STRATEG
I
MENINGKATKAN
Pendapatan PTS
Kualitas Pendidikan PTS
Sumber Daya PTS
PTS-PTS Yang Telah Berhasil
Melaksanakan Terobosan Baru Menghadapi
MEA
Turut berbagi pengetahuan
Sesuai komitmen sosial KPT dan YKPI
Konsultan Pendidikan Tinggi Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia
Diterbitkan Oleh :
Terima kasih sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada tim penyusun buku ini,
khususnya kepada Andri Yulianto, Ardi Intia S, Raju Effendi, Naufal Aliy Andra Putra, Eko
Marganus, Hendrik Prasetyono, Dian Nurul Ikhwan, Aji Rizky Nurdiansyah, Supiani,
Arie Nugraha, Suyanto, Chatur Lukito, Asep Fery Setiawan, Yana Wirdayati, Sutjiowati,
Rachmi Wiyati, Roni Abdullah, Sri Rahayu, Yandi Juniansyah, Cipto Sunarno, Sri
Handayani, Siti Rahayu, Adi Supoyo, Robert Setiawan, Dwi Santoso, Arief Wibowo, Siti
Lestari, Wahyono, Nurhadiyono, Arif Rahman A, Suharto, Rohmat Yunus, Ellyawati
Rahayu, Isnan Muharam, Akhmad Sugiantoro, Hadi Rahman, Uven Sumpena, Carkayim,
Agus Sarwoko, Moch. Rizkon Subehi, Ayu Febri Sulistiya, Dwi Ari Prasetyo, Moh.
Zainudin, Azhari, Taufik Hidayatul M, Ahmad Humaidi, Abdul Azis, Irwansyah, Deni
Lesmana, Hamarudin, Renjers JJ. Lukow, M. Aip Saepudin, Didik Dwi Prastono dan lain-
lain (yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu), yang telah berusaha keras
merealisasikan buku ini.
• Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite Gilland Group, Dewan Komisaris dan Direksi
di PT. Gilland Ganesha, PT. Kreasi Pranata Terpadu, CV. Flamboyan, CV. Laris, CV.
Indragung, Pengurus Yayasan dan Pimpinan BPH Yayasan Kebangkitan Pendidikan
Indonesia (YKPI);
• Pihak-pihak di luar Gilland Group yang senantiasa mendukung kami, seperti Google,
Suburmitra Grafistama, PT. Indotrans Data, PT. Interlink, PANDI (Pengelola Nama
Domain Internet Indonesia), CBN Registrar (mitra PANDI), Namecheap, Perguruan
Tinggi Swasta yang bekerjasama dengan KPT, para Agen Marketing di perusahaan/
lembaga, dan sebagainya;
• Seluruh pembaca budiman yang telah meluangkan waktu membaca buku ini.
Semoga hadirnya buku ini dapat meningkatkan peran KPT (dan Gilland Group) dalam hal
turut aktif mencerdaskan bangsa, serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
Indonesia.
Indragung Priyambodo
Gilland Group
Terobosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS iiv
·c: · · Testimoni Rektor/Ketua · ··7
. ..
··· ·
:.•...
· ......····················· ...........
.'
·
········································
····
S'IT BinJ Tt1nggal Bck.1si ntemililt KPT scbagai lllitra u1ttuk mc-
ningkatkan jumlah student body )'<lng dirasa masil\ belum
n1c1lCukupL A lhan1<lulillah tclall kcrj., nla ini bcrj.ilan perubahan
positif dapat k.-1mi rasakan. Senioga KPT dan STT 6ina Tunggal dapat
berkenlbang lebih pesat.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga penyusunan
buku KPT dengan judul “Terobosan Baru Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) : Strategi Meningkatkan Pendapatan PTS, Kualitas PTS, dan Sumber Daya PTS”
edisi ke 4 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku ini membahas tentang strategi yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
untuk mempercepat proses peningkatan kualitas PTS tersebut. Peningkatan kualitas yang
dimaksud, meliputi :
• Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran;
• Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya PTS;
• Peningkatan kesejahteraan dosen dan karyawan;
• Peningkatan pendapatan PTS.
Penulisan buku ini berdasarkan berbagai pengalaman dari KPT serta sumber lain.
Konsultan Pendidikan Tinggi (KPT) berdiri sejak tahun 2003, dan ingin berbagi
pengetahuan/ wawasan tentang strategi marketing pada PTS. Kemudian mengembangkan
strategi tersebut, untuk bersama-sama mempercepat peningkatan kualitas PTS di Indonesia.
Kami sangat terbuka untuk menerima berbagai masukan untuk menyempurnakan buku ini.
Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan buku ini sejak awal hingga akhir.
Semoga hadirnya buku ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi PTS di
Indonesia.
Tim Penyusun
viii
v Terobosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS
Daftar Isi
Ucapan Terimakasih ii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Pendahuluan x
Terobosan Baru : Strategi Meningkatkan Kualitas PTS x
ix
2.1.5 Menyebarkan Informasi P2K ke Perusahaan,
Lembaga Pemerintah/Swasta 18
2.1.6 Mengirimkan Informasi P2K Melalui POS (Surat) 18
2.1.7 Memasang Spanduk dan Poster P2K di Berbagai Lokasi Strategis 19
2.1.8 Memasang Iklan P2K di Koran 19
2.1.9 Menyebarkan Brosur Secara Langsung di Lokasi Strategis 19
2.1.10 Membuat Jaringan GSF dan Menempatkan Agen-agen Marketing
di Berbagai Perusahaan 20
2.1.11 Menggunakan Civitasbook.com, YKPI, dan Mesin Pencari
Cangkok.com untuk Publikasi (Dalam Tahap Pengembangan) 20
2.1.12 Menyebarkan Informasi Melalui Email, Forum Komunitas, Milis,
Jejaring Sosial, dsb 21
vii
Te bosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS
ro
2.3.13 Akreditasi 33
2.3.14 Lokasi Kampus 33
Lampiran I
Lampiran II
Peta Lokasi 43
Pada buku ini diuraikan terobosan baru untuk mempercepat peningkatan kualitas PTS
(Perguruan Tinggi Swasta), yaitu :
Terobosan baru ini sekaligus melengkapi pelaksanaan amanat UUD 45 Pasal 31 ayat (1)
bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Padahal diantara warga
negara terdapat sebagian masyarakat yang memiliki waktu luang berbeda dengan Program
Reguler, yaitu masyarakat yang berasal dari dunia kerja (karyawan, pengusaha, dan
sebagainya).
Terlebih lagi DPR dan Pemerintah sejak tahun 2003 mendorong hal tersebut melalui
Undang-Undang RI No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa
“Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan Sistem Terbuka”.
Terobosan baru yang dimaksud adalah turut aktif memberi kesempatan kepada masyarakat
dari dunia kerja untuk meningkatkan pendidikan tingginya secara layak dan bermutu.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk Program Perkuliahan Karyawan (P2K), yang
penyelenggaraannya harus memenuhi dua syarat mutlak di bawah ini, yaitu :
1. Penyelenggaraan P2K harus sesuai dengan norma dan kaidah akademik (harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan).
1. Penyelenggaraan P2K tidak sesuai dengan dua persyaratan mutlak tersebut, yaitu
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau tidak sesuai dengan
tuntutan dunia kerja.
Pada umumnya PTS terkait juga kurang berhasil dalam menyelenggarakan program
regulernya, yang sangat bergantung pada “citra PTS”. Sedangkan untuk Program
Perkuliahan Karyawan (P2K) relatif hanya sedikit bergantung pada citra PTS, namun
sangat bergantung dari marketing yang terus-menerus, setiap saat, sebagaimana
diuraikan dalam “hasil riset KPT tentang Reguler dan Program Perkuliahan Karyawan
(P2K)” (Bab 1.1). Sehingga kondisinya dapat terbalik, penyelenggaraan P2K-nya berhasil,
namun regulernya kurang berhasil.
Disinilah pentingnya peranan seluruh pemimpin di PTS tersebut untuk kompak, mulai
dari pimpinan unit, pimpinan jurusan, fakultas sampai pimpinan tertinggi. Semua
melaksanakan misi dan visi yang sama terhadap PTS-nya, meninggalkan ego sektoral,
mengutamakan kepentingan bersama, saling membantu antar jurusan, antar fakultas, antar
biro, antar unit, saling mengisi dan menjadi sebuah tim besar yang kompak.
Pada buku ini, mula-mula (Bab 1.1) diuraikan mengenai hasil riset KPT (Konsultan
Pendidikan Tinggi) tentang calon mahasiswa reguler, calon mahasiswa P2K, dan mahasiswa
P2K.
Sesuai tujuan utama tersebut, maka KPT tidak merahasiakan strategi marketing yang
digunakan, dan diuraikan disini, termasuk konsep dasarnya. Dengan harapan dapat
menjadi masukan bagi PTS dalam melaksanakan marketing untuk program reguler,
maupun untuk marketing P2K bila akan dilaksanakan sendiri.
Strategi marketing penerimaan mahasiswa baru diuraikan pada Bab 2, yang terbagi dalam
strategi mendatangkan calon mahasiswa baru (Bab 2.1), strategi menerima kedatangan calon
mahasiswa baru (Bab 2.2), dan strategi meningkatkan kualitas produk PTS (Bab 2.3).
Pada bagian penutup (Bab 3), diuraikan kerjasama KPT dengan PTS-PTS, yang secara garis
besar seperti di negara maju, yaitu :
• PTS fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan proses perkuliahannya;
• KPT fokus pada marketing dan pendanaan penyelenggaraannya.
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar,
tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya
program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya
biaya studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat),
menarik tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya,
dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut
digunakan untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Jumlah minimal tersebut di atas merupakan jumlah awal yang dibutuhkan agar marketing
internetnya berhasil. Selanjutnya jumlah ini ditambah terus-menerus sesuai anggaran yang
tersedia ditambah dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Subsidi tersebut memang harus terus-menerus diberikan, karena sudah pasti tidak cukup
bila hanya mengandalkan anggaran yang tersedia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah
usaha sosial (usaha nirlaba), sehingga dibutuhkan komitmen sosial yang tinggi bila
turut aktif terjun di pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam
mengelola pendidikan adalah mencerdaskan masyarakat, meningkatkan SDM Bangsa
Indonesia. Semua itu merupakan amal yang tidak akan terputus dan sesuai law of attraction,
Tuhan akan selalu memberi balasan/hadiah berlipat-lipat melalui sumber-sumber lain.
PTS yang bekerjasama dengan KPT, tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, antara lain :
• DKI Jakarta
- Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta
- Universitas Muhammadiyah Jakarta
- Institut Sains dan Teknologi Al Kamal - Jakarta
- Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma - Jakarta
- Universitas Krisnadwipayana - Jakarta
- Institut Teknologi Budi Utomo - Jakarta
- STIE Ahmad Dahlan - Jakarta
- STMIK Muhammadiyah Jakarta
- STT Indonesia - STIE Nasional Indonesia - Jakarta
- Universitas MH. Thamrin - Jakarta
- STIE Trianandra - Jakarta
- STIE International Golden Institute - Jakarta
- Universitas Jakarta
- STIE Swadaya - Jakarta
• Jawa Barat (Depok, Bogor, Bekasi, Bandung, Subang & Kuningan)
- STIE Hidayatullah - Depok
- STIH Dharma Andigha - Bogor
- Sekolah Tinggi Teknologi Bina Tunggal - Bekasi
- Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi
- Universitas Nurtanio - Bandung
- Universitas Sangga Buana YPKP - Bandung
Marketing yang dilakukan KPT untuk masing-masing PTS tersebut di atas, secara umum
adalah sama. Secara khusus terdapat beberapa perbedaan, antara lain :
xvii
dipelihara karena sudah tinggi, bahkan dinaikkan bila memungkinkan, mengenai citra
apa yang masih rendah dan harus diupayakan naik, dan sebagainya.
KPT singkatan dari Konsultan Pendidikan Tinggi yang merupakan bagian dari Gilland
Group (sebelumnya Singo Group).
Lembaga ini didirikan oleh Gilland Group tahun 2003 untuk menyalurkan aktifitas
sosialnya
(komitmen sosial pendidikan) dalam hal turut aktif mencerdaskan bangsa.
Pendirian KPT ini juga terdorong untuk turut aktif melaksanakan UU-RI No. 20 Th. 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Khususnya turut aktif memberi kesempatan kepada
masyarakat yang memiliki waktu luang terbatas maupun dana terbatas untuk
meningkatkan pendidikan formalnya (pendidikan tingginya) secara layak dan bermutu.
Disinilah salah satu peran KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) di Indonesia, yaitu bekerja
sama dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sedemikian rupa sehingga PTS tersebut
dapat fokus terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Karena
kegiatan marketing untuk penerimaan mahasiswa baru dan pendanaan kegiatan belajar-
mengajar diupayakan oleh KPT.
KPT telah melakukan penelitian beberapa kali terhadap calon mahasiswa reguler, calon
mahasiswa P2K (Program Perkuliahan Karyawan), dan terhadap mahasiswa P2K.
Hasil penelitiannya secara singkat seperti berikut ini:
Catatan :
Hasil penelitian yang disampaikan disini hanya berlaku untuk PTS (seluruh
Perguruan Tinggi Swasta). Tidak berlaku untuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri),
karena PTN memiliki karakteristik yang sangat berbeda, baik untuk mahasiswa
maupun calon mahasiswanya pada kedua program tersebut. Juga terdapat perbedaan
yang signifikan antara PTN yang satu dengan lainnya. Berbeda dengan PTS, yang
mempunyai karakteristik hampir sama antara PTS yang satu dengan lainnya.
Yang termasuk dalam P2K (Program Perkuliahan Karyawan) atau sebutan lain dari
P2K antara lain Program Kelas Karyawan, Kuliah Karyawan, Ekstensi, Program Non-
Reguler, Program Khusus, Program Eksekutif, Program Kuliah Sabtu Minggu,
Program Ekstensi Sabtu Minggu, Kuliah Pegawai, Kelas Pegawai, ECP (Employee Class
Program), dan sebagainya.
1.1.1 Prosentase Calon Mahasiswa Reguler Memilih PTS
Beruntunglah PTS yang sudah memiliki citra yang baik di masyarakat, karena untuk
penerimaan mahasiswa baru Program Regulernya, mereka tidak membutuhkan biaya
marketing yang besar. Sehingga calon mahasiswa reguler sudah datang dengan sendirinya,
begitu mengetahui informasi telah dibukanya pendaftaran mahasiswa baru program reguler
di PTS tersebut.
Sedangkan untuk PTS yang memiliki citra kurang baik di masyarakat, walaupun
mengeluarkan biaya marketing yang sangat besar, tetap sulit memperoleh mahasiswa
reguler karena semaksimal apa pun marketingnya, hanya memperoleh 27%- nya saja.
Satu-satunya cara agar regulernya berhasil, PTS terkait harus berusaha memperbaiki diri
sebaik mungkin. Dengan komitmen yang tinggi untuk memperbaiki diri, ditunjang dengan
pemberitaan (marketing) yang tepat, maka citra tersebut dapat terbangun lebih cepat (dalam
waktu 2 - 4 tahun).
Calon mahasiswa P2K lebih rasional dalam memilih PTS. Mereka memilih PTS
berdasarkan banyak pertimbangan, bukan sekedar citra saja. Tetapi cenderung
berdasarkan kebutuhan dunia kerja mereka, di samping masalah waktu luang,
ketersediaan dana, lokasi PTS, dan sebagainya
Ke 76% Mahasiswa P2K tersebut tidak sengaja memperoleh informasi mengenai P2K,
terutama dari internet dan pengarahan langsung di perusahaan/lembaga, juga dari brosur,
spanduk, surat, agen-agen marketing, dan sebagainya.
Dari informasi yang diketahui dengan “tidak sengaja” itulah, muncul keinginan mereka
untuk melanjutkan pendidikannya, dan akhirnya mereka menjadi mahasiswa Program
Perkuliahan Karyawan (P2K).
Oleh karena itu dibutuhkan marketing yang terus-menerus (setiap saat), sebanyak
mungkin, dan seefektif mungkin, sekaligus mendidik masyarakat (pekerja, karyawan,
pengusaha) sedemikian rupa sehingga semakin banyak yang “tidak sengaja”
memperoleh informasi P2K. Dan setelah mempelajarinya menjadi berminat melanjutkan
pendidikan tingginya.
1.2 Peran KPT dalam Mendukung PTS
1.2.1 Peran Pertama
Seperti diuraikan pada sub-bab 1.1 (Hasil Riset KPT
Reguler Tentang Perkuliahan Karyawan atau P2K),
dan apabila sukses, PTS yang
ingin menyelenggarakan P2K uliah Karyawan)
(K harus menyampaikan
(menyebarkan) “informasi terkini” secara
terus-menerus, dengan kata lain harus
melaksanakan kegiatan marketing secara
terus-menerus, setiap saat. Sebagaimana
juga dilakukan oleh konsultan-konsultan
pendidikan di negara-negara maju untuk
perguruan tinggi yang menyelenggarakan
kuliah karyawan.
Hal ini sangat berat dilakukan oleh PTS sebagai lembaga pendidikan. Seandainya marketing
tersebut dilakukan sendiri oleh PTS terkait, maka untuk menutup biaya marketingnya, PTS
tersebut harus membuat biaya pendidikan P2K untuk setiap mahasiswa menjadi sangat
tinggi (di atas US$ 900 per bulan atau Rp 12,6 juta per bulan atau 75,6 juta per semester),
jelas biaya sebesar ini di Indonesia tidak terjangkau karyawan. Terlebih dari segi kebutuhan
SDM untuk kegiatan marketing tersebut.
Disinilah salah satu peran utama KPT dalam mendukung PTS menyelenggarakan P2K
dengan sukses dan berkualitas, sekaligus sebagai “media penyaluran” aktifitas sosial
Gilland Group bagi Indonesia.
Oleh karena pendanaan kegiatan KPT didukung (disubsidi) Gilland Group, maka KPT
mampu melaksanakan marketing terus-menerus, setiap saat, bagi P2K di PTS terkait.
Sehingga P2K di PTS dapat diselenggarakan dengan biaya pendidikan yang relatif
terjangkau masyarakat.
Begitu KPT bekerja sama dengan suatu PTS, maka saat itu juga KPT mulai melaksanakan
kegiatan marketing untuk P2K PTS terkait, yang seluruh biaya marketing semester awal
tersebut menjadi tanggungan KPT sesuai “Komitmen Sosial” Gilland Group.
Sehingga PTS terkait dapat benar-benar fokus mempersiapkan kegiatan akademik semester
awal, dan pada semester selanjutnya PTS terkait dapat fokus meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengajaran di Perkuliahan Karyawan tersebut.
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar,
tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya
program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya
biaya studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat),
menarik tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya,
dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut
digunakan untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Semakin mahal biaya pendidikannya, maka dibutuhkan biaya marketing yang semakin
besar. Semakin rendah prospek jurusannya, maka semakin tinggi biaya marketingnya.
Semakin sulit dijangkau lokasi PTS-nya, maka semakin besar biaya marketing yang harus
dikeluarkan. Dan seterusnya.
Perbandingan biaya marketing internet dan non internet, umumnya 5 berbanding 1 - 2,1
yaitu 5 untuk internet dan 1 - 2,1 untuk non internet (bergantung pangsa pasarnya atau
konsumen yang akan dijadikan target, baik konsumen utama maupun konsumen
sekundernya).
Saat ini Gilland Group memiliki jaringan website terbesar di Indonesia, memiliki 2.648
domain internasional dan Indonesia; masing-masing domain rata-rata memiliki 231.000
subdomain; sehingga seluruhnya menjadi lebih dari 611,7 juta website yang saling berkaitan.
Seluruh domain tersebut tersebar di 121 server kualitas tinggi milik Gilland Group, yang
memang dikhususkan untuk domain-domain tsb. Ke 121 server ini tersebar di beberapa
lokasi data center.
KPT melakukan kontrak kerja dengan jaringan website yang dikelola Gilland Group.
Dalam kontrak kerja tersebut antara lain :
• Mendesain minimal 41 ribu website P2K untuk setiap PTS yang bekerjasama dengan KPT;
• Memasukkan setiap PTS ke minimal 11,6 juta website P2K PTS-PTS sesuai relevansinya;
• Mengiklankan P2K PTS tersebut di minimal 19 juta website, sesuai relevansinya.
Biaya marketing terbesar kedua adalah untuk membayar gaji karyawan KPT (karyawan
tetap), membayar honor karyawan harian, agen-agen marketing di berbagai perusahaan dan
lembaga, serta get student fee. Biaya marketing berikutnya yang relatif besar adalah untuk
hardware marketing, seperti brosur, katalog, surat, media pendukung marketing dan PMB,
poster, spanduk, dan sebagainya.
Jadi peran pertama KPT terkait dengan P2K adalah melaksanakan kegiatan marketing terus-
menerus, setiap saat.
1.2.2 Peran Kedua
Kendala terbesar seorang karyawan dalam melanjutkan pendidikannya adalah kemampuan
finansialnya, yaitu kemampuan membayar biaya pendidikan. Namun mereka mampu
menyisihkan
sebagiandananyasetiapbulanuntukmeningkatkankemampuannya,meningkatkanpendidikannya
.
Oleh karena itu Biaya Pendidikan P2K harus dapat diangsur bulanan sehingga terjangkau
masyarakat. Mahasiswa P2K harus diberi “fasilitas kredit biaya pendidikan tanpa
agunan dan tanpa bunga”, agar mereka yang relatif kurang mampu secara finansial dapat
mengangsur bulanan.
Pada bulan Juni 2012, Gilland Group telah mendirikan Yayasan Kebangkitan Pendidikan
Indonesia (YKPI). Yayasan ini (YKPI) memiliki tugas khusus membantu KPT dalam hal :
• Selain itu YKPI (Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia) ini juga memiliki tugas
umum (tujuan umum), yaitu mendirikan dan membangun jurnal-jurnal ilmiah nasional
dan internasional.
Sampai saat ini civitasbook.com belum dipublikasikan secara langsung, karena memang
masih dalam tahap pembangunan, sekaligus membutuhkan masukan-masukan dari
perguruan tinggi dan lembaga penelitian, sehingga memenuhi tujuan utamanya. Walaupun
belum dipublikasikan, kami mengijinkan Google untuk mengambil data/informasi yang
boleh dilihat publik sehingga masuk dalam indeks Google (dapat dilihat dengan
memasukkan
kata kunci civitasbook.com di
google).
Pada Juni 2009, Gilland Group mendirikan search engine cangkok.com bersamaan dengan
pengembangan Server Gilland Group.
Terlebih lagi DPR dan Pemerintah sejak tahun 2003 mendorong hal tersebut melalui
Undang- Undang-RI No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
“Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan Sistem Terbuka”.
Banyak keuntungan yang akan diperoleh pihak PTS (Perguruan Tinggi Swasta) apabila
menyelenggarakan P2K dengan sukses, selain mampu sepenuhnya melaksanakan amanat
UUD 45 dan UU Sisdiknas, turut aktif meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) pekerja
di Indonesia, PTS tersebut juga mendapatkan keuntungan internal, antara lain seperti
berikut ini:
Kualitas PTS yang paling utama diukur dari “output”-nya (lulusannya), yaitu seberapa
cepat lulusannya bekerja. Semakin cepat lulusannya dapat pekerjaan atau wiraswasta, maka
kualitas PTS tersebut dalam penilaian akreditasi akan memperoleh nilai tinggi (dianggap
berkualitas). Sebaliknya semakin lama lulusannya menjadi pengangguran, maka PTS
tersebut dikategorikan tidak berkualitas.
Mahasiswa P2K, sebagian besar adalah pekerja, sehingga saat mereka lulus, tidak ada
“waktu tunggu” untuk bekerja, karena mereka sudah bekerja sejak mahasiswa, otomatis
penilaian akreditasinya menjadi sangat tinggi.
Kualitas mahasiswa P2K tentu saja lebih tinggi dibandingkan reguler, karena mental
pekerja tentu saja lebih baik, lebih fokus. Kualitas mereka akan berdampak positif terhadap
mahasiswa reguler.
Lulusan reguler akan sangat terbantu oleh lulusan P2K. Berdasarkan pemantauan KPT,
selama ini telah banyak lulusan reguler yang bekerja di perusahaan yang dimiliki lulusan
P2K. Juga telah banyak lulusan reguler yang berwiraswasta, karena dibantu (diberi fasilitas
awal) oleh lulusan P2K dari PTS terkait.
1.3.2 Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Pengajaran, dan Dosen
Sebagian mata kuliah yang diajarkan di PTS telah diterapkan di dunia kerja oleh sebagian
Mahasiswa P2K, sehingga diantara mereka
ada yang lebih menguasai mata kuliah
tertentu dibandingkan dosennya. Hal ini
menguntungkan dosen dan mahasiswa
lainnya, karena menambah pengetahuan dosen
dan mahasiswa lainnya. Selain itu juga otomatis
akan terjadi perbaikan dan pengembangan
silabus mata kuliah dan pengembangan
kurikulum yang benar-benar sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Dampak positifnya
otomatis juga diterima mahasiswa reguler, karena materi mata kuliah yang diajarkan akan
benar-benar sesuai dengn perkembangan dunia kerja.
Selain itupun pendapatan PTS otomatis meningkat, sehingga dapat meningkatkan dan
menyempurnakan fasilitas pendidikannya.
***
2
Strategi Penerimaan Mahasiswa Baru
12
Strategi
Penerimaan
Mahasiswa Baru
2. Strategi Penerimaan Mahasiswa
Baru
Sesuai tujuan utama pendirian KPT, yaitu turut aktif mencerdaskan bangsa. Maka KPT
tidak merahasiakan strategi marketing yang digunakan, termasuk konsep dasarnya, dengan
harapan turut mencerdaskan atau dapat menjadi masukan bagi mereka yang sedang/akan
bergerak di bidang marketing, karena hampir semua usaha membutuhkan marketing.
Seorang dosen bertanya di kelas, “Berapa banyak dari kalian dapat memasak hamburger
yang lebih enak ketimbang McDonald’s ?” hampir semua mahasiswa mengangkat tangan
mereka.
Kemudian dosen itu bertanya lagi, “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian dapat memasak
hamburger yang lebih enak, bagaimana McDonald’s bisa menghasilkan uang lebih
banyak dari kalian ?”
Dosen itu juga menambahkan : “Uang tidak pergi ke bisnis dengan produk atau jasa
terbaik, uang mengalir ke bisnis dengan para pemimpin terbaik dan tim manajemen terbaik,
terutama tim manajemen marketing terbaik”.
Strategi Penerimaan Mahasiswa Baru
13
Dialog (ilustrasi) di atas menunjukkan betapa pentingnya strategi marketing dan
memahami selera pasar, betapa pentingnya para pemimpin terbaik dan tim
manajemen marketing terbaik.
Artinya bahwa marketing merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi, serta distribusi sejumlah ide, jasa, dan barang untuk menciptakan
pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dalam hal strategi marketing untuk penyelenggaraan P2K (Program Perkuliahan Karyawan)
di Perguruan Tinggi Swasta (PTS), terdapat 3 (tiga) strategi marketing yang saling
berinteraksi, yang membuat konsumen menjadi mau mempelajari, kemudian mau
menghubungi dan atau
mau mendatangi, selanjutnya membuat mau mendaftar menjadi calon mahasiswa,
dan akhirnya mau herregistrasi menjadi mahasiswa.
Strategi mendatangkan calon mahasiswa baru P2K yang dilakukan KPT seperti berikut ini.
1. Membuat minimal 41 ribu website P2K untuk masing-masing PTS.
2. Membuat minimal 11,6 juta website P2K untuk seluruh
PTS.
3. Mengiklankan P2K di internet lebih dari 19 juta website.
4. Memasang Iklan di Mesin Pencari Google dan Yahoo.
5. Menyebarkan Informasi P2K ke Perusahaan/lembaga Pemerintah/Swasta.
6. Mengirimkan Informasi P2K Melalui POS (Surat).
7. Memasang Spanduk dan Poster P2K di Berbagai Lokasi Strategis
8. Memasang Iklan P2K di Koran.
9. Menyebarkan Brosur Secara Langsung di Lokasi Strategis.
10. Membuat Jaringan Get Student Fee (GSF) dan Menempatkan Agen-agen Marketing di
Perusahaan /Lembaga
11. Menggunakan Civitasbook.com, YKPI, dan Mesin Pencari Cangkok.com untuk
Publikasi
12. Menyebarkan Informasi Melalui Email, Forum Komunitas, Milis, Jejaring Sosial, dsb
KPT telah melakukan penelitian beberapa kali terhadap calon mahasiswa reguler,
calon mahasiswa P2K (Program Perkuliahan Karyawan), dan terhadap mahasiswa
P2K. Hasil penelitiannya secara singkat telah diuraikan di halaman 1 - 3.
2.1.1 Membuat Minimal 41 ribu Website P2K Untuk Masing-masing PTS
Begitu KPT bekerja sama dengan suatu PTS, maka KPT langsung
meminta Gilland Group untuk membuatkan minimal 41 ribu
website P2K untuk PTS terkait. Masing-masing website dibuat
dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Website ini digunakan
sebagai media akhir penerima link dari 19 juta iklan internet.
Ke 41 ribu website masing-masing PTS tersebut sengaja tampilannya dibuat sama agar neter
(masyarakat) mudah mengenalinya. Sebenarnya di dalam website tersebut tidak ada
satupun yang sama (walaupun tampilan luarnya sama). Perbedaannya akan terlihat ketika
web tersebut di view source, perbedaan ini penting untuk kebutuhan SEO (Search
Engine Optimization) pada lebih dari 250 ribu keywords.
Jumlah website ini akan selalu ditambah sesuai anggaran yang tersedia, serta sesuai dengan
tingkat kesulitan marketingnya, juga sesuai dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
UIC - Jakarta, UNIJA, UMJ, ISTA, UNSURYA, UNKRIS, ITBU, STIE Ahmad Dahlan,
STMIKMJ, STTI-STIENI, Universitas MH. Thamrin, STIE Trianandra, STIE IGI, STIE
Swadaya, STIE Hidayatullah Depok, STIH Dharma Andigha Bogor, STT Bina Tunggal,
IBM Bekasi.
2.1.2 Membuat Minimal 11,6 juta Website P2K Untuk Seluruh PTS
Gilland Group telah membuat lebih dari 11,6 juta website P2K yang bersifat umum untuk
kebutuhan seluruh PTS yang bekerja sama dengan KPT. Masing-masing website dibuat
dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
Seperti halnya ke 41 ribu website masing-masing PTS, 11,6 juta website “bersama” ini
tampilannya juga sengaja dibuat mirip walaupun tidak sama persis, sehingga neter
(masyarakat) mudah mengenalinya. Namun di dalam website tersebut sebenarnya
tidak ada satupun yang sama (walaupun tampilan luarnya sama). Perbedaannya akan
terlihat ketika di view source, perbedaan ini penting untuk kebutuhan SEO (Search Engine
Optimization) pada lebih dari 250 ribu keywords.
Setiap hari KPT menambah jumlah website P2K tersebut, sehingga jumlah website tersebut
bertambah terus. Penambahannya disesuaikan dengan tingkat kesulitan marketing
masing- masing PTS, juga disesuaikan dengan anggaran yang tersedia, serta disesuaikan
dengan penambahan subsidi dari Gilland Group.
Setiap hari KPT menambah pemasangan iklan P2K pada jaringan website terkait, sehingga
jumlah website yang dipasangi iklan P2K senantiasa bertambah sesuai tingkat kesulitan
marketing masing-masing PTS. Selain itu penambahannya juga disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia, dan disesuaikan dengan penambahan subsidi dari Gilland Group.
Dari Tahun 2003 sampai pertengahan 2007 KPT memasang iklan di Google, Yahoo, MSN,
dan
search engine lainnya.
Setelah Gilland Group memiliki jaringan website terbesar di Indonesia, KPT memasang
informasinya langsung di jaringan website Gilland Group, dan masuk dalam kategori
iklan "mewah" atau eksklusif.
Sejak itu KPT relatif tidak memasang iklan di search engine. Namun tetap bermitra secara
tidak langsung dengan search engine. Dengan cara demikian, biaya dapat ditekan 30%-40%
dengan hasil yang dapat ditingkatkan 3-8 kali lipat, tergantung konsumennya dan
tergantung tingkat kesulitan masing-masing PTS (tinggi-rendahnya citra PTS) yang
dipublikasikannya.
Dampak positifnya, subsidi dari Gilland Group dapat dikurangi rata-rata 30%-40% untuk
masing-masing PTS, sehingga dapat digunakan untuk membantu lebih banyak PTS dan
lebih banyak person/masyarakat.
Sebagai contoh, tahun 2004 untuk satu PTS kami memasang iklan dengan biaya rata-rata
Rp 1,4 juta per hari. Respon dari masyarakat yang meminta brosur P2K rata-rata sebanyak
empat orang setiap hari (hanya meminta brosur).
Langkah awal melaksanakan strategi ini, dengan terlebih dulu harus memiliki alamat-
alamat strategis yang akan dikirimi informasi P2K.
Alamat-alamat strategis tersebut antara lain alamat alumni D3, Politeknik, Akademi, dan
S1, alamat alumni SMA, SMK, MA, dan SMF, untuk lulusan tahun-tahun sebelumnya yang
diasumsikan bekerja, alamat karyawan berbagai perusahaan/lembaga, alamat anggota
forum-forum komunitas, dan sebagainya.
Untuk memiliki alamat-alamat ini, perlu dipersiapkan anggaran khusus. Dalam
memperoleh alamat-alamat ini, bisa memintanya langsung ke lembaga/perusahaan
tersebut, atau mengadakan MOU dengan pimpinan lembaga/perusahaan tersebut, atau
melalui agen-agen marketing.
Dibutuhkan manajemen yang baik untuk mengelola pengiriman informasi melalui POS,
dimulai dengan pengklasifikasian alamat sesuai target market masing-masing PTS, proses
pencetakan, pemasukan brosur, dan seterusnya, sampai proses eliminasi surat yang kembali
( gagal kirim, karena alamatnya sudah pindah ).
Oleh karena itu pemasangan spanduk dan poster dilakukan terus-menerus secara rutin di
tempat-tempat strategis tersebut. Karena banyaknya lokasi strategis, maka pemasangannya
bergantian dengan skala prioritas sesuai kondisi masing-masing PTS, dan itu dilakukan
terus- menerus.
30% lokasi strategis yang disebar brosur, beririsan dengan lokasi strategis pemasangan
poster atau spanduk. Sedangkan yang 70% di luar lokasi strategis pemasangan poster atau
spanduk.
2.1.10 Membuat Jaringan GSF dan Menempatkan Agen-agen
Marketing di Berbagai Perusahaan
Jaringan Get Student Fee (GSF) mayoritas dibentuk dari alumnus PTS terkait, dari mahasiswa
P2K, dan dari manajer serta bagian HRD atau SDM di berbagai perusahaan/lembaga.
Sedangkan agen-agen marketing di berbagai perusahaan/lembaga, mayoritas adalah
karyawan biasa di perusahaan tersebut.
Tugas utama mereka adalah berusaha mendorong rekan kerjanya, bawahannya, atasannya,
atau sahabat/famili/tetangga, yang dianggap punya kemampuan untuk meningkatkan
pendidikannya, agar mereka punya keinginan untuk kuliah lagi (meningkatkan
pendidikan formalnya). Setelah mereka punya keinginan meningkatkan pendidikannya,
tahap selanjutnya menjadi mudah, yaitu tinggal mengarahkan untuk masuk ke P2K PTS
tertentu sebagaimana yang diprogramkan (direncanakan) KPT.
Mereka yang masuk dalam jaringan get student fee memperoleh fee sesuai dengan hasil
kerja dan bantuan usahanya. Sedangkan mereka yang masuk dalam agen marketing, selain
memperoleh fee, juga memperoleh tambahan honor bulanan sesuai tingkat kesulitan di
lokasi masing-masing.
Cangkok.com merupakan mesin pencari (search engine) ber-Bahasa Indonesia yang dirancang
sebagai mesin pencarian terbesar di Indonesia, dengan teknologi pencarian terbarukan.
2.1.12 Menyebarkan Informasi Melalui Email, Forum Komunitas, Milis, Jejaring Sosial,
dsb
Menyebarkan informasi melalui email pernah dilakukan KPT tahun 2003 dan 2004. Pada
Januari 2005, KPT mengadakan penelitian terhadap penyebaran informasi via email tersebut.
Salah satu hasil penelitian itu, bahwa informasi yang dikirimkan ke email-email tersebut
cukup mengganggu privasi pemilik email. KPT kemudian menganalisisnya lebih lanjut, dan
menghasilkan kesimpulan : “karena mengganggu privasi pemilik email, maka
dikhawatirkan dapat menurunkan citra PTS yang dipublikasikan KPT”. Berdasarkan
kesimpulan ini, maka sejak Februari 2005 penyebaran informasi via email tidak dilakukan
lagi oleh KPT.
Berbeda dengan penyebaran informasi via forum komunitas, milis, dan jejaring sosial,
dampaknya justru sangat positif, karena disitu akan memunculkan diskusi positif yang
sekaligus bagian dari penyebaran informasi P2K untuk PTS terkait.
Dalam bahasa dagangnya, “bila ada yang menawar, maka jangan sampai lepas”. Istilah
“menawar” disini menunjukkan “ada minat” terhadap hal tersebut. Istilah “jangan sampai
lepas” mengandung makna jangan sampai konsumen tadi memperoleh informasi yang
salah, atau memperoleh informasi yang membuatnya merasa tidak mampu melanjutkan
kuliah, atau memperoleh kesan negatif terhadap PTS tersebut hanya karena informasi lain
yang kurang tepat, atau hanya karena dia mengetahui sedikit tentang PTS tersebut yang
kebetulan tidak berkenan baginya, dan sebagainya.
Semua ini nampaknya hal-hal kecil/remeh, padahal penting sekali. Karena untuk membuat
mereka (konsumen atau calon mahasiswa) berminat untuk kuliah lagi, itu membutuhkan
biaya mahal. Untuk mendatangkan mereka juga memerlukan biaya mahal.
Bila tidak disiapkan dengan matang sarana dan prasarana, termasuk software, hardware, dan
humanware-nya dalam “menyambut” tamu/konsumen yang sudah “mulai” berminat untuk
kuliah. Maka mereka akan terlepas begitu saja, berarti biaya untuk melaksanakan strategi
mendatangkan calon mahasiswa, relatif akan terbuang sia-sia.
Berikut ini diuraikan secara singkat, strategi menerima kedatangan calon mahasiswa baru
yang dilakukan KPT.
Sasaran dari pendaftaran adalah orang yang mendaftar menaikkan statusnya menjadi
“Calon Mahasiswa”. Setelah melalui proses seleksi, kemudian calon mahasiswa tadi lolos
seleksi dan akhirnya membayar biaya pendidikannya, barulah statusnya naik lagi menjadi
“Mahasiswa”. Sebaliknya, jika dia tidak lolos dari seleksi, maka statusnya turun menjadi
konsumen saja.
Oleh karena hanya untuk menaikkan status maka seyogyanya biaya pendaftaran itu tidak
mahal, terlebih ini pendidikan.
Idealnya, biaya pendaftaran itu sebesar Rp 0,- (gratis). Namun kalau gratis, konsumen akan
seenaknya saja mendaftar, dan tanpa beban. Dari penelitian KPT, biaya pendaftaran yang
ideal untuk Pendidikan Tinggi adalah Rp 100.000,-
Biaya sebesar itu, selain tidak memberatkan calon mahasiswa, juga relatif cukup untuk
“membantu” biaya proses pendaftaran dan seleksi, walaupun masih harus disubsidi dari
biaya marketing.
Contoh biaya pendaftaran yang keliru sebagai berikut
:
Untuk mendaftar di Program S3 (Doktor), kita harus membayar biaya pendaftaran sebesar
Rp 500.000 - Rp 1.500.000.
Dan tidak terasa tahu-tahu mereka semakin tua, semakin nanti dulu, akhirnya tidak jadi
kuliah sampai sekarang. Padahal mereka punya uang dan waktu untuk melanjutkan ke
S3, namun sudah tidak berminat lagi karena banyaknya pertimbangan yang tidak perlu.
Seandainya biaya pendaftaran S3 itu sebesar Rp 100.000, maka saat keinginan mereka
melanjutkan kuliah S3 muncul, dan mereka mencari informasi tentang S3, maka saat itulah
mereka akan langsung mendaftar S3 tanpa pikir panjang. Karena sudah mendaftar S3,
maka saat mereka menimbang-nimbang apakah dilanjutkan atau tidak, pertimbangan
mereka akan berbeda sekali karena sudah “terikat”, dan kecenderungan untuk dilanjutkan
lebih besar dibandingkan tidak.
Sistem pendaftaran dan seleksi menggunakan metode "Pelayanan Langsung Tuntas" atau
One Stop
Service.
Sistem pendaftaran dan seleksinya dibuat sedemikian rupa sehingga saat calon mahasiswa
selesai melakukan proses pendaftaran, maka saat itu juga dilakukan proses seleksi. Dan
begitu selesai proses seleksi, saat itu juga diumumkan apakah yang bersangkutan lolos
atau gagal dalam seleksi tersebut.
Seleksi calon mahasiswa Program Perkuliahan Karyawan yang dilakukan KPT berupa
wawancara. Dan wawancara tersebut dilakukan sekaligus, namun bertahap, yaitu :
Wawancara Akademik, Wawancara Finansial/Keuangan, serta Wawancara Adminstrasi
dan Marketing.
1. Realisasi Masa Studi, Sebanyak Mungkin Mahasiswa Yang Lulus Tepat Waktu.
2. Mahasiswa yang Tidak Lulus Tepat Waktu, Tidak dibebani Biaya Pendidikan lagi
3. Beban Studi dan Jumlah Mata Kuliah.
4. Distribusi Mata Kuliah dan Silabusnya.
5. Waktu dan Penjadwalan Kuliah.
6. Biaya Pendidikan dan Sistem Pembayarannya.
7. Biaya Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru Harus Berkualitas.
8. Kualitas Dosen dan Karyawan (non edukatif).
9. Jurusan Prospek Harus Membantu Jurusan Tidak Prospek.
10. Sistem Informasi Akademik (SIA) Berbasis Internet.
11. Fasilitas, Sarana dan Prasarana.
12. Alumni.
13. Akreditasi.
14. Lokasi Kampus.
Terkait dengan produk, terdapat tiga kecenderungan yang harus dihindari, seperti
berikut ini :
1. Lembaga/perusahaan “cenderung memandang kualitas produk dari dirinya
sendiri”, bukan dari sudut pandang konsumen. Suatu produk yang cenderung
kita anggap berkualitas, ternyata konsumen (dan pengguna produk tersebut)
berpandangan sebaliknya.
2. Dalam membuat produk, perusahaan/lembaga cenderung membuatnya
berdasarkan “apa yang bisa dibuat (berdasarkan sumber daya yang
dimilikinya)”, bukan berdasarkan “apa yang sesungguhnya dibutuhkan
konsumen”.
3. Dalam membuat produk, perusahaan/lembaga cenderung mengabaikan pola dan
strategi marketing yang bagaimana yang akan diterapkan, serta konsumen mana
yang akan dijangkau.
Ketiga kecenderungan ini seyogyanya dihindari atau diminimalkan, sehingga produknya
menjadi berkualitas sesuai penilaian konsumen.
Yang dimaksud produk di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) adalah yang terkait dengan
kurikulum dan pelaksanaan kurikulum tersebut, seperti jadwal kuliah, lama-tidaknya
lulus dari PTS terkait, jumlah mata kuliah, jumlah SKS, kualitas dosen, sistem informasi
akademik, dan sebagainya.
Selain kurikulum, yang termasuk produk adalah terjangkau tidaknya biaya kuliah (sesuai
konsumen yang menjadi sasarannya), fasilitas (sarana dan prasarana), status akreditasi,
lokasi kampus, dan kondisi alumni.
Cepat/lambatnya peningkatan kualitas produk PTS sangat bergantung dari usaha keras
PTS terkait sedemikian rupa sehingga seluruh komponen di PTS terkait menjadi “kompak”,
menjadi sebuah “tim besar” yang mengarah ke satu titik (visi dan misi PTS tersebut).
Disinilah pentingnya peranan para pemimpin di PTS tersebut untuk kompak, mulai dari
pimpinan unit sampai pimpinan tertinggi, semua
melaksanakan misi dan visi yang sama terhadap PTS-
nya, meninggalkan ego sektoral, mengutamakan
kepentingan bersama, saling membantu antar jurusan,
antar fakultas, antar biro, antar unit, saling mengisi,
menjadi sebuah tim besar yang kompak.
Berikut ini diuraikan unsur apa saja dalam produk yang berkualitas bagi Perguruan Tinggi
Swasta (PTS). Dan pada beberapa bagian juga dijelaskan bagaimana meningkatkan kualitas
produk tersebut.
2.3.1 Realisasi Masa Studi, Sebanyak Mungkin Mahasiswa yang Lulus Tepat Waktu
Masa studi yang terbaik adalah sesuai dengan aturan perundang-
undangan.
• Misalkan untuk Program S1 yang berasal dari lulusan SMA, masa studinya 8 semester
(4 tahun). Maka PTS terkait harus semaksimal mungkin berusaha agar mahasiswanya
dapat lulus tepat waktu 4 tahun. Semakin banyak mahasiswa yang lulusnya lama,
maka kualitas PTS tersebut semakin tidak baik. Ini juga sesuai dengan penilaian
akreditasi, yang akan memberikan nilai rendah bila mahasiswa di PTS tersebut rata-
rata lulusnya lama.
Pada umumnya banyak mahasiswa yang lulusnya lama, karena “pemahaman yang kurang
tepat” dari dosen terhadap “makna perkuliahan”, sehingga hanya sedikit mahasiswa yang
lulus dari mata kuliahnya.
Padahal semakin banyak mahasiswa yang lulus suatu mata kuliah, maka perkuliahan untuk
mata kuliah tersebut dikatakan berhasil, itu artinya dosen tersebut berhasil mengasuh/
membina mata kuliahnya. Demikian juga sebaliknya, dianggap gagal jika banyak yang
tidak lulus.
Secara perlahan-lahan masyarakat akan tahu hal ini dan menghindari PTS terkait, karena
logika dasarnya “siapa yang mau kuliah di PTS tersebut kalau mereka tahu lulusnya
bakal lama”. Seyogyanya PTS terkait segera menyamakan sudut pandang dan pemahaman
semua dosen, sehingga memiliki visi dan misi yang sama.
2.3.2 Mahasiswa yang Tidak Lulus Tepat Waktu, Tidak dibebani Biaya Pendidikan Lagi
Di negara-negara maju, pada umumnya mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu, tidak
dibebani lagi membayar biaya pendidikannya. Seandainya pun membayar biaya
pendidikan, umumnya hanya membayar biaya administrasi yang ringan sekali saat
herregistrasi.
Mahasiswa yang tidak dapat lulus tepat waktu, sesungguhnya merupakan beban bagi
perguruan tinggi tersebut, selain beban juga dapat menurunkan citra perguruan tinggi
terkait.
Oleh karena itu, dengan mahasiswa tidak membayar lagi (atau membayar sangat ringan)
bila tidak lulus tepat waktu. Maka “beban tersebut” akan benar-benar “terasa”, baik oleh
perguruan tinggi, maupun oleh dosen dan strukturalnya. Karena beban tadi terasa, maka
justru memberi dampak positif terhadap perguruan tinggi terkait, maupun dosen dan
strukturalnya. Mereka semua akan kompak mendorong mahasiswa agar bisa lulus tepat
waktu, sehingga terbentuklah manajemen yang berkualitas.
Sebagian PTS di Indonesia telah menerapkan hal ini, namun sebagian yang lainnya justru
tidak menerapkan hal ini. Sehingga mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu, tetap
membayar biaya pendidikan sebagaimana biasanya. Dampak negatifnya, mahasiswa
tersebut tidak dianggap sebagai beban, malahan ada sebagian yang beranggapan salah,
mengira itu suatu keuntungan.
Bila keadaan ini yang terjadi di PTS, maka jumlah mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu
akan semakin menumpuk dan menumpuk. Secara lambat tapi pasti, masyarakat akan tahu,
bersamaan dengan itu, citra PTS akan turun. Maka program regulernya yang paling terkena
dampaknya, karena 73% calon mahasiswa program reguler memilih PTS berdasarkan “citra”
PTS tersebut. Sedangkan P2K juga akan terkena dampaknya, namun dampak tersebut masih
relatif bisa diatasi walaupun sulit dan mahal. Hal ini karena hanya 32% calon mahasiswa
P2K yang memilih PTS berdasarkan “citra” PTS.
Untuk P2K, cara mengatasinya dengan meningkatkan biaya marketing setinggi mungkin,
sehingga “informasi terkininya” dapat menjangkau sebanyak mungkin masyarakat.
Dampak negatifnya, ketika mahasiswa lulus, dia sudah lupa materi kedua mata kuliah
tersebut, karena pemahamannya hanya sedikit, akibat bobot SKS-nya yang kecil dan
banyaknya mata kuliah. Kalau demikian keadaannya, untuk apa kedua mata kuliah
tersebut masuk dalam kurikulum.
Jadi seyogyanya harus ada keberanian dan ketegasan untuk memilih serta menghapus
mata kuliah di kurikulum, sehingga jumlah mata kuliah menjadi sedikit, dan bobot SKS
mata kuliah tersebut menjadi besar-besar. Itulah kurikulum yang ideal (terbaik).
Hal ini yang sekarang mulai dilakukan pemerintah terhadap kurikulum SMA, SMP, dan SD,
yaitu mengurangi jumlah pelajarannya, sebagaimana di negara-negara maju.
Kurikulum yang seperti ini menunjukkan bahwa sebagian silabus mata kuliah, juga terdapat
materi mata kuliah sebelumnya (yang dipersyaratkan). Hal ini akan membuat mahasiswa
lebih mudah memahami mata kuliah tersebut, sekaligus memahami lebih dalam mata
kuliah yang dipersyaratkan.
Disinilah pentingnya menyusun silabus dengan sebaik-baiknya, sekaligus bobot setiap mata
kuliah menjadi tidak kecil-kecil. Namun bobot total kurikulum tetap seminimal mungkin.
Otomatis jumlah mata kuliah juga seminimal mungkin. Itulah kurikulum yang ideal.
2.3.5 Waktu dan Penjadwalan
Kuliah
Waktu kuliah dan penjadwalan kuliah harus sesuai dengan waktu luang
karyawan/pegawai.
Penjadwalan kuliah disarankan menggunakan sistem PDS (Per Dua SKS), sebagaimana
telah lama diterapkan IKIP Jakarta (sekarang UNJ, Universitas Negeri Jakarta), yang berisi
pakar-pakar di bidang pendidikan.
Pada sistem konvensional (bukan PDS), misalnya si A mengambil 18 SKS (6 mata kuliah)
dalam suatu semester. Maka si A harus mengikuti kuliah sekitar 18 jam per minggu, selama
minimal 14 minggu efektif. Jadi totalnya = 18 jam x 14 minggu.
Dengan menggunakan Sistem PDS, maka si A dapat mengikuti kuliah hanya 14 jam per
minggu, untuk waktu selama 18 minggu. Jadi totalnya sama yaitu = 14 jam x 18 minggu.
Dengan adanya sistem PDS tersebut, seseorang yang sibuk dengan pekerjaannya dapat
kuliah dengan lebih mantap, karena waktu kuliah setiap minggunya tidak terlalu padat.
Sistem PDS juga dapat dikombinasikan dengan sistem konvensional, yaitu si A mengikuti
kuliah 18 jam x 14 minggu sebagaimana sistem konvensional. Namun dalam 18 jam minggu
pertama diberikan hanya 2-3 mata kuliah, pada minggu kedua diberikan 2 - 3 mata kuliah
yang lain, begitu seterusnya. Jadi, seluruh mata kuliah tidak diberikan dalam satu minggu.
Sehingga untuk satu hari kuliah tidak dijejali dengan berbagai mata kuliah, namun hanya
diberikan 2 - 3 mata kuliah yang berbeda setiap minggunya. Dengan cara demikian, maka
apa yang dikuliahkan menjadi lebih mudah terserap oleh mahasiswa di Perkuliahan
karyawan, karena mereka juga sibuk dengan pekerjaannya. Ini sekedar contoh ekstrim
sistem PDS.
Pada bagian itu telah dijelaskan, kenapa biaya pendaftaran calon mahasiswa baru harus
berkualitas. Di bagian ini hanya diberikan tambahan penjelasannya saja, bahwa biaya
pendaftaran calon mahasiswa termasuk dalam “produk PTS”.
Kualitas produknya akan semakin tinggi ketika biaya pendaftarannya semakin rendah,
karena hanya berfungsi sebagai “booking” saja.
Dosen yang akan mengajar di P2K, sebaiknya diberi pelatihan didaktika umum bagi
yang belum pernah memperoleh pelatihan tersebut.
Dalam didaktika umum dipelajari aturan umum bagi seorang dosen untuk dapat mengajar
dengan sebaik mungkin dalam suatu bahasan tertentu. Beberapa hal yang secara umum
perlu diketahui diantaranya tentang motif mahasiswa dalam belajar, evaluasi dan penilaian,
penggunaan media pembelajaran, desain pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Juga dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, antara lain perhatian,
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, penguatan, dan
perbedaan individu.
Dengan memahami dikdatika umum, maka diharapkan tidak ada lagi sebutan “dosen
killer”, yaitu dosen yang tidak meluluskan banyak mahasiswa.
KPT siap membantu sebagian atau semua biaya pelatihan didaktika tersebut.
Tentunya dengan syarat dosen-dosen yang mengikuti pelatihan di PTS terkait, akan serius
menerapkannya, dan para pimpinan jurusan/fakultas/PTS turut aktif memastikan bahwa
hasil pelatihan tersebut diterapkan dengan baik.
Ilustrasi ini juga menggambarkan jurusan prospek dan tidak prospek di Indonesia. Saat ada
jurusan prospek, PTS-PTS beramai-ramai mendirikan jurusan tersebut, dan sebaliknya, saat
ada jurusan yang tidak prospek, maka jurusan itu ditinggalkan, tidak berusaha dipelihara
walalupun mahasiswanya hanya sedikit. Karena tidak dipelihara, akhirnya jurusan tersebut
ditutup.
Ketika jurusan yang terlanjur tutup tersebut mulai prospek lagi, PTS tersebut mulai
mendirikan jurusan itu kembali, dan memulai lagi dari awal. Sedangkan PTS yang tetap
komitmen memelihara jurusan tersebut yang otomatis kebanjiran mahasiswa, bukan
PTS yang memulai lagi mendirikan jurusan yang telah ditutupnya tersebut. Disinilah
pentingnya manajemen PTS yang baik, juga pentingnya pemimpin yang baik, pentingnya
kekompakan. Sehingga semua jurusan tidak berjalan sendiri-sendiri. Jurusan yang sedang
prospek mensubsidi jurusan yang sedang tidak prospek. Demikian juga dengan fakultas.
Fakultas yang prospek mensubsidi fakultas yang sedang tidak prospek, sehingga semua
tetap terpelihara dengan baik.
Selain itu juga terjadi sinergi yang tinggi antar jurusan, antar fakultas. Dampak positifnya,
terjadi efisiensi yang tinggi, karena ada mata kuliah bersama yang wajib dikelola bersama
dan terjadi perpaduan kurikulum.
Untuk saat ini, seyogyanya PTS memadukan kurikulum antara jurusan yang terkait
informatika dengan jurusan yang tidak terkait informatika. Karena kelak, perusahaan/
lembaga itu membutuhkan tenaga ahli ekonomi yang faham informatika, tenaga ahli hukum
yang faham informatika, tenaga ahli teknik sipil yang faham informatika,
te naga ahli teknik mesin yang faham informatika, dan sebagainya,
demikian juga akibat sebaliknya, mereka tidak membutuhkan lagi
tenaga ahli yang faham informatika
saja.
Semua ini logis, karena PTS itu sebuah sistem yang terdiri dari banyak sistem. Persis seperti
mobil atau tubuh manusia, yaitu sebuah sistem yang terdiri dari banyak sistem. Semua
sistem yang terdiri dari banyak sistem akan maju dengan pesat jika bersinergi sangat baik,
apa pun sistem itu, dan begitu juga sebaliknya.
KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) sudah membangun beberapa paket Sistem Informasi
Akademik (SIA) berbasis internet, dan KPT juga sudah mempersiapkan beberapa server
untuk kebutuhan PTS-PTS yang belum memiliki SIA tersebut.
Dalam SIA berbasis internet tersebut, terdapat sistem herregistrasi pengambilan mata kuliah
(KRS/FRS) oleh mahasiswa, penjadwalan kuliah, penilaian UTS, UAS, sampai
dikeluarkannya KHS (Kartu Hasil Studi) dan Transkrip Nilai.
Seluruh proses dan pengelolaan SIA ini hanya boleh dikelola PTS terkait. KPT hanya
mempersiapkan software-nya, sistem database-nya, serta servernya, berikut pelatihannya.
Semua itu gratis (bagian dari pelayanan KPT).
Semakin baik kualitas Sistem Informasi Akademiknya, tugas KPT dalam hal marketing
menjadi semakin ringan. Namun bila biaya studinya menjadi semakin mahal, tugas KPT
kembali menjadi semakin sulit.
Rasa memiliki dari masyarakat inilah yang perlu ditumbuhkan, minimal rasa memiliki dari
civitas akademikanya, terutama dosen dan khususnya mahasiswa. Begitu rasa memiliki
ini tumbuh di mahasiswa, terutama mahasiswa dari P2K (para pengusaha, manajer, dan
sebagainya). Maka dengan sendirinya mereka akan turut aktif melengkapi dan
meningkatkan fasilitas perguruan tinggi terkait. Hal ini sudah terjadi di sebagian PTS
yang bekerjasama dengan KPT.
PTS tersebut harus kompak terlebih dahulu, ada sinergi yang kuat antara jurusan yang satu
dengan lainnya, antar fakultas, antara dosen biasa dan struktural, edukatif dan non edukatif,
semua saling membantu. Semua ini dengan
sendirinya akan “menular” ke mahasiswa, sehingga
mereka dengan suka rela berinisiatif melengkapi
dan meningkatkan fasilitas di PTS tersebut sesuai
dengan sumber daya yang mereka kelola dari
tempat mereka bekerja.
Yang dibutuhkan disini hanya tertib administrasi, khususnya dalam hal pengarsipan dan
peng- update-an data alumni. Bila PTS terkait mengijinkan, maka KPT akan membantu
pengarsipan alumni tersebut.
2.3.13 Akreditasi
Semakin tinggi akreditasinya, kualitas produknya semakin baik. Bila produk 1 - 12 (sub-bab
2.3) tersebut kualitasnya baik, bahkan sangat baik. Maka otomatis hasil akreditasinya juga
akan sangat baik.
***
3
Penutup
Kerjasama KPT dan PTS
Kerjasama KPT dan PTS
34
3. Penutup : Kerjasama KPT dan PTS
Pada bagian Tentang KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi), telah diuraikan bahwa dalam
penyelenggaraan Program Perkuliahan Karyawan (P2K), Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
bekerjasama dengan KPT sebagaimana di negara maju, yang secara garis besar yaitu :
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar,
tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya
program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya
biaya studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat),
menarik tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya,
dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut
digunakan untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Semakin mahal biaya pendidikannya, maka dibutuhkan biaya marketing yang semakin
besar. Semakin rendah prospek jurusannya, maka semakin tinggi biaya marketingnya.
Semakin sulit dijangkau lokasi PTS-nya, maka semakin besar biaya marketing yang harus
dikeluarkan. Dan seterusnya.
Kegiatan marketing awal yang dilakukan KPT antara lain mempersiapkan Sekretariat P2K
di PTS terkait serta mempersiapkan lingkungan di sekitar sekretariat sedemikian rupa
sehingga benar-benar siap “menerima kedatangan calon mahasiswa baru P2K”.
Pada saat yang bersamaan, merancang biaya pendidikannya beserta metode angsuran dan
manajemen penerimaan pembayarannya (software, hardware, dan humanware); mempelajari
kembali hasil riset market terhadap PTS terkait untuk menentukan bagaimana model brosur,
spanduk, poster, surat marketing, dan sebagainya. Menentukan titik-titik lokasi pemasaran,
agen-agen marketing pada perusahaan/lembaga mana yang harus dikontrak, alamat-alamat
pengiriman surat yang harus dipilih, dan sebagainya. Termasuk berapa anggaran yang
dibutuhkan, dan dari anggaran tersebut, berapa yang harus dimintakan subsidi dari Gilland
Group.
Pada saat yang bersamaan KPT juga melakukan kontrak kerja dengan jaringan website yang
dikelola Gilland Group.
Jumlah minimal tersebut di atas merupakan jumlah awal yang dibutuhkan agar marketing
internetnya berhasil. Selanjutnya jumlah ini ditambah terus-menerus sesuai anggaran yang
tersedia ditambah dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Subsidi tersebut memang harus terus-menerus diberikan, karena sudah pasti tidak cukup
bila hanya mengandalkan anggaran yang tersedia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah
usaha sosial (usaha nirlaba), sehingga dibutuhkan komitmen sosial yang tinggi bila
turut aktif terjun di pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam
mengelola pendidikan adalah mencerdaskan masyarakat, meningkatkan SDM bangsa
Indonesia. Semua itu merupakan amal yang tidak akan terputus, dan sesuai “law of
attraction”, bahwa Tuhan akan selalu memberi balasan/hadiah berlipat-lipat melalui sumber
lain.
***
Kerjasama KPT dan PTS
36
PTS yang bekerjasama dengan KPT
• DKI Jakarta
- Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta
- Universitas Muhammadiyah Jakarta
- Institut Sains dan Teknologi Al Kamal - Jakarta
- Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma - Jakarta
- Universitas Krisnadwipayana - Jakarta
- Institut Teknologi Budi Utomo - Jakarta
- STIE Ahmad Dahlan - Jakarta
- STMIK Muhammadiyah Jakarta
- STT Indonesia - STIE Nasional Indonesia - Jakarta
- Universitas MH. Thamrin - Jakarta
- STIE Trianandra - Jakarta
- STIE International Golden Institute - Jakarta
- Universitas Jakarta
- STIE Swadaya - Jakarta
• Jawa Barat (Depok, Bogor, Bekasi, Bandung, Subang & Kuningan)
- STIE Hidayatullah - Depok
- STIH Dharma Andigha - Bogor
- Sekolah Tinggi Teknologi Bina Tunggal - Bekasi
- Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi
- Universitas Nurtanio - Bandung
- Universitas Sangga Buana YPKP - Bandung
- Universitas Al - Ghifari - Bandung
- STIE Muhammadiyah Bandung
- Sekolah Tinggi Teknologi Mandala - Bandung
- Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
- International Women University - Bandung
- STIE Tridharma - Bandung
- Universitas Subang
- Universitas Islam Al-Ihya - Kuningan
• Jawa Tengah & DIY (Semarang, Sukoharjo, Yogyakarta)
- Universitas Muhammadiyah Semarang
- UNDARIS - Ungaran, Semarang
- STIE Trianandra Kartasura - Sukoharjo
- Universitas Proklamasi 45 - Yogyakarta
• Jawa Timur (Blitar, Surabaya, Pasuruan, Malang, Banyuwangi)
- Universitas Islam Balitar - Blitar
- Universitas Muhammadiyah Surabaya
- STTG Walisongo - Pasuruan
- STIEG Walisongo - Pasuruan
- Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia - Malang
- Sekolah Tinggi Teknologi STIKMA Internasional - Malang
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indocakti - Malang
- Universitas Bakti Indonesia - Banyuwangi
• Bali (Denpasar, Jimbaran)
- STIKOM Bali - Denpasar & Jimbaran
- Politeknik Nasional Denpasar
• Bengkulu
- Universitas Muhammadiyah Bengkulu
• Sulawesi Selatan (Makassar) dan Sulawesi Utara (Manado)
- Universitas Kristen Indonesia Tomohon - Manado
- Universitas Pejuang Republik Indonesia - Makassar
Lampiran
38
Lampiran I
Gilland Group adalah grup perusahaan (PT. Gilland Ganesha, PT. Kreasi Pranata Terpadu,
Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia (YKPI), CV. Indragung, CV. Laris, CV.
Flamboyan, dsb.) yang bergerak di bidang Jaringan Website (Internet), Iklan, Marketing,
Peternakan, Vila, dsb. Sedangkan aktifitas sosial (komitmen sosial pendidikan) Gilland
Group dalam hal turut aktif mencerdaskan bangsa, disalurkan melalui divisinya yaitu KPT
(Konsultan Pendidikan Tinggi) dan YKPI.
Saat ini jaringan website milik Gilland Group terdiri dari 2.711 domain (dengan 231 ribu sub
per domain sehingga = 626,2 juta website) berada dalam 207 server kualitas tinggi; dengan
jumlah klik rata-rata sampai hari ini 22.923.757 klik/hari (265,3 klik/detik). Secara bertahap
jumlah klik/detik serta jumlah server kualitas tinggi ditingkatkan dan dikembangkan, serta
pengembangan jejaring sosial civitasbook.com, search engine cangkok.com, dan e-learning
(distance/online learning) yang terintegrasi dengan seluruh domain yang kami miliki serta
terhubung dengan seluruh PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Indonesia yang bekerja sama
dengan kami.
Berikut adalah beberapa nama domain dengan data rata-rata klik per hari yang ada dalam
jaringan website Gilland Group, diurutkan berdasarkan jumlah klik (data diambil tanggal 27
Agustus 2016) :
Lampiran
39
Rata - rata jumlah klik Rata - rata jumlah klik
No Nama Domain No Nama Domain
klik/ hari klik/detik klik/ hari klik/detik
Lampiran
40
Rata - rata jumlah klik Rata - rata jumlah klik
No Nama Domain No Nama Domain
klik/ hari klik/detik klik/ hari klik/detik
Untuk melihat lebih lengkap daftar nama domain dan update jumlah klik per hari jaringan
website Gilland Group tersebut, dapat dilihat dengan meng-klik salah satu domain di atas. Pada
setiap domain tersebut terdapat menu “Daftar Jaringan Website Gilland Group”, silahkan di klik
menu terkait.
Lampiran II
Bandung
Surabaya
Semarang
Yogyakart
Sebagaimana diketahui, bahwa Perguruan Tinggi di negara maju dapat fokus meningkatkan
kualitas Pendidikan dan Pengajarannya, dikarenakan mereka tidak disibukkan oleh kegiatan
marketing untuk penerimaan mahasiswa baru, juga tidak disibukkan oleh pendanaan
terhadap kegiatan belajar-mengajarnya. Peran tersebut dikelola oleh lembaga lain berupa
konsultan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi terkait.
Disinilah salah satu peran KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) di Indonesia, yaitu bekerja
sama dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sedemikian rupa sehingga PTS tersebut dapat
fokus terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Karena kegiatan
marketing untuk penerimaan mahasiswa baru dan pendanaan kegiatan belajar-mengajar
diupayakan oleh KPT.