri WHO
seseorang obesitas atau tidak adalah dengan melakukan penghitungan IMT, yaitu berat badan
(kg) dibagi tinggi badan dikali dua (m2). Pada orang dewasa, hasil penghitungan dengan IMT
lebih besar dari 30 menunjukan keadaan obesitas. Sementara itu, anak hingga remaja usia 5-18
tahun tergolong obesitas jika Z-Score IMT/U menunjukkan angka lebih besar dari 2. (WHO,
2015)
2.2 Epidemiologi
Kejadian obesitas pada pada populasi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2005 mencapai
400 juta jiwa (WHO,2011). Prevalensi laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7
% lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Sedangkan pada tahun 2013,
prevalensi obesitas perempuan dewasa dengan umur > 18 tahun sebanyak 32,9%, naik 18,1 %
dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 sebanyak 15,5% (Riskesdas,2013).
Berdasarkan tipe obesitas prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped (usia > 15 tahun)
di dindonesia sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 0,13 obesitas) dan prevalensi obesitas tipe
apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahu 2007 (18,8%). Kelompok
dengan karakteristik obesitas tipe aple shaped tertiggi di indonesia berada dalam rentang umur
40-54 tahun sebanyak 27,4 (Riskesdas,2013).
5
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan
makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status
ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan
prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006).
tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan
dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan; prevalensi pada
anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.( Flier et al, 2005)
2.3 Etiologi
seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang
disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga
bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku
makan (Nugroho,2009).
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari
satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
6
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara
maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang
tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi
dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan
penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada
Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese, serta terjadi
seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada
hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung
penting, membawa informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al, 2005)
Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih
jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta defek
monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin
(Guyton, 2007).
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah
sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui
7
aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan
yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung
dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida usus seperti ghrelin, peptida
YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung
ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui nervus vagus (Flier et al, 2005).
Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa, dapat
mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan menyebabkan rasa
lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan (Flier et al, 2005).
Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas
bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP,
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja kekacauan
pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).
8
2.4 Patofisiologi
Etiologi obesitas bersifat kompleks dan dapat berasal dari faktor genetik, metabolik,
perilaku dan lingkungan. Perubahan gaya hidup, termasuk makanan di luar rumah yang semakin
mudah diperoleh, ukuran porsi serta ketersediaan makanan tinggi energi dan rendah gizi yang
semakin meningkat, dapat menyebabkan peningkatan asupan energi. Beberapa bentuk pola
makan yang dapat meningkatkan asupan energi telah menjadi fokus penelitian, seperti diet tinggi
lemak, densitas energi tinggi, indeks glikemik tinggi dan rendah serat. Diet tinggi lemak memang
banyak ditargetkan menjadi penyebab kelebihan asupan energi karena kepadatan energi dan
Terdapat tiga zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein dan lemak yang dapat
yang kurang dan kapasitas penyimpanan kelebihan lemak yang besar sehingga kelebihan asupan
karbohidrat dan protein akan dioksidasi terutama menjadi lemak. Jadi, oksidasi lemak berkurang
dan kelebihan lemak disimpan. Ketika asupan energi lebih besar daripada pengeluaran energi,
Mekanisme patofisiologis obesitas menempat kan sel lemak sebagai pusat kelainan
berasal, tetapi tidak seluruhnya dapat dijelaskan. Meskipun begitu, telah ada bukti yang
mengaitkan patogenesis obesitas dengan mekanisme sinyal di usus, jaringan lemak, otak dan
mungkin jaringan lain tempat masuknya, penyebaran serta penyimpanan zat-zat gizi (Arisman,
2010).
Pertambahan massa lemak selalu disertai perubahan fisiologis tubuh yang sebagian besar
9
Gb. 2.1 Patofisiologi Pembentukan lemak
Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical
inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist Circumference
(Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan murah dilakukan. Oleh
karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan Waist Circumference yang lebih lazim
dilakukan
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari
tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur
10
maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat
kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi
tubuh pada mereka . overweight suatu kondisi seseorang dengan IMT lebih dari 25 kg/m ,
sedangkan obesitas suatu kondisi dengan IMT lebih dari 30 (WHO, 2011).
Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat
diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut
Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi obesitas
Klasifikasi IMT
Beresiko 23,0-24,9
Overweight 25,0-29,9
Obesitas >30,0
IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan
indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat
11
2. Waist Circumference
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran
antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Pengukuran lingkar
pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan obesitas sentral. Lingkar pinggang
menggambarkan lemak tubuh di antaranya tidak termasuk berat tulang (kecuali tulang
belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan memperngaruhi
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul
merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan
lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan
12
Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio
Wanita <0.9
Pria <1
2.6 Klasifikasi
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak
(Misnadiarly, 2007). Antara lain :
a. Mild obesity
Dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal.
b. Moderate obesity
Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.
c. Morbid
Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal.
Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian
mendadak meningkat dengan tajam.
Komplikasi obesitas yang pertama adalah mengenai kapasitas otak, semakin besar tubuh
sesorang yang mengalami obesitas maka akan semakin berkurang pula jaringan
13
mengompol. Obstruksi saluran napas intermiten dapat menyebabkan tidur gelisah.Ketiga, kulit
lecet dan pelipatan.Obesitas pada anak dapat menyebabkan gesekan sehingga membuat kulit
menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas dan disertai biang keringat serta jamur pada
Anak yang mengalami obesitas memiliki resiko terkena diabetes dengan komplikasi sakit
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif meupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo,2003).
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
perilaku positif yang meningkat
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan lebih luas
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi
sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
14
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang
bersifat informal.
2.9 Sikap
Sikap menurut Notoadmojo (2003) adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sikap menurut sunaryo (2004) adalah
kecendrungan bertindak dari individu berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun
objek tertentu. Jadi sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap belum merupakan sutu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmojo, 2007).
Menurut sunaryo (2004), ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengubahan sikap adalah faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Bersal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima,mengolah, dan
memilih segala sesuatu yang datang dari luar,serta menentukan mana yang akan ditrima
atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor
interna terdiri dari faktor motif,faktor psikologis dan faktor fisiologis.
b. Faktor external
Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk
sikap. Stimulus tersebut dapat berisi langsung dan tidak langsung. Faktor externa terdiri
dari faktor pengalaman,situasi,norma,hambatan dan pendorong.
a. Pengalaman pribadi
15
Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup, biasanya orang
memiliki pangan yang telah dikenal dan yang disukai , hal tersebut disebabkan oleh :
1. Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi
selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya.
2. Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam memilih
makanan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai.
A. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Diantara orang yang biasanya dianggap penting olehindividu adalahorang
tua,orang yangstatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,teman dekat. Pada
umumnya seeorang cenderung untuk memiliki sikap searah dengan sikap yang
dianggap penting.
B. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh dalam memilih
makanan, jajanan yang akan dikonsumsi. Aspek sosial budaya pangan adalah
fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan
lingkungan,agama, adat,kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut (baliwati,
2004)
2.10 Perilaku
2.10.1 Pengertian Perilaku
Menurut Notoadmojo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang
yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilakudibedakan menjadi dua yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni ligkungan, baik lingkungan fisik,sosial,
budaya,ekonomi,politik. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
2.10.2 Faktor terjadinya perilaku
16
Kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku,
sedangkan perilaku itu sendirikhuusnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan
oleh tiga faktor yaitu : (notoadmojo,2005)
17
BAB III
18
19
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan
rancangan satu kelompok pretest-posttest, dimana terdapat satu kelompok yang diberi pretest
(pengamatan awal) sebelum diberi perlakuan dan selanjutnya diberi posttest (pengamatan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di
Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang mengalami obesitas dengan
Indeks Massa Tubuh 30 kg/m2 pada Februari 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non
random sampling, yaitu sampel kuota atau Quota sampling yang memenuhi kriteria
21
inklusi dan eksklusi. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2014), estimasi besar sampel
menggunakan rules of thumb yaitu jumlah sampel (n) lebih besar dari atau sama dengan
1. Seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang
mengalami obesitas dengan Indeks Massa Tubuh 30 kg/m2 pada Februari 2018.
1. Pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia kurang dari 15 tahun pada
Februari 2018.
2. Pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang tidak
mengalami obesitas dengan Indeks Massa Tubuh ≤ 30 kg/m2 pada Februari 2018.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas konseling obesitas yang diukur
22
4.5 Definisi Operasional
23
tidak langsung 60% - 80%
(Hasugian, 2012) jumlah nilai
keseluruhan
3. Baik : jika
jumlah nilai >
80% jumlah
nilai
keseluruhan
(Hasugian,
2012)
Indeks Indeks massa tubuh Skor IMT ordinal Berat badan
massa tubuh (IMT) merupakan kurang : <18,5
(IMT) kalkulasi angka dari Berat badan
berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT kisaran normal :
didapatkan dari berat 18,5-22,9
dalam kilogram Berat badan
dibagi dengan lebih >23,0
kuardrat dari tinggi Berat badan
dalam meter (kg/m2).
beresiko 23,0-
24,9
Obese I: 25,0-
29,9
Obese II: >30,0
1 Timbangan injak
Cara pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berdiri (injak) dengan
c) Responden berdiri diatas timbangan, pandangan lurus ke depan dan tidak boleh
bergerak.
24
d) Membaca berat badan pada tampilan dan mencatat hasilnya (Nursalam, 2013).
2 Microtoice
centimeter (cm) dengan ketelitian 0,1 cm. Anak diukur tanpa menggunakan sepatu dan
aksesoris di kepala. Posisi anak pada saat dilakukan pengukuran, yaitu: berdiri tegak,
tumit, betis, pantat, bahu dan kepala menempel pada dinding, pandangan lurus kedepan
(Nursalam, 2013).
3 Kuisioner / angket
resiko 4T
a. Mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang (pimpinan instansi setempat) dimana
b. Peneliti datang ke Puskesmas Sukorame dan menentukan sampel yang akan dijadikan
subjek penelitian.
c. Mempersiapkan alat ukur untuk pengumpulan data sehingga dapat memperkuat hasil
Consent) lalu harus ditanda tangani oleh calon responden sebelum peneliti melakukan
pengumpulan data. Dalam hal ini responden punya hak untuk menolak ataupun
25
Responden didapatkan dari pasien yang berkunjung di Puskesmas Sukorame yang
mengalami obesitas dengan umur lebih dari 15 tahun. Untuk mengetahui pasien mengalami
dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner yang disebarkan
pada responden kemudian diisi oleh responden dengan menggunakan metode kuesioner
dimana jawabannya telah tersedia dan tinggal memberi tanda (√) pada jawaban yang
diyakininya sehingga memudahkan subjek yang diteliti untuk menjawab. Penlitian ini
menggunakan sistem pengisian kuesioner oleh responden sebanyak dua kali. Pengisian
26
4.8 Alur Penelitian
Konseling obesitas
Analisis data
Kesimpulan
27
4.9 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
1. Editing
Melakukan pemerikasaan ulang data yang sudah terkumpul, mungkin ada data yang belum
2. Coding
Untuk memudahkan penelitian sesudah mengedit hasil dari penelitian kemudian diadakan
3. Tabulasi
Tabulasi adalah proses penyusunan data kedalam bentuk tabel pada tahap ini dapat telah
dianggap selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam pola format yang telah
dirancang.
4. Scoring
Scoring adalah proses pemberian skor atau nilai pada masing-masing jawaban yang ada.
Untuk mengetahui efektivitas konseling obesitas terhadap perubahan perilaku, sikap dan
perilaku menggunakan analisa data chi-square yang diolah dengan menggunakan program
hubungan antar variabel bebas (efektivitas konseling obesitas) dengan variabel terikat
(perubaghan pengetahuan, perilaku dan sikap). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square.
28
Selanjutnya dari berbagai karakteristik yang ada dilakukan analisis multivariate untuk
mengidentifikasi hubungan berbagai karakteristik dengan hasil konseling obesitas. Uji statistik
a. Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable independen dan
variable dependen. Untuk mengetahui hal itu uji yang digunakan adalah uji chi square,
sehingga diketahui ada dan tidak hubungan yang bermakna secara statistik dengan derajat
kemaknaan 0,05atau α = 5 %.
(𝑜𝑖 − 𝐸𝑖𝑗)
X2 =∑
𝐸𝑖𝑗
Df = (b-1) (k-1)
Keterangan:
X2 = nilai chi-square
b =jumlah baris
k = jumlah kolom
Hasil akhir uji statistik, dengan ketentuan apabila P value < α (0,05) artinya ada
hubungan yang bermakna, jika p value > α, artinya tidak ada hubungan yang bermakna.
b. Analisis multivariate
Analisis yang berhubungan antara beberapa variable dengan satu variable dependen.
29
besar hubungan keeratan antara variable independen dengan variable dependen setelah
mengontrol variable lain yang bermakna. Selain itu regresi logistic berganda ini bertujuan
untuk menemukan model regresi yang paling sesuai dengan menggambarkan hubungan
antara variable independen dengan variable dependen yang dikontrol variable lain.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aghamohammadi A., Nooritajer M. 2011. Maternal Age as a Risk Factor for Pregnancy
Outcomes: Maternal, Fetal and Neonatal Complication. African Journal of Pharmacy and
Agudelo A.C., Bermudez A.R. Castaño F., et all. 2012. Effects of Birth Spacing on Maternal,
Ahmed, Isamaldin A. M, Dr, MBBS, MD, DOWH. 2013. Maternal and Fetal outcome of
Aras R.Y. 2013. Is Maternal Age Risk Factor for LowBirth Weight?. Archives of Medicine and
Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
BKKBN. 2007. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima? Hindari Kehamilan 4 Terlalu.
Chang Z., Lichtenstein P., D’Onofrio B.M., et all. 2014. Maternal Age at Childbirth and Risk for
Conde, agustin. 2017. Birth spacing and risk of autism and other neurodevelopmental
31
Cormick, Gabriela. 2016. Inter-pregnancy interval and risk of recurrent pre-eclampsia:
systematic review and meta-analysis. Buenos Aires: Open Access BioMed Central of
Reproductive Health
Dahlan, Sopiyudin, 2016. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Departemen Kesehatan RI. 2013.Tangga Menuju Persalinan Aman – Rujukan Terencana. KIE:
Pemberdayaan Ibu Hamil Suami Keluarga. Surabaya: Seksi Kesga Dinas Kesehatan
unduh15Maret2014<http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_20
12/15_Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.pdf>.
Esposito, Giuseppe. 2015. Women's Knowledge, Attitudes and Behavior about Maternal Risk
Factors in Pregnancy. USA: PLOS Nathan Kline Institute and New York University
School of Medicine
Fitzpatrick, KE. 2016. Pregnancy at very advanced maternal age: a UK population-based cohort
Gibbs C.M., Wendt A., Peters S., et.all. 2012. The Impact of Early Age at First Childbirth on
Maternal and Infant Health. Paediatr Perinat Epidemiol. 26(01). pp. 256-284.
Guo P., Zhou Q., Ren L.,et. all. 2017. Higher Parity is Associated with Increased Risk of Type 2
Hanon, RababHamodee. 2015. Women’s Knowledge about Late Motherhood and Pregnancy
32
Högnäs E., Kauppila A., Hinkula M., et. All. 2016. Incidence of Cancer Among Grand
Laporan puskesmas pesantren 2 kediri, 2016 . hasil penilaian kinerja puskesmas. Kediri.
Laporan PWS KIA, 2017. Laporan PWS KIA Puskesmas Pesantren 2 Kediri. Kediri.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Direktur
Murima, Prestage. 2013. Assessing teenagers’ knowledge, attitudes and perceptions towards
fulfillment of the Degree of Master of Social Science, in The Centre for Communication,
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Olorunda, ToluEni. 2015. Knowledge and Attitude of Mothers on Risk Factors Influencing
33
Paranjape Aditi. 2011. Intentions, Attitudes, And Perceived Behavior Control Towards Healthy
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wawan, A, Dewi M. 2010. Teori Dan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta :
Nuha Medika.
34
Kuesioner
Harap isi informasi di bawah ini untuk mencocokkan kuesioner pra dan pasca tes dan bentuk
demografis.
Tiga huruf terakhir dari Nama Terakhir Anda _____ Dua digit terakhir dari Tahun Kelahiran
Anda ____
Petunjuk: Tolong jawab apa niat Anda terhadap perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan
"X" pada skala yang paling sesuai dengan keinginan Anda.
35
(mis., Margarin, mentega, minyak,
minyak zaitun atau lemak babi)
Petunjuk: Tolong jawab apa yang dimaksud dengan Kontrol Peranan Perilaku Anda terhadap
perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan "X" pada skala yang paling sesuai dengan PBC
Anda.
No Pasti Agak Netral Agak Pasti
Saya merasakan kendali penuh atas tidak tidak (Baik ya ya ya
apa yang saya tidak dapat: maupun
tidak)
1 Hindari mengemil makanan
penggemukan di sela waktu makan
dan di malam hari
2 Hindari berada di tempat di mana
saya mungkin tergoda untuk makan
makanan penggemukan dan / atau
makan terlalu banyak (mis.,
Restoran, toko roti, kedai kopi)
3 Turunkan asupan makanan pada
umumnya dengan makan makanan
ringan, tidak memiliki detik, dan
tidak terlalu banyak makan
4 Pengganti makanan penggemukan
kurang untuk menggemukkan
makanan
5 Pertahankan porsi roti, sereal, nasi,
pasta atau kentang yang sama pada
setiap makan
6 Eat fruit and/or vegetables at each
meal
Minimize the amount of animal
fats in my
7 Minimalkan jumlah lemak hewani
dalam makanan saya (daging tanpa
lemak, unggas tanpa kulit)
8 Gunakan sedikit atau bahkan tidak
ada lemak dalam memasak (mis.,
Margarin, mentega, minyak, minyak
zaitun atau lemak babi)
36
Sikap
Petunjuk: Tolong jawab sikap Anda terhadap perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan
"X" pada skala yang paling tepat menggambarkan sikap Anda.
1. Bagi saya untuk menghindari ngemil makanan penggemukan di antara waktu makan dan
di malam hari akan ...
2. Bagi saya untuk menghindari berada di tempat di mana saya mungkin tergoda untuk
makan makanan penggemukan dan / atau makan terlalu banyak (mis., Restoran, toko roti,
kedai kopi) akan ...
3. Bagi saya untuk mengurangi asupan makanan pada umumnya dengan makan makanan
ringan, tidak memiliki detik, dan tidak makan berlebihan akan ...
4. Bagi saya untuk mengganti sedikit makanan penggemukan untuk makanan penggemukan
akan ...
37
Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga
5. Mempertahankan porsi roti, sereal, nasi, pasta atau kentang yang sama di setiap makanan
akan ...
8. Menggunakan sedikit atau tidak ada lemak dalam memasak akan ...
Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut sebagai bagian dari kuesioner demografis yang akan
membantu menjelaskan lebih baik peserta penelitian. Tanggapan Anda bersifat sukarela dan akan
diperlakukan dengan cara yang sangat rahasia.
38
Tanggal hari ini _____________
Umur: ______
Berapa kali per minggu apakah Anda saat ini berolahraga / berpartisipasi dalam olahraga?
______________
Riwayat Medis: Tolong lingkari jika ada riwayat / masalah medis saat ini?
Penyakit Ginjal Diabetes
Penyakit Jantung Asma
Hipertensi Stroke
39
40