NUTRISI HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Nutrisi hidroponik adalah pupuk hidroponik lengkap yang
mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman
hidroponik. Pupuk tersebut diformulasi secara khusus sesuai dengan jenis
dan fase pertumbuhan tanaman. Larutan nutrisi merupakan komponen
utama yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman secara
hidroponik. Nutrisi yang ditambahkan pada sistem hidroponik untuk
menggantikan ketersediaan unsur hara yang umumnya berada di dalam
larutan tanah (budidaya secara umum) sehingga tanaman tetap dapat hidup
dan berproduksi.
Nutrisi hidroponik pada umumnya menggunakan nutrisi A dan
nutrisi B ataupun campuran nutrisi A dan B. Nutrisi ini kita dapatkan
dalam keadaan siap pakai di toko khusus hidroponik. Cara bercocok tanam
secara hidroponik sudah banyak dipakai oleh beberapa masyarakat untuk
memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Banyak keuntungan dan
manfaat yang dapat diperoleh dari sistem hidroponik. Sistem ini dapat
menguntungkan petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pertaniannya dan juga dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada
karena tidak membutuhkan lahan yang banyak.
Banyak formula yang dapat digunakan sebagai nutrisi hidroponik.
Sebagian besar formula tersebut menggunakan berbagai kombinasi bahan
yang biasa digunakan sebagai sumber hara makro dan mikro. Unsur hara
makro meliputi kalium nitrat, kalsium nitrat, kalium fosfat, dan
magnesium sulfat. Hara mikro biasanya ditambahkan ke dalam nutrien
hidroponik guna memasok unsur-unsur mikro penting, di antaranya adalah
Fe (besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn (seng), B (boron), Cl (klorin),
dan Ni (nikel). Oleh karena itu, pada praktikum ini bertujuan untuk
membuat komposisi larutan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dari tiap-tiap jenis tanaman yang dibudidayakan.
2. Tujuan
Praktikum Hidroponik acara Nutrisi Hidroponik ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
a. Mengenal jenis garam teknis yang biasa digunakan dalam pembuatan
larutan nutrisi untuk hidroponik
b. Membuat komposisi larutan nutrisi mix AB untuk budidaya tanaman
sayuran (komponen hasil berupa bagian batang dan daun)
c. Mengukur tingkat kepekatan larutan nutrisi berdasarkan indikator nilai
konduktivitas listrik (EC)
d. Menganalisis hubungan antara kepekatan larutan nutisi (berdasarkan
volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan
nutrisi) dengan nilai EC.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
B. Tinjauan Pustaka
Budidaya tanaman dengan media tanah, tanaman dapat memperoleh
unsur hara dari dalam tanah, tetapi pada budidaya tanaman secara hidroponik,
tanaman memperoleh unsur hara dari larutan nutrisi yang dipersiapkan khusus.
Larutan nutrisi dapat diberikan dalam bentuk genangan atau dalam keadaan
mengalir Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan dalam menanam secara
hidroponik, karena tanpa nutrisi tentu saja tidak bisa menanam secara
hidroponik Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi yang berbeda-beda
(Perwitasari et al 2012).
Sistem hidroponik dikelompokkan dua, yaitu kultur media dan kultur
larutan nutrisi. Kultur media tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyediakan nutrisi, air,
dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah.
Sebaliknya pada kultur larutan nutrisi, penanaman tidak dilakukan
menggunakanmedia tanam atau media tumbuh, sehingga akar tanaman
tumbuh di dalam larutan nutrisi atau di udara Kebutuhan nutrisi merupakan
hal yang paling berpengaruh didalam budidaya hidroponik terhadap
pertumbuhan tanaman. Bercocok tanam sistem hidroponik mutlak
memerlukan upuk sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Pupuk diberikan
dalam bentuk larutan yang mengandung unsur makro dan mikro didalamnya
(Subandi et al 2015).
Nutrisi yang diberikan pada tanaman harus dalam komposisi yang tepat.
Bila kekurangan atau kelebihan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
terganggu dan hasil produksi yang didapatkan kurang maksimal. Larutan
nutrisi hidroponik mengandung semua nutrisi mikro dan makro dalam jumlah
sesuai, pupuk hidroponik juga bersifat lebih stabil dan cepat larut dalam air
karena berada dalam bentuk lebih murni (Lestari 2012).
Nutrisi budidaya hidroponik diberikan dalam bentuk larutan yang harus
mengandung unsur makro dan mikro (Susila, 2006). Unsur makro yaitu
Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). Unsur mikro yaitu mangan (Mn), cuprum (Cu), molibdin (Mo),
zincum (Zn) dan besi (Fe). Perbedaan jenis, sifat, dan kelengkapan kimia
bahan baku pupuk yang digunakan tentu akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas pupuk yang dihasilkan (Siregar et al 2015).
Kebutuhan hara berdasar suplai dari luar, larutan nutrisi yang diberikan
terdiri atas garam-garam makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A
dan B. Larutan nutrisi stok A terdiri atas unsur N, K, Ca, dan Fe, sedangkan
stok B terdiri atas unsur P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn. Selain itu,
nutrisi yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro merupakan hara yang
mutlak diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Samanhudi dan Harjoko 2014).
Unsur hara makro dalam nutrisi AB Mix sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan tanaman, terutama unsur hara N dan P. Meningkatnya
penyerapan unsur P mampu meningkatkan pertumbuhan vegatatif tanaman.
Unsur P mampu membentuk energi berupa ATP yang berperan dalam
penyerapan unsur hara. ATP kemudian dijadikan sumber energi bagi tanaman
dalam menyerap unsur hara lain yang diantaranya adalah N yang dibutuhkan
dalam meningkatkan tinggi tanaman. Selain unsur hara makro N dan P, unsur
hara mikro seperti Mo dan Zn juga perpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Zn berperan dalam pembelahan sel-sel meristem, dan Mo berperan
terhadap pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya tinggi tanaman
(Mairusmianti 2012).
Electronic conductivity (EC) mencerminkan konsentrasi ion total
larutan yang mempengaruhi penyerapan nutrisi, pertumbuhan tanaman,
produktivitas dan kualitas tanaman. Komposisi ideal larutan nutrisi tidak
hanya bergantung pada konsentrasi nutrisi. Faktor lain yang mempengaruhi
ideal larutan nutrisi yaitu sistem hidroponik, lingkungan, tahanp fenologis,
jenis tumbuhan, dan kultivar (Calori et al 2017).
Pengukuran EC dan pH nutrisi merupakan hal yang rutin dilakukan
pada budidaya tanaman secara hidroponik. EC dan pH nutrisi
mengindikasikan tingkat ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan EC
tanaman ditentukan oleh varietas, umur tanaman, dan mikroklimat
(Rohmaniyah et al 2015).
Setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan banyaknya unsur hara
yang dikandungnya, serta setiap jenis dan umur tanaman berbeda dalam
jumlah konduktivitas listriknya atau EC (Electrical Conductivity). Oleh
karena itu pengujian berbagai nilai EC dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesesuaian dan kebenaran kandungan haranya. Hal ini bertujuan agar EC tidak
terlalu tinggi maupun rendah sehingga pertumbuhan tanaman tetap optimal
(Yusrianti 2012).
Sayuran daun membutuhkan nutrisi pada tingkat kepekatan larutan
dengan EC sekitar 1,5 – 2,5. Jika kepekatan larutan nutrisi dengan EC terlalu
tinggi, maka tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah
jenuh. Aliran hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Batasan jenuh dari
kepekatan larutan nutrisi untuk sayuran daun adalah dengan EC 4,2
(Hamli et al 2015).
Kisaran pH dalam budidaya hidroponik yang optimal berkisar antara
5,5-6,5 dengan angka optimal pada pH 6. Di bawah angka 5,5 dan di atas
angka 6,5, beberapa unsur mulai mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh
akar dan akibatnya tanaman mengalami defisiensi unsur terkait. Sayuran daun
menghendaki nilai EC yang optimal pada kisaran 1,2 1,9 mS/cm
(Bhatia 2012).
Tingkat EC untuk tanaman-tanaman yang cepat panen lebih mudah
ditentukan tingkat EC yang dibutuhkan. Rekomendasi EC untuk tanaman
sayur yang masih dalam tahap persemaian yaitu antara 1-1,2 dS/m.
Persyaratan EC pada sayur setelah persemaian akan lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman (Chiipanthenga et al 2012).
EC menggambarkan tingkat kepekatan hara pada nutrisi, sehingga
apabila nilai EC sama dengan 0 maka dapat diartikan tidak terdapat nutrisi
dalam larutan tersebut. EC mempengaruhi pertumbuhan tanaman hidroponik.
Ketersediaan unsur hara pada proses metabolisme sangat berperan penting
dalam pembentukan protein, enzim, hormon, dan karbohidrat, sehingga akan
meningkatkan proses pembelahan sel pada jaringan-jaringan tanaman, proses
tersebut akan berpengaruh pada pembentukan tunas, pertumbuhan akar, dan
daun, sehingga akan meningkatkan bobot brangkasan basah tanaman dan
bobot brangkasan kering tanaman konsentarsi nutrisi yang tinggi di dalam
tandon dapat meningkatkan tekanan osmosis yang akan menyebabkan
tanaman mengalami plasmolisis atau keluarnya cairan sel dari jaringan
tanaman sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman. Nilai EC larutan
nutrisi harus disesuaikan dengan umur tanaman dan fase pertumbuhan
(Siswadi dan Yuwono 2013).
Electrical Conductivity (EC) untuk tanaman belum dewasa berkisar 1 -
1,5 mS cm-1, sedangkan untuk tanaman dewasa berkisar 2,5 – 4 mS cm-1. EC
yang terlampau tinggi menyebabkan tanaman sudah tidak sanggup menyerap
hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap
akar. Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2 mS/cm. Di atas angka
tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka
akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis
(Laksono dan Sugiono 2017).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Timbangan
b. Ember
c. Gelas takar
d. EC meter
e. Alat tulis
f. Penggaris
2. Bahan
a. Kalsium nitrat
b. Kalium nitrat
c. Fe-EDTA
d. Kalium dihidro fosfat
e. Amonium sulfat
f. Magnesium sulfat
g. Cupri sulfat
h. Zinc sulfat
i. Asam borat
j. Mangan sulfat
k. Amonium molibdat
l. Air
3. Cara Kerja
a. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi (untuk
menghasilkan larutan nutrisi ebanyak 300 L).
b. Komposisi A terdiri atas : Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTA
c. Komposisi B terdiri atas : Kalium dihidro fosfat, Kalium dihidro
fosfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat,
Mangan sulfat, Amonium molibdat.
d. Membuat pekatan A dan pekatan B masing-masing sebanyak 30 L
dengan garam teknis.
e. Mengukur nilai EC dari air yang akan digunakan sebagai pelarut.
f. Melarutkan tiap-tiap komposisi garam A dan B masing-masing ke
dalam 30 L air, sehingga tersedia larutan pekat A dan B dalam 1 L
larutan nutrisi siap pakai.
g. Membuat grafik hubungan antar volume larutan pekat A dan B yang
digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan nilai EC (Y).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Komposisi Larutan Nutrisi Hidroponik
No. Unsur Fungsi
1. Kalium Nitrat Sumber K dan N
Kalium : meningkatkan proses fotosintesis,
mengefisienkan penggunaan air,
mempertahankan turgor, membentuk batang
yang lebih kuat, sebagai aktivator sistem
enzim, dan memperkuat perakaran.
Nitrogen : meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tanaman,
dan membentuk klorofil.
2. Kalsium Nitrat Sumber Ca dan N
Kalsium : merangsang pembentukan bulu
akar, memperkeras dan memperkuat batang,
merangsang pembentukan biji, dan
mencegah rontok bunga dan buah.
Nitrogen : meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tanaman,
dan membentuk klorofil.
3. Fe-EDTA Sumber Fe
Ferrum : Zat penting bagi pembentukan
klorofil serta berperan dalam pembentukan
karbohidrat, lemak, dan protein
4. Kalium fosfat Sumber K dan P
Kalium : meningkatkan proses fotosintesis,
mengefisienkan penggunaan air,
mempertahankan turgor, membentuk batang
yang lebih kuat, sebagai aktivator sistem
enzim, dan memperkuat perakaran.
Fosfor : merangsang pembungaan dan
pembuahan, merangsang pertumbuhan akar,
merangsang pembentukan biji, memperbesar
pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel
5. Magnesium sulfat Sumber Mg dan S
Magnesium : sebagai inti klorofil dan
berperan dalam pembentukan buah
Sulfur : Membantu pembentukan anakan,
unsur penting dalam beberapa jenis protein,
dan sebagai bagian penting pada tanaman-
tanaman penghasil minyak
6. Mangan Sulfat Sumber Mn dan S
Mangan : pembentukan protein dan vitamin
C, mempertahankan kondisi hijau daun pada
daun yang tua, aktivator enzim, dan
komponen penting untuk proses asimilasi
Sulfur : Membantu pembentukan anakan,
unsur penting dalam beberapa jenis protein,
dan sebagai bagian penting pada tanaman-
tanaman penghasil minyak
7. Cupri sulfat Sumber Cu dan S
Cuprum : aktivator enzim, membantu proses
fotosintesis, pembentukan klorofil, dan
berperan dalam fungsi reproduksi tanaman
Sulfur : Membantu pembentukan anakan,
unsur penting dalam beberapa jenis protein,
dan sebagai bagian penting pada tanaman-
tanaman penghasil minyak
8. Zinc sulfat Sumber Zn dan S
Zinc : aktivator enzim, pembentukan
klorofil, dan membantu proses fotosintesis
Sulfur : Membantu pembentukan anakan,
unsur penting dalam beberapa jenis protein,
dan sebagai bagian penting pada tanaman-
tanaman penghasil minyak
9. Asam borat Sumber B
Boron : proses pembentukan, pembelahan,
dan diferensiasi, serta pembagian tugas sel.
10. Amonium molibdat Sumber N dan Mo
Nitrogen : meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tanaman,
dan membentuk klorofil
Molibdenum : pembawa elektron untuk
mengubah nitrat menjadi enzim
Sumber : Logbook
Grafik 1. Hubungan Antara Volume Pekatan A dan B tiap 1000 ml air dengan
nilai EC