Diterbitkan Oleh :
i
iv Terobosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS
Ucapan Terimakasih
Terima kasih sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada tim penyusun buku ini, khususnya
kepada Andri Yulianto, Ardi Intia, Silvia, Naufal Aliy Andra Putra, Eko Marganus, Hendrik
Prasetyono, Dian Nurul Ikhwan, Aji Rizky Nurdiansyah, Supiani, Arie Nugraha, Suyanto,
Chatur Lukito, Asep Fery Setiawan, Yana Wirdayati, Sutjiowati, Rachmi Wiyati, Roni
Abdullah, Sri Rahayu, Nana Suntana, Yandi Juniansyah, Cipto Sunarno, Sri Handayani, Siti
Rahayu, Adi Supoyo, Robert Setiawan, Dwi Santoso, Arief Wibowo, Siti Lestari, Wahyono,
Nurhadiyono, Drastyas, Wiwi LA, Eni Yuniati, Ellyawati Rahayu, Bambang Satrio, Akhmad
Sugiantoro, Hadi Rahman, Uven Sumpena, Agus Sarwoko, Moch. Rizkon Subehi, Ayu Febri
Sulistiya, Dwi Ari Prasetyo, Moh. Zainudin, Azhari, Taufik Hidayatul M, Ahmad Khomeini,
Ahmad Humaidi, Irwansyah dan lain-lain (yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu), yang
telah berusaha keras merealisasikan buku ini.
• Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite Gilland Group, Dewan Komisaris dan Direksi
di PT. Gilland Ganesha, PT. Kreasi Pranata Terpadu, CV. Flamboyan, CV. Laris, CV. Indragung,
Pengurus Yayasan dan Pimpinan BPH Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia (YKPI);
• Pihak-pihak di luar Gilland Group yang senantiasa mendukung kami, seperti Google,
Suburmedia Grafistama, PT. Indotrans Data, PT. Interlink, PANDI (Pengelola Nama
Domain Internet Indonesia), CBN Registrar (mitra PANDI), Namecheap, Perguruan
Tinggi Swasta yang bekerjasama dengan KPT, para Agen Marketing di perusahaan/
lembaga, dan sebagainya;
• Seluruh pembaca budiman yang telah meluangkan waktu membaca buku ini.
Semoga hadirnya buku ini dapat meningkatkan peran KPT (dan Gilland Group) dalam hal
turut aktif mencerdaskan bangsa, serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
Indonesia.
Indragung Priyambodo
Gilland Group
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga penyusunan buku
KPT dengan judul “Terobosan Baru Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) :
Strategi Meningkatkan Pendapatan PTS, Kualitas PTS, dan Sumber Daya PTS” edisi ke 3
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku ini membahas tentang strategi yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
untuk mempercepat proses peningkatan kualitas PTS tersebut. Peningkatan kualitas yang
dimaksud, meliputi :
• Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran;
• Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya PTS;
• Peningkatan kesejahteraan dosen dan karyawan;
• Peningkatan pendapatan PTS.
Penulisan buku ini berdasarkan berbagai pengalaman dari KPT serta sumber lain.
Konsultan Pendidikan Tinggi (KPT) berdiri sejak tahun 2003, dan ingin berbagi pengetahuan/
wawasan tentang strategi marketing pada PTS. Kemudian mengembangkan strategi tersebut,
untuk bersama-sama mempercepat peningkatan kualitas PTS di Indonesia.
Kami sangat terbuka untuk menerima berbagai masukan untuk menyempurnakan buku ini.
Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan buku ini sejak awal hingga akhir.
Semoga hadirnya buku ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi PTS di Indonesia.
Tim Penyusun
v
viii Terobosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS
Daftar Isi
Ucapan Terimakasih ii
Kata Pengantar v
Pendahuluan x
Terobosan Baru : Strategi Meningkatkan Kualitas PTS x
vii
x Terobosan Baru: Strategi Meningkatkan Kualitas PTS
2.3.13 Akreditasi 33
2.3.14 Lokasi Kampus 33
Lampiran I
Lampiran II
Peta Lokasi 43
Pada buku ini diuraikan terobosan baru untuk mempercepat peningkatan kualitas PTS
(Perguruan Tinggi Swasta), yaitu :
Terobosan baru ini sekaligus melengkapi pelaksanaan amanat UUD 45 Pasal 31 ayat (1) bahwa
“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Padahal diantara warga negara
terdapat sebagian masyarakat yang memiliki waktu luang berbeda dengan Program Reguler,
yaitu masyarakat yang berasal dari dunia kerja (karyawan, pengusaha, dan sebagainya).
Terlebih lagi DPR dan Pemerintah sejak tahun 2003 mendorong hal tersebut melalui
Undang-Undang RI No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa
“Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan Sistem Terbuka”.
Terobosan baru yang dimaksud adalah turut aktif memberi kesempatan kepada masyarakat
dari dunia kerja untuk meningkatkan pendidikan tingginya secara layak dan bermutu.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk Program Perkuliahan Karyawan (P2K), yang
penyelenggaraannya harus memenuhi dua syarat mutlak di bawah ini, yaitu :
1. Penyelenggaraan P2K harus sesuai dengan norma dan kaidah akademik (harus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan).
1. Penyelenggaraan P2K tidak sesuai dengan dua persyaratan mutlak tersebut, yaitu
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau tidak sesuai dengan
tuntutan dunia kerja.
Pada umumnya PTS terkait juga kurang berhasil dalam menyelenggarakan program
regulernya, yang sangat bergantung pada “citra PTS”. Sedangkan untuk Program Perkuliahan
Karyawan (P2K) relatif hanya sedikit bergantung pada citra PTS, namun sangat bergantung
dari marketing yang terus-menerus, setiap saat, sebagaimana diuraikan dalam “hasil riset
KPT tentang Reguler dan Program Perkuliahan Karyawan (P2K)” (Bab 1.1). Sehingga
kondisinya dapat terbalik, penyelenggaraan P2K-nya berhasil, namun regulernya kurang
berhasil.
Disinilah pentingnya peranan seluruh pemimpin di PTS tersebut untuk kompak, mulai dari
pimpinan unit, pimpinan jurusan, fakultas sampai pimpinan tertinggi. Semua melaksanakan
misi dan visi yang sama terhadap PTS-nya, meninggalkan ego sektoral, mengutamakan
kepentingan bersama, saling membantu antar jurusan, antar fakultas, antar biro, antar unit,
saling mengisi dan menjadi sebuah tim besar yang kompak.
Pada buku ini, mula-mula (Bab 1.1) diuraikan mengenai hasil riset KPT (Konsultan Pendidikan
Tinggi) tentang calon mahasiswa reguler, calon mahasiswa P2K, dan mahasiswa P2K.
Sesuai tujuan utama tersebut, maka KPT tidak merahasiakan strategi marketing yang
digunakan, dan diuraikan disini, termasuk konsep dasarnya. Dengan harapan dapat menjadi
masukan bagi PTS dalam melaksanakan marketing untuk program reguler, maupun untuk
marketing P2K bila akan dilaksanakan sendiri.
Strategi marketing penerimaan mahasiswa baru diuraikan pada Bab 2, yang terbagi dalam
strategi mendatangkan calon mahasiswa baru (Bab 2.1), strategi menerima kedatangan calon
mahasiswa baru (Bab 2.2), dan strategi meningkatkan kualitas produk PTS (Bab 2.3).
Pada bagian penutup (Bab 3), diuraikan kerjasama KPT dengan PTS-PTS, yang secara garis
besar seperti di negara maju, yaitu :
• PTS fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan proses perkuliahannya;
• KPT fokus pada marketing dan pendanaan penyelenggaraannya.
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar,
tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya
program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya biaya
studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat), menarik
tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya, dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut digunakan
untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Jumlah minimal tersebut di atas merupakan jumlah awal yang dibutuhkan agar marketing
internetnya berhasil. Selanjutnya jumlah ini ditambah terus-menerus sesuai anggaran yang
tersedia ditambah dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Subsidi tersebut memang harus terus-menerus diberikan, karena sudah pasti tidak cukup bila
hanya mengandalkan anggaran yang tersedia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah usaha
sosial (usaha nirlaba), sehingga dibutuhkan komitmen sosial yang tinggi bila turut aktif
terjun di pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam mengelola
pendidikan adalah mencerdaskan masyarakat, meningkatkan SDM Bangsa Indonesia. Semua
itu merupakan amal yang tidak akan terputus dan sesuai law of attraction, Tuhan akan selalu
memberi balasan/hadiah berlipat-lipat melalui sumber-sumber lain.
Marketing yang dilakukan KPT untuk masing-masing PTS tersebut di atas, secara umum
adalah sama. Secara khusus terdapat beberapa perbedaan, antara lain :
• Sasaran konsumennya berbeda, bergantung dari kualitas program studinya dan kualitas
pendidikan yang terkait erat dengan biaya pendidikannya. Selain itu juga bergantung
dari lokasi kampusnya, fasilitasnya, sistem manajemen informasinya, dan sebagainya.
KPT singkatan dari Konsultan Pendidikan Tinggi yang merupakan bagian dari Gilland Group
(sebelumnya Singo Group).
Lembaga ini didirikan oleh Gilland Group tahun 2003 untuk menyalurkan aktifitas sosialnya
(komitmen sosial pendidikan) dalam hal turut aktif mencerdaskan bangsa.
Pendirian KPT ini juga terdorong untuk turut aktif melaksanakan UU-RI No. 20 Th. 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Khususnya turut aktif memberi kesempatan kepada
masyarakat yang memiliki waktu luang terbatas maupun dana terbatas untuk meningkatkan
pendidikan formalnya (pendidikan tingginya) secara layak dan bermutu.
Sebagaimana diketahui, bahwa Perguruan Tinggi di negara maju dapat fokus meningkatkan
kualitas Pendidikan dan Pengajarannya, dikarenakan mereka tidak disibukkan oleh kegiatan
marketing untuk penerimaan mahasiswa baru, juga tidak disibukkan oleh pendanaan terhadap
kegiatan belajar-mengajarnya. Peran tersebut dikelola oleh lembaga lain berupa konsultan
yang bekerja sama dengan perguruan tinggi terkait.
Disinilah salah satu peran KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) di Indonesia, yaitu bekerja
sama dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sedemikian rupa sehingga PTS tersebut dapat
fokus terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Karena kegiatan
marketing untuk penerimaan mahasiswa baru dan pendanaan kegiatan belajar-mengajar
diupayakan oleh KPT.
KPT telah melakukan penelitian beberapa kali terhadap calon mahasiswa reguler, calon
mahasiswa P2K (Program Perkuliahan Karyawan), dan terhadap mahasiswa P2K. Hasil
penelitiannya secara singkat seperti berikut ini:
Catatan :
Hasil penelitian yang disampaikan disini hanya berlaku untuk PTS (seluruh Perguruan
Tinggi Swasta). Tidak berlaku untuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri), karena PTN
memiliki karakteristik yang sangat berbeda, baik untuk mahasiswa maupun calon
mahasiswanya pada kedua program tersebut. Juga terdapat perbedaan yang signifikan
antara PTN yang satu dengan lainnya. Berbeda dengan PTS, yang mempunyai
karakteristik hampir sama antara PTS yang satu dengan lainnya.
Yang termasuk dalam P2K (Program Perkuliahan Karyawan) atau sebutan lain dari
P2K antara lain Program Kelas Karyawan, Kuliah Karyawan, Ekstensi, Program Non-
Reguler, Program Khusus, Program Eksekutif, Program Kuliah Sabtu Minggu,
Program Ekstensi Sabtu Minggu, Kuliah Pegawai, Kelas Pegawai, ECP (Employee Class
Program), dan sebagainya.
Beruntunglah PTS yang sudah memiliki citra yang baik di masyarakat, karena untuk
penerimaan mahasiswa baru Program Regulernya, mereka tidak membutuhkan biaya
marketing yang besar. Sehingga calon mahasiswa reguler sudah datang dengan sendirinya,
begitu mengetahui informasi telah dibukanya pendaftaran mahasiswa baru program reguler
di PTS tersebut.
Sedangkan untuk PTS yang memiliki citra kurang baik di masyarakat, walaupun mengeluarkan
biaya marketing yang sangat besar, tetap sulit memperoleh mahasiswa reguler karena
semaksimal apa pun marketingnya, hanya memperoleh 27%- nya saja.
Satu-satunya cara agar regulernya berhasil, PTS terkait harus berusaha memperbaiki diri
sebaik mungkin. Dengan komitmen yang tinggi untuk memperbaiki diri, ditunjang dengan
pemberitaan (marketing) yang tepat, maka citra tersebut dapat terbangun lebih cepat (dalam
waktu 2 - 4 tahun).
Calon mahasiswa P2K lebih rasional dalam memilih PTS. Mereka memilih PTS berdasarkan
banyak pertimbangan, bukan sekedar citra saja. Tetapi cenderung berdasarkan kebutuhan
dunia kerja mereka, di samping masalah waktu luang, ketersediaan dana, lokasi PTS, dan
sebagainya
Ke 76% Mahasiswa P2K tersebut tidak sengaja memperoleh informasi mengenai P2K,
terutama dari internet dan pengarahan langsung di perusahaan/lembaga, juga dari brosur,
spanduk, surat, agen-agen marketing, dan sebagainya.
Dari informasi yang diketahui dengan “tidak sengaja” itulah, muncul keinginan mereka
untuk melanjutkan pendidikannya, dan akhirnya mereka menjadi mahasiswa Program
Perkuliahan Karyawan (P2K).
Oleh karena itu dibutuhkan marketing yang terus-menerus (setiap saat), sebanyak mungkin,
dan seefektif mungkin, sekaligus mendidik masyarakat (pekerja, karyawan, pengusaha)
sedemikian rupa sehingga semakin banyak yang “tidak sengaja” memperoleh informasi
P2K. Dan setelah mempelajarinya menjadi berminat melanjutkan pendidikan tingginya.
Hal ini sangat berat dilakukan oleh PTS sebagai lembaga pendidikan. Seandainya marketing
tersebut dilakukan sendiri oleh PTS terkait, maka untuk menutup biaya marketingnya, PTS
tersebut harus membuat biaya pendidikan P2K untuk setiap mahasiswa menjadi sangat tinggi
(di atas US$ 900 per bulan atau Rp 12,6 juta per bulan atau 75,6 juta per semester), jelas biaya
sebesar ini di Indonesia tidak terjangkau karyawan. Terlebih dari segi kebutuhan SDM untuk
kegiatan marketing tersebut.
Disinilah salah satu peran utama KPT dalam mendukung PTS menyelenggarakan P2K
dengan sukses dan berkualitas, sekaligus sebagai “media penyaluran” aktifitas sosial Gilland
Group bagi Indonesia.
Oleh karena pendanaan kegiatan KPT didukung (disubsidi) Gilland Group, maka KPT
mampu melaksanakan marketing terus-menerus, setiap saat, bagi P2K di PTS terkait.
Sehingga P2K di PTS dapat diselenggarakan dengan biaya pendidikan yang relatif terjangkau
masyarakat.
Begitu KPT bekerja sama dengan suatu PTS, maka saat itu juga KPT mulai melaksanakan
kegiatan marketing untuk P2K PTS terkait, yang seluruh biaya marketing semester awal
tersebut menjadi tanggungan KPT sesuai “Komitmen Sosial” Gilland Group.
Sehingga PTS terkait dapat benar-benar fokus mempersiapkan kegiatan akademik semester
awal, dan pada semester selanjutnya PTS terkait dapat fokus meningkatkan kualitas pendidikan
dan pengajaran di Perkuliahan Karyawan tersebut.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut digunakan
untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Semakin mahal biaya pendidikannya, maka dibutuhkan biaya marketing yang semakin besar.
Semakin rendah prospek jurusannya, maka semakin tinggi biaya marketingnya. Semakin sulit
dijangkau lokasi PTS-nya, maka semakin besar biaya marketing yang harus dikeluarkan. Dan
seterusnya.
Perbandingan biaya marketing internet dan non internet, umumnya 5 berbanding 1 - 2,1 yaitu
5 untuk internet dan 1 - 2,1 untuk non internet (bergantung pangsa pasarnya atau konsumen
yang akan dijadikan target, baik konsumen utama maupun konsumen sekundernya).
Saat ini Gilland Group memiliki jaringan website terbesar di Indonesia, memiliki 2.648 domain
internasional dan Indonesia; masing-masing domain rata-rata memiliki 231.000 subdomain;
sehingga seluruhnya menjadi lebih dari 611,7 juta website yang saling berkaitan.
Seluruh domain tersebut tersebar di 121 server kualitas tinggi milik Gilland Group, yang
memang dikhususkan untuk domain-domain tsb. Ke 121 server ini tersebar di beberapa lokasi
data center.
KPT melakukan kontrak kerja dengan jaringan website yang dikelola Gilland Group.
Dalam kontrak kerja tersebut antara lain :
• Mendesain minimal 41 ribu website P2K untuk setiap PTS yang bekerjasama dengan KPT;
• Memasukkan setiap PTS ke minimal 11,6 juta website P2K PTS-PTS sesuai relevansinya;
• Mengiklankan P2K PTS tersebut di minimal 19 juta website, sesuai relevansinya.
Jumlah riil masing-masing PTS berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitannya, dan tergantung
anggaran yang tersedia, serta tergantung berapa subsidi yang diberikan Gilland Group untuk
PTS terkait. Untuk melihat daftar website P2K masing-masing PTS, daftar 11,6 juta website
P2K untuk seluruh PTS, serta daftar 21,7 juta website tempat iklan P2K di internet dapat
dilihat di banyak website KPT (kpt.co.id, ptkpt.net, dan sebagainya).
Biaya marketing terbesar kedua adalah untuk membayar gaji karyawan KPT (karyawan
tetap), membayar honor karyawan harian, agen-agen marketing di berbagai perusahaan dan
lembaga, serta get student fee. Biaya marketing berikutnya yang relatif besar adalah untuk
hardware marketing, seperti brosur, katalog, surat, media pendukung marketing dan PMB,
poster, spanduk, dan sebagainya.
Jadi peran pertama KPT terkait dengan P2K adalah melaksanakan kegiatan marketing terus-
menerus, setiap saat.
Oleh karena itu Biaya Pendidikan P2K harus dapat diangsur bulanan sehingga terjangkau
masyarakat. Mahasiswa P2K harus diberi “fasilitas kredit biaya pendidikan tanpa
agunan dan tanpa bunga”, agar mereka yang relatif kurang mampu secara finansial dapat
mengangsur bulanan.
Pada bulan Juni 2012, Gilland Group telah mendirikan Yayasan Kebangkitan Pendidikan
Indonesia (YKPI). Yayasan ini (YKPI) memiliki tugas khusus membantu KPT dalam hal :
• Membantu peningkatan akreditasi (dan pengurusannya) pada PTS-PTS yang bekerja sama
dengan KPT ;
• Selain itu YKPI (Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia) ini juga memiliki tugas
umum (tujuan umum), yaitu mendirikan dan membangun jurnal-jurnal ilmiah nasional
dan internasional.
Sampai saat ini civitasbook.com belum dipublikasikan secara langsung, karena memang
masih dalam tahap pembangunan, sekaligus membutuhkan masukan-masukan dari
perguruan tinggi dan lembaga penelitian, sehingga memenuhi tujuan utamanya. Walaupun
belum dipublikasikan, kami mengijinkan Google untuk mengambil data/informasi yang
boleh dilihat publik sehingga masuk dalam indeks Google (dapat dilihat dengan memasukkan
kata kunci civitasbook.com di google).
Pada Juni 2009, Gilland Group mendirikan search engine cangkok.com bersamaan dengan
pengembangan Server Gilland Group.
Cangkok.com memang tidak dirancang untuk keperluan KPT, namun di cangkok.com nantinya
disediakan ruang khusus untuk membantu pendidikan di Indonesia. Salah satu ruang itu
akan dikontrak (digunakan) KPT untuk kebutuhan Program Perkuliahan Karyawan PTS-
PTS yang bekerjasama dengan KPT.
Terlebih lagi DPR dan Pemerintah sejak tahun 2003 mendorong hal tersebut melalui Undang-
Undang-RI No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan
Tinggi diselenggarakan dengan Sistem Terbuka”.
Banyak keuntungan yang akan diperoleh pihak PTS (Perguruan Tinggi Swasta) apabila
menyelenggarakan P2K dengan sukses, selain mampu sepenuhnya melaksanakan amanat
UUD 45 dan UU Sisdiknas, turut aktif meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) pekerja
di Indonesia, PTS tersebut juga mendapatkan keuntungan internal, antara lain seperti
berikut ini:
Kualitas PTS yang paling utama diukur dari “output”-nya (lulusannya), yaitu seberapa
cepat lulusannya bekerja. Semakin cepat lulusannya dapat pekerjaan atau wiraswasta, maka
kualitas PTS tersebut dalam penilaian akreditasi akan memperoleh nilai tinggi (dianggap
berkualitas). Sebaliknya semakin lama lulusannya menjadi pengangguran, maka PTS tersebut
dikategorikan tidak berkualitas.
Mahasiswa P2K, sebagian besar adalah pekerja, sehingga saat mereka lulus, tidak ada “waktu
tunggu” untuk bekerja, karena mereka sudah bekerja sejak mahasiswa, otomatis penilaian
akreditasinya menjadi sangat tinggi.
Kualitas mahasiswa P2K tentu saja lebih tinggi dibandingkan reguler, karena mental
pekerja tentu saja lebih baik, lebih fokus. Kualitas mereka akan berdampak positif terhadap
mahasiswa reguler.
Lulusan reguler akan sangat terbantu oleh lulusan P2K. Berdasarkan pemantauan KPT, selama
ini telah banyak lulusan reguler yang bekerja di perusahaan yang dimiliki lulusan P2K. Juga
telah banyak lulusan reguler yang berwiraswasta, karena dibantu (diberi fasilitas awal) oleh
lulusan P2K dari PTS terkait.
1.3.3 Meningkatkan Pendapatan PTS dan Optimalisasi Pemanfaatan Gedung dan Ruangan
Dengan menyelenggarakan Program Perkuliahan Karyawan (P2K), maka gedung dan ruangan
di kampus akan termanfaatkan secara maksimal dari Senin sampai Minggu. Karena hari-hari
kuliah untuk P2K berbeda dengan Program Reguler.
Selain itupun pendapatan PTS otomatis meningkat, sehingga dapat meningkatkan dan
menyempurnakan fasilitas pendidikannya.
***
Sesuai tujuan utama pendirian KPT, yaitu turut aktif mencerdaskan bangsa. Maka KPT
tidak merahasiakan strategi marketing yang digunakan, termasuk konsep dasarnya, dengan
harapan turut mencerdaskan atau dapat menjadi masukan bagi mereka yang sedang/akan
bergerak di bidang marketing, karena hampir semua usaha membutuhkan marketing.
Seorang dosen bertanya di kelas, “Berapa banyak dari kalian dapat memasak hamburger yang
lebih enak ketimbang McDonald’s ?” hampir semua mahasiswa mengangkat tangan mereka.
Kemudian dosen itu bertanya lagi, “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian dapat memasak
hamburger yang lebih enak, bagaimana McDonald’s bisa menghasilkan uang lebih banyak
dari kalian ?”
Dosen itu juga menambahkan : “Uang tidak pergi ke bisnis dengan produk atau jasa terbaik,
uang mengalir ke bisnis dengan para pemimpin terbaik dan tim manajemen terbaik, terutama
tim manajemen marketing terbaik”.
Definisi marketing sesuai AMA (American Marketing Association) : “Marketing adalah filosofi,
sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan pada kepuasan konsumen,
serta sekumpulan aktivitas yang digunakan untuk mengimplementasikan filosofi tersebut.”
Artinya bahwa marketing merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi, serta distribusi sejumlah ide, jasa, dan barang untuk menciptakan pertukaran
yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dalam hal strategi marketing untuk penyelenggaraan P2K (Program Perkuliahan Karyawan) di
Perguruan Tinggi Swasta (PTS), terdapat 3 (tiga) strategi marketing yang saling berinteraksi,
yang membuat konsumen menjadi mau mempelajari, kemudian mau menghubungi dan atau
mau mendatangi, selanjutnya membuat mau mendaftar menjadi calon mahasiswa,
dan akhirnya mau herregistrasi menjadi mahasiswa.
Ketiga strategi marketing yang dilakukan Konsultan Pendidikan Tinggi (KPT) seperti
berikut ini.
Strategi mendatangkan calon mahasiswa baru P2K yang dilakukan KPT seperti berikut ini.
KPT telah melakukan penelitian beberapa kali terhadap calon mahasiswa reguler,
calon mahasiswa P2K (Program Perkuliahan Karyawan), dan terhadap mahasiswa
P2K. Hasil penelitiannya secara singkat telah diuraikan di halaman 1 - 3.
Ke 41 ribu website masing-masing PTS tersebut sengaja tampilannya dibuat sama agar neter
(masyarakat) mudah mengenalinya. Sebenarnya di dalam website tersebut tidak ada
satupun yang sama (walaupun tampilan luarnya sama). Perbedaannya akan terlihat ketika
web tersebut di view source, perbedaan ini penting untuk kebutuhan SEO (Search Engine
Optimization) pada lebih dari 250 ribu keywords.
Jumlah website ini akan selalu ditambah sesuai anggaran yang tersedia, serta sesuai dengan
tingkat kesulitan marketingnya, juga sesuai dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta, UMJ, ISTA, UNSURYA, UNKRIS, ITBU, STIE Ahmad
Dahlan, STMIKMJ, STTI-STIENI, Universitas MH. Thamrin, STIE Trianandra, STIE IGI,
STT Bina Tunggal, IBM Bekasi.
2.1.2 Membuat Minimal 11,6 juta Website P2K Untuk Seluruh PTS
Gilland Group telah membuat lebih dari 11,6 juta website P2K yang bersifat umum untuk
kebutuhan seluruh PTS yang bekerja sama dengan KPT. Masing-masing website dibuat
dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
Seperti halnya ke 41 ribu website masing-masing PTS, 11,6 juta website “bersama” ini
tampilannya juga sengaja dibuat mirip walaupun tidak sama persis, sehingga neter
(masyarakat) mudah mengenalinya. Namun di dalam website tersebut sebenarnya
tidak ada satupun yang sama (walaupun tampilan luarnya sama). Perbedaannya akan
terlihat ketika di view source, perbedaan ini penting untuk kebutuhan SEO (Search Engine
Optimization) pada lebih dari 250 ribu keywords.
KPT memasang iklan P2K pada lebih dari 19 juta website. Masing-masing iklan dibuat dalam
dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Iklan tersebut bersifat eksklusif, karena tidak sekedar
iklan, namun juga ditampilkan menu-menu untuk P2K, juga diberikan fasilitas download,
fasilitas pengisian permintaan brosur, dan sebagainya.
Bentuk iklannya sengaja dibuat sama persis agar mudah dikenali masyarakat. Namun bobot
iklan masing-masing PTS sebenarnya dibedakan dan
disesuaikan dengan kondisi PTS terkait.
Dari Tahun 2003 sampai pertengahan 2007 KPT memasang iklan di Google, Yahoo, MSN, dan
search engine lainnya.
Setelah Gilland Group memiliki jaringan website terbesar di Indonesia, KPT memasang
informasinya langsung di jaringan website Gilland Group, dan masuk dalam kategori
iklan "mewah" atau eksklusif.
Sejak itu KPT relatif tidak memasang iklan di search engine. Namun tetap bermitra secara
tidak langsung dengan search engine. Dengan cara demikian, biaya dapat ditekan 30%-40%
dengan hasil yang dapat ditingkatkan 3-8 kali lipat, tergantung konsumennya dan tergantung
tingkat kesulitan masing-masing PTS (tinggi-rendahnya citra PTS) yang dipublikasikannya.
Dampak positifnya, subsidi dari Gilland Group dapat dikurangi rata-rata 30%-40% untuk
masing-masing PTS, sehingga dapat digunakan untuk membantu lebih banyak PTS dan lebih
banyak person/masyarakat.
Tahun 2005 kami tingkatkan menjadi rata-rata Rp 2,6 juta per hari, hasilnya adalah rata-rata
tujuh orang per hari yang minta brosur, dan seterusnya.
Langkah awal melaksanakan strategi ini, dengan terlebih dulu harus memiliki alamat-alamat
strategis yang akan dikirimi informasi P2K.
Alamat-alamat strategis tersebut antara lain alamat alumni D3, Politeknik, Akademi, dan
S1, alamat alumni SMA, SMK, MA, dan SMF, untuk lulusan tahun-tahun sebelumnya yang
diasumsikan bekerja, alamat karyawan berbagai perusahaan/lembaga, alamat anggota
forum-forum komunitas, dan sebagainya.
Untuk memiliki alamat-alamat ini, perlu dipersiapkan anggaran khusus. Dalam memperoleh
alamat-alamat ini, bisa memintanya langsung ke lembaga/perusahaan tersebut, atau
mengadakan MOU dengan pimpinan lembaga/perusahaan tersebut, atau melalui agen-agen
marketing.
Dibutuhkan manajemen yang baik untuk mengelola pengiriman informasi melalui POS,
dimulai dengan pengklasifikasian alamat sesuai target market masing-masing PTS, proses
Oleh karena itu pemasangan spanduk dan poster dilakukan terus-menerus secara rutin di
tempat-tempat strategis tersebut. Karena banyaknya lokasi strategis, maka pemasangannya
bergantian dengan skala prioritas sesuai kondisi masing-masing PTS, dan itu dilakukan terus-
menerus.
30% lokasi strategis yang disebar brosur, beririsan dengan lokasi strategis pemasangan
poster atau spanduk. Sedangkan yang 70% di luar lokasi strategis pemasangan poster atau
spanduk.
Tugas utama mereka adalah berusaha mendorong rekan kerjanya, bawahannya, atasannya,
atau sahabat/famili/tetangga, yang dianggap punya kemampuan untuk meningkatkan
pendidikannya, agar mereka punya keinginan untuk kuliah lagi (meningkatkan pendidikan
formalnya). Setelah mereka punya keinginan meningkatkan pendidikannya, tahap selanjutnya
menjadi mudah, yaitu tinggal mengarahkan untuk masuk ke P2K PTS tertentu sebagaimana
yang diprogramkan (direncanakan) KPT.
Mereka yang masuk dalam jaringan get student fee memperoleh fee sesuai dengan hasil
kerja dan bantuan usahanya. Sedangkan mereka yang masuk dalam agen marketing, selain
memperoleh fee, juga memperoleh tambahan honor bulanan sesuai tingkat kesulitan di lokasi
masing-masing.
YKPI adalah Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia yang didirikan untuk mendukung
kampus yang bekerja sama dengan KPT dalam hal :
Cangkok.com merupakan mesin pencari (search engine) ber-Bahasa Indonesia yang dirancang
sebagai mesin pencarian terbesar di Indonesia, dengan teknologi pencarian terbarukan.
Berbeda dengan penyebaran informasi via forum komunitas, milis, dan jejaring sosial,
dampaknya justru sangat positif, karena disitu akan memunculkan diskusi positif yang
sekaligus bagian dari penyebaran informasi P2K untuk PTS terkait.
Dalam bahasa dagangnya, “bila ada yang menawar, maka jangan sampai lepas”. Istilah
“menawar” disini menunjukkan “ada minat” terhadap hal tersebut. Istilah “jangan sampai
lepas” mengandung makna jangan sampai konsumen tadi memperoleh informasi yang
salah, atau memperoleh informasi yang membuatnya merasa tidak mampu melanjutkan
kuliah, atau memperoleh kesan negatif terhadap PTS tersebut hanya karena informasi lain
yang kurang tepat, atau hanya karena dia mengetahui sedikit tentang PTS tersebut yang
kebetulan tidak berkenan baginya, dan sebagainya.
Semua ini nampaknya hal-hal kecil/remeh, padahal penting sekali. Karena untuk membuat
mereka (konsumen atau calon mahasiswa) berminat untuk kuliah lagi, itu membutuhkan
biaya mahal. Untuk mendatangkan mereka juga memerlukan biaya mahal.
Bila tidak disiapkan dengan matang sarana dan prasarana, termasuk software, hardware, dan
humanware-nya dalam “menyambut” tamu/konsumen yang sudah “mulai” berminat untuk
kuliah. Maka mereka akan terlepas begitu saja, berarti biaya untuk melaksanakan strategi
mendatangkan calon mahasiswa, relatif akan terbuang sia-sia.
Berikut ini diuraikan secara singkat, strategi menerima kedatangan calon mahasiswa baru
yang dilakukan KPT.
Sasaran dari pendaftaran adalah orang yang mendaftar menaikkan statusnya menjadi
“Calon Mahasiswa”. Setelah melalui proses seleksi, kemudian calon mahasiswa tadi lolos
seleksi dan akhirnya membayar biaya pendidikannya, barulah statusnya naik lagi menjadi
“Mahasiswa”. Sebaliknya, jika dia tidak lolos dari seleksi, maka statusnya turun menjadi
konsumen saja.
Oleh karena hanya untuk menaikkan status maka seyogyanya biaya pendaftaran itu tidak
mahal, terlebih ini pendidikan.
Banyak yang mengaitkan biaya pendaftaran digunakan untuk membayar proses pendaftaran
dan seleksi, sehingga biaya tersebut menjadi mahal. Seharusnya tidak demikian, untuk
membiayai proses pendaftaran dan seleksi itu tidak hanya dari biaya pendaftaran, tetapi juga
disubsidi dari biaya marketing, sehingga biaya pendaftaran menjadi tidak mahal.
Idealnya, biaya pendaftaran itu sebesar Rp 0,- (gratis). Namun kalau gratis, konsumen akan
seenaknya saja mendaftar, dan tanpa beban. Dari penelitian KPT, biaya pendaftaran yang
ideal untuk Pendidikan Tinggi adalah Rp 100.000,-
Biaya sebesar itu, selain tidak memberatkan calon mahasiswa, juga relatif cukup untuk
“membantu” biaya proses pendaftaran dan seleksi, walaupun masih harus disubsidi dari
biaya marketing.
Untuk mendaftar di Program S3 (Doktor), kita harus membayar biaya pendaftaran sebesar
Rp 500.000 - Rp 1.500.000.
Itulah yang menyebabkan Program S3 di Indonesia “sepi peminat”, mengapa ? Dari penelitian
KPT, sebenarnya banyak pengusaha kaya yang ingin melanjutkan kuliah ke S3. Saat
keinginan melanjutkan kuliah S3 itu muncul, mereka mencari informasi tentang S3. Setelah
mereka memperoleh informasi lengkap, kemudian mereka merenung-renung, menimbang-
nimbang, apakah punya waktu untuk kuliah lagi, dan seterusnya yang berujung pada “nanti
dulu ah ... dipikir-pikir lagi”.
Dan tidak terasa tahu-tahu mereka semakin tua, semakin nanti dulu, akhirnya tidak jadi
kuliah sampai sekarang. Padahal mereka punya uang dan waktu untuk melanjutkan ke
S3, namun sudah tidak berminat lagi karena banyaknya pertimbangan yang tidak perlu.
Seandainya biaya pendaftaran S3 itu sebesar Rp 100.000, maka saat keinginan mereka
melanjutkan kuliah S3 muncul, dan mereka mencari informasi tentang S3, maka saat itulah
mereka akan langsung mendaftar S3 tanpa pikir panjang. Karena sudah mendaftar S3,
maka saat mereka menimbang-nimbang apakah dilanjutkan atau tidak, pertimbangan
mereka akan berbeda sekali karena sudah “terikat”, dan kecenderungan untuk dilanjutkan
lebih besar dibandingkan tidak.
Sistem pendaftaran dan seleksi menggunakan metode "Pelayanan Langsung Tuntas" atau
One Stop Service.
Sistem pendaftaran dan seleksinya dibuat sedemikian rupa sehingga saat calon mahasiswa
selesai melakukan proses pendaftaran, maka saat itu juga dilakukan proses seleksi. Dan begitu
selesai proses seleksi, saat itu juga diumumkan apakah yang bersangkutan lolos atau gagal
dalam seleksi tersebut.
Seleksi calon mahasiswa Program Perkuliahan Karyawan yang dilakukan KPT berupa
wawancara. Dan wawancara tersebut dilakukan sekaligus, namun bertahap, yaitu :
Wawancara Akademik, Wawancara Finansial/Keuangan, serta Wawancara Adminstrasi
dan Marketing.
1. Realisasi Masa Studi, Sebanyak Mungkin Mahasiswa Yang Lulus Tepat Waktu.
2. Mahasiswa yang Tidak Lulus Tepat Waktu, Tidak dibebani Biaya Pendidikan lagi
3. Beban Studi dan Jumlah Mata Kuliah.
4. Distribusi Mata Kuliah dan Silabusnya.
5. Waktu dan Penjadwalan Kuliah.
6. Biaya Pendidikan dan Sistem Pembayarannya.
7. Biaya Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru Harus Berkualitas.
8. Kualitas Dosen dan Karyawan (non edukatif).
9. Jurusan Prospek Harus Membantu Jurusan Tidak Prospek.
10. Sistem Informasi Akademik (SIA) Berbasis Internet.
11. Fasilitas, Sarana dan Prasarana.
12. Alumni.
13. Akreditasi.
14. Lokasi Kampus.
Terkait dengan produk, terdapat tiga kecenderungan yang harus dihindari, seperti
berikut ini :
1. Lembaga/perusahaan “cenderung memandang kualitas produk dari dirinya
sendiri”, bukan dari sudut pandang konsumen. Suatu produk yang cenderung
kita anggap berkualitas, ternyata konsumen (dan pengguna produk tersebut)
berpandangan sebaliknya.
2. Dalam membuat produk, perusahaan/lembaga cenderung membuatnya berdasarkan
“apa yang bisa dibuat (berdasarkan sumber daya yang dimilikinya)”, bukan
berdasarkan “apa yang sesungguhnya dibutuhkan konsumen”.
3. Dalam membuat produk, perusahaan/lembaga cenderung mengabaikan pola dan
strategi marketing yang bagaimana yang akan diterapkan, serta konsumen mana
yang akan dijangkau.
Ketiga kecenderungan ini seyogyanya dihindari atau diminimalkan, sehingga produknya
menjadi berkualitas sesuai penilaian konsumen.
Yang dimaksud produk di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) adalah yang terkait dengan
kurikulum dan pelaksanaan kurikulum tersebut, seperti jadwal kuliah, lama-tidaknya lulus
dari PTS terkait, jumlah mata kuliah, jumlah SKS, kualitas dosen, sistem informasi akademik,
dan sebagainya.
Selain kurikulum, yang termasuk produk adalah terjangkau tidaknya biaya kuliah (sesuai
konsumen yang menjadi sasarannya), fasilitas (sarana dan prasarana), status akreditasi, lokasi
kampus, dan kondisi alumni.
Disinilah pentingnya peranan para pemimpin di PTS tersebut untuk kompak, mulai dari
pimpinan unit sampai pimpinan tertinggi, semua
melaksanakan misi dan visi yang sama terhadap PTS-nya,
meninggalkan ego sektoral, mengutamakan kepentingan
bersama, saling membantu antar jurusan, antar fakultas,
antar biro, antar unit, saling mengisi, menjadi sebuah tim
besar yang kompak.
Berikut ini diuraikan unsur apa saja dalam produk yang berkualitas bagi Perguruan Tinggi
Swasta (PTS). Dan pada beberapa bagian juga dijelaskan bagaimana meningkatkan kualitas
produk tersebut.
2.3.1 Realisasi Masa Studi, Sebanyak Mungkin Mahasiswa yang Lulus Tepat Waktu
Masa studi yang terbaik adalah sesuai dengan aturan perundang-undangan.
• Misalkan untuk Program S1 yang berasal dari lulusan SMA, masa studinya 8 semester
(4 tahun). Maka PTS terkait harus semaksimal mungkin berusaha agar mahasiswanya
dapat lulus tepat waktu 4 tahun. Semakin banyak mahasiswa yang lulusnya lama,
maka kualitas PTS tersebut semakin tidak baik. Ini juga sesuai dengan penilaian
akreditasi, yang akan memberikan nilai rendah bila mahasiswa di PTS tersebut rata-
rata lulusnya lama.
Pada umumnya banyak mahasiswa yang lulusnya lama, karena “pemahaman yang kurang
tepat” dari dosen terhadap “makna perkuliahan”, sehingga hanya sedikit mahasiswa yang
lulus dari mata kuliahnya.
Padahal semakin banyak mahasiswa yang lulus suatu mata kuliah, maka perkuliahan untuk
mata kuliah tersebut dikatakan berhasil, itu artinya dosen tersebut berhasil mengasuh/
membina mata kuliahnya. Demikian juga sebaliknya, dianggap gagal jika banyak yang tidak
lulus.
Secara perlahan-lahan masyarakat akan tahu hal ini dan menghindari PTS terkait, karena
logika dasarnya “siapa yang mau kuliah di PTS tersebut kalau mereka tahu lulusnya bakal
lama”. Seyogyanya PTS terkait segera menyamakan sudut pandang dan pemahaman semua
dosen, sehingga memiliki visi dan misi yang sama.
Di negara-negara maju, pada umumnya mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu, tidak
dibebani lagi membayar biaya pendidikannya. Seandainya pun membayar biaya pendidikan,
umumnya hanya membayar biaya administrasi yang ringan sekali saat herregistrasi.
Mahasiswa yang tidak dapat lulus tepat waktu, sesungguhnya merupakan beban bagi
perguruan tinggi tersebut, selain beban juga dapat menurunkan citra perguruan tinggi terkait.
Oleh karena itu, dengan mahasiswa tidak membayar lagi (atau membayar sangat ringan)
bila tidak lulus tepat waktu. Maka “beban tersebut” akan benar-benar “terasa”, baik oleh
perguruan tinggi, maupun oleh dosen dan strukturalnya. Karena beban tadi terasa, maka justru
memberi dampak positif terhadap perguruan tinggi terkait, maupun dosen dan strukturalnya.
Mereka semua akan kompak mendorong mahasiswa agar bisa lulus tepat waktu, sehingga
terbentuklah manajemen yang berkualitas.
Sebagian PTS di Indonesia telah menerapkan hal ini, namun sebagian yang lainnya justru
tidak menerapkan hal ini. Sehingga mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu, tetap membayar
biaya pendidikan sebagaimana biasanya. Dampak negatifnya, mahasiswa tersebut tidak
dianggap sebagai beban, malahan ada sebagian yang beranggapan salah, mengira itu suatu
keuntungan.
Bila keadaan ini yang terjadi di PTS, maka jumlah mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu
akan semakin menumpuk dan menumpuk. Secara lambat tapi pasti, masyarakat akan tahu,
bersamaan dengan itu, citra PTS akan turun. Maka program regulernya yang paling terkena
dampaknya, karena 73% calon mahasiswa program reguler memilih PTS berdasarkan “citra”
PTS tersebut. Sedangkan P2K juga akan terkena dampaknya, namun dampak tersebut masih
relatif bisa diatasi walaupun sulit dan mahal. Hal ini karena hanya 32% calon mahasiswa P2K
yang memilih PTS berdasarkan “citra” PTS.
Untuk P2K, cara mengatasinya dengan meningkatkan biaya marketing setinggi mungkin,
sehingga “informasi terkininya” dapat menjangkau sebanyak mungkin masyarakat.
Dampak negatifnya, ketika mahasiswa lulus, dia sudah lupa materi kedua mata kuliah tersebut,
karena pemahamannya hanya sedikit, akibat bobot SKS-nya yang kecil dan banyaknya mata
kuliah. Kalau demikian keadaannya, untuk apa kedua mata kuliah tersebut masuk dalam
kurikulum.
Jadi seyogyanya harus ada keberanian dan ketegasan untuk memilih serta menghapus
mata kuliah di kurikulum, sehingga jumlah mata kuliah menjadi sedikit, dan bobot SKS mata
kuliah tersebut menjadi besar-besar. Itulah kurikulum yang ideal (terbaik).
Hal ini yang sekarang mulai dilakukan pemerintah terhadap kurikulum SMA, SMP, dan SD,
yaitu mengurangi jumlah pelajarannya, sebagaimana di negara-negara maju.
Kurikulum yang seperti ini menunjukkan bahwa sebagian silabus mata kuliah, juga terdapat
materi mata kuliah sebelumnya (yang dipersyaratkan). Hal ini akan membuat mahasiswa
lebih mudah memahami mata kuliah tersebut, sekaligus memahami lebih dalam mata kuliah
yang dipersyaratkan.
Disinilah pentingnya menyusun silabus dengan sebaik-baiknya, sekaligus bobot setiap mata
kuliah menjadi tidak kecil-kecil. Namun bobot total kurikulum tetap seminimal mungkin.
Otomatis jumlah mata kuliah juga seminimal mungkin. Itulah kurikulum yang ideal.
Penjadwalan kuliah disarankan menggunakan sistem PDS (Per Dua SKS), sebagaimana
telah lama diterapkan IKIP Jakarta (sekarang UNJ, Universitas Negeri Jakarta), yang berisi
pakar-pakar di bidang pendidikan.
Pada sistem konvensional (bukan PDS), misalnya si A mengambil 18 SKS (6 mata kuliah)
dalam suatu semester. Maka si A harus mengikuti kuliah sekitar 18 jam per minggu, selama
minimal 14 minggu efektif. Jadi totalnya = 18 jam x 14 minggu.
Dengan menggunakan Sistem PDS, maka si A dapat mengikuti kuliah hanya 14 jam per
minggu, untuk waktu selama 18 minggu. Jadi totalnya sama yaitu = 14 jam x 18 minggu.
Dengan adanya sistem PDS tersebut, seseorang yang sibuk dengan pekerjaannya dapat kuliah
dengan lebih mantap, karena waktu kuliah setiap minggunya tidak terlalu padat.
Sistem PDS juga dapat dikombinasikan dengan sistem konvensional, yaitu si A mengikuti
kuliah 18 jam x 14 minggu sebagaimana sistem konvensional. Namun dalam 18 jam minggu
pertama diberikan hanya 2-3 mata kuliah, pada minggu kedua diberikan 2 - 3 mata kuliah
yang lain, begitu seterusnya. Jadi, seluruh mata kuliah tidak diberikan dalam satu minggu.
Sehingga untuk satu hari kuliah tidak dijejali dengan berbagai mata kuliah, namun hanya
diberikan 2 - 3 mata kuliah yang berbeda setiap minggunya. Dengan cara demikian, maka apa
yang dikuliahkan menjadi lebih mudah terserap oleh mahasiswa di Perkuliahan karyawan,
karena mereka juga sibuk dengan pekerjaannya. Ini sekedar contoh ekstrim sistem PDS.
Pada bagian itu telah dijelaskan, kenapa biaya pendaftaran calon mahasiswa baru harus
berkualitas. Di bagian ini hanya diberikan tambahan penjelasannya saja, bahwa biaya
pendaftaran calon mahasiswa termasuk dalam “produk PTS”.
Kualitas produknya akan semakin tinggi ketika biaya pendaftarannya semakin rendah, karena
hanya berfungsi sebagai “booking” saja.
Dosen yang akan mengajar di P2K, sebaiknya diberi pelatihan didaktika umum bagi yang
belum pernah memperoleh pelatihan tersebut.
Dalam didaktika umum dipelajari aturan umum bagi seorang dosen untuk dapat mengajar
dengan sebaik mungkin dalam suatu bahasan tertentu. Beberapa hal yang secara umum
perlu diketahui diantaranya tentang motif mahasiswa dalam belajar, evaluasi dan penilaian,
penggunaan media pembelajaran, desain pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Juga dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, antara lain perhatian,
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, penguatan, dan
perbedaan individu.
Dengan memahami dikdatika umum, maka diharapkan tidak ada lagi sebutan “dosen killer”,
yaitu dosen yang tidak meluluskan banyak mahasiswa.
KPT siap membantu sebagian atau semua biaya pelatihan didaktika tersebut.
Tentunya dengan syarat dosen-dosen yang mengikuti pelatihan di PTS terkait, akan serius
menerapkannya, dan para pimpinan jurusan/fakultas/PTS turut aktif memastikan bahwa
hasil pelatihan tersebut diterapkan dengan baik.
Ilustrasi ini juga menggambarkan jurusan prospek dan tidak prospek di Indonesia. Saat ada
jurusan prospek, PTS-PTS beramai-ramai mendirikan jurusan tersebut, dan sebaliknya, saat
ada jurusan yang tidak prospek, maka jurusan itu ditinggalkan, tidak berusaha dipelihara
walalupun mahasiswanya hanya sedikit. Karena tidak dipelihara, akhirnya jurusan tersebut ditutup.
Ketika jurusan yang terlanjur tutup tersebut mulai prospek lagi, PTS tersebut mulai
mendirikan jurusan itu kembali, dan memulai lagi dari awal. Sedangkan PTS yang tetap
Selain itu juga terjadi sinergi yang tinggi antar jurusan, antar fakultas. Dampak positifnya,
terjadi efisiensi yang tinggi, karena ada mata kuliah bersama yang wajib dikelola bersama
dan terjadi perpaduan kurikulum.
Untuk saat ini, seyogyanya PTS memadukan kurikulum antara jurusan yang terkait
informatika dengan jurusan yang tidak terkait informatika. Karena kelak, perusahaan/
lembaga itu membutuhkan tenaga ahli ekonomi yang faham informatika, tenaga ahli hukum
yang faham informatika, tenaga ahli teknik sipil yang faham informatika,
tenaga ahli teknik mesin yang faham informatika, dan sebagainya,
demikian juga akibat sebaliknya, mereka tidak membutuhkan lagi
tenaga ahli yang faham informatika saja.
Semua ini hanya bisa terjadi pada PTS yang seluruh jurusannya
kompak, saling mengisi, terjadi subsidi silang, saling membantu,
dan sebagainya. Dan memang PTS yang seperti ini yang selalu
tampil di depan.
Semua ini logis, karena PTS itu sebuah sistem yang terdiri dari banyak sistem. Persis seperti
mobil atau tubuh manusia, yaitu sebuah sistem yang terdiri dari banyak sistem. Semua sistem
yang terdiri dari banyak sistem akan maju dengan pesat jika bersinergi sangat baik, apa pun
sistem itu, dan begitu juga sebaliknya.
KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) sudah membangun beberapa paket Sistem Informasi
Akademik (SIA) berbasis internet, dan KPT juga sudah mempersiapkan beberapa server
untuk kebutuhan PTS-PTS yang belum memiliki SIA tersebut.
SIA berbasis internet ini diintegrasikan dengan jejaring civitas akademika (civitasbook.com)
dan juga terintegrasi Sistem Informasi Administrasi Pembayaran Biaya Pendidikan (SIMAK =
Sistem Informasi Manajemen Administrasi Keuangan).
Dalam SIA berbasis internet tersebut, terdapat sistem herregistrasi pengambilan mata kuliah
(KRS/FRS) oleh mahasiswa, penjadwalan kuliah, penilaian UTS, UAS, sampai dikeluarkannya
KHS (Kartu Hasil Studi) dan Transkrip Nilai.
Seluruh proses dan pengelolaan SIA ini hanya boleh dikelola PTS terkait. KPT hanya
mempersiapkan software-nya, sistem database-nya, serta servernya, berikut pelatihannya.
Semua itu gratis (bagian dari pelayanan KPT).
Semakin baik kualitas Sistem Informasi Akademiknya, tugas KPT dalam hal marketing
menjadi semakin ringan. Namun bila biaya studinya menjadi semakin mahal, tugas KPT
kembali menjadi semakin sulit.
Rasa memiliki dari masyarakat inilah yang perlu ditumbuhkan, minimal rasa memiliki dari
civitas akademikanya, terutama dosen dan khususnya mahasiswa. Begitu rasa memiliki
ini tumbuh di mahasiswa, terutama mahasiswa dari P2K (para pengusaha, manajer, dan
sebagainya). Maka dengan sendirinya mereka akan turut aktif melengkapi dan meningkatkan
fasilitas perguruan tinggi terkait. Hal ini sudah terjadi di sebagian PTS yang bekerjasama
dengan KPT.
PTS tersebut harus kompak terlebih dahulu, ada sinergi yang kuat antara jurusan yang satu
dengan lainnya, antar fakultas, antara dosen biasa dan struktural, edukatif dan non edukatif,
semua saling membantu. Semua ini dengan
sendirinya akan “menular” ke mahasiswa, sehingga
mereka dengan suka rela berinisiatif melengkapi
dan meningkatkan fasilitas di PTS tersebut sesuai
dengan sumber daya yang mereka kelola dari tempat
mereka bekerja.
Yang dibutuhkan disini hanya tertib administrasi, khususnya dalam hal pengarsipan dan peng-
update-an data alumni. Bila PTS terkait mengijinkan, maka KPT akan membantu pengarsipan
alumni tersebut.
2.3.13 Akreditasi
Semakin tinggi akreditasinya, kualitas produknya semakin baik. Bila produk 1 - 12 (sub-bab
2.3) tersebut kualitasnya baik, bahkan sangat baik. Maka otomatis hasil akreditasinya juga
akan sangat baik.
***
Pada bagian Tentang KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi), telah diuraikan bahwa dalam
penyelenggaraan Program Perkuliahan Karyawan (P2K), Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
bekerjasama dengan KPT sebagaimana di negara maju, yang secara garis besar yaitu :
Begitu selesai penanda-tanganan MOU tersebut, KPT langsung mulai melaksanakan kegiatan
marketing untuk P2K PTS terkait, yang seluruh marketing semester awalnya dibiayai KPT
sesuai “Komitmen Sosial” Gilland Group. Sehingga PTS terkait dapat benar-benar fokus
mempersiapkan kegiatan akademik semester awal, dan pada semester selanjutnya PTS terkait
dapat fokus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di Perkuliahan Karyawan
tersebut.
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar,
tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya
program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya
biaya studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat),
menarik tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya,
dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut digunakan
untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Semakin mahal biaya pendidikannya, maka dibutuhkan biaya marketing yang semakin besar.
Semakin rendah prospek jurusannya, maka semakin tinggi biaya marketingnya. Semakin sulit
dijangkau lokasi PTS-nya, maka semakin besar biaya marketing yang harus dikeluarkan. Dan
seterusnya.
Kegiatan marketing awal yang dilakukan KPT antara lain mempersiapkan Sekretariat P2K di
PTS terkait serta mempersiapkan lingkungan di sekitar sekretariat sedemikian rupa sehingga
benar-benar siap “menerima kedatangan calon mahasiswa baru P2K”.
Pada saat yang bersamaan, merancang biaya pendidikannya beserta metode angsuran dan
manajemen penerimaan pembayarannya (software, hardware, dan humanware); mempelajari
kembali hasil riset market terhadap PTS terkait untuk menentukan bagaimana model brosur,
spanduk, poster, surat marketing, dan sebagainya. Menentukan titik-titik lokasi pemasaran,
agen-agen marketing pada perusahaan/lembaga mana yang harus dikontrak, alamat-alamat
pengiriman surat yang harus dipilih, dan sebagainya. Termasuk berapa anggaran yang
dibutuhkan, dan dari anggaran tersebut, berapa yang harus dimintakan subsidi dari Gilland
Group.
Pada saat yang bersamaan KPT juga melakukan kontrak kerja dengan jaringan website yang
dikelola Gilland Group.
Jumlah minimal tersebut di atas merupakan jumlah awal yang dibutuhkan agar marketing
internetnya berhasil. Selanjutnya jumlah ini ditambah terus-menerus sesuai anggaran yang
tersedia ditambah dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Subsidi tersebut memang harus terus-menerus diberikan, karena sudah pasti tidak cukup bila
hanya mengandalkan anggaran yang tersedia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah usaha
sosial (usaha nirlaba), sehingga dibutuhkan komitmen sosial yang tinggi bila turut aktif
terjun di pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam mengelola
pendidikan adalah mencerdaskan masyarakat, meningkatkan SDM bangsa Indonesia. Semua
itu merupakan amal yang tidak akan terputus, dan sesuai “law of attraction”, bahwa Tuhan
akan selalu memberi balasan/hadiah berlipat-lipat melalui sumber lain.
***
Lampiran
38
Lampiran I
Gilland Group adalah grup perusahaan (PT. Gilland Ganesha, PT. Kreasi Pranata Terpadu,
Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia (YKPI), CV. Indragung, CV. Laris, CV. Flamboyan,
dsb.) yang bergerak di bidang Jaringan Website (Internet), Iklan, Marketing, Peternakan, Vila,
dsb. Sedangkan aktifitas sosial (komitmen sosial pendidikan) Gilland Group dalam hal turut
aktif mencerdaskan bangsa, disalurkan melalui divisinya yaitu KPT (Konsultan Pendidikan
Tinggi) dan YKPI.
Saat ini jaringan website milik Gilland Group terdiri dari 2.648 domain (dengan 231 ribu sub
per domain sehingga = 611,7 juta website) berada dalam 121 server kualitas tinggi; dengan
jumlah klik rata-rata sampai hari ini 19.042.356 klik/hari (220,4 klik/detik). Secara bertahap
jumlah klik/detik serta jumlah server kualitas tinggi ditingkatkan dan dikembangkan, serta
pengembangan jejaring sosial civitasbook.com, search engine cangkok.com, dan e-learning
(distance/online learning) yang terintegrasi dengan seluruh domain yang kami miliki serta
terhubung dengan seluruh PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Indonesia yang bekerja sama
dengan kami.
Berikut adalah beberapa nama domain dengan data rata-rata klik per hari yang ada dalam
jaringan website Gilland Group, diurutkan berdasarkan jumlah klik (data diambil tanggal 29
Agustus 2015) :
Lampiran
39
Rata - rata jumlah klik Rata - rata jumlah klik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
Lampiran
40
Rata - rata jumlah klik Rata - rata jumlah klik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
Lampiran
41
Rata - rata jumlah klik Rata - rata jumlah klik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
No Nama Domain klik/ hari klik/detik
Untuk melihat lebih lengkap daftar nama domain dan update jumlah klik per hari jaringan
website Gilland Group tersebut, dapat dilihat dengan meng-klik salah satu domain di atas.
Pada setiap domain tersebut terdapat menu “Daftar Jaringan Website Gilland Group”,
silahkan di klik menu terkait.
Lampiran
42
Lampiran II
Sebagaimana diketahui, bahwa Perguruan Tinggi di negara maju dapat fokus meningkatkan
kualitas Pendidikan dan Pengajarannya, dikarenakan mereka tidak disibukkan oleh kegiatan
marketing untuk penerimaan mahasiswa baru, juga tidak disibukkan oleh pendanaan terhadap
kegiatan belajar-mengajarnya. Peran tersebut dikelola oleh lembaga lain berupa konsultan
yang bekerja sama dengan perguruan tinggi terkait.
Disinilah salah satu peran KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) di Indonesia, yaitu bekerja sama
dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sedemikian rupa sehingga PTS tersebut dapat fokus
terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Karena kegiatan marketing
untuk penerimaan mahasiswa baru dan pendanaan kegiatan belajar-mengajar diupayakan
oleh KPT.