A DI
RUANG BAJI MINASA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
DISUSUN OLEH:
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
Latar Belakang...........................................................................................................................................
Daftar Istilah..............................................................................................................................................
a. Defenisi ...........................................................................................................................
b. Etiologi ............................................................................................................................
c. Patofisiologi ....................................................................................................................
d. Manifestasi Klinik ...........................................................................................................
e. Penatalaksanaan .............................................................................................................
f. Komplikasi .......................................................................................................................
g. Prognosa .........................................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD),
dengan baik dan benar meskipun masih banyak kekurangan di dalam nya.
Dan juga saya berterima kasih kepada bapak/ibu dosen selaku pembimbing institusi pada
praktek klinik Departemen Anak yang membibimbing dan memberikan tugas ini kepada saya. Saya
berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka menambah penanganan kasus Demam
Berdarah Dengue tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya didalam kami membuat laporan
pendahuluan ini terdapat kekurangan yang jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan ini yang telah saya buat di masa
yang akan datang.
Penyusun
Liberata Sermatan
BAB I
PENDAHULUAN
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi pada
selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan,
perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan –
genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata
yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara
pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang
tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk.
Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas.
Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk
dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia
jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap
nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil,
Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak
M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan
kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli
sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian
meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa
meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO
bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh
ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien
jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD
adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah
satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu
juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas
jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS
sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk
mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program
fogging di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan meliputi
: promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan
faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa
/kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka
kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan
jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD.
1.2 DAFTAR ISTILAH
a. DEFENISI
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus dan disertai demam akut, perdarahan,
tendensi syok (Dra. Suryanah, 1996).
DHF adalah penyakit yang disebabkan virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Perawatan
Pasien DHF, 1995).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer Arif dkk, 2000).
DHF adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan
jumlah sel darah putih dan sumsum (http://www.medicastore.com). DHF adalah demam dengue
yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan (http://www.medicastore.com).
Klasifikasi DHF (menurut derajat beratnya penyakit; WHO, 1986):
a) Derajat I
Demam disertai dengan gejala klinis tanpa perdarahan sentral uji torniquet (+),
trombositopenia dan homokonsentrasi.
b) Derajat II
Derajat I disertai pendarahan spontan pada kulit.
c) Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung,
ujung jari (tanda dari renjatan).
d) Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
b. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan koleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
betina. Virus ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dam sistem pembekuan
darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian. Penyebab penyakit
adalah virus yang mengganggu pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
DHF juga disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini
adalah kelompok flavirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah
satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak menimbulkan
kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF
dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
c. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan
perdarahan hebat.
d. MANIFESTASI KLINIS
a) Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah, lesu, suhu badan 38-40 º C atau
lebih.
b) Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit diregangkan bintik merah itu tidak
hilang.
h) Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat, perdarahan
selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.
Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin.
Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan
l) Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
m) Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare dan konstipasi.
n) Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri kepala, nyeri otot, tulang dan sendi serta
pegal di seluruh tubuh.
e . PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang
kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif,
kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan.
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10
kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan
minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-
banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat
10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi
cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan
sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih
terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya )
sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan
tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (
dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30
mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
f. KOMPLIKASI
c. Penurunan kesadaran
F. Pathway
g. PROGNOSIS
Tipe klasik biasanya non fatal. Angka kematian pada DHF ringan adlah 3-5%, tetapi bila
timbul syok meningkat menjadi 50%. Meskipun antara 4 tipe virus dengue tidak didapat cross
immunity, tetapi umumnya bila telah mengalami 2 x infeksi dengan tipe 1 dan 2 didapat
imunitas seumur hidup.
h. RIWAYAT KEPERAWATAN
2) Riwayat kesehatan keluarga ; adanya riwayat anggota keluarga klien pernah menderita DHF
Pemeriksaan hemostasis yang penting pada awal sakit adalah uji bendungan (uji Tourniquet).
Pada stadium lebih lanjut penetapan D Dimer, dan masa protrombin (Prothrombin time = PT)
membantu memastikan sudah adanya koagulasi intra vascular menyebar (Disseminated intra
Vascular Coagulation = DIC). Ada peneliti yang mengatakan bahwa pada penderita DBD
ditemukan peningkatan yang minimal kadar FDP, dan tidak berhubungan dengan beratnya
penyakit. Pada penderita dengan peningkatan FDP, ditemukan masa tromboplastin parsial dan
masa protrombin yang agak memanjang. FDP yang meningkat disertai trombositopenia
menunjukan adanya proses koagulasi intravaskular, merupakan hal yang mengakibatkan
perdarahan tetapi belum membuktikan adanya DIC. Namun demikian DBD dengan syok dan
asisdosis berkepanjangan dapat mencetuskan DIC.
Sedangkan peneliti lain mengatakan bahwa pada semua kasus DBD ditemukan manifestasi DIC
tipe akut. Jadi jelaslah bahwa perjalanan penykait DBD yang alami akan menyebabkan proses
patofisiologi kompleks dari berbagai sistem dalam tubuh penderita. Hal ini masih dapat
menjadi bahan yang cukup luas untuk melakukan penelitian mengenai patofisiologi DBD.
Uji laboratorium yang sangat penting dilakukan untuk memastikan diagnosis etiologi infeksi
virus dengue meliputi pemeriksaan-pemeriksaan dibawah ini:
adanya kenaikan titer serum antibodi Dengue spesifik, adanya antigen virus
spesifik atau RNA dalam jaringan atau serum. Isolasi virus merupakan
pendekatan yang paling menentukan, namun teknik yang ada saat ini
membutuhkan tingkat keahlian teknis dan perlengkapan yang relatif tinggi. Uji
serologi cukup mudah dan lebih cepat di lakukan, namun reaksi silang antara
antibodi Dengue dan Flavivirus lainnya dapat menimbulkan hasil positif palsu.
Selain itu, identifikasi akurat terhadapa serotipe infeksi virus dengue belum
dimungkinkan dengan metode serologi pada umumnya. Teknologi baru yang
ada untuk melakukan uji laboratorium terhadap infeksi Dengue meliputi
imunohistokimia pada jaringan otopsi dan Polymerase Chain reaction (PCR)
untuk mendeteksi RNA virus dalam jaringan atau serum. Dari suatu penelitian
yang membandingkan antara pemeriksaan serologi (Dengue Blot) dengan PCR
didapatkan hasil sama baiknya
Prof.dr.H.M, Syahifoellah Noer. 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1 Edisi Ketiga. Gaya Baru. Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. 1997. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. 1968. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. Jakarta