Anda di halaman 1dari 32

By Ardhiles WK

Pendahuluan
Cidera otak didefinisikan sebagai cidera kepala yang
menyebabkan perubahan fungsi otak seperti nyeri
kepala, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
fungsi neurologi sebagai dampak trauma tumpul atau
tajam pada kepala (Maharaj, David. 2016)

Laki-laki dua kali lebih banyak mengalami cidera otak


dari pada wanita, dan diperkirakan separuh penyebab
cidera otak adalah kecelakaan lalu lintas berupa
sepeda motor, sepeda dan mobil. Penyebab lain
berupa benturan karena jatuh, olah raga, dan tindakan
kriminal (Sutcliffe, Wilson, Grande & Hoyt. 2007).
 Anatomi :
- Kulit Kepala
- Tulang tengkorak
- Meningen
- Otak
- Cairan
serebrospinal

Setiap bagian bisa rusak


karena Cidera Kepala
KLASIFIKASI

Derajat Cidera Otak Berdasarkan Tingkat Kesadaran


Menggunakan Glagow Coma Scale (GCS), yaitu :
Cidera Otak Ringan = GCS 14-15
Cidera Otak Sedang = GCS 9-13
Cidera Otak Berat = GCS ≤ 8
(Levis & Garmel, 2009).

 Berdasar Mekanisme:
- Cidera tumpul : jatuh, pukulan, RTA
- Cidera tembus : tembak, tusuk
Penilaian GCS (EVM)

Eye (buka mata) Verbal ( respon jawaban) Motorik (gerak ekstrimitas)

4. Membuka mata
5. Jawaban baik & benar 6. Bergerak bebas
spontan

5. Gerak terbatas,
3. Dengan perintah 4. Bingung, disorientasi
melokalisasi nyeri
2. Dengan rangsang 3. Berupa kata,tidak
4. Menjauhi rangsang nyeri
nyeri nyambung
1. Tidak respon 2. Berupa suara, rintihan 3. Gerak fleksi ekstrimitas

1. Tidak ada respon 2. Gerak ekstensi

1. Tidak ada respon gerak

Eye + Verbal + Motorik = Jumlah GCS (Derajat Cidera Kepala)


Gerak fleksi abnormal

Gerak ekstensi
abnormal
 Klasifikasi Berdasarkan Morfologi :
- Fraktura tengkorak.
Misal: Fraktur Basis Crani, tanda (racoon
eyes, batlle sign, rhinorea & othorea Racoon eyes
merupakan tanda CSS bocor )

- Lesi intrakranial.
(Lesi fokal : EDH, SDH, SAH, ICH)
(Lesi difus : iskemia, hipoksia) Battle sign
Fisiologi
Tempurung Otak merupakan kompartemen
yang kaku kecuali pada bayi, hingga setiap
penambahan massa didalamnya akan
berakibat peningkatan tekanan intrakranial.
Didalamnya berisi jaringan otak, cairan
serebrospinal serta darah dengan volume
konstan
Volume Tempurung Otak

Otak

Darah

Cairan
Serebrospinal
Perdarahan pada cidera kepala menyebabkan peninggian
tekanan intrakranial. Akan terjadi pergeseran (robekan) jaringan
otak hingga menekan batang otak yang merupakan pusat dari
fungsi vital
 Hubungan Volume dan tekanan otak

 TIK normal sekitar 5-10 mmHg


 TIK dikatakan meningkat bila > 20 mmHg,
dan meningkat berat bila > 40 mmHg.

1 mmHg = 1,36 cmH2O


TIK 1 cm H2O = 0,74 mmHg

Penambahan volume komponen otak


Remember……………

Tekanan Perfusi Otak = MAP - TIK

Pada pasien Cidera Otak Berat, TIK yang


naik sampai dapat menurunkan aliran darah
otak hingga 50% dari normal
LESI INTRAKRANIAL
Contusio Pada Cidera Kepala
 EDH (Epidural Hematom)
 Epidural Hematome (EDH) terjadi perdarahan
diatas lapisan duramater dan juga sering disebut dengan
ekstradural hematome. Kejadian EDH sekitar 5-15% dari
kasus cidera kepala. EDH biasanya terjadi setelah patah
tulang tengkorak melukai arteri meningeal medial.
Hematome nampak garis yang halus pada hasil CT
Scan. Lokasi hematome biasanya pada area temporal
atau temporal parietal (Alson & Campbell. 2012).
 Perdarahan, peningkatan TIK dan kematian
biasanya berlangsung cepat. Tanda klinis berupa
kehilangan kesadaran sering dialami pasien yang
sebelumnya sadar. Setelah beberapa menit-jam terjadi
tanda peningkatan TIK (muntah, nyeri kepala, dan
penurunan kesadaran), terdapat paralysis ekstrimitas
pada sisi berlawanan dengan area hematome. Pada
pupil sering mengalami dilatasi dan fixed (tidak
respon pada cahaya) pada sisi yang sama dengan
area hematome (Alson & Campbell. 2012).
Gambar 4. Epidural hematome akut frontal kiri dan
herniasi dari kiri ke kanan pada hasil CT scan kepala
diameter = sampai 1 mm

diameter = sampai 5 mm

TANDA TANDA
CIDERA/ KERACUNAN
PERDARAHAN
OTAK
BAYGON
Atau juga...
KONSUMSI
NARKOTIKA
SDH ( Subdural Hematome)
 Subdural Hematome (SDH) terjadi
karena perdarahan diantara lapisan
duramater dengan arachnoid. Insiden
kejadian berkisar antara 20–63%.
Perdarahan terjadi pada vena sehingga
peningkatan tekanan intrakranial
berjalan lebih lambat sehingga SDH
sering tidak tampak sampai beberapa
jam atau hari setelah cidera (Alson &
Campbell. 2012).
 Tanda dan gejala yang muncul yaitu
nyeri kepala, fluktuasi tingkat kesadaran
dan tanda persarafan fokal (contoh:
kelemahan salah satu sisi tubuh,
perubahan reflek tendon, dan gangguan
bicara). SDH sering menyebabkan
kerusakan jaringan dibawahnya yaitu
otak, sehingga tingkat kesembuhan
rendah. Mortalitas pasien sangat tinggi
bila pasien pada kondisi koma yaitu 60-
90% (Sutcliffe, Wilson, Grande dan
Hoyt. 2007).
SDH kronik

Gambar 7. Subdural hematome kronik fronto-oksipital kiri


dan herniasi dari kiri ke arah kanan pada hasil CT scan
kepala.
Sumber : Sutcliffe, 2007
Subarachnoid Hemorrhage (SAH)
 Subarachnoid Hematome (SAH) terjadi
karena perdarahan masuk ke lapisan arachnoid
sebagai hasil trauma atau bisa karena
perdarahan spontan. SAH menyebabkan iritasi
karena cairan intravaskular yang masuk ke
jaringan otak dan dapat menyebabkan edema
cerebral (Alson & Campbell. 2012).
 Nyeri kepala hebat, muntah dan
penurunan kesadaran berupa koma
disebabkan iritasi otak dan peningkatan
tekanan intra kranial. Pasien juga banyak yang
mengalami edema cerebral hingga terjadi
herniasi cerebral.
Gambar 8. Subarachnoid hematome akut tampak pada suprasternal cisterna
(1), pada interhemisphere cisterna (2), pada lateral ventrikel (3), pada sekitar
batang otak, berdasarkan hasil CT scan kepala.
Sumber : Sutcliffe, 2007
 ICH ( Intracerebral
Hematome)
Tanda dan gejala tergantung
pada letak dan derajat injuri.
Perdarahan spontan pada
CVA pasien ini sering disebabkan
hypertensi berat. Penurunan
kesadaran sering terjadi.
Pasien sering mengeluh nyeri
kepala dan vomiting.
Menyebabkan ± 20-30%
cidera otak berat. Sebagian
besar tjd di lobus frontal dan
temporal. CT scan perlu
diulang dalam 12- 24 jam
setelah CT scan pertama, krn
perdarahan bisa masif dan
meningkatkan TIK
Gambar 10. Intracerebral hemoragik akut area frontal kanan pada hasil CT
scan kepala.
Sumber : Sutcliffe, 2007
Caution….
All patients with head or facial trauma
and an altered level of consciousness
should be assumed to have a cervical-
spine injury until proven otherwise.
Restriction of cervical-spine
movement should accompany airway
and breathing management. Evaluation
for head injury is begun as you obtain
your initial level of consciousness by
speaking to the patient.
Cidera Otak Ringan
 GCS 13-15. ± 80% pasien mengalami
COR. Pasien sadar, namun kadang
mengalami amnesia berkaitan cidera yang
dialaminya. Sebagian besar pasien COR
sembuh sempurna, walaupun ada sedikit
gejala sisa. Foto servikal dilakukan bila
ada nyeri pada palpasi leher.
 Pasien bisa dipulangkan namun jadwalkan
kontrol ulang, kecuali kesadaran menurun,
ada tanda PTIK & tidak dilakukan CT
scan,
Cidera Otak Sedang
 GCS 9 – 12. ± 10% pasien cidera kepala
menderita COS. Umumnya menuruti
perintah namun tampak bingung dan
mengantuk disertai defisit neurologis spt
hemiparese. CT scan hrs segera dilakukan
dan segera menghubungi spesialis bedah
syaraf.
Pasien diobservasi ketat di ICU. Dan
dilakukan CT scan ulang setelah 12-24 jam
CT scan ulang
Cidera Otak Berat
 GCS 3-8. COB sering diperburuk oleh kondisi
sekunder. Pasien COB dengan hipotensi
memiliki resiko mortalitas 2x lebih benyak
dari pasien dengan normotensi. Kondisi
hipoksia akan meningkatkan mortalitas 75%.

 Intubasi endotrakeal dini hrs segera


dilakukan dan diberi ventilasi O2 100%
sampai didapatkan data Analisa Gas Darah.
Pemakaian pulse oksimeter sangat
bermanfaat utk memonitor saturasi O2, target
> 95%.
Penanganan Pada Cidera Otak
 Menurunkan TIK
- Head up position 20-30 derajat
- Infus Manitol 20% dosis 1 g/ kgBB atau 2-5 ml/
kgBB. Manitol adalah deuresis osmotik sifatnya
hipertonik. Pemberian biasanya dengan ketentuan
100 cc dalam 30 menit di ulang 5 – 6x sehari sesuai
dosis. (agar tdk merusak vaskuler). Indikasi edema
serebri, kondisi neurologis akut spt dilatasi pupil,
hemiparese, penurunan kesadaran

- Injeksi furosemid (lasix). Bersama manitol


biasanya di injeksi furosemid utk menurunkan TIK

- Mencegah Valsava Manuever : spt mengejan, batuk, krn


dapat meningkatkan TIK
Menurunkan TIK
 Trepanasi :
Dilakukan untuk
mengevakuasi
hematome dan
menghentikan
perdarahan.
Sehingga
menghentikan
peningkatan TIK
 Oksigenasi
Diberikan untuk menurunkan PCO2 ,krn PCO2 yang tinggi
menyebabkan vasodilatasi vaskuler otak sehingga aliran
darah ke otak naik, dan TIK naik.
Sebaliknya PCO2 tdk boleh sampai turun < 30 mmHg krn
menyebabkan vasokontriksi berat shg gangguan perfusi
otak
 Cairan Intravena
RL dan Normal Saline sebagai cairan utama. Cegah
overhidrasi .Jangan menggunakan cairan dengan glukosa
krn hiperglikemia memperburuk kondisi cidera otak. Juga
jangan menggunakan cairan hipotonik krn menyebabkan
edema otak

 Barbiturat
Diberikan untuk mengurangi tingkat metabolisme jaringan
otak hingga secara tidak langsung mengurangi aliran
darah otak hingga tekanan intrakranial berkurang
Contoh Askep Pada Kontusio Serebri
Diagnosa Keperawatan
 a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
 b. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Rencana dan Implementasi Keperawatan


 Pertahankan airway, breathing dan sirkulasi
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
 Berikan dukungan ventilasi pada pasien dengan masalah airway.
 Pemberian oksigen aliran tinggi
 Pertahankan kelancaran akses IV untuk pemberian infus kristaloid, obat yang diperlukan.
 Persiapan untuk intervensi medis.
 Pemasangan advance airway.
 Kranial dekompresi untuk menurunkan TIK.
 Menurunkan kebutuhan metabolisme otak.
 Menjaga normotermia
 Mencegah kejang
 Monitor jantung dan oksimetri
 Monitor TIK dan kondisi cateter, pemasangan direkomendasi jika GCS < 8.
 Pemasangan NGT
 Pemasangan cateter urin
 Berikan terapi farmakologi sesuai advise.
 Premedikasi : analgesik, sedatif, neuromuskular bloker
 Deuretik untuk menurunkan edema cerebral.

Evaluasi Keperawatan
 a. Patensi jalan nafas
 b. Tingkat kesadaran
 c. Status hemodinamik
 d. HR dan irama jantung
 e. suara nafas dan SpO2
 d. Intake dan output
Contoh Askep Pada EDH
Diagnosa Keperawatan
 a. Perfusi jaringan tidak efektif: cerebral
 b. Gangguan pertukaran gas
 c. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif

Rencana dan Implementasi Keperawatan


 Amankan airway, breathing dan circulation
 Pemberian oksigen
 Peliharan kelancaran akses IV
 Menyiapkan tindakan invasif (ETT, dekompresi cranial untuk menurunkan TIK)
 Elevasi kepala 20-300 untuk meningkatkan aliran balik darah vena di otak, sehingga
menurunkan TIK.
 Menurunkan kebutuhan metabolisme otak dengan menjaga normotermia, mencegah kejang.
 Monitor TTV dan SpO2
 Pemasangan NGT
 Pemasangan inwelling kateter

Evaluasi Keperawatan
 a. Patensi jalan nafas
 b. Tingkat kesadaran
 c. Status hemodinamik
 d. HR dan irama jantung
 e. suara nafas dan SpO2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai