Anda di halaman 1dari 41

Konstruksi Baru Pendidikan Tinggi Indonesia

(Berdasarkan UU DIKTI, UU Sistem Nasional Litbang & Penerapan IPTEK, & Organisasi Kemristekdikti)

Workshop Kepemimpinan Perguruan Tinggi Swasta


Direktorat Jenderal Kelembagaan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, & Pendidikan Tinggi
Makassar, 25-27 November 2016
IKHTISAR

1. Pengantar
2. UU 12, 2012 Pendidikan Tinggi & Sistem Pendidikan Tinggi:
- Azas, fungsi, tujuan, prinsip;
- Kelembagaan pendidikan tinggi;
- Kerangka UU 12, 2012;
- Karakteristik penyelenggaraan pendidikan tinggi & pengelolaan perguruan tinggi;
- Governance & organisasi PTS;
- Kepemimpinan & pemilihan pimpinan di perguruan tinggi.
3. Arah Kebijakan Pengembangan Pendidikan Tinggi dan Pengaturan PTS
dalam UU Pendidikan Tinggi.
4. UU 18, 2002 Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, & Penerapan
IPTEK.
5. Kelembagaan Kemristekdikti.
6. Penutup.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 2


PENGANTAR

1. Pemerintah menyatukan Ditjen. DIKTI dengan Kemenristek menjadi


KemRistekDikti:
- Terdapat peluang untuk mendaya-gunakan potensi lit-bang nasional untuk
pendidikan tinggi;
- Bagaimana sesungguhnya Konstruksi Baru Pendidikan tinggi (DIKTI) dan
Perguruan Tinggi (PT) Indonesia berdasarkan UU 12, 2012 tentang
Pendidikan Tinggi.
- Bagaimana pengaturan ‘penelitian’ di Indonesia berdasarkan Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, & Penerapan IPTEK.
- Bagaimana fungsi & struktur Kemristekdikti untuk memajukan bersama
riset, teknologi, & DIKTI di Indonesia.
2. Pemahaman 2 landasan hukum & kerangka kelembagaan
Kemristekdikti penting bagi setiap pengelola perguruan tinggi dalam
membangun PT masing-masing.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 3


UU 12, 2012 Pendidikan Tinggi &
Sistem Pendidikan Tinggi
UU PENDIDIKAN TINGGI DAN
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI (1/4)

1. Kegiatan pengembangan perlu membangun sistem; agar dapat


bersama, bertahap, berkelanjutan; bukan hanya melaksanakan
program & menyerap anggaran; kita sering terjebak melaksanakan
program dan mengejar indikator kinerja program.
2. UU 12, 2012 memberikan landasan bagi pengembangan Sistem
Pendidikan Tinggi.
3. Sistem Pendidikan Tinggi merupakan sistem yang mengatur
proses penyelenggaraan pendidikan tinggi, untuk mewujudkan
tujuan pendidikan tinggi.
4. Dalam sistem pendidikan tinggi dirancang institusi pengelola
pendidikan tinggi serta unsur-unsurnya; yang mencakup ketentuan
mengenai kedudukan, fungsi, tugas, kewenangan, tanggung-
jawab, & mekanisme koordinasi.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 5


UU PENDIDIKAN TINGGI DAN
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI (2/4)

5. Perancangan proses pendidikan tinggi dilakukan sesuai


fungsi, untuk mewujudkan tujuan pendidikan tinggi dengan
efektif sesuai dengan sistem nilai (azas) & prinsip/konsep
penyelenggaraan pendidikan tinggi.
6. Sistem nilai (asas) pendidikan tinggi:
- Kebenaran ilmiah; - Kebajikan;
- Kejujuran; - Tanggung-jawab;
- Penalaran; - Kebhinekaan;
- Keadilan; - Keterjangkauan.
- Manfaat;

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 6


UU PENDIDIKAN TINGGI DAN
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI (3/4)

7. Fungsi pendidikan tinggi (perintah UUD 1945):


- Mengembangkan kemampuan; membentuk watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat; mencerdaskan kehidupan bangsa;
- Mengembangkan sivitas akademika; inovatif, responsif, kreatif, terampil,
berdaya-saing, ko-operatif, melalui tridarma;  toleran, kontributif;
- Mengembangkan iptek dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora.
8. Tujuan:
- Berkembangnya potensi mahasiswa; beriman & bertakwa; akhlak mulia; sehat;
berilmu; cakap; kreatif, mandiri (berkepribadian); terampil, kompeten,
berbudaya;
- Dihasilkannya lulusan; menguasai iptek; kepentingan nasional; daya saing
bangsa;
- Dihasilkannya iptek; kemajuan peradaban dan kesejahteraan;
- Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat; berbasis penelitian;
kesejahteraan umum dan pencerdasan bangsa.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 7


UU PENDIDIKAN TINGGI DAN
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI (4/4)

9. Prinsip penyelenggaran pendidikan tinggi menurut UU 12,


2012 tentang Pendidikan Tinggi:
a. Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pendidikan tinggi; regulator, fasilitator, pengawas.
b. Memberikan otonomi kepada perguruan tinggi.
c. Meningkatkan secara luas partisipasi masyarakat.
d. Nirlaba.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 8


KELEMBAGAAN PENDIDIKAN TINGGI

Presiden

KEMENTERIAN/LPNK KEMRISTEKDIKTI
LAIN, & PEMDA Ditjen Ditjen Ditjen
P&K KID SDID
PTN Satker PTN BLU L2DIKTI
LEMBAGA SEMI
PEMERINTAH:
- DPT/MPT
- BSNP
- BAN PT

Institusi
Otonom Masyarakat Profesional
PTN BH
PTS Asosiasi Asosiasi
Alumni LSM
Profesi Industri

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 9


KERANGKA UU 12, 2012 PENDIDIKAN TINGGI

1. Ketentuan Umum
2. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
3. Penjaminan Mutu
4. Perguruan Tinggi
5. Pendanaan & Pembiayaan
6. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi oleh Lembaga Negara Lain
7. Peran serta masyarakat
8. Sanksi Administratif
9. Ketentuan Pidana
10. Ketentuan Lain-Lain
11. Ketentuan Peralihan
12. Ketentuan Penutup

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 10


KARAKTERISTIK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI (1/3)

1. Penyelenggaraan pendidikan tinggi:


a. Peran regulator, fasilitator, & pengawasan pemerintah.
b. Kehadiran lembaga semi pemerintah (DPT, MPT, BNSP, BAN PT)
yang melibatkan stakeholders.
c. PTN & PTS yang otonom.
d. Peningkatan peran masyarakat pengawasan, penyelenggaraan, &
partisipasi pendanaan oleh.
2. Penanggung-jawab pendidikan tinggi:
- Menteri bertanggung-jawab atas penyelenggaraan pendidikan tinggi;
- Mencakup: pengaturan; perencanaan; pengawasan; pemantauan &
evaluasi, serta pembinaan & koordinasi.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 11


KARAKTERISTIK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI (2/3)

3. Perguruan tinggi otonom:


a. PTN & PTS mempunyai otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya.
b. Otonomi akademik merupakan kodrat perguruan tinggi untuk mencari dan
menyampaikan kebenaran; kebutuhan dasar perguruan tinggi untuk
melaksanakan fungsinya.
c. Otonomi non-akademik (pengelolaan): untuk meningkatkan mutu pendidikan;
prinsip good university governance:
(1) mengatur organisasi & mengambil keputusan sendiri;
(2) pengelolaan SDM;
(3) pengelolaan aset;
(4) pengelolaan keuangan.
Catatan:
- PTS dengan pelimpahan dari Yayasan dapat mempunyai seluruh otonomi non-kademik di atas;
- Dalam UU 12, 2012 kewenangan pengaturan otonomi non-akademik diserahkan sepenuhnya kepada
yayasan;
- Untuk PTN diberikan opsi PTN PKBLU dan PTN BH.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 12


KARAKTERISTIK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI (3/3)

4. Harkat Perguruan tinggi:


a. Perguruan tinggi merupakan lembaga ilmiah yang berfungsi sebagai pusat
budaya, pilar bangsa, dan penggerak perubahan sosial menuju masyarakat
demokratis maju.
b. Perguruan Tinggi menjadi:
- wadah pendidikan calon pemimpin bangsa;
- wadah pembelajaran mahasiswa & masyarakat;
- pusat pengembangan iptek;
- pusat kebajikan & kekuatan moral untuk mencari dan menemukan kebenaran.
c. Penyelenggara Perguruan tinggi mengutamakan prinsip-prinsip academic
governance, bukan aspek birokrasi, politik, ataupun hanya efisiensi
manajemen.
d. Networking antara unsur lebih penting; bukan struktur hirarki vertikal (power
satu unit terhadap yang lain).
e. Senat Akademik (SA) sebagai wakil masyarakat akademik baik Perguruan
Tinggi maupun Fakultas mempunyai kewenangan terbesar.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 13


GOVERNANCE PTS

DIKTI
Badan Hukum
KAP YAYASAN: Penyelenggara
- Pembina
- Pengurus
- Pengawas

Mandat manajemen sumber daya:


(kewenangan Yayasan)

Mandat akademik;
melalui ijin PIMPINAN
pendirian PTS & SA PT
Program Studi
PTS

Pelaksana
Akademik

Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 14


ORGANISASI PTS (1/3)

1. Pimpinan (Rektor & Wakil) dan SA Perguruan Tinggi (PT)


merupakan unsur utama:
a. SA PT mempunyai kewenangan utama, bukan saja akademik,
tetapi juga arah & kebijakan perguruan tinggi; Organisasi SA
bersifat kolektif; pengambilan keputusan dilakukan bersama.
b. Rektor merupakan eksekutif yang bertanggung-jawab atas
tindakan operasional; melindungi kepentingan perguruan tinggi;
mengambil keputusan eksekusi.
c. Interaksi dalam kampus merupakan interaksi akademik (otoritas
keimuan); bukan kekuasaan eksekutif, atau birokrasi.
Catatan:
- perlu terjadi check & balance terhadap kewenangan eksekutif (Rektor &
Dekan); dapat dilakukan oleh SA Perguruan Tinggi dan SA Fakultas;
- conflict of interest harus dihindari; juga jabatan rangkap.

Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 15


ORGANISASI PTS (2/3)

2. Pimpinan perlu dilengkapi dengan fungsi pengawasan &


penjaminan mutu.
3. Organisasi perguruan tinggi umumnya bersifat matriks; perlu
membedakan organisasi sumber & organisasi program:
a. Organisasi sumber: mengelola sumber daya (dosen, tenaga
kependidikan; fasilitas pendidikan); umumnya mempunyai badan
normatif (mis. Fakultas memiliki SA Fakultas) dan mengelola
program.
b Organisasi program: hanya melaksanakan program (program studi,
penelitian, & pengabdian kepada masyarakat); meminjam sumber
daya terutama dosen dari organisasi program; misal Lembaga
Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat.
4. Organisasi sumber menyesuaikan dengan kebutuhan
manajemen; harus se-efisien mungkin; tidak harus ada Fakultas
dan Jurusan kalau tidak perlu.

Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 16


ORGANISASI PTS (3/3)

YAYASAN:
KAP - Pembina;
- Pengurus;
- Pengawas

Pimpinan
(Fungsi SPI/SPM) SA

Unit Pelaksana Unit Penunjang Unit Pelaksana


Akademik Akademik Administrasi

- Lembaga/Pusat - Perpustakaan
- Fakultas - Direktorat
Penelitian
- Departemen/ - Laboratorium - Biro
-Lembaga/Pusat
Jurusan dll
Pengabdian
Masyarakat

- Program Studi Program Penelitian &


-Program Penelitian Pengabdian Masyarakat
-Program Pengabdian Lintas Keilmuan
Masyarakat

Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 17


KEPEMIMPINAN
DI PERGURUAN TINGGI

1. Kepemimpinan membedakan managers dengan leaders:


a. Manager: plan, organize, direct, coordinate, & control.
b. Leader: manager +; vision, align, coach & trust, empower, and
care.
2. Managers: diangkat, otoritas (kewenangan) diberikan untuk
melaksanakan fungsi dan tugasnya.
3. Academic Leaders:
- mempunyai otoritas akademik;
- otoritasnya diakui karena dipercaya (trust) oleh rekannya -
berdasarkan kapasitasnya yang tinggi dan track record-nya yang
sangat baik;
- kepemimpinannya diraih (earned);
- Pemimpin akademik diminta untuk memimpin, tidak meminta
untuk dipilih; tidak memerlukan kampanye & pencitraan;
- beda dengan pemimpin politik; meminta untuk dipilih; perlu
kampanye & pencitraan.
Dewan Pendidikan Tinggi - Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 18
7 PRINCIPLES ON UNIVERSITY GOVERNANCE
TO ENSURE RELIABLE PERFORMANCE

1. Not everything is improved by making it democratic.


2. There are basic differences between the rights of citizenship in a
nation and the rights that are attained by joining a voluntary
organization.
3. Rights and responsibilities in university should reflect the length of
commitment to the institution.
4. Those with knowledge are entitled to a greater say.
5. The quality of decisions is improved by continuously preventing
conflict of interest.
6. University governance should improve the capacity for teaching and
research.
7. To function well, a hierarchical system of governance requires
explicit mechanism of consultation and accountability.
Henry Rosousky, An Owner’s Manual, 1990

Dewan Pendidikan Tinggi - Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 19


PEMILIHAN PIMPINAN
DI PERGURUAN TINGGI (1/2)

1. Pemimpin akademik (Academic leaders):


a. Struktural: Ketua SA Universitas/SA Fakultas.
b. Fungsional; lektor, lektor kepala, guru besar.
c. Kepemimpinan diraih (earned) - karena prestasi/kompetensi;
otoritasnya diakui karena dipercaya oleh rekannya; diminta
untuk memimpin.
2. Universitas perlu menerapkan kepemimpinan akademik
(fungsional) ada dimana-mana:
- semua lektor, lektor kepala, dan Guru Besar adalah pemimpin;
terutama bagi mahasiswa;
- amanah, menjadi contoh, melihat ke depan; dimensi luas (alam,
manusia, sosial); wisdom yang tinggi.

Dewan Pendidikan Tinggi - Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 20


PEMILIHAN PIMPINAN
DI PERGURUAN TINGGI (2/2)

3. Pemimpin eksekutif (Rektor & Dekan) perguruan tinggi:


- gabungan kemampuan pemimpin akademik & manajer:
- yang paling penting adanya jaminan kompetensi (kapasitas untuk
memimpin) dan track record;
- karena terbuka dan calonnya banyak (dari semua dosen); maka perlu
dicari (searching); biasanya melalui selection committee:
- proses pemilihan berbasiskan selection, bukan election berdasarkan
kapasitas & track record; bukan kampanye & pencitraan;
- acceptability perlu yaitu pengakuan kompetensi dan prestasi yang
diraih (earned); bukan acceptability melalui surat suara; dapat pula
ditunjukkan melalui dukungan SA Perguruan Tinggi & SA Fakultas.

Dewan Pendidikan Tiggi - Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 21


Arah Kebijakan Pengembangan Pendidikan Tinggi &
Pengaturan PTS dalam UU Pendidikan Tinggi
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (1/7)

1. Penegasan tanggung-jawab pemerintah & peningkatan pelayanan:


a. Menteri bertanggung-jawab atas penyelenggaraan pendidikan tinggi -
Pasal 7 (1).
b. Tanggung-jawab pendanaan; bertingkat:
- Pemerintah dari APBN – Pasal 83 (1);
- Pemda memberikan dukungan APBD – Pasal 83 (2);
- Masyarakat dapat berperan; hibah, dll. – Pasal 84 (1);
- PT melalui tridharma – Pasal 85 (1);
- Mahasiswa sesuai kemampuan – Pasal 85 (2);
- Dunia usaha industri; melalui insentif – Pasal 86;
- Hak pengelolaan kekayaan negara dari pemerintah & pemda – Pasal 87.
c. Meningkatkan peran Kopertis menjadi Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi (L2DIKTI) – Pasal 57.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 23


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (2/7)

2. Perluasan akses pendidikan tinggi:


a. Pendirian minimal 1 PTN (universitas, institut, politeknik) di setiap propinsi –
Pasal 80 (2).
b. Bersama Pemda; pendirian minimal 1 akademi komunis di kabupaten yang
belum ada perguruan tinggi – Pasal 81 (2).
3. Pemihakan kepada kelompok kurang mampu:
a. Calon mahasiswa lulus akademik wajib diterima – pasal 73 (3).
b. Penerimaan mahasiswa baru merupakan seleksi akademis – Pasal 73 (5).
c. PTN wajib mencari 20% mahasiswa tidak mampu - Pasal 74 (1).
d. Pemenuhan hak mahasiswa - Pasal 76 (2):
- beasiswa;
- bantuan/pembebasan biaya pendidikan;
- pinjaman dana tanpa bunga.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 24


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (3/7)

4. Peningkatan mutu pendidikan tinggi:


a. Penetapan SPM Pendidikan Tinggi; internal dan eksternal (melalui akreditasi);
merujuk SNPT, berdasarkan PDPT – Pasal 52, 53, 54, dan 55.
- Akreditasi PT oleh BAN PT; Program Studi oleh LAM – Pasal 55 (5).
b. Penetapan SNPT (8 standard + 2); Standard PT oleh masing-masing PT – Pasal
52 (3) & 54 (1).
c. Pengembangan PDPT – Pasal 56.
d. Fasilitasi kerjasama antar PT & dengan dunia usaha, industri, alumni, & Pemda -
Pasal 79 (1).
e. Pengembangan sistem pengelolaan informasi PT – Pasal 79 (2).
f. Pengembangan sistem pembinaan berjenjang kerja sama PT – Pasal 79 (3).
g. Pengembangan sumber pembelajaran terbuka – Pasal 79 (4).
h. Pengembangan jejaring antar PT dengan sistem informasi – Pasal 79 (5).
i. Pengembangan pusat unggulan pada perguruan tinggi – Pasal 80 (1).
j. 30% dana BOPTN untuk penelitian – Pasal 89 (6).

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 25


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (4/7)

5. Pengaturan otonomi PT:


a. PT mempunyai otonomi dalam mengelola lembaganya - Pasal 62 (1).
b. Otonomi meliputi bidang akademik & non-akademik – Pasal 64 (1).
c. Otonomi bidang akademik: penerapan noma, dan kebijakan operasional,
pelaksanaan tridharma – Pasal 64 (2).
d. Otonomi bidang non-akademik: organisasi; keuangan; kemahasiswaan;
ketenagaan; sarana prasarana - Pasal 64 (3).
e. Otonomi PTN: selektif berdasarkan evaluasi kinerja – Pasal 65:
- PTN Satker;
- PTN BLU – Pasal 65 (2);
- PTN BH – Pasal 65 (3).
f. Otonomi PTS: diatur oleh Badan Penyelenggara – Pasal 67.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 26


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (5/7)

6. Peran pengaturan & pengawasan pemerintah:


a. Pendirian PT:
- PTN didirikan oleh pemerintah – Pasal 60;
- PTS oleh masyarakat (Yayasan); wajib mendapat izin Menteri – Pasal 60;
- PT wajib memenuhi standard minimum akreditasi – Pasal 60.
- PT wajib memiliki statuta – pasal 60;
- Perubahan/pencabutan izin PTS dilakukan Menteri – Pasal 60.
b. Program Studi:
- Diselenggarakan atas izin Menteri; memenuhi persyaratan min. akreditasi -
Pasal 33;
- Wajib diakreditasi ulang; jika tidak dicabut izin-nya oleh Menteri - Pasal 33;
- Dilaksanakan di kampus utama; jika di luar bekerja sama dengan PT
setempat - Pasal 34.
c. Penetapan Standar:
- SNPT – Pasal 52;
- Standar minimum akreditasi PT – Pasal 60;
- Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi – Pasal 88.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 27


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (6/7)

7. Pengaturan akademik pendidikan tinggi:


a. Rumpun IPTEK; kumpulan pohon, cabang, ranting, disusun sistematis – Pasal 10:
- rumpun ilmu agama;
- rumpun ilmu humaniora;
- rumpun ilmu sosial;
- rumpun ilmu alam;
- rumpun ilmu formal;
- rumpun ilmu terapan.
b. Sivitas akademik: dosen dan mahasiswa – Pasal 11:
- mahasiswa; insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam
mengembangkan potensi diri untuk menajdi intelektual, ilmuan, praktisi, dan
atau profesional – Pasal 13 (1).
c. Jenis pendidikan tinggi – Pasal 15, 16, & 17:
a. pendidikan akademik: Program Studi S1, S2, S3.
b. pendidikan vokasi: program Studi D1, D2, D3, D4/Sarjana Terapan.
c. pendidikan profesi: Program Studi Profesi, Spesialis.
d. Kurikulum dikembangkan PT dengan mengacu SNPT – Pasal 35.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 28


ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN TINGGI DALAM UU 12, 2012 (7/7)

e. KKNI – Pasal 29:


- penjenjangan capaian pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang
pendidikan formal, non-formal, informal, atau pengalaman kerja dalam
rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
diberbagai sector;
- acuan pokok penetapan kompetensi lulusan (SNPT).

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 29


PENGATURAN PTS DALAM UU 12, 2012 (1/2)

1. PTS didirikan masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara


berbadan hukum (Yayasan) berprinsip nirlaba – Pasal 60 (2).
2. PTS wajib memperoleh izin Menteri; harus memenuhi standar
minimum akreditasi - Pasal 60.
3. PT wajib memiliki statuta; ditetapkan dengan surat keputusan badan
penyelenggara – Pasal 66 (3).
4. Penyelenggaraan otonomi PTS diatur oleh Badan Penyelenggara –
Pasal 67.
5. Penerimaan mahasiswa baru PTS untuk setiap Program Studi diatur
oleh PTS masing-masing dan dapat mengikuti pola penerimaan
mahasiswa baru PTN secara nasional – Pasal 73 (6) .
6. Dana pendidikan tinggi bersumber dari APBN/D dialokasikan untuk
PTS sebagai bantuan tunjangan profesi dosen, tunjangan kehormatan
profesor, serta investasi & pengembangan - Pasal 89 ayat (1).

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 24


PENGATURAN PTS DALAM UU 12, 2012 (2/2)

7. Anggaran untuk PTS dialokasikan oleh Pemerintah (APBN) dan/atau


oleh Pemerintah Daerah (APBD) dalam bentuk antara lain hibah,
bantuan program kegiatan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian
kepada Masyarakat – Penjelasan Pasal 89 (1).
8. Selain bantuan pendanaan, PTS dapat memperoleh bantuan tenaga
Dosen yang diangkat oleh Pemerintah – Penjelasan Pasal 89 (1).
9. 30% dana BOPTN untuk penelitian PTN & PTS – Pasal 89 (6).
10. Masyarakat menyelenggarakan PTS bermutu – Pasal 91 (2d).

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 25


UU 18, 2002 Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, & Penerapan IPTEK
UU 18, 2002 – SISTEM NASIONAL PENELITIAN,
PENGEMBANGAN, & PENERAPAN IPTEK (1/3)

1. Koordinasi penelitian & pengembangan (litbang) di Indonesia


diatur dalam UU No. 18, 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK
(SNP3IPTEK).
2. SNP3IPTEK berfungsi membentuk pola hubungan yang saling
memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan
pemajuan IPTEK dalam satu keseluruhan yang utuh untuk
mencapai tujuan.
3. Tujuan:
- memperkuat daya dukung IPTEK bagi keperluan mempercepat
pencapaian tujuan negara;
- meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan
kepentingan negara dalam pergaulan internasional.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 33


UU 18, 2002 – SISTEM NASIONAL PENELITIAN,
PENGEMBANGAN, & PENERAPAN IPTEK (2/3)

4. Dari tinjauan kelembagaan; institusi penelitian & pengembangan


mencakup:
a. PTN & PTS dengan misi tridharma perguruan tinggi.
b. Badan usaha dengan institusi LitBang-nya.
c. Kementerian, Pemda, LPNK, & organisasi masyarakat dengan
Lembaga Litbangnya.
d. Lembaga penunjang sebagai stakeholders yang mencakup a.l.:
• Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI);
• Dewan Riset Nasional (DRN), dan Dewan Riset Daerah (DRD);
• Organisasi profesi;
• Badan Standardisasi;
• Lembaga pengujian standar;
• Kantor paten dan sentra HKI;
• Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
• Lembaga jasa konsultasi di bidang IPTEK;
• Lembaga yang mewakili kepentingan konsumen;
• Lembaga penyedia informasi IPTEK;
• Lembaga pendanaan IPTEK;
• Lembaga lain yang sejenis.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 34


UU 18, 2002 – SISTEM NASIONAL PENELITIAN,
PENGEMBANGAN, & PENERAPAN IPTEK (3/3)

5. Menristek wajib mengoordinasikan perumusan kebijakan


strategis dengan mempertimbangkan segala masukan dan
pandangan yang diberikan oleh unsur kelembagaan IPTEK.
6. Untuk mendukung Menteri, pemerintah membentuk DRN yang
beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan IPTEK.
7. Terdapat 8 LPNK yang ditugaskan koordinasinya kepada
Kemenristek (Perpres 9, 2005).
8. Dengan disatukannya Kemenristek & Ditjen. DIKTI menjadi
Kemristekdikti maka koordinasi LPNK juga menjadi tugas
Menristekdikti.
9. Untuk memfasilitasi koordinasi perlu diatur kedudukan lembaga
dan institusi di atas dalam suatu sistem kelembagaan
pendidikan tinggi dan riset & teknologi.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 30


SISTEM RISTEK-DIKTI

Presiden

AIPI

BPPT LIPI
KEMENTERIAN/LPNK KEMRISTEKDIKTI BIG LAPAN
LAIN & PEMDA Ditjen Ditjen Ditjen Ditjen Ditjen BSN BATAN
P&K KID SDID PRP PI BAPETEN
PT & Lembaga
Litbang PTN Satker PTN BLU L2DIKTI

LEMBAGA SEMI
PEMERINTAH:
- DPT/MPT
- BSNP
- BAN PT
- DRN/D

Institusi Masyarakat Profesional


Otonom
PTN BH/PTS/ Organisasi Lembaga Lembaga
Kantor Paten
Badan Usaha Profesi & Pengujian Informasi Alumni
& Sentra HKI
Industri Standar IPTEK
Lembaga
Litbang Lembaga
Konsultan Lembaga
LSM Pendanaan
IPTEK Konsumen
IPTEK

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 37


KELEMBAGAAN KEMRISTEKDIKTI
Struktur Organisasi KemristekDikti
(Permenristekdikti No 15, Tahun 2015)

SA Bid. Akademik Menteri Riset, Teknologi, dan


SA Bid. Infrastruktur Pendidikan Tinggi
SA Bid. Relevansi dan
Inspektorat
Produktivitas
Jenderal Sekretariat Sekretariat Jenderal
Inspektorat
Jenderal
Biro Sumber Biro Biro Hukum Biro Kerjasama
Inspektorat Inspektorat Biro
Daya Keuangan dan dan Komunikasi
Inspektorat I Perencanaan
II III Manusia dan Umum Organisasi Publik

Ditjen Pembelajaran & Ditjen Kelembagaan Ditjen Sumber Daya Ditjen Penguatan Riset Ditjen Penguatan
Kemahasiswaan Iptek dan Dikti Iptek dan Dikti dan Pengembangan Inovasi

Setditjen Setditjen Setditjen Setditjen Setditjen

Dit. Lembaga
Dit. Karier & Dit. Sistem Riset dan
Dit. Pembelajaran Penelitian dan Dit. Sistem Inovasi
Kompetensi SDM Pengembangan
Pengembangan
Dit. Kawasan Sains
Dit. Riset dan
Dit. Kemahasiswaan dan Teknologi dan Dit. Kualifikasi SDM Dit. Inovasi Industri
Pengabdian kepada
Lembaga Penunjang
Masyarakat
Lainnya Dit. Perusahaan
Dit. Penjaringan Mutu Dit. Pengembangan Dit. Sarpras Pemula Berbasis
Dit. Pengembangan
Kelembagaan Teknologi
Teknologi Industri
Perguruan Tinggi
Dit. Pembinaan
Dit. Pengelolaan
Kelembagaan
Kekayaan Intelektual
Perguruan Tinggi

Kelompok Jabatan Pusat Datin


Puspiptek Pusdiklat ILPT/ LBM
Fungsional Iptekdikti PT PP Iptek
Kopertis EIJKMAN
KETERKAITAN RPJP, RPJM,
MASTERPLAN, & RENSTRA
UUD 45
Values

Prinsip
RPJP
GBHN
Konsep (20 tahun)
RPJM
Mandat (Nawacita – 5
tahun)

SISTEM RISTEKDIKTI
Bisnis Proses
Kerangka Institusi
Kerangka Regulasi

Kebijakan & MASTERPLAN


RENSTRA 5 tahun
Kondisi Awal 25 Tahun
Strategi (Tujuan)
(Visi Ristekdikti)
Lingkungan
Strategis Program &
Anggaran
PENUTUP

1. Kerangka regulasi – UU Dikti & UU SNP3IPTEK – serta kerangka


institusi Kemristekdikti di atas merupakan landasan dan rujukan bagi
pengelola PT dan sivitas akademika untuk mengembangkan PT-nya
masing-masing.
2. Pemahaman konseptual diperlukan untuk memaksimumkan dan
mensinergikan kontribusi dari seluruh elemen internal maupun
stakeholders eksternal.
3. Dalam kondisi nasional yang belum ‘establish’ kita perlu membangun
sistem, bukan hanya melaksanakan program & menggunakan
anggaran.
4. Pembangunan sistem secara bertahap harus dilakukan berdasarkan
blue print yang dirancang secara komprehensif dengan
memperhatikan mandat, sistem nilai, prinsip, konsep dan cita-cita
jangka panjang yang akan diwujudkan.

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI, Kemristekdikti - Page 40


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai