Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1
2
3
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

obesitas adalah keadaan tubuh dengan jumlah lemak berlebih atau tidak normal yang

dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tubuh. Berdasarkan pedoman antropometri WHO

yang dicantumkan dalam Kemenkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010, cara untuk mengetahui

seseorang obesitas atau tidak adalah dengan melakukan penghitungan IMT, yaitu berat badan

(kg) dibagi tinggi badan dikali dua (m2). Pada orang dewasa, hasil penghitungan dengan IMT

lebih besar dari 30 menunjukan keadaan obesitas. Sementara itu, anak hingga remaja usia 5-18

tahun tergolong obesitas jika Z-Score IMT/U menunjukkan angka lebih besar dari 2. (WHO,

2015)

2.2 Epidemiologi

Kejadian obesitas pada pada populasi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2005 mencapai

400 juta jiwa (WHO,2011). Prevalensi laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7

% lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Sedangkan pada tahun 2013,

prevalensi obesitas perempuan dewasa dengan umur > 18 tahun sebanyak 32,9%, naik 18,1 %

dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 sebanyak 15,5% (Riskesdas,2013).

Berdasarkan tipe obesitas prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped (usia > 15 tahun)
di dindonesia sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 0,13 obesitas) dan prevalensi obesitas tipe
apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahu 2007 (18,8%). Kelompok
dengan karakteristik obesitas tipe aple shaped tertiggi di indonesia berada dalam rentang umur
40-54 tahun sebanyak 27,4 (Riskesdas,2013).

5
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan

makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status

ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan

prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006).

tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan

dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan; prevalensi pada

anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.( Flier et al, 2005)

2.3 Etiologi

Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak

seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang

disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga

bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor

lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku

makan (Nugroho,2009).

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari

satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini

didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan

mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat

menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada

orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi

melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

6
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku

makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena

lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara

maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana

perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang

tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi

dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru

terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan

penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada

kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).

Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial

dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese, serta terjadi

perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik

seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada

hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung

penting, membawa informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al, 2005)

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih

jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta defek

monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin

(Guyton, 2007).

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah

sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui

7
aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan

yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung

dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid

bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic

glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida usus seperti ghrelin, peptida

YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung

ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui nervus vagus (Flier et al, 2005).

Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa, dapat

mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan menyebabkan rasa

lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan (Flier et al, 2005).

Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas

bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP,

alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik,

endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al, 2005).

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing

syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus

(Flier et al, 2005).

Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh

endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja kekacauan

pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).

8
2.4 Patofisiologi

Etiologi obesitas bersifat kompleks dan dapat berasal dari faktor genetik, metabolik,

perilaku dan lingkungan. Perubahan gaya hidup, termasuk makanan di luar rumah yang semakin

mudah diperoleh, ukuran porsi serta ketersediaan makanan tinggi energi dan rendah gizi yang

semakin meningkat, dapat menyebabkan peningkatan asupan energi. Beberapa bentuk pola

makan yang dapat meningkatkan asupan energi telah menjadi fokus penelitian, seperti diet tinggi

lemak, densitas energi tinggi, indeks glikemik tinggi dan rendah serat. Diet tinggi lemak memang

banyak ditargetkan menjadi penyebab kelebihan asupan energi karena kepadatan energi dan

palabilitas yang tinggi pada lemak (Bandini, 2015).

Terdapat tiga zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein dan lemak yang dapat

memberikan energi untuk kebutuhan metabolisme. Tubuh manusia memiliki kapasitas

penyimpanan kelebihan karbohidrat yang terbatas, kapasitas penyimpanan kelebihan protein

yang kurang dan kapasitas penyimpanan kelebihan lemak yang besar sehingga kelebihan asupan

karbohidrat dan protein akan dioksidasi terutama menjadi lemak. Jadi, oksidasi lemak berkurang

dan kelebihan lemak disimpan. Ketika asupan energi lebih besar daripada pengeluaran energi,

simpanan lemak tubuh akan meningkat (Bandini, 2015).

Mekanisme patofisiologis obesitas menempat kan sel lemak sebagai pusat kelainan

berasal, tetapi tidak seluruhnya dapat dijelaskan. Meskipun begitu, telah ada bukti yang

mengaitkan patogenesis obesitas dengan mekanisme sinyal di usus, jaringan lemak, otak dan

mungkin jaringan lain tempat masuknya, penyebaran serta penyimpanan zat-zat gizi (Arisman,

2010).

Pertambahan massa lemak selalu disertai perubahan fisiologis tubuh yang sebagian besar

bergantung pada distribusi massa lemak tersebut (Arisman, 2010).

9
Gb. 2.1 Patofisiologi Pembentukan lemak

2.5 pengukuran Antropometri dan Skrining Obesitas

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical

inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist Circumference

(Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan murah dilakukan. Oleh

karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan Waist Circumference yang lebih lazim

dilakukan

1. Indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan

seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari

tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur
10
maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat

kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi

tubuh pada mereka . overweight suatu kondisi seseorang dengan IMT lebih dari 25 kg/m ,

sedangkan obesitas suatu kondisi dengan IMT lebih dari 30 (WHO, 2011).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat
diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut
Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi obesitas

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5-22,9

Berat badan lebih >23,0

Beresiko 23,0-24,9

Overweight 25,0-29,9

Obesitas >30,0

IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan

indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat

mengakibatkan problema kesehatan (CDC, 2011).

11
2. Waist Circumference

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan

merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran

antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Pengukuran lingkar

pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan obesitas sentral. Lingkar pinggang

menggambarkan lemak tubuh di antaranya tidak termasuk berat tulang (kecuali tulang

belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan memperngaruhi

hasil pengukuran (Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan

etnis (Alberti et al, 2009)

Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral

3. Waist-to-hip ratio (Flier et al, 2005)

Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul

merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan

lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan

12
Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio

Jenis Kelamin Ukuran Waist-to-hip

Wanita <0.9

Pria <1

2.6 Klasifikasi

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak
(Misnadiarly, 2007). Antara lain :

a. Mild obesity

Dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal.

b. Moderate obesity

Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.

c. Morbid

Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal.
Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian
mendadak meningkat dengan tajam.

2.7 Dampak obesitas terhadap kesehatan

Komplikasi obesitas yang pertama adalah mengenai kapasitas otak, semakin besar tubuh

sesorang yang mengalami obesitas maka akan semakin berkurang pula jaringan

otaknya.Kedua, mengenai saluran napasyakni gangguan fungsi saluran napas

ObstructiveSleep Apnea Sindrome(OSAS). Gejalanya mulaidari mengorok sampai

13
mengompol. Obstruksi saluran napas intermiten dapat menyebabkan tidur gelisah.Ketiga, kulit

lecet dan pelipatan.Obesitas pada anak dapat menyebabkan gesekan sehingga membuat kulit

menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas dan disertai biang keringat serta jamur pada

lipatan kulit (pavey 2011) .

Keempat, mengenai jantung. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung

mengakibatkan hipertensi(tekanan darah tinggi) pada masa pubertas.Kelima, mengenai ginjal.

Anak yang mengalami obesitas memiliki resiko terkena diabetes dengan komplikasi sakit

ginjal di kemudian hari (Jolly, 2011)

2.8 Pengetahuan megenai Obesitas

2.8.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif meupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo,2003).

2.8.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penetahuan.

Menurut sukanto (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
perilaku positif yang meningkat
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan lebih luas
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi
sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman

14
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang
bersifat informal.

2.9 Sikap

2.9.1 pengertian sikap

Sikap menurut Notoadmojo (2003) adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sikap menurut sunaryo (2004) adalah
kecendrungan bertindak dari individu berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun
objek tertentu. Jadi sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang
terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap belum merupakan sutu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmojo, 2007).

2.9.2 Fakto-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut sunaryo (2004), ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengubahan sikap adalah faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal
Bersal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima,mengolah, dan
memilih segala sesuatu yang datang dari luar,serta menentukan mana yang akan ditrima
atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor
interna terdiri dari faktor motif,faktor psikologis dan faktor fisiologis.
b. Faktor external
Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk
sikap. Stimulus tersebut dapat berisi langsung dan tidak langsung. Faktor externa terdiri
dari faktor pengalaman,situasi,norma,hambatan dan pendorong.

Menurut azwar (2004) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu :

a. Pengalaman pribadi

15
Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup, biasanya orang
memiliki pangan yang telah dikenal dan yang disukai , hal tersebut disebabkan oleh :
1. Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi
selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya.
2. Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam memilih
makanan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai.
A. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Diantara orang yang biasanya dianggap penting olehindividu adalahorang
tua,orang yangstatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,teman dekat. Pada
umumnya seeorang cenderung untuk memiliki sikap searah dengan sikap yang
dianggap penting.
B. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh dalam memilih
makanan, jajanan yang akan dikonsumsi. Aspek sosial budaya pangan adalah
fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan
lingkungan,agama, adat,kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut (baliwati,
2004)
2.10 Perilaku
2.10.1 Pengertian Perilaku
Menurut Notoadmojo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang
yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilakudibedakan menjadi dua yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni ligkungan, baik lingkungan fisik,sosial,
budaya,ekonomi,politik. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
2.10.2 Faktor terjadinya perilaku

16
Kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku,
sedangkan perilaku itu sendirikhuusnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan
oleh tiga faktor yaitu : (notoadmojo,2005)

a. Faktor predisposisi (predispossing factor)


Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang antara lain :
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai
- Tradisi
b. Faktor pemungkin ( enabling factor)
Yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.yang
dimaksud faktor pemungkin adalah saranan dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku, misalnya:
- Puskesmas
- Posyandu
- Rumah sakit
- Tempat pembuangn air
- Tempat pembuangan sampah
- Tempat olah raga
- Makanan bergizi
- Uang
c. Faktor penguat
Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Misalnya ada anjuran dari orang tua, guru, toga,toma,sahabat, dll.

17
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

18
19
20
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan

rancangan satu kelompok pretest-posttest, dimana terdapat satu kelompok yang diberi pretest

(pengamatan awal) sebelum diberi perlakuan dan selanjutnya diberi posttest (pengamatan

terakhir) sesudah diberi perlakuan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukorame, Kelurahan Sukorame

Kecamatan Mojoroto Kota Kediri yang berlangsung pada Februari 2018.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame.

4.3.2 Karakteristik Sampel Penelitian

4.3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di

Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang mengalami obesitas dengan

Indeks Massa Tubuh  30 kg/m2 pada Februari 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

4.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non

random sampling, yaitu sampel kuota atau Quota sampling yang memenuhi kriteria

21
inklusi dan eksklusi. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2014), estimasi besar sampel

menggunakan rules of thumb yaitu jumlah sampel (n) lebih besar dari atau sama dengan

30 (Salim, 2009). Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 30 responden.

4.3.2.3 Kriteria Inklusi

1. Seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang

mengalami obesitas dengan Indeks Massa Tubuh  30 kg/m2 pada Februari 2018.

2. Bersedia mengisi kuisioner

4.3.2.4 Kriteria Eksklusi

1. Pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia kurang dari 15 tahun pada

Februari 2018.

2. Pasien rawat jalan di Puskesmas Sukorame berusia lebih dari 15 tahun yang tidak

mengalami obesitas dengan Indeks Massa Tubuh ≤ 30 kg/m2 pada Februari 2018.

3. Tidak bersedia mengisi kuisioner.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas konseling obesitas yang diukur

menggunakan Indeks Massa Tubuh  30 kg/m2

4.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah

 Pengetahuan pasien terhadap obesitas

 Sikap pasien terhadap obesitas

 Perilaku pasien terhadap obesitas

22
4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini sebagi berikut :

Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala Hasil


Pengetahuan Pengetahuan dalam Kuesioner Ordinal 1. Kurang : jika
penelitian ini adalah jumlah nilai <
hasil jawaban 60% jumlah
responden terhadap nilai
pertanyaan mengenai keseluruhan
obesitas (Hasugian, 2. Cukup : jika
2012) jumlah nilai
60% - 80%
jumlah nilai
keseluruhan
3. Baik : jika
jumlah nilai >
80% jumlah
nilai
keseluruhan
(Hasugian,
2012)
Sikap Sikap dalam Kuesioner Ordinal 1. Kurang : jika
penelitian ini adalah jumlah nilai <
sikap atau cara 60% jumlah
pandang penderita nilai
terhadap obesitas keseluruhan
yang diketahui 2. Cukup : jika
dengan kuesioner jumlah nilai
(Hasugian, 2012) 60% - 80%
jumlah nilai
keseluruhan
3. Baik : jika
jumlah nilai >
80% jumlah
nilai
keseluruhan
(Hasugian,
2012)
Perilaku Perilaku penderita Kuesioner Ordinal 1. Kurang : jika
obesitas dalam jumlah nilai <
penelitian ini adalah 60% jumlah
kegiatan atau aktifitas nilai
manusia baik dapat keseluruhan
diamati secara 2. Cukup : jika
langsung ataupun jumlah nilai

23
tidak langsung 60% - 80%
(Hasugian, 2012) jumlah nilai
keseluruhan
3. Baik : jika
jumlah nilai >
80% jumlah
nilai
keseluruhan
(Hasugian,
2012)
Indeks Indeks massa tubuh Skor IMT ordinal  Berat badan
massa tubuh (IMT) merupakan kurang : <18,5
(IMT) kalkulasi angka dari  Berat badan
berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT kisaran normal :
didapatkan dari berat 18,5-22,9
dalam kilogram  Berat badan
dibagi dengan lebih >23,0
kuardrat dari tinggi  Berat badan
dalam meter (kg/m2).
beresiko 23,0-
24,9
 Obese I: 25,0-
29,9
 Obese II: >30,0

4.6 Instrument Penelitian

1 Timbangan injak

Cara pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berdiri (injak) dengan

ketelitian 0,1 kg. Langkah - langkah pengukuran berat badan, yaitu :

a) Responden menggunakan pakaian biasa, isi kantong dikeluarkan, tidak menggunakan

sepatu dan kaos kaki.

b) Timbangan diletakkan pada permukaan yang keras dan rata.

c) Responden berdiri diatas timbangan, pandangan lurus ke depan dan tidak boleh

bergerak.

24
d) Membaca berat badan pada tampilan dan mencatat hasilnya (Nursalam, 2013).

2 Microtoice

Pengukuran Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan microtoice dalam satuan

centimeter (cm) dengan ketelitian 0,1 cm. Anak diukur tanpa menggunakan sepatu dan

aksesoris di kepala. Posisi anak pada saat dilakukan pengukuran, yaitu: berdiri tegak,

tumit, betis, pantat, bahu dan kepala menempel pada dinding, pandangan lurus kedepan

(Nursalam, 2013).

3 Kuisioner / angket

Kuisioner digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil dengan

resiko 4T

4.7 Cara Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data seorang peneliti sebelumnya harus :

a. Mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang (pimpinan instansi setempat) dimana

penelitian akan dilakukan.

b. Peneliti datang ke Puskesmas Sukorame dan menentukan sampel yang akan dijadikan

subjek penelitian.

c. Mempersiapkan alat ukur untuk pengumpulan data sehingga dapat memperkuat hasil

penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner.

d. Menyediakan dan mempersiapkan lembar persetujuan menjadi responden (Informed

Consent) lalu harus ditanda tangani oleh calon responden sebelum peneliti melakukan

pengumpulan data. Dalam hal ini responden punya hak untuk menolak ataupun

mengundurkan diri karena suatu hal tertentu tanpa sanksi apapun.

25
Responden didapatkan dari pasien yang berkunjung di Puskesmas Sukorame yang

mengalami obesitas dengan umur lebih dari 15 tahun. Untuk mengetahui pasien mengalami

obesitas, pengukuran berdasarkan Indeks Massa Tubuh  30 kg/m2. Data dikumpulkan

dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner yang disebarkan

pada responden kemudian diisi oleh responden dengan menggunakan metode kuesioner

dimana jawabannya telah tersedia dan tinggal memberi tanda (√) pada jawaban yang

diyakininya sehingga memudahkan subjek yang diteliti untuk menjawab. Penlitian ini

menggunakan sistem pengisian kuesioner oleh responden sebanyak dua kali. Pengisian

kuesioner pertama dilakukan sebelum diberikan konseling. Kemudian setelah konseling

dilakukan pengisian kuesioner kedua.

26
4.8 Alur Penelitian

Seluruh pasien rawat jalan di


Puskesmas Sukorame

Pasien berusia >15 tahun

Penimbangan berat badan dan


pengukuran tinggi badan

Perhitungan Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh  30 kg/m2

Penilaian perubahan pengetahuan, sikap


dan perilaku dengan kuisoner posttest

Konseling obesitas

Analisis data

Kesimpulan

27
4.9 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai

berikut :

1. Editing

Melakukan pemerikasaan ulang data yang sudah terkumpul, mungkin ada data yang belum

terisi atau cara kesalahan pengisian.

2. Coding

Untuk memudahkan penelitian sesudah mengedit hasil dari penelitian kemudian diadakan

pengkodean dengan mengklasifikasi jawaban yang ada menurut penggolongannya dengan

memberi kode masing-masing.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyusunan data kedalam bentuk tabel pada tahap ini dapat telah

dianggap selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam pola format yang telah

dirancang.

4. Scoring

Scoring adalah proses pemberian skor atau nilai pada masing-masing jawaban yang ada.

4.6.2 Analisa Data

Untuk mengetahui efektivitas konseling obesitas terhadap perubahan perilaku, sikap dan

perilaku menggunakan analisa data chi-square yang diolah dengan menggunakan program

komputer SPSS for windows versi 21.

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengidentifikasi ada tidaknya

hubungan antar variabel bebas (efektivitas konseling obesitas) dengan variabel terikat

(perubaghan pengetahuan, perilaku dan sikap). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square.

28
Selanjutnya dari berbagai karakteristik yang ada dilakukan analisis multivariate untuk

mengidentifikasi hubungan berbagai karakteristik dengan hasil konseling obesitas. Uji statistik

yang digunakan adalah uji regresi.

a. Analisis bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable independen dan

variable dependen. Untuk mengetahui hal itu uji yang digunakan adalah uji chi square,

sehingga diketahui ada dan tidak hubungan yang bermakna secara statistik dengan derajat

kemaknaan 0,05atau α = 5 %.

Rumus uji chi square adalah :

(𝑜𝑖 − 𝐸𝑖𝑗)
X2 =∑
𝐸𝑖𝑗

Df = (b-1) (k-1)

Keterangan:

X2 = nilai chi-square

Qij= nilai hasil observasi

Eij= nilai harapan

Df = Degree of Freedom / derajat kebebasan

b =jumlah baris

k = jumlah kolom

Hasil akhir uji statistik, dengan ketentuan apabila P value < α (0,05) artinya ada

hubungan yang bermakna, jika p value > α, artinya tidak ada hubungan yang bermakna.

b. Analisis multivariate

Analisis yang berhubungan antara beberapa variable dengan satu variable dependen.

Analisis multivariate menggunakan regresi logistic berganda untuk mengetahui seberapa

29
besar hubungan keeratan antara variable independen dengan variable dependen setelah

mengontrol variable lain yang bermakna. Selain itu regresi logistic berganda ini bertujuan

untuk menemukan model regresi yang paling sesuai dengan menggambarkan hubungan

antara variable independen dengan variable dependen yang dikontrol variable lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aghamohammadi A., Nooritajer M. 2011. Maternal Age as a Risk Factor for Pregnancy

Outcomes: Maternal, Fetal and Neonatal Complication. African Journal of Pharmacy and

Pharmacology. 5(2), pp. 264-269.

Agudelo A.C., Bermudez A.R. Castaño F., et all. 2012. Effects of Birth Spacing on Maternal,

Perinatal, Infant and Child Health: A Systematic Review of Causal Mechanisms.Studies

in Family Planning. 43(2): 93-114.

Ahmed, Isamaldin A. M, Dr, MBBS, MD, DOWH. 2013. Maternal and Fetal outcome of

Grandmultipara in comparison to multiparous Woman in two hospital in Khartoum State.

Sudan: IOSR Journal of Dental and Medical Sciences

Aras R.Y. 2013. Is Maternal Age Risk Factor for LowBirth Weight?. Archives of Medicine and

Health Science. 1(1). pp. 33-37.

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2007. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima? Hindari Kehamilan 4 Terlalu.

Jakarta: Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak BKKBN

Chang Z., Lichtenstein P., D’Onofrio B.M., et all. 2014. Maternal Age at Childbirth and Risk for

ADHD in Offspring: a Population-Based Cohort Study. International Journal of

Epidemiology. pp. 1815-1824.

Conde, agustin. 2017. Birth spacing and risk of autism and other neurodevelopmental

disabilities: a systematic review. USA: WHO Pediatrics

31
Cormick, Gabriela. 2016. Inter-pregnancy interval and risk of recurrent pre-eclampsia:

systematic review and meta-analysis. Buenos Aires: Open Access BioMed Central of

Reproductive Health

Dahlan, Sopiyudin, 2016. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan

Multivariat Ed 6. Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI. 2013.Tangga Menuju Persalinan Aman – Rujukan Terencana. KIE:

Pemberdayaan Ibu Hamil Suami Keluarga. Surabaya: Seksi Kesga Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur

Dinas Kesehatan Jawa Timur.2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Di

unduh15Maret2014<http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_20

12/15_Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.pdf>.

Esposito, Giuseppe. 2015. Women's Knowledge, Attitudes and Behavior about Maternal Risk

Factors in Pregnancy. USA: PLOS Nathan Kline Institute and New York University

School of Medicine

Fitzpatrick, KE. 2016. Pregnancy at very advanced maternal age: a UK population-based cohort

study. UK: BJOG Maternal Medicine

Gibbs C.M., Wendt A., Peters S., et.all. 2012. The Impact of Early Age at First Childbirth on

Maternal and Infant Health. Paediatr Perinat Epidemiol. 26(01). pp. 256-284.

Guo P., Zhou Q., Ren L.,et. all. 2017. Higher Parity is Associated with Increased Risk of Type 2

Diabetes Mellitus in Women: A Linear Dose-Response Meta-analysis of Cohort Studies.

Journal of Diabetes and Its Complications. 31(2017). pp. 58-66

Hanon, RababHamodee. 2015. Women’s Knowledge about Late Motherhood and Pregnancy

outcome in Kirkuk City. Iraq: KUFA Journal for Nursing Sciences

32
Högnäs E., Kauppila A., Hinkula M., et. All. 2016. Incidence of Cancer Among Grand

Multiparous Women in Finland with Special Focus on Non-Gynaecological Cancers: A

Population-Based Cohort Study. Acta Oncologica.55(3). pp 370-376.

Laporan puskesmas pesantren 2 kediri, 2016 . hasil penilaian kinerja puskesmas. Kediri.

Laporan PWS KIA, 2017. Laporan PWS KIA Puskesmas Pesantren 2 Kediri. Kediri.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. Jakarta: Direktur Bina Kesehatan Ibu.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan

Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Direktur

Bina Kesehatan Ibu.

Murima, Prestage. 2013. Assessing teenagers’ knowledge, attitudes and perceptions towards

teenage pregnancy. The case of a Durban High School. Dissertation presented in

fulfillment of the Degree of Master of Social Science, in The Centre for Communication,

Media & Society, School of Applied Human Sciences, University of KwaZulu-Natal,

Howard College, Durban, South Africa.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Peneltian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Olorunda, ToluEni. 2015. Knowledge and Attitude of Mothers on Risk Factors Influencing

Pregnancy Outcomes in Abeokuta South Local Government Area, Ogun State.

Abeokuta:European Scientific Journal.

33
Paranjape Aditi. 2011. Intentions, Attitudes, And Perceived Behavior Control Towards Healthy

Nutrition Behaviors Of Individuals Participating In A Group Counseling Program Versus

Those Receiving Individual Counseling. Kent: A thesis 2011.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Wawan, A, Dewi M. 2010. Teori Dan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta :

Nuha Medika.

WHO. 2008. MPSN Notes: Adolescent Pregnancy. Geneva: WHO Press.

34
Kuesioner

Harap isi informasi di bawah ini untuk mencocokkan kuesioner pra dan pasca tes dan bentuk
demografis.
Tiga huruf terakhir dari Nama Terakhir Anda _____ Dua digit terakhir dari Tahun Kelahiran
Anda ____

Petunjuk: Tolong jawab apa niat Anda terhadap perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan
"X" pada skala yang paling sesuai dengan keinginan Anda.

No Perilaku (niat) Pasti Agak Netral Agak Pasti


tidak tidak (Baik ya ya ya
maupun
tidak)
1 Saya berniat untuk menghindari
ngemil makanan yang
menggemukan di sela waktu makan
dan di malam hari
2 Saya bermaksud menghindari
berada di tempat di mana saya
mungkin tergoda untuk makan
makanan yang menggemukan dan /
atau makan yang terlalu banyak
(misalnya, di restoran, toko roti,
kedai kopi)
3 Saya ingin mengurangi asupan
makanan pada umumnya dengan
makan makanan ringan, tidak
memiliki detik, dan tidak terlalu
banyak makan
4 Saya berniat mengganti sedikit
makanan yang menggemukan
untuk makanan yang
menggemukan
5 Saya berniat untuk memelihara
porsi roti, sereal, nasi, pasta atau
kentang yang sama di setiap makan
6 Saya ingin makan buah dan / atau
sayuran setiap kali makan
7 Saya bermaksud untuk
meminimalkan jumlah lemak
hewani dalam makanan saya
(daging tanpa lemak, unggas tanpa
kulit)
8 Saya ingin menggunakan sedikit
atau tanpa lemak dalam memasak

35
(mis., Margarin, mentega, minyak,
minyak zaitun atau lemak babi)

Kontrol Peranan Perilaku

Petunjuk: Tolong jawab apa yang dimaksud dengan Kontrol Peranan Perilaku Anda terhadap
perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan "X" pada skala yang paling sesuai dengan PBC
Anda.
No Pasti Agak Netral Agak Pasti
Saya merasakan kendali penuh atas tidak tidak (Baik ya ya ya
apa yang saya tidak dapat: maupun
tidak)
1 Hindari mengemil makanan
penggemukan di sela waktu makan
dan di malam hari
2 Hindari berada di tempat di mana
saya mungkin tergoda untuk makan
makanan penggemukan dan / atau
makan terlalu banyak (mis.,
Restoran, toko roti, kedai kopi)
3 Turunkan asupan makanan pada
umumnya dengan makan makanan
ringan, tidak memiliki detik, dan
tidak terlalu banyak makan
4 Pengganti makanan penggemukan
kurang untuk menggemukkan
makanan
5 Pertahankan porsi roti, sereal, nasi,
pasta atau kentang yang sama pada
setiap makan
6 Eat fruit and/or vegetables at each
meal
Minimize the amount of animal
fats in my
7 Minimalkan jumlah lemak hewani
dalam makanan saya (daging tanpa
lemak, unggas tanpa kulit)
8 Gunakan sedikit atau bahkan tidak
ada lemak dalam memasak (mis.,
Margarin, mentega, minyak, minyak
zaitun atau lemak babi)

36
Sikap

Petunjuk: Tolong jawab sikap Anda terhadap perilaku gizi sehat berikut dengan menempatkan
"X" pada skala yang paling tepat menggambarkan sikap Anda.

1. Bagi saya untuk menghindari ngemil makanan penggemukan di antara waktu makan dan
di malam hari akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____ Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

2. Bagi saya untuk menghindari berada di tempat di mana saya mungkin tergoda untuk
makan makanan penggemukan dan / atau makan terlalu banyak (mis., Restoran, toko roti,
kedai kopi) akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

3. Bagi saya untuk mengurangi asupan makanan pada umumnya dengan makan makanan
ringan, tidak memiliki detik, dan tidak makan berlebihan akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

4. Bagi saya untuk mengganti sedikit makanan penggemukan untuk makanan penggemukan
akan ...

37
Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

5. Mempertahankan porsi roti, sereal, nasi, pasta atau kentang yang sama di setiap makanan
akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

6. Makan buah dan sayuran setiap saat akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

7. Membatasi jumlah lemak hewani dalam makanan saya akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

8. Menggunakan sedikit atau tidak ada lemak dalam memasak akan ...

Tidak bermanfaat: ____: ____: ____: ____: ____: Berharga

Sangat Mudah: ____: ____: ____: ____: ____ Sangat Sulit

Tidak menyenangkan: ____: ____: ____: ____: ____ Menyenangkan

Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut sebagai bagian dari kuesioner demografis yang akan
membantu menjelaskan lebih baik peserta penelitian. Tanggapan Anda bersifat sukarela dan akan
diperlakukan dengan cara yang sangat rahasia.

38
Tanggal hari ini _____________

Umur: ______

Jenis Kelamin: ( ) Laki-laki / ( ) Perempuan

Ras: ( ) Kaukasia ( ) African-American ( ) Hispanic ( ) Asia () Lainnya

Status Pernikahan: ( ) Lajang ( ) Menikah ( ) Cerai ( ) Duda / janda

Pendidikan Terakhir: SMA _______ Sarjana _________

Gelar Associate _________ Gelar Master _______ Lainnya ______

Penghasilan Keluarga Tahunan:


( ) <24.000.000
( ) 25.000.000 - 34.000.000
( ) 35.000.000 - 49.999.000
( ) 50.000.000 - 64.999.000
( )> 65.000.000

Berapa banyak orang yang mendapat dukungan pendapatan ini? ________

Berapa kali per minggu apakah Anda saat ini berolahraga / berpartisipasi dalam olahraga?
______________

Antropometrik: Berat rata-rata dewasa: _________lbs. Tinggi _______ (inci / cm)

Riwayat Medis: Tolong lingkari jika ada riwayat / masalah medis saat ini?
Penyakit Ginjal Diabetes
Penyakit Jantung Asma
Hipertensi Stroke

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menyelesaikan survei ini!

39
40

Anda mungkin juga menyukai