Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja/serikat
buruh tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat
buruh yang telah tercatat terlebih dahulu (Pasal 19 UU Serikat Pekerja/Serikat
Buruh).
Dalam proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-
halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk serikat pekerja/serikat
buruh dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa
menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk
SP, dikenakan sanksi pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp500
juta (Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh).
Hal ini sesuai dengan penjelasan umum UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang
menyebutkan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa syarat dan prosedur pendirian SP adalah:
1. Ada setidaknya 10 orang anggota;
2. Pembuatan AD/ART;
3. Pencatatan di Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau
walikotamadya setempat;
4. Pemberitahuan ke pihak perusahaan mengenai keberadaan SP.
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.