Anda di halaman 1dari 62

Bambang Soekotjo, SST

PENDAHULUAN
 Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya yaitu manusia
membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan
hidupnya.
 Masalah lingkungan hidup sudah ada sejak dahulu,
 masalah lingkungan adalah masalah dunia dan masalah kita
semua.
 Keadaan ini ternyata menyebabkan kita berpikir untuk dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan
tuntas.
 Daya dukung lingkungan yang terbatas.
KESEHATAN
 WHO menyatakan
“Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
merupakan bebas dari penyakit”.
 Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Kesehatan. dinyatakan bahwa
“Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan
(somatik), rohani (jiwa) dan sosial dan bukan
hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan”.
LINGKUNGAN
 Lingkungan adakah segala sesuatu yang ada di sekitar
kita.
 Meliputi tanah, air, udara.
 Lingkungan merupakan tempat hidup manusia
Faktor yang mempengaruhi Derajat
kesehatan masyarakat
 Derajat kesehatan masyarakat menurut H.L.Bloom
di pengaruhi oleh :

PERILAKU

G
E

Kesehatan
Pelayanan
N
DERAJAT KESEHATAN
E
MASYARAKAT
T
I
K

KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan Lingkungan
 Peran Kesehatan Lingkungan dalam Kesehatan
Masyarakat
 Dalam diagram yang diusun oleh H.L Bloom Peran Kesehatan
Lingkungan murapakn faktor yang terbesar dalam
mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.
 Peran dari kesehatan lingkungan adalah mencegah :
 Water borne disease
 Air borne disease
 Field borne disease
 Vector born disease
Kesehatan Lingkungan
 Water borne diseases,
 adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di
mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga
menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit
yang tergolong water borne diseases adalah: kolera, typhus,
desentri , dll.
 Air Borne diseases,
 Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kondisi udara yang
mengandung agent penyakit. Penyakit yang tergolong di sini
adalah: TBC, Flu, ISPA, SARS, dll.
 Field Borne diseases,
 merupakan penyakit yang disebabkan oleh agent penyakit yang
siklus kehidupannya berhubungan dengan tanah. Penyakit yang
tergolong di sini adalah diare, .
Kesehatan Lingkungan
 Water Related Vectors,
 Adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit
yang sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di
air. Penyakit yang tergolong di sini adalah malaria,
demam berdarah dengue, filariasis dsb.
Bahasan dalam Kesehatan lingkungan
 Penyediaan air bersih
 Pengolahan limbah
 Pengelolaan sampah
 Pengendalian vektor dan binatang
pengganggu
 Sanitasi tempat-tempat umum.
Pengendalian Vektor
Pengendalian hama pengganggu
Pengolahan limbah
SAnitasi Tempat-tempat umum
Penyediaan Air Bersih
PERUNDANG-UNDANGAN
PROGRAM PENYEHATAN
LINGKUNGAN DAN AIR
PERUNDANG-UNDANGAN
1. UU No, 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-sayarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
4. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air
5. Kep. MenKes No. 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara
6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001 tentang Pestisida
7. Kep. MenKes No. 1217 tahun 2001 tentang Pedoman Pengamanan
Dampak Radiasi
8. Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
9. Keputusan bersama menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor:
881/Menkes/SKB/VIII/1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
715/Menkes/Sk/V/2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Jasaboga.
11. Kep.Men LH No.58 tahun 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi kegiatan RS
12. Kep. Menkes No.1204 tahun 2004 tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
13. Keputusan Gubernur DIY No. 153 tahun 2002
tentang Baku Mutu Udara Ambien DIY
1. UU. No. 23 th. 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
• Pasal 16 ayat (1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/ atau kegiatan
ayat (2): Penaggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.
• Pasal 17 ayat (1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatab wajib
melakukan pengelolaan B3
ayat (2): Pengelolaan bahan berbahaya da beracun meliputi: menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/ atau membuang.
• Pasal 34 ayat (1): Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha/kegiatan
untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan hukum tertentu:
- realisasi asas hukum lingkungan (asas pencemar membayar)
- tindakan hukum tertentu:
= memasang IPAL, hingga memenuhi BM
= memulihkan fungsi lingkungan hidup
= menghilangkan penyebab timbulnya pencemaran
• Pasal 35 ayat (1): Penanggung usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan
kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, yang menggunakan B3, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian
yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan
seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
• Pasal 35 ayat (2): Penanggung jawab usaha/kegiatan dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat
membuktikan bahwa pencemaran/perusakan lingkungan hidup disebabkan salah
salah satu alasan berikut:
- adanya bencana alam atau peperangan
- Keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia
- Tindakan pihak ketiga
• Pengertian bertanggung jawab secara mutlak atau strict liability, yakni unsur
kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar
pembayaran ganti rugi.
2. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
• Pasal 22 ayat (2): Kesehatan lingkungan
dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum
dan lingkungan lainnya.
• Pasal 22 ayat (4): Setiap tempat atau sarana
pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai
dengan standar dan persyaratan
• Tempat atau sarana pelayanan umum, termasuk
RS
3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
2. Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang
digunakan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium
3. Pengelolaan penyediaan Air Minum adalah Badan usaha
yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat
4. Dinas kesehatan adalah Dinas kesehatan Kabupaten/kota.
PASAL 2

(1) Jenis Air Minum meliputi:


a. Air yg Didistribusikan melalui pipa untuk
keperluan rumah tangga
b. Air yg didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yg digunakan utk produksi bahan makanan
dan minuman yg disajikan kpd masyarakat; harus
memenuhi syarat kualitas air minum.
(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
Bakteriologis, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik
PASAL 3
Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.
PASAL 4
(1) Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Hasil Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara berkala
oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota.
PASAL 6
Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan kualitas air
yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/kota.
PASAL 14
Dengan ditetapkannya Keputusan ini , maka Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
sepanjang menyangkut air minum dinyatakan tidak
berlaku lagi.
4. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
1. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air
pemandian umum
2. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
3. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.
4. Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang
digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan.
5. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada
tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk
pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang,
yang kualitasnya memenuhi kesehatan.
Pasal 2
(1) Kualitas air harus memenuhi syarat kesehtan yang meliputi
persyaratan Mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Pasal 3
(1) Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air
(2) Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah
Tingkat II
Pasal 5
(1) Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh Laboratorium
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Pasal 6
(1) Penyimpangan dari syarat-syarat kualitas air
seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
ini tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan
khusus di bawah pengawasan Kepala Dinas
kesehatan Daerah Tingkat II setelah berkonsultasi
dengan Kakanwil.
Pasal 9
Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib
diuji kualitas airnya
5. Kep. MenKes No. 1407/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
Pengendalian dampak pencemaraan udara adalah : Upaya Promotif,
preventif, penyelidikan, pemantauan, pengobatan dan pemulihan
terhadap kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
pencemaran udara
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan : rutin dan darurat
C. Penyiapan Sumber Daya Manusia
1. Sumber Daya manusia: Pengetahuan & keterampilan
2. Peralatan: ukur debu,angka kuman, gas
polutan,klimatologi (suhu, kelembaban,cahaya,
kec.angin)
3. Dana : APBN, APBD, Bantuan LN, Pihak
pemrakarsa,dll
D. Monitoring dan Evaluasi
E. Penyuluhan dan Evaluasi
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB SEKTOR KESEHATAN
PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
pasal 2, ayat (3) bidang Kesehatan dalam hal
Penegendalian dampak Pencemaran Udara merupakan
salah satu upaya dari Survailans epidemiologi dan
pemberantasan Penyakit berbasis Lingkungan, seperti
Ispa dan TB paru, serta kejadian berbagai kasus
pencemaran yang merupakan “New Emerging
Diseases” seperti : Legionellosis dan Sick building
Sindrom.
6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001
tentang Pestisida

1. Pengelolaan Pestisida adalah : Kegiatan yang meliputi pembuatan,


pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan/pemusnahan pestisida.
2. Pestisida Terbatas adalah Pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia)
dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia dan lingkungannya, oleh karenanya hanya diijinkan untuk
diedarkan disimpan, dan digunakan secara terbatas.
3. Persyaratan Kesehatan Pestisida adalah : ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk tujuan melindungi,
memelihara, dan/atau mempertinggi derajat kesehatan dalam
pengelolaan pestisida
4. Pengamanan Pengelolaan pestisida adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi keracunan dan
pencemaran pestisida terhadap manusia dan lingkungannya.
PASAL 3
Berdasarkan bentuk fisik, jalur masuk kedalam tubuh dan daya
racunnya bila terhirup/terkontaminasi, dibagi menjadi 4 (empat) kelas
yaitu:

Kelas I : Pestisida yg sangat berbahaya sekali


Kelas Ib : Pestisida yg sangat berbahaya
Kelas II : Pestisida yg berbahaya
Kelas III : Pestisida yg cukup berbahaya
PASAL 5
(3) Perlengkapan pelindung pestisida:
1. Pelindung kepala (topi)
2. Pelindung mata ( goggle)
3. Pelindung pernafasan (respirator)
4. Pelindung badan (baju overall/apron)
5. Pelindung tangan (glove)
6. Pelindung kaki ( sepatu Boot)
PASAL 6
Tenaga penanggung jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah,
operator dan teknisi pestisida harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Mempunyai kondisi kesehatan yang layak untuk bekerja
dibidang pestisida berdasarkan surat keterangan sehat dari
dokter melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala
b. Mempunyai sertifikat tanda lulus sebagai tenaga penanggung
jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah, operator dan teknisi
pestisida oleh Dinas kesehatan di Kabupaten/Kota.
PASAL 8
Tempat pembuatan, penyimpanan, peragaan dan pengangkutan
pestisida harus memenuhi persyaratan kesehatan.
7. Kep. MenKes No. 1217 tahun 2001 tentang
Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi
1. Radiasi adalah : emisi dan penyebaran energi melalui
ruang(media) dalam bentuk gelombang
elektromagnet atau partikel-partikel atau elementer
dengan energi kinetik yang sangat tinggi
2. Radiasi pengion adalah : emisi dan penyebaran
gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan
yang karena energi yang dimilikinya mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.
3. Radiasi non pengion adalah : emisi dan penyebaran
gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan
yang karena energi yang dimilikinya tidak mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.
4. Pengamanan dampak radiasi adalah : Upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak
radiasi melalui promosi dan pencegahan resiko
atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan
pemantauan, investigasi dan mitigasi pada
sumber, media lingkungan dan manusia yang
terpajan bahan atau alat yang mengandung
radiasi.
5. Sistem kewaspadaan dini ( SKD ) adalah : proses
pemantauan yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang situasi atau perkembangan
dari suatu peristiwa atau kejadian penyakit,
pencemaraan lingkungan, dan radiasi yang
diperkirakan dapat muncul menjadi KLB.
PASAL 3
(1) Pengamanan dampak Radiasi kegiatan yang meliputi kajian
epidemilogi dan analisis dampak Kesehatan Lingkungan
(2) Kegiatan kajian epidemiologi dan analisis dampak kesehatan
lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa survey, analisis klinis, analisis laboratorium dan analisis
statistik.
PASAL 12
(1) Pembinaan dan pengawasan pengamanan dampak radiasi secara
nasional dilakukan oleh Direktur Jenderal yang bertangggung
jawab dibidang Kesehatan lingkungan
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui ; pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
arahan, dan supervisi.
(3) Pengawasan yang dimaksud dilakukan untuk mencegah, dan
menilai pelaksanaan pedoman atau standar yang berlaku dalam
pengamanan dampak radiasi bagi kesehatan.
8. Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan
1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkandari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan desibel disingkat db
3. Baku Tingkat kebisingan adalah batas maksimal
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan


dB(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan & fasilitas umum 60
7. Rekreasi:
-. Bandara Sesuai MenHub
-. Stasiun KA
-. Pelabuhan Laut 70
-. Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
9. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR
715/MENKES/SK/V/2003 TENTANG PERSYARATAN
HYGIENE SANITASI JASABOGA
1. Jasaboga adl perusahaan atau perorangan yang
melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan
di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
2. Hygiene sanitasi makanan adl upaya untuk
mngendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
3. Persyaratan Hygiene Sanitasi adl ketentuan-
ketentuan teknis kesehatan yang ditetapkan terhadap
produk jasaboga dan perlengkapannya yang meliputi
persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika
 Jasaboga dikelompokkan dalam
 golongan A, golongan B, dan golongan C.
Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri atas
golongan A1, A2, dan A3.
Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang
melayani kebutuhan khusus untuk:
Asrama penampungan jemaah haji;
Asrama transito atau asrama lainnya;
Perusahaan;
Pengeboran lepas pantai;
Angkutan umum dalam negeri, dan
Sarana Pelayanan Kesehatan.
 Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan
pesawat udara.
 1. Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari
Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Jasaboga harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene
sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi
makanan.
 Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari institusi
penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
Pasal 11
(2) Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan secara
fungsional melaksanakan pengawasan jasaboga yang
berlokasi di dalam wilayah pelabuhan
10. Kep.Men LH No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair
Baku mutu bagi
Limbah Cairkegiatan RS
RS: Batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan RS
Pasal 7 :
Penanggung jawab atau pengelola RS
- Mengelola limbah cair hingga memenuhi BM sebelum dibuang
ke lingkungan
- Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup & kedap air
serta terpisah dengan saluran air hujan.
- Memasang alat ukur debit limbah cair dan catat harian
- Memeriksakan kadar parameter BM limbah cair ke Lab yang
berwenang, sekurangnya satu kali dalam sebulan.
Pasal 8 :

(1) RS yang limbah cair mengandung atau terkena zat


radio aktif, pengelolaannya sesuai ketentuan
BATAN
(2) Komponen parameter radioaktivitas yang
diberlakukan bagi RS sesuai dengan bahan
radioaktif yang digunakan RS bersangkutan
(3) Bagi RS yang tidak menggunakan bahan
radioaktif, tidak diberlakukan kelompok parameter
radioaktivitas dalam pemeriksaan limbah cair RS
yang bersangkutan.
11. Kep. Menkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua


rungan/unit dan halaman yang ada didalam batas pagar
rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah
sakit
2. Pencahayaan di dalam rung bangunan rumah sakit adalah
intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di
dalam ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif.
3. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di
dalam ruang bangunan yang memadai untuk menjamin
kesehatan penghuni ruangan
4. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu
keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari
bahaya dan resiko minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah sakit
2. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Minuman
3. Penyehatan Air
4. Pengelolaan Limbah
5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen ( Laundry)
6. Pengendalian serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu
lainnya.
7. Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan Sterilisasi
8. Persyaratan Pengamanan Radiasi
9. Upaya Promosi Kesehatan dari aspek Kesehatan
Lingkungan
12.. Keputusan Gubernur DIY No. 153 tahun 2002 tentang Baku
Mutu
1. Udara
UdaraAmbien
AmbeinDIY
adalah udara bebas dipermukaan
bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya.
2. Mutu Udara Ambein adalah kadar zat, dan/atau
komponen lain yang ada di udara bebas
3. Baku Mutu Udara Ambein Daerah adalah ukuran
batas atau kadar zat, dan /atau komponen yang ada
atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambein
dalam kurun waktu tertentu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Baku Mutu Udara Ambein Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Parameter Waktu BMU PRIMER
pengukuran (Utk melindungi manusia)
( ppm) (ug/m3)
1 SO2 (Sulfur dioksida) 1 jam 0,340 900
3 jam - --
24 jam 0,140 365
1 tahun 0,030 60
2. CO (karbon Monoksida) 1 jam 35 30.000
8 jam 9 10.000
3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 1 jam 0,212 400
24 jam 0,080 150
1 tahun 0,053 100
4 O3 ( Ozon) 1 jam 0,120 235
8 jam 0,080 157
1 tahun 0,026 50
5 KOV=VOC=HC=Hidrokarbon 3 jam -- 160

8 Pb (timbal/Timah Hitam) 24 jam - 2


3 bulan - 1,500
1 tahun - 1
Pencemaran lingkungan

Kegiatan Manusia
Arus Arus
SDA Limbah

Lingkungan
Pengendalian Pencemaran

Air Udara

Baku Mutu Air: BM Limbah Cair : BM Emisi (tdk BM Udara


bergerak dan Ambien
1. Kelas satu 1. Industri bergerak).
Pemukiman
2. Hotel BM Kebisingan
2. Kelas Dua Perdagangan
3. Rumah Sakit BM Getaran
3. Kelas Tiga 4. Migas dan Industri
BM Kebauan
Panas Bumi RS, Sekolah
4. Kelas empat ISPU
5. Kawasan dll
Industri
BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP

 adalah
 ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup (UU no 23 th 97)
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
Adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan kingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai peruntukannya
Ilmu Kesehatan Lingkungan
Adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan
Ilmu Kesehatan Lingkungan
Didukung oleh :
1. Ekologi
2. Ekosistem
3. Pencemaran Lingkungan
4. Amdal
5. Dasar dasar pengelolaan Lingkungan.

Kesehatan - Mencakup semua segi kehidupan dengan jangkauan yang sangat


luas.

Status Kesehatan

1. Angka Kesakitan
2. Ratio Penyakit di Masyarakat
3. Promotif, Preventif, kuratif dan Rehabilitatif
4. Bersifat menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan.
Faktor lingkungan/kimia, biologi ataupun Sosial budaya
yang bersifat dinamis dan kompleks.  Kondisi fisiologis
manusia/masyarakat.  Penyakit.

Ekspansi/ ulah manusia  ketimpangan ekologis


dan ketimpangan alam  pencemaran
lingkungan  gangguan fisiologis dan Psikologis
pada masyarakat.
Pengertian sehat sakit

WHO :
Sehat , adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata
bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.

Konsep dari WHO :


Manusia dikatakan sehat adalah :

1. tidak sakit 3. tidak lemah 5. bahagia secara rohani


2. tidak cacat 4. Sejahtera secara sosial 6. Fit secara jasmani.
HUBUNGAN SAKIT/SEHAT DAN
LINGKUNGAN HIDUP

Model Ekologi (Ecologic Models)


Hubungan faktor yang mencakup sektor lingkungan
yang
terdiri dari fisik, biologi dan sosial selalu berhubungan
dengan sektor Host dan agent.
Host

Agent Environment
Manusia (Host)
Gambar 1. Segitiga Epidemiologi Genetic core
Lingk. biologi Lingk. sosial
Lingk. Fisik/ Kimia

Gambar 2. Whell model of Man environment interaction.


Faktor Host
Faktor Agent
Faktor Environment
Lingkungan Hidup Fisik dan Penyakit
Aspek fisik dari lingkungan antara lain panas, sinar,
udara dan air, radiasi, atmosfir
dan tekanan. .

Lingkungan Hidup Biologi dan Penyakit


Agent penyakit infeksius
FAKTOR HOST
 Faktor intrinsik, yang dipengaruhi sifat genetik
manusia. Meningkatnya faktor determinan genetik,
berhubungan dg meningkatnya atau menurunnya
kepekaan thd penyakit ttt, hal ini berhub dg
kepribadian manusia spt, agresifitas, ambisius, aktif
dan dikejar waktu cenderung (risk factor) terkena
serangan jantung koroner
Faktor Agent
 Agent dari penyakit berlokasi pada lingkungan
tertentu, agent lingk fisik, mis ; radiasi sinar radioaktif
penyebab sterilitas. Agen dari lingk kimia , misalnya
limbah industri yang mengandung bahan kimia (Hg)
penyebab penyakit Minamata.
Faktor Lingkungan
 Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingk
fisik, kimia, biologi dan sosial.
 Pendekatan lain adalah model roda
 Pendekatan segitiga epidemiologi
 Kedua model diatas menyebutkan bahwa
lingkungan fisik, biologi dan sosial dapat
menyebabkan penyakit.
Lingk Fisik Hidup & Penyakit
 Aspek fisik dari lingkungan antara lain, panas, sinar,
udara, air, radiasi, atmosfer dan tekanan. Dg
berkembangnya industri, maka aspek fisik dari
lingkungn akan meningkat dan akan memberikan
pencemaran pd manusia, sbg contoh pencemaran di
London (1952) yang membawa kematian 4000 orang.
Apabila menahun, maka pencemaran udara terutama
dikota besar akan dpt menyebabkan penyakit pd
saluran pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai