Pembuatan Plastik Biodegradeble Pati Sagu (kajian penambahan kitosan dan gelatin)
ABSTRAK
Tujuan penelitian mengetahui tingkat biodegradasi plastik pati sagu tercepat dan sifat mekanik (kuat
tarik, elastisitas dan swelling) terbaik. Penelitian dirancang menggunakan RAK faktorial dengan 2 faktor
yaitu kitosan (K) (0%, 1,5%, dan 2%) dan gelatin (G) (0%, 1,5%, dan 2%) dengan variabel tetap gliserol5%
dan poli asam laktat 4% terhadap volume larutan pati sagu diulang 2 kali. Parameter penilaian tingkat
biodegradasi dan sifat mekanik (kuat tarik, elastisitas, swelling). Data diolah dengan ANOVA, jika berbeda
nyata maka dilanjutkan dengan BNT, jika interaksi antar faktor berbeda nyata maka dilanjutkan dengan
DMRT. Tingkat biodegradasi terbaik terjadi pada kombinasi perlakuan kitosan 2% dan gelatin 1,5% pada hari
ke-12, dengan sifat mekanik nilai kuat tarik sebesar 9,75 Pa, elastisitas sebesar 49,5%, daya tahan terhadap
air (swelling) sebesar 9,76%.
Kata Kunci: Gelatin, Kitosan, Pati Sagu, Plastik Biodegradable, Poli Asam Laktat
ABSTRACT
The aim of this research is analyzing the best mechanical properties and the biodegradation level of
biodegradable plastic from sago starch.This study used a randomized completely block design (RCBD)
factorial with two factors and two replications that chitosan (K) (0%, 1.5% and 2%) and gelatin (G) (0%,
1.5% and 2%) with variable fixed 5% glycerol and poly lactic acid 4% of the volume of a solution of starch
and sago. Assessment parameters are elasticity, tensile strength, swelling, and the rate of biodegradation.
The data obtained were tested using ANOVA, if there is a real difference on factors followed by BNT, if
interactions between different factors are real followed by DMRT. The best biodegradation rate occurred on
th
the 12 day with various combinations of kitosan 2% and gelatin 1.5% with mechanical properties are
tensile strength 9,75 Pa, the elasticity 49,5%, and swelling 9,76%.
Keywords: Biodegradable Plastic, Chitosan, Gelatine, Poly Latic Acid, Sago Starch.
PENDAHULUAN
Plastik biodegradable menjadi alternatif bahan kemasan ramah lingkungan karena dapat
terdegradasi oleh alam yang mencakup perubahan dalam kimia struktur, hilangnya sifat mekanik
dan struktural, akhirnya berubah menjadi senyawa lain seperti air, karbon dioksida, mineral dan
produk antara seperti biomassa. Biodegradable dibentuk dari biopolymer yaitu polimer yang
dihasilkan dari alam dan sumber daya terbarukan (renewable) dan juga dari minyak mentah (Siang,
2012). Salah satu sumber daya terbarukan adalah pati. Pati memiliki polimer yang potensial karena
murah, dan mudah tergedradasi oleh mikroorganisme tanah. Kelemahan dari pati yaitu bersifat
hidrofilik (mudah rapuh bila terkena air), sehingga membuat produk pati sangat sensitif terhadap
kelembaban relatif pada tempat penyimpanannya (Mansor, 2011).
Pada dekade terakhir, pengembangan plastik biodegradable dari poli asam laktat menarik
perhatian dunia. Pada tahun 2020, plastik pati dan PLA (yang juga dapat diproduksi melalui
fermentasi pati) masih akan menjadi dua produk yang paling penting dalam hal volume produksi
dengan masing-masing kapasitas produksi sebesar 1,3 dan 0,8 juta metrik ton (Shen, 2009). PLA
(poly lactic acid) yang dapat dibuat dengan proses bioteknologi yaitu fermentasi menggunakan
produk agrikultur dan mikroorganisme. Proses pembentukan PLA dapat menggunakan spesies dari
genus Lactobacillus salah satunya adalah L. bulgaricus dengan kisaran pH 5.4-6.4, suhu antara
A-61
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
38oC-42oC, dan bersifat anaerob (Tokiwa, 2009). Penelitian Christianty (2005), menunjukkan
bahwa fermentasi asam laktat dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan plastik dengan
polimerisasi 100oC. Penambahan konsentrasi gliserol 1% menghasilkan plastik dengan tingkat
biodegradabilitas tertinggi, sedangkan konsentrasi gliserol 5% menghasilkan sifat mekanik terbaik,
namun plastik tersebut memiliki sifat hidrofilik yang menyebabkan plastik tidak tahan terhadap air.
Saat ini, banyak penggunaan pati tapioka sebagai bahan baku plastik biodegradable sehingga
bersaing ketat dengan sektor pangan karena pati tapioka dibuat dari singkong. Singkong telah
menjadi bahan pangan utama dibeberapa daerah di Indonesia menjadi keripik, ubi rebus, tape,
gethuk, dan makanan tradisional lainnya. Persaingan bahan baku antara plastik biodegradable dan
bahan pangan dapat diatasi dengan peggunaan pati sagu (Badan Litbang Pertanian, 2011). Selama
ini pati sagu hanya diolah menjadi bahan pangan, namun pati sagu memiliki potensi tinggi sebagai
bahan baku plastik biodegradable. Areal sagu secara nasional diperkirakan sebesar 1 juta hektar
sehingga potensi sagu nasional diperkirakan dapat mencapai 2,5 juta ton per tahun dan belum
dimanfaatkan dengan optimal. Teknologi pengolahan sagu menjadi produk non pangan dapat
mengembangkan agroindustri pengolahan sagu di daerah pedesaan (Rahim, 2009).
Perpaduan antara PLA dan pati menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat mekanik
yang rendah. Penambahan konsentrasi gliserol sebagai pemlastis dapat menurunkan kekuatan tarik
atau tensile strength (TS). seiring dengan peningkatan perpanjangan putus (elongation break), dan
swelling. Kekurangan sifat mekanik tersebut dapat diatasi dengan perpaduan pati dan kitosan
sebesar 2% untuk meningkatkan kekuatan tarik dan meningkatkan swelling (ketahanan air)
(Bourtoom, 2007). Adapula penggunaan pati limbah kulit singkong dengan konsentrasi kitosan
sebanyak 2% ditambahkan dengan gliserol 3 ml menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat
mekanik yang terbaik. Pemlastis gliserol yang ditambahkan akan mempengaruhi tingkat kelenturan
dari plastik biodegradable. Hal ini dikarenakan semakin banyak ikatan molekul yang terjadi antara
pati dengan kitosan. Hal ini menyebabkan mikkroorganisme memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut (Sanjaya, 2011). Selain itu, penggunaan gelatin dari hewan sebesar 2%
diketahui mampu meningkatkan sifat mekanik dan biodegradabilitas plastik bila dipadukan dengan
kitosan sebesar 2% dan pati sebesar 3%. Plastik dapat terdegradasi dalam kurun waktu 20 hari
(Nadiah, 2010). Pada pati sagu, tingkat biodegradabilitas tertinggi didapat pada penambahan serbuk
gelatin sebanyak 15 gram dari total volume larutan, namun memiliki sifat mekanik yang rendah.
Degradasi plastik semakin besar karena gelatin dapat berkurang oleh aktivitas mikroorganisme di
dalam tanah (Resalina, 2013). Adanya penambahan pemlastis kitosan dan gelatin mampu
meningkatkan sifat mekanik plastik biodegradable dari pati sagu. Permasalahan yang didapat
berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh penambahan kombinasi konsentrasi kitosan dan gelatin terhadap
tingkat biodegradasi, serta sifat mekanik plastik dari pati sagu dengan PLA (poly lactic acid)?
Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat biodegradasi, serta sifat mekanik terbaik dari pati
sagu dengan PLA (poly lactic acid) dengan penambahan konsentrasi kitosan dan gelatin.
METODE
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 hingga Oktober 2014. Lokasi penelitian
yaitu di Laboratorium Bioindustri Teknologi Industri Pertanian dan Laboratorium Uji Pangan
Teknologi Hasil Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Alat yang digunakan adalah beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, kain saring, toples kaca,
kaca bening, alumunium foil, kapas, tabung reaksi, hot plate, alat pengaduk, timbangan, inkubator,
oven, pot plastik, dan tensile strength instrument.
Bahan yang digunakan yaitu asam laktat, pati sagu, aquades, gliserol, kitosan, dan serbuk
gelatin. Untuk fermentasi asam laktat terdapat penggunaan ekstrak tauge, Lactobacillus
bulgaricus, dan air pati tapioka.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun
secara faktorial dengan menggunakan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi kitosan terdiri dari
3 level (0%,1.5% dan 2%), dan faktor kedua yaitu konsentrasi gelatin terdiri dari 3 level (0%, 1.5%
dan 2%), dengan pengulangan sebanyak 2 kali sehingga didapat 18 satuan percobaan.
A-62
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan 2 tahap yaitu proses fermentasi asam laktat dan
pembuatan plastik biodegradable. Proses fermentasi asam laktat dilakukan untuk mendapatkan poli
asam laktat sebagai bahan dasar bagi pembuatan plastik. Pembuatan plastik biodegradable
dilaksanakan untuk mendapatkan produk akhir.
Pembuatan plastik biodegradable ini menggunakan metode blending (pencampuran) antara
polimer alami, yaitu pati sagu dan PLA. Metode tersebut dilakukan menggunakan hot plate dengan
proses pemanasan, pencampuran dan pengadukan secara manual. Proses pembuatannya yaitu
sebagai berikut:
1. Dipolimerisasi hasil fermentasi asam laktat dengan cara dipanaskan pada suhu 100°C diatas hot
plate selama 40 menit (menjadi poli asam laktat).
2. Dicampurkan antara pati sagu dan poli asam laktat dengan perbandingan 1:4 (w/w) dalam
beaker glass.
3. Ditambahkan gliserol sebanyak 5% kedalam beaker glass yang berisi campuran pati dan PLA.
4. Ditambahan kitosan kedalam beaker glass yang berisi campuran pati dan PLA dengan
konsentrasi 0%, 1.5%, dan 2%.
5. Ditambahkan gelatin kedalam beaker glass yang berisi campuran pati dan PLA dengan
konsentrasi 0%, 1.5%, dan 2%.
6. Bahan yang telah tercampur dihomogenisasi dalam hot plate pada suhu 200°C melalui proses
pengadukan dengan menggunakan alat pengaduk, selama 5 menit hingga seluruh bahan
terhomogenisasi sempurna.
7. Dilakukan pencetakan dalam bentuk lembaran pada kaca bening.
8. Diletakkan pada suhu ruang ±27oC selama 24 jam kemudian dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 45°C selama 5 jam.
9. Dilakukan analisa sifat mekanik dan analisa biodegradabillitas pada plastik yang dihasilkan.
Analisa dalam pengujian plastik biodegradable pati sagu meliputi:
1. Kuat tarik (metode Llyod) (Guilbert (1996) dalam Bastioli (2005))
2. Elastisitas (metode Llyod) (Guilbert (1996) dalam Bastioli (2005))
3. Swelling (metode penyerapan air) (Yuwono, 1998).
4. Biodegradabilitas plastik (metode soil burial test) (Lardjane, 2009).
Data diolah dengan menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA). dilanjutkan dengan uji BNT dan
DMRT bila terdapat beda nyata pada faktor dan perlakuan.
A-63
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
biodegradable dengan periode waktu degradasi paling lama terdapat pada plastik dengan
konsentrasi kitosan 0% dan gelatin 2% dengan prosentase 100%.
Gambar 1. Grafik Biodegradasi Plastik Biodegradable Pati Sagu Pada Berbagai Kombinasi
Perlakuan Konsentrasi Kitosan dan Gelatin
A-64
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Tabel 1. Rerata Kuat Tarik Plastik Biodegradable Pati Sagu (%) Pada Berbagai Kombinasi
Perlakuan Konsentrasi Kitosan dan Gelatin
Perlakuan Rerata Kuat Tarik (%) DMRT
Kitosan (%) Gelatin (%)
0 0 6.95 ab 1.53
0 1.5 6.6 a 1.5
0 2 6.3 a 1.44
1.5 0 9.4 de 1.58
1.5 1.5 8.32 cd 1.57
1.5 2 8.2 c 1.55
2 0 10.95 g 1.58
2 1.5 9.75 ef 1.58
2 2 8.25 cd 1.56
Keterangan: Nilai rerata yang didampingi oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (α=0,05)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa, kuat tarik terendah diperoleh pada konsentrasi kitosan 0%
dan gelatin 2% yaitu 6,3 Pa., sedangkan nilai kuat tarik tertinggi pada konsentrasi kitosan 2% dan
gelatin 0% yaitu 10,95 Pa. Hal ini didukung oleh pernyataan Wijaya (2010) bahwa, penambahan
pemlastis (kitosan dan gelatin) dapat memperbaiki sifat suatu film. Film mengalami perubahan dari
keras dan rapuh menjadi tinggi kuat tariknya dan fleksibel. Pernyataan lain yang mendukung hasil
diatas adalah Darmanto (2010) bahwa, penambahan konsentrasi gelatin yang semakin tinggi dapat
menurunkan kuat tarik plastik biodegradable karena sifatnya yang rapuh. Hal ini didukung oleh
pernyataan Nadiah (2010) bahwa, gelatin memiliki sifat yang elastis dan rapuh sehingga harus
dikombinasikan dengan pemlastis lain yang lebih kaku seperti kitosan.
Hal ini disebabkan kitosan memiliki sifat yang kuat bila dipadukan dengan asam laktat
seperti pernyataan Cisse (2012) bahwa, pilihan pelarut yang digunakan dapat mempengaruhi sifat
mekanik selama pembuatan film dengan kitosan. Penggunaan asam laktat menghasilkan film
dengan kekuatan tarik yang besar dibandingkan dengan asam sitrat. Selain itu, hal ini didukung
oleh pernyataan Rokhati (2012). prosentase kitosan terhadap nilai kuat tarik berbanding lurus.
Semakin besar prosentase kitosan, maka nilai kuat tarik semakin besar, karena terbentuk ikatan
molekul yang kuat pada plastik biodegradable sehingga sulit untuk diputus.
Elastisitas
Rerata elastisitas plastik biodegradable pati sagu antara 40% sampai 84,67 % Hasil analis
ragam menunjukkan bahwa, konsentrasi kitosan tidak berbeda nyata ,sedangkan konsentrasi gelatin
serta interaksi antara kitosan dan gelatin berbeda nyata terhadap elastisitas plastik biodegradable
pati sagu (0,05). Rerata elastisitas plastik biodegradable pati sagu pada berbagai kombinasi
perlakuan konsentrasi kitosan dan gelatin dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Elastisitas Plastik Biodegradable Pati Sagu Pada (%) pada Berbagai Kombinasi
Perlakuan Konsentrasi Kitosan dan Gelatin.
Perlakuan Rerata Elastisitas (%) DMRT
Kitosan (%) Gelatin (%)
0 0 48.33ab 19.39
0 1.5 70.67f 19.97
0 2 82.5 g 19.97
1.5 0 47.5 a 18.96
1.5 1.5 57.22 de 19.9
1.5 2 71.88 f 19.95
2 0 45.5 a 18.19
2 1.5 49.5 ab 19.64
2 2 50 cd 19.8
Keterangan: Nilai rerata yang didampingi oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (α=0,05)
A-65
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa elastisitas terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan
kitosan 2% dan gelatin 0% yaitu 45,5%. Nilai elastitas tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan
gelatin 2% dan kitosan 0% yaitu 82,5%. Hasil ini sesuai dengan pendapat Diop (2009) yang
menyatakan, penambahan konsentrasi gelatin 2% - 15% dapat meningkatkan kekenyalan plastik
(lentur) namun, bila penambahan kitosan yang dikombinasikan dengan gelatin memiliki
konsentrasi lebih tinggi, maka tingkat kelenturan film akan menurun karena kitosan bersifat kaku.
Penambahan gelatin memberikan kenaikan nilai pada elastisitas. Hal ini dikarenakan gelatin
memberikan sifat lentur pada plastik biodegradable. Nadiah (2010) menyatakan, gelatin membuat
film memiliki sifat yang fleksibel. Penambahan 2% konsentrasi gelatin pada pati dapat
meningkatkan elastisitas film bila dicampur dengan pati.
Pola elastisitas plastik biodegradable meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
gelatin karena sifatnya yang elastis. Pola penurunan elastisitas disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi kitosan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmanto (2010) bahwa, penambahan
konsentrasi kitosan yang semakin tinggi pada film gelatin membuat film menjadi kaku dan
bertambahnya karbohidrat mebuat ikatan molekul pada plastik biodegradable semakin kuat.
Daya Tahan Terhadap Air (Swelling)
Daya tahan terhadap air (swelling) plastik biodegradable antara 6.74% sampai 19.02%. Hasil
analisis ragam didapatkan bahwa, konsentrasi kitosan, konsentrasi gelatin tidak berbeda nyata, serta
interaksi antara kitosan dan gelatin berbeda nyata terhadap daya tahan terhadap air pada plastik
biodegradable pati sagu (0,05). Rerata daya tahan terhadap air (swelling) plastik biodegradable
pati sagu pada berbagai kombinasi perlakuan konsentrasi kitosan dan gelatin dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Swelling Plastik Biodegradable Pati Sagu Pada Berbagai Kombinasi Perlakuan
Konsentrasi Kitosan dan Gelatin
Perlakuan Rerata Swelling (%) DMRT
Kitosan (%) Gelatin (%)
0 0 20,49 d 8,99
0 1,5 17,65 bc 8,98
0 2 15,56 bc 8,92
1,5 0 19,02 cd 8,99
1,5 1,5 16,37 bc 8,96
1,5 2 12,67 ab 8,84
2 0 10,94 ab 8,73
2 1,5 9,97 a 8,54
2 2 6,47 a 8,19
Keterangan: Nilai rerata yang didampingi oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (α=0,05)
Pada Tabel 3 terlihat bahwa, swelling terendah terdapat pada konsentrasi kitosan 2% dan
gelatin 2% yaitu 6,47%. Prosentase swelling tertinggi pada kitosan 0% dan gelatin 0% sebesar
20,49%. Semakin kecil nilai swelling, maka semakin besar daya tahan plastik biodegradable pati
sagu terhadap air. Semakin tinggi konsentrasi kitosan dan gelatin sangat berpengaruh pada swelling
plastik karena semakin bersifat hidrofobik. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmanto (2010) yang
menyatakan, kekurangan utama pada pemlastis adalah daya larutnya terhadap air bila berdiri
sendiri, untuk itu kitosan dan gelatin dikombinasikan menjadi film yang mempunyai sifat optik
sangat baik. Kedua pemlastis tersebut memiliki sifat mekanik dan sifat penghalang gas yang sangat
baik pada kelembaban yang relatif rendah. Penggembungan film ditentukan oleh besarnya
kemampuan plastik dalam menahan air. Hal ini dapat mempengaruhi umur simpan plastik.
Hal ini didukung oleh Siang (2012) yang menyatakan bahwa, bahan pemlastis alami seperti
gelatin berguna untuk memperkuat ikatan antar pati dan kitosan. Gelatin tidak mampu berdiri
sendiri dalam mempertahankan kekuatan suatu film agar tidak menggembung. Sehingga
ditambahkan dengan kitosan agar daya tahan terhadap air meningkat. Hal ini sesuai pernyataan Lu
(2009) bahwa, kitosan memiliki sifat penghalang air (hidrofobik) bila disatukan dengan pati.
A-66
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
KESIMPULAN
Plastik biodegradable dengan tingkat biodegradasi paling cepat terdapat pada kombinasi perlakuan
konsentrasi kitosan 2% dan gelatin 1,5%, terjadi pada hari ke-12, sifat mekanik nilai kuat tarik
sebesar 9,75 Pa, elastisitas sebesar 49,5%, dan daya tahan terhadap air (swelling) sebesar 9,76%.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Z. 2013. Pengaruh Penambahan Gliserol terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradasi
dari Pati Kulit Singkong. Jurnal Teknik Kimia USU 2 (2): 37-41.
Averous, L. 2012. Bioodegradable Polymers. Environmental Silicate Nano Biocomposites Journal
ISBN: 978-1-4471-4101-3.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Meningkatkan Pendapatan dan
Diversifikasi Pangan. Agro Inovasi. Jakarta.
Ban, W. 2006. Influence of Natural Biomaterials on The Elastic Properties of Starch Derived
Films: An Optimization Study. Journal of Applied Polymer Science (15): 30-38
Bastioli, C. 2005. Handbook of Biodegradable Polymers. Rapra Technology Limited. ISBN: 1-
85957-389-4.
Christianty, M.U. 2005. Pembuatan Plastik Biodegradabel dari Limbah melalui Fermentasi Asam
Laktat (Kajian Lama Fermetasi dan Konsentrasi Gliserol). Skripsi Jurusan Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Darmanto, M. 2010. Studi Analisis Antibakteri dari Film Gelatin-Kitosan Menggunakan
Staphylococcus aureus. Prosiding Kimia FMIPA. ITS.
Lardjane, N. 2009. Migration of Additives in Simulated Landfills and Soil Burial Degradation of
Plasticized PVC. Journal of Applied Polymer Science 111(1): 525-531.
Lu, D.R. 2009. Starch Based Completely Biodegradable Polymer Materials. eXPRESS Polymer
Letters 3(6): 366–375.
Nadiah, N. 2010. Biodegradable Biocomposite Starch Based Films Blended With Chitosan dan
Gelatin. Thesis Faculty of Chemical and Natural Resources Engineering. Universiti
Malaysia Pahang.
Rahim, A. 2009. Sifat Fisiokimia dan Sensoris Sohun Instan dari Pati Sagu. J. Agroland 16 (2):
124 – 129
Rasmita, A.G. 2012. Pengaruh Waktu Interaksi Polimerisasi Asam Laktat terhadap Karakteristik
Polimer Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) dari L-Asam Laktat Sebagai Bahan Baku Plastik
Biodegradable. Prosiding Seminar Nasional Kimia. UNESA. Surabaya.
Rokhati, N. 2012. Pembuatan Film Komposit Kitosan-Tapioka: Pengaruh Komposisi Terhadap
Karakteristik Film. Jurnal Teknik Kimia UNDIP
Shen. 2009. Product Overview and Market Projection of Emerging Bio-based Plastics (PRO-BIP
2009). www.european-bioplastics. Diakses pada tanggal 3 Januari 2014.
Siang, A.L.W. 2012. Biodegradation of PolyLacticAcid/Starch Blends. Project Report of Chemical
Engineering. Faculty of Engineering and Science Tunku Abdul Rahman University.
Tokiwa, Y. 2009. Biodegradability of Plastics. International Journal of Molecular Sciences (10):
3722-3742.
Yuwono, S.S. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
A-67
ISBN: 978-602-7998-92-6