Anda di halaman 1dari 10

Suami / Papah : Ivan Helda : Teman Sarah Ibu Kandung : Najla

Istri / Mamah : Alvita Ulfa : Teman Sarah


Sirih : Maividar Sarah : Sarah

Dikisahkan seorang anak yang dekat sekali dengan ibunya walaupun ia sudah menikah.
Anak tersebut bernama Alvita. Pada sautu hari ibundanya meninggal dunia, mendengar kabar
tersebut Alvita sangat terpukul – Hal ini berdampak pada kehamilannya, ia berubah menjadi orang
yang pemurung dan sering mengonsumsi obat-obatan. Akibatnya, ia melahirkan anak yang cacat
yang membuat Alvita malu dan tidak menginginkan anak tersebut. Ia tidak pernah menyayangi
anaknya.

ADEGAN 1

Pada suatu hari, Alvita sedang bercengkrama bersama ibunya.

( Di rumah Alvita )

Ibu : “Nak, kalau nanti ibu sudah tidak ada, kamu jaga diri baik-baik ya. Jadi ibu dan istri yang
baik, didik anak-anakmu agar mereka bisa menjadi anak-anak yang berguna dan sukses.”
Alvita : “Ah ibu jangan bicara seperti itu, Insha Allah ibu sehat dan panjang umur.”
Ibu : “Aammiinn... tapi umur tidak ada yang tau nak. Apalagi sekarang ibu sudah tua dan sakit-
sakitan.”
Alvita : “Udah ah bu, jangan ngomong kaya gitu. Ibu sayang aku kan? Makanya ibu jangan
ngomong kaya gitu.”

Tiba-tiba ibunya Alvita batuk-batuk dan mengeluarkna darah. Alvita pun terkejut melihat hal itu.

Alvita : “Eh Astaghfirullah, ibu kenapa bu? Alvita ambilin minum ya.”
Ibu : “Makasih ya nak, ibu gak apa-apa kok”
Alvita : “Sini bu aku anter ibu ke kamar. Ibu istirahat aja gausah ngapa-ngapain.”
*Tak lama kemudian suami Alvita pulang dan masuk ke kamar*

Ivan : “Mah, ibu kenapa?”


Alvita : “Ibu sakit pah, tadi batuknya keluar darah.”
Ivan : “HAHHH?! Yaudah ayo bawa ke rumah sakit.”
Alvita : “Udah jangan pah, besok aja kita bawa ke rumah sakit. Sekarang biar ibu istirahat aja
dulu..”
Ivan : “Oh yaudah mah kalau gitu, kita juga istirahat..”

Keesokan harinya Alvita membawakan sarapan untuk ibunya yang sedang sakit.

Alvita : “Ibu... ini Alvita bawain sarapan buat ibu, ibu makan dulu ya.”
Ibu : *Tidak menjawab Alvita*
Alvita : “Ibu ayo bangun dulu kita sarapan, habis itu ke dokter.”

Menyadari bahwa ibunya tidak menjawab dan membuka mata, akhirnya Alvita
menggoyangkan badan ibunya. Tetapi ibunya tetap tidak bangun.

Alvita : “Bu, ibu bangun bu. Ya Allah, ibu kenapa??? Pah, papah sini pah!”
Ivan : “Ada apa mah?”
Alvita : “Ini ibu gak bangun-bangun pah, kenapa?”
Ivan : “Hah masa sih??? Coba sini papa check.”

*Ivan mengecheck napas ibunya, dan ternyata ia sudah tiada*

Ivan : “Innallillahi... ibu udah gak ada mah”


Alvita : “Ya Allah ibu, jangan tinggalin aku bu...”
Setelah kepergian ibunya, Alvita pun menjadi depresi dan tidak memperdulikan kehamilannya.
ADEGAN 2

Beberapa minggu kemudian setelah kepergian ibunya, Alvita masih tidak bisa menerima
kenyataan bahwa ibunya sudah tiada, dan Alvita pun mengonsumsi obat-obatan.

Pada suatu hari, suaminya memergoki Alvita sedang mengonsumsi obat-obatan

Ivan : “Mah.. itu apa?”


Alvita : “Ini bukan apa-apa kok pa..”
Ivan : “Coba lihat itu, apa mah?” *Sambil mencoba merebut yang ada di tangan Alvita*
Alvita : “Apaan sih pah?” *Obatnya terjatuh ke lantai*
Ivan : “Mah.. ini obat apaan mah?”
Alvita : “Bukan obat apa-apa pah”
Ivan : “Kamu jangan suka mengonsumsi obat tanpa resep dokter, kamu kan lagi hamil”
Alvita : “Engga ini itu baru pertama kali pah..”
Ivan : “Yaudah ini papa bawa obatnya ya, kamu jangan suka mengonsumsi obat tanpa resep
dokter...”

Lalu Ivan pun pergi ke kamar untuk ganti baju. Ketika ia ingin mencari pembersih
kacamatannya, ia menemukan banyak botol yang sudah kosong.

Ivan : “Astagfirullah, ini kan botol obat yang sama kaya yang Alvita konsumsi tadi. Berarti dia
mengonsumsi ini sejak lama dong...” *Kemudian Ivan memanggil Alvita*
Alvita : “Iya pah, kenapa?”
Ivan : “Ini apa mah?” *Sambil menunjukkan semua botol obat yang ada di laci* “kamu udah
konsumsi ini sejak kapan?”
Alvita : “Apaan sih pah? Itu bukan obat aku.. dengerin dulu penjelasan aku..” *Tiba-tiba Alvita
merasakan perutnya sangat nyeri*
Ivan : “Mamah kenapa ma? Yaudah ayok kita langsung ke rumah sakit..”
Ivan pun membawa Alvita ke rumah sakit. Akhirnya Alvita melahirkan 2 orang anak
perempuan tetapi, salah satu dari mereka mengalami cacat, bayi yang satu mempunyai lengan
sebelah kanan dan Alvita pun tidak bisa menerima hal tersebut..

ADEGAN 3

Singkat cerita, 15 tahun kemudian anak-anaknya pun sudah bertumbuh remaja yang
bernama Sarah & Sirih. Sarah sekolah di salah satu SMA favorit di Bogro. Tetapi Sirih tidak
sekolah karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk bersekolah.

( Di pagi hari )

Alvita : “Sarah, mamah berangkat ke pasar dulu ya...”


Sarah : *Salim*
Sirih : “Hati-hati yah mah...” *Sirih ingin bersalaman tetapi Alvita tidak menghiraukan*

Lalu Alvita meninggalkan Sarah & Sirih

Sarah : “Kakak, aku pamit berangkat ke sekolah ya...”


Sirih : “Em.. yaudah hati-hati. Jangan pulang lama-lama ya”
Sarah : “Iya ka.. memang kenapa? Kakak kesepian ya di rumah?”
Sirih : “Iya de.. papa sibuk kerja, mama jarang ada di rumah. Aku juga gak punya teman seperti
kamu.. aku tuh sebenernya pingin sekolah, pingin belajar, pingin punya banyak teman..
kaya kamu.”
Sarah : “Kakak jangan ngomong kaya gitu.. kakak kan masih punya aku:
Sirih : “Tapi dek kalau kamu sekolah, aku gak ada teman..”
Sarah : “Yaudah kak, kalau seperti itu kakak ikut aja ke sekolah.”
Sirih : “Aku mau.. tapi aku takut.. kamu pasti malu punya kakak cacat seperti aku.”
Sarah : “Udah gak apa-apa kak ayo ikut aku saja”
Sirih : “Tapi kan aku gak punya baju seragam..”
Sarah : “Yaudah gak apa-apa, gak usah pakai seragam kak nanti biar aku yang izin..”

Akhirnya Sirih pun ikut Sarah ke sekolah.. sesampainya di sekolah, mereka bertemu
dengan 2 orang teman Sarah.

Helda : “Hai Sar! Eh ini siapa?”


Sarah : “Ini hel.. kenalin ini kakak gua”
Ulfa : “Loh.. kok tangannya satu? Satu lagi kemana?”
Helda : “Kok kakak lu kaya badut mampang sih?”
Sarah : “Ih kok kalian gitu? Jangan begitu dong sama kakak gua.”
Ulfa : “Ya ngapain orang cacat dibawa ke sekolah.”
Helda : “Mana gak pake seragam lagi terus buntung.”
Ulfa : “Harusnya dia tuh di SLB sar, bukan di sini.”

Tak lama kemudian guru pun datang ke kelas

Sarah : “Bu, kakak saya mau ikut belajar hari ini. Boleh kan bu?”
Guru : “Oh boleh, kenapa enggak. Masa orang mau belajar dilarang.”
Sarah : “Makasih bu.”

Akhirnya Sirih ikut belajar bersama Sarah dan teman-temannya pada saat pulang sekolah.
Alvita menelpon Sarah.

Alvita : “Sarah, kamu di mana?”


Sarah : “Di sekolah mah, baru mau pulang.”
Alvita : “Kamu liat kakak kamu gak? Di mana sih anak itu. Bikin ribet aja”
Sarah : “Kakak lagi sama aku mah, dia ikut aku ke sekolah loh hari ini.”
Alvita : “Hah? Mau ngapain dia ikut ke sekolah? Coba mamah mau ngomong sama dia.”
Sarah : “Nih kak, mamah mau ngomong.”
Sirih : “Ih gak mau, aku takut.”
Sarah : “Takut kenapa sih kak, gak apa-apa kok.”
Sirih : “Yaudah deh.”

Saat Alvita berbicara di telepon bersama Sirih...

Alvita : “Heh Sirih. Kamu mau ngapain sih ikut adik kamu ke sekolah? bikin malu aja. Liat ya di
rumah, mamah abisin kamu.”
Sirih : *Diam ketakutan*

Telepon diberikan kepada Sarah

Sarah : “Mamah ngomong apaan sih, jangan bikin kakak sedih dong mah. Ini aku mau pulang.
Sebentar lagi sampai rumah.”

Ketika ingin pulang, tiba-tiba Sirih tidak ada di tempat. Ia melarikan diri karena takut
dimarahi oleh ibunya. Sarah pun panik dan khawatir. Lalu dia mencari Sirih.

Sarah : “Lu liat kakak gua gak?”


Helda : “Engga, kemana emang kakak lu?”
Ulfa : “Ilang tuh anak?”
Sarah : “Ia dia gak tau kemana. Bantu cari dong. Tolong banget.”
Ulfa & Helda : “Yaelah nyusahin. Yaudah deh cari kemana?”

Setelah mencari kemana-mana. Sirih tidak ditemukan.

Helda : “Aduh sar, capek tau. Udahalah gak usah dicari..”


Ulfa : “Iya, dia udah pulang kali sar.”
Sarah : “Masa sih. Tapi kenapa dia ninggalin gua?”
Helda : “Yaudah sih cek aja dulu di rumah.”
Sarah : “Yaudah gua pulang dulu ya. Makasih”

Sesampainya di rumah..

Sarah : “Mah, pah.. kak Sirih udah sampe rumah?”


Papah : “Hah? Emangnya kakak kamu kemana?”
Sarah : “Tadi dia ikut aku sekolah terus pas pulang, mama telfon, nah pas abis ngomong sama
mamah dia gak ada.”
Papah : “Emang tadi mamah ngomong apa sama Sirih?”
Alvita : “Ga bilang apa-apa, aku tuh cuma ngasih tau aja ke dia. Mau ngapain ikut ke sekolah,
malu-maluin Sarah aja.”
Papah : “Kamu itu keterlaluan mah.”
Alvita : “Apa? Mamah lagi, mamah lagi.”
Papah : “Ini toh gara-gara kamu, dia jadi takut pulang.”
Sarah : “Udah-udah, mamah sama papah kok malah ribut bukannya nyari kakak.”

Tiba-tiba Sirih pulang dengan keadaan takut

Sirih : “Assalamualaikum. Mah, maaf maaf Sirih udah bikin Sarah malu gara-gara Sirih ikut
Sarah ke sekolah.”
Alvita : “Kamu tuh nyusahin tau ga” *Mendorong Sirih*
Sarah : *Langsung membantu Sirih bangun*
Papah : “Kamu bisa gak sih, gak usah kasar sama anak sendiri.”
Alvita : “Tau ah” *Langsung pergi ke luar rumah*

Tiba-tiba ada mobil melaju dengan cepat dan hampir menabrak Alvita. Tetapi Sirih
membantu Alvita agar tidak tertabrak. Namun Sirih tertabrka mobil demi menyelamatkan
mamahnya.
Sirih : “Mamah... awas...” *Mendorong mamahnya agar tidak tertabrak*
Alvita : “Sirih... bangun.”

Akhirnya Sirih dibawa ke Rumah Sakit

ADEGAN 4

Sirih terbangun lemah tak berdaya. Ia koma akibat menolong Alvita. Alvita pun sadar
selama ini ia telah jahat kepada Sirih. Sewaktu di kamar Sirih, Alvita menemukan sepucuk surat
kecil untuk mamahnya.

Ketika membaca surat itu...

Alvita : *sedih menangis*

Alvita langsung pergi ke rumah sakit bersama papah.

Alvita : “Pah, ayo kita ke rumah sakit. Kasian kalau Sarah menunggu Sirih terlalu lama.”
Papah : “Ayo mah.”

Sesampainya di rumah sakit Sarah langsung berteriak, bahwa Sirih telah sadar dari koma.
Pada saat itu juga mama dan papahnya baru sampai di rumah sakit.

Sarah : “Mah, pah. Kak Sirih sadar dari koma.”


Ivan : “Alhamdulillah, ayo kita ke dalam lihat kakakmu.”
Alvita : “Sirih.. maafin mamah, Sirih. Selama ini mamah udah jahat banget sama kamu.”
Sirih : “Gak apa-apa mah, aku udah maafin mamah sebelum mamah minta maaf,”
Ivan : “Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga. Semoga kamu bisa terus seperti ini.”
*Berpelukan*

Alvita : “Nanti kalau kamu udah sembuh, mama bakal sekolahin kamu, kaya adik kamu. Jadi
kamu bisa punya banyak temen.”
Sirih : “Yeyyy... Makasih mah.”
Alvita : “Sama-sama sayang.”

Pada akhirnya Alvita dapat menerima dan menyayangi anaknya. Sehingga mereka
berempat bisa hidup bahagia.

ADEGAN 5

Beberapa hari kemudian Sirih mulai masuk sekolah di tempat yang sama seperti Sarah.

( Di Sekolah )

Bu Guru : “Anak-anak hari ini, kita kedatangan anak baru. Namanya Sirih. Kakanya Sarah,
mulai sekarang menjadi teman kalian, dan sekarang Sirih sudah mulai mengikuti
kegiatan belajar bersama kalian.”
Sirih : “Makasih bu, bu saya duduk di mana ya?”
Bu Guru : “Oh ya, kamu duduk di sana.” *Menunjuk tempat duduk sekitar Helda dan Ulfa*

Saat kelas berlangsung Ulfa dan Helda bisik-bisik, dan membisikkan tentang Sirih untuk
bertujuan meminta maaf karena sudah beranggapan jelek terhadap Sirih

Helda : “Sirih, Sirih aku mau minta maaf.”


Ulfa : “Iya Sirih, gua udah nyesel udah beranggapan jelek sama lu.”
Helda : “Iya, lu mau gak maafin kita?”
Sirih : “Iya Hel, Fa.. sebelum kalian minta maaf juga, gue udah maafin kalian kok.”
Helda & Ulfa : “Makasih ya Sir, udah maafin kita.”
Ulfa : “Nanti pulang bareng ya Sir, sama kita.”
Sirih : “Iya. Nanti kita pulang bareng.”

Akhirnya bel pulang pun berbunyi dan mereka pulang bersama

Sarah : “Aku seneng banget kalian udah akur sama ka Sirih.”


Helda : “Iya Sar. Gua baru sadar ternyata kita udah beranggapan jelek sama kakak lu.”
Ulfa : “Iya gua seneng kita bisa bareng-bareng kaya gini.”
Sirih : “Iya aku juga seneng bisa punya temen kaya kalian yang udah bisa nerima kekurangan
aku.”

*Berpelukan*

Pesan yang dapat diambil dari cerita ini, bahwasannya kita harus bersyukur,
dan menerima kenyataan dan cobaan yang Tuhan berikan kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai