PENDAHULUAN
Sejalan dengan visi STIKes Kuningan (STIKKU) pada Tahun 2015Menjadi
Perguruan Tinggi Kesehatan yang Terdepan Dalam Mutu di Jawa Barat dan Berdaya
Saing Nasional yang Dilandasi Spirit Inovasi Religius, maka sejak tahun 2009 telah
disusun Rencana Strategis STIKKU 2009 2024 sebagai revisi atas Rencana Induk
Pengembangan (RIP) STIKKU 2006 2010. Penyusunan Renstra STIKKU telah
melibatkan seluruh sivitas akademika STIKKU bersama dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya. Dengan demikian sejak awal Tahun Akademik
2009/2010 kemaren, STIKKU telah memantapkan diri untuk melangkah lebih terarah dan
visioner menghadapi masa depan yang sarat dengan turbulensi perubahan. Sudah tentu,
seluruh sivitas akademika STIKKU harus memiliki kemampun adaptif dalam rangka
merespons berbagai dampak yang akan terjadi.
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang bergerak di bidang kesehatan, sudah tentu
salah satu tujuan utama penyelenggaraan pendidikan di STIKKU adalah menghasilkan
SDM kesehatan yang kompeten, profesional, dan memiliki daya saing baik pada tingkat
nasional maupun global. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi diyakini
akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) bertekad untuk menjadi salah satu
perguruan tinggi yang bertanggung jawab menghidupkan elanvital keilmuan yang didasari
oleh spirit inovasi dan entrepreneurshipdalam balutan budaya religius yang kokoh dan
kontributifuntuk berkarsa dan berkarya nyata dalam mendorong terwujudnya masyarakat
madani (civil society) dan masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge-based
society).
Pada tataran pragmatis, lulusan STIKKU dirancang untuk mampu survive memasuki
lingkungan masyarakat masa kini dan masa depan. Lulusan STIKKU mau tidak mau,
suka tidak suka diharuskan memiliki wawasan dan spirit kebangsaan yang tinggi yang
berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Semua lulusan STIKKU harus melek
Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium sebagai
komitmen seluruh pemimpin dunia terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
dunia, termasuk Indonesia. SDM Kesehatan yang dihasilkan STIKKU harus memiliki daya
saing yang berkontribusi nyata pada upaya penurunan kematian ibu dan bayi, perjuangan
kesetaraan gender, penanggulangan HIV-AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya,
serta pelestarian lingkungan hidup.
Selain itu, kondisi bangsa Indonesia yang kini memiliki Indeks Daya Saing
(Competitiveness Index) di ranking 5 dari 10 di antara negara ASEAN lainnya serta
peringkat ke-107 dari 170 negara di dunia dalam hal pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Index) seharusnya menjadi sumber motivasi bagi seluruh
elemen bangsa ini untuk melakukan berbagai langkah perbaikan. Institusi pendidikan
tinggi memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian seluruh tujuan
pembangunan milenium yang pada gilirannya akan berkiontribusi pada peningkatan IPM
bangsa Indonesia.Tugas lembaga pendidikan tinggi mulai mengalami pergeseran dari
yang tadinya teaching university ke knowledge server bahkan menjadi mitra jasa dalam
bidang research andinnovation. Proses pembelajaran yang terjadi tidak lagi dipandang
sebagai learning as a preparation for living sebagaimana yang kini berlangsung, namun
harus didorong pada proses enable people to learn in the process of living atau
memampuan manusia untuk tetap bisa belajar dalam proses kehidupan (long life
learning). Jelas sudah apabila suatu institusi pendidikan tinggi ingin menjadi sebuah
lemabaga knowledge server, maka terlebih dahulu pendidikan tinggi harus mampu
BAB II
PROFIL PERGURUAN TINGGI
2.1 Profil Program Studi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) merupakan institusi yang
taat asas sehingga eligibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.Semenjak awal
didirkan pada tahun 2006 berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas RI.No.
278/D/O/2006 tanggal 22 Desember 2006.Setelah memenuhi kewajiban melaporkan
EPSBED ke Ditjen Dikti melalui Kopertis Wilayah IV, maka Program Studi D3
Kebidanan STIKKU mendapatkan ijin perpanjangan pertama berdasarkan Surat
Keputusan Ditjen Dikti No. 4230/D/T/2008 dan pada bulan Pebruari 2009, PS Ilmu
Keperawatan juga mendapatkan SKperpanjangan ijin No. 1159/D/T/K-IV/2009.
Sejak diberlakukannya PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang kemudian diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun
2010, bahwa perguruan tinggi harus melakukan penjaminan mutu pendidikan sebagai
pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan.Sehubungan dengan hal
tersebut, STIKKU sudah melakukan penjaminan mutu internal maupun eksternal.
Pejaminan mutu internal yang dilakukan oleh STIKKU sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan dengan membuat Satuan Unit Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
dan penjaminan mutu eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan TInggi
(BAN-PT). Program Studi yang sudah terkareditasi oleh BAN-PT yaitu Program Studi
D3 Kebidanan dengan kategori B BAN PT dengan SK BAN PT nomor 009/BANPT/Ak-IX/DPL-III/VI/2009 tanggal 26 Juni 2009, sedangkan untuk Program S1 Ilmu
Keperawatan masih dalam tahap pengsulan dan ditargetkan pada Oktober 2010
sudah terakreditasi.
Adapun distribusi jumlah program studi di STIKKU dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut ini :
Tabel. 2.1. Distribusi Jumlah Program Studi di STIKKU
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah Program Studi
Rata2
pert. (%)
0
bidan yang memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang efektif dalam
mengelola program KIA. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Program Studi S1
Ilmu Kesehatan Masyarakat yang dikembangkan di STIKKU akan difokuskan pada 3
(tiga) konsentrasi yaitu: Promosi Kesehatan, Kebidanan Komunitas, dan Kesehatan
Reproduksi. Hal ini sejalan dengan rencana pengembangan Lembaga Penelitian
STIKKU yang pada tahun 2011 mulai akan membentuk Pusat Studi Olahraga dan
Promosi Kesehatan dan Pusat Studi Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai pusat
keunggulan (center of excellence) di STIKKU.
Untuk peminatan Kebidanan Komunitas input-nya hanya difokuskan pada
program transfer yaitu lulusan D-III Kebidanan dan telah memiliki pengalaman kerja
minimal 2 tahun sebagai bidan di desa. Sedangkan untuk dua konsentrasi lainnya,
bisa dibuka program reguler non-transfer dan juga transfer dari D-III Ilmu Kesehatan
lainnya. Sedangkan pada awal Tahun 2011 akan diusulkan satu lagi program studi
baru yaitu D-III Farmasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Tim
Pengembangan STIKKU bahwa pada kedua Program Studi tesebut masih
berpeluang untuk menghasilkan output tenaga kesehatan dapat diterima oleh
masyarakat khususnya stakeholder.
Jumlah Mahasiswa
Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan
Jumlah Mahasiswa
Program Studi D 3
Kebidanan
58
Rata2 pert.
(%)
25
32
35
60
0,2 %
97
83
136
120
0,28 %
2005
2006
2007
2008
2009
Rata2 pert.
(%)
Jml dosen
12
14
18
24
0,33
0,60
Pada tahap awal pendirian STIKKU dengan 2 (dua) program studi yang
diselenggarakannya, maka jumlah dosen tetap yang ada adalah 12 orang yang
tersebar masing-masing 6 orang pada 2 program studi yang ada. Jumlah 6 orang ini
mengacu pada SK Mendiknas No. 234/U/2000 tentang Pendirian Perguruan Tinggi,
dimana untuk masing-masing program studi baru sekurang-kurangnya terdapat 6
orang dosen dengan kualifikasi akademik minimal S1/D-IV. Karena itu, sampai
dengan TA 2007/2008, STIKKU tidak menambah jumlah dosen karena pada kedua
PS yang ada rasio dosen tetap dengan jumlah mahasiswa masih kurang dari 1 : 20.
Namun sejalan pertambahan jumlah mahasiswa pada tahun ke-3 sejak pendirian,
STIKKU mulai merekrut dosen baru dengan maksud tetap mempertahankan agar
rasio dosen tetap dan mahasiswa tidak melebihi 1 : 20 sesuai ketentuan. Sampai
dengan Tahun 2008 akhir, terdapat 4 orang dosen yang berhenti dengan alasan lulus
tes CPNS.
Sehubungan dengan tuntutan UU No. 14 Tahun 2005, PP No. 19 Tahun 2005,
dan tuntutan profesionalisme, maka mulai Tahun 2009 Yayasan mulai memberikan
kesempatan untuk melanjutkan ke jenjuang S2 dengan biaya penuh dari Yayasan.
Setiap tahunnya Pada tahun 2009, yayasan baru mampu menyekolahkan 2 orang
dosen tetap ke jenjang S2 dalam bidang ilmu yang relevan yaitu (S2 Keperawatan +
Spesialisasi dan S2 Kebidanan).
1. Penambahan/pengurangan jumlah dosen
Secara alami, STIKKU memiliki program yang mengarah pada rekrutasi dosen
baru seiring dengan pertambahan jumlah mahasiswa (student body). Proses
rekrutasi dipicu oleh kebutuhan institusi khususnya Program Studi terhadap dosen
dalam upaya peningkatan rasio dosen tetap dengan mahasiswa. Rasio dosen
tetap dengan mahasiswa menjadi penting karena menyangkut beban kerja dosen
ideal agar dosen mampu melaksanakan kegiatan Tri Dharma PT secara
proporsional.
Rekrutasi dosen juga menjadi penting dalam rangka implementasi Kurikulum
Berbasis Komptensi (KBK) di STIKKU. Implementasi KBK membawa konsekuensi
pada perubahan rasio dosen yang tadinya minimal 1:20 sesuai dengan SK
Mendiknas 234/U/2000 menjadi 1:10 s.d. 1:12, dimana 1 dosen harus menjadi
fasilitator bagi kelompok mahasiswa yang berjumlah 10 12 orang. Keperluan
rekrutasi dosen juga merupakan konsekuensi dari penambahan program studi
baru yaitu PS S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang kini sudah mendapatkan ijin
pertimbangan dan PS Profesi Ners yang sebentar lagi akan diusulkan pasca
akreditasi BAN PT.
Selain itu, pengurangan dosen juga merupakan proses yang alami yang dipicu
oleh beberapa faktor, di antaranya:
a. Lulus tes CPNS
b. Pindah ke institusi lain
c. Pindah domisili karena ikut suami
d. Mengundurkan diri karena alasan sakit
e. Alasan pribadi lainnya
2. Faktor penyebab pengembangan dosen
Pengembangan dosen merupakan bagian terintegrasi dari sistem kepegawaian
yang ada di STIKKU.Tuntutan atas pengembangan dosen merupakan hal yang
mutlak demi peningkatan kompetensi dosen, baik dalam kompetensi professional,
pedagogis, sosial, maupun kepribadian sesuai dengan UU No. 14/2005.
Pengembangan dosen pada intinya meliputi tiga hal utama yaitu: peningkatan
kualifikasi akademik dosen, peningkatan jabatan akademik dosen, dan
peningkatan kompetensi dosen.
Urgensi pengembangan dosen dilatarbelakangi oleh beberapa hal di antaranya:
a. Tuntutan kualifikasi akademik dosen minimal S2 berdasarkan UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
b. Pentingnya dosen untuk memiliki jabatan akademik minimal Asisten Ahli
dengan persyaratan pengusulan minimal berkualifikasi akademik S2;
c. Peningkatan layanan pembelajaran bagi mahasiswa sehingga mendorong
peningkatan kompetensi mahasiswa dan daya saing lulusan
10
Jml dosen yg
melakukan
penelitian
% dosen yg
melakukan
penelitan
2005
2006
2007
2008
2009
Rata2 pert.
(%)
10
16
20
24
0,27
83.33
88.89
83.33
77.42
Berdasarkan tabel di atas, bahwa dosen yang sudah melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyakarat mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terus
mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,27% setiap
tahunnya. Dalam rangka mendorong dosen untuk melakukan penelitian dan
pengabdian masyarakat, mulai Tahun Akademik 2008/2009 STIKKU mengeluarkan
kebijakan untuk memberikan dana stimulan bagi dosen yang akan melakukan
penelitian dan pengabdian masyarkaat sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juata lima ratus
ribu rupiah) setiap kegiatan tersebut. Dampak dari kebijakan tersebut maka dapat
terlihat peningkatan kuantitas penelitian.
2.5. Kondisi Ideal
Berdasarkan analisis kebutuhan dosen berdasarkan perkembangan jumlah
mahasiswa, maka diharapkan pada tahun 2014 kondisi ideal tercapai baik dari jumlah
mahasiswa, jumlah dosen S1, S2 dan S3 dan jumlah program studi. Untuk jumlah
mahasiswa diharapkan pada tahun 2014 pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
sebanyak 124 mahasiswa dan pada Program Studi D3 Kebidanan sebanyak 410
mahasiswa. Jumlah dosen ideal dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa pada tahun
2014 yaitu untuk Program Studi S1 Ilmu Keperawatan sebanyak 9 orang dan
Program Studi D3 Kebidanan sebanyak 36 orang. Kemudian untuk pengembangan
Program Studi diharpkan pada tahun 2014 terjadi penambahan Program Studi Baru
sebanyak 2 Program Studi yaitu S1 Kesehatan Masyarakat dan D3 Farmasi.
11
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Kebijakan
1. Beban Kerja Dosen:
Kebijakan tentang beban kerja dosen di STIKKU mengacu pada Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 48/D3/Kep/1983 tentang beban Tugas Tenaga
Pengajar pada Pendidikan Tinggi, dan sesuai dengan konsep FTE (Fulltime
Teaching Equivalent). Tugas utama dosen adalah melaksanakan Tridharma
Perguruan Tinggi, dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengtan 12 (dua
belas SKS dan paling banyak 16 (enam belas) sks pada setiap semester
sesuai dengan kualifikasi akademiknya dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tugas melakukan pendidikan dan penelitian paling sedikit sepadan dengan
10 (sepuluh) sks;
2. Tugas melakukan pengabdian kepada masyarakat dapat dilaksanakan
melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan
oleh STIKKU atau melalui lembaga lain, dan sepadan dengan 2 (dua) sks
setiap semesternya.
3. Tugas penunjang tridarma perguruan tinggi dapat diperhitungkan sksnya,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Menjabat sebagai Pembantu Ketua I Bidang Akademik, beban
kerjanya sama dengan 6 sks per semester
2) Menjabat sebagai Ketua Program Studi, beban kerja sama dengan 6
sks dengan 6 sks per semesternya.
4. Tugas melaksanakan kewajiban khusus bagi profesor sekurang
kurangnya sepadan dengan 3 sks setiap tahun.
2. Kebutuhan Dosen :
Rekruitment dosen baru di STIKKU mengacu pada UU No. 14 tentang Guru
dan Dosen yang meliputi aspek memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta mempunyai dedikasi yang
tinggi terhadap institusi. Proses recruitment dosen baru di STIKKU melalui
berbagai tahapan dan mekanisme yang diatur sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan sumber daya institusi.
3. Studi Lanjut:
Sesuai dengan Renstra STIKKU 2010-2014 bahwa sebagai upaya mencapai
tujuan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang dapat menjadi media
pertumbuhan kesejahteraan segenap sivitas akademika yang berasaskan
kualitas dan profesionalitas, maka sasarannya adalah tercapainya standar
penghargaan dan kesejahteraan segenap sivitas akademika. Kemudian
strategi untuk mencapai sasaran ini di antaranya adalah terselenggaranya
program peningkatan kualifikasi akademik dosen melalui studi lanjut ke
jenjang pascasarjana yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia.
B. Strategi
Berdasarkan Renstra STIKKU 2010-2014, bahwa dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan perlu langakah strategis, di antaranya:
1. Perencanaan kebutuhan dosen tetap
Berdasarkan analisis rencana kebutuhan dosen, bahwa untuk kebutuhan
dosen tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) selama 5
tahun (2010-2014) untuk Program Studi S1 Ilmu Keperawatan tidak ada
penambahan atau rekruitment, karena dinyatakan sudah cukup dengan
asumsi minimal 1 : 20. Jumlah dosen tetap di Program Studi S1 Ilmu
12
13
BAB IV
PROGRAM DAN IMPLEMENTASI
4.1 Tahapan kegiatan pengembangan dosen
Rencana pengembangan dosen merupakan bagian dari Rencana Strategis STIKKU
2010 2015. Untuk mencapai visi sebagai Perguruan Tinggi Kesehatan yang
Terdepan Dalam Mutu perlu didukung SDM dosen sebagai tenaga pendidik yang
kompeten dan professional. Sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentag Guru dan
Dosen, maka pengembangan dosen di STIKKU juga diarahkan pada beberapa pokok
sebagai berikut:
1. Peningkatan kualifikasi akademik (S2 dan S3, bahkan spesialis dan sub-spesialis)
2. Peningkatan jabatan fungsional akademik (Asisten Ahli sampai dengan Guru
Besar)
3. Sertifikasi Dosen
Berikut ini digambarkan tahapan kegiatan pengembangan dosen dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015:
No
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Peningkatan jabatan
Asisten Ahli ke Lektor
akademik 0
14
Keterangan
3
4
Keterangan
3
4
15
Keterangan
3
4
5
6
2
2
Keterangan
5
6
2
2
3
4
16
17
BAB V
REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
a. Dosen merupakan salah satu pilar utama dalam upaya peningkatan
kualitas, relevansi, dan daya saing lulusan di STIKes Kuningan. Sejalan
dengan upaya penjaminan mutu yang berkelanjutan yang telah
dilaksanakan di STIKes Kuningan, maka kegiatan penyusunan rencana
pengembangan dosen merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya
menjamin agar mutu dosen dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan, baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. Rencana
pengembangan dosen yang telah disusun di STIKKU ini telah
memperhitungkan berbagai aspek seperti:
(1) Antisipasi terhadap semakin meningkatnya partisipasi masyarakat untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi yang ditandai dengan
peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun dan memberi dampak pada
peningkatan jumlah rombongan belajar mahasiswa;
(2) Pemenuhan rasio dosen dan mahasiswa, apalagi saat implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang membutuhkan rasio lebih kecil dibandingkan standar
rasio dosen mahasiswa berdasarkan SK Mendiknas No. 234/U/2000 yaitu 1 : 20;
(3) Peningkatan layanan kepada mahasiswa melalui berbagai kegiatan perwujudan
suasana akademik yang kondusif;
(4) Bagian tak terpisahkan dari upaya penjaminan sustainabilitas institusi melalui
sistem pengkaderan berjenjang.
5.2. Rekomendasi
1. Untuk Kebijakan Pengembangan Dosen di STIKes Kuningan
a. Rencana Pengembangan Dosen yang telah disusun diharapkan dapat menjadi
sumber rujukan bagi Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan (YPBHK)
dalam pengembangan dosen di STIKKU dalam upaya pencapaian visi STIKKU
sebagai Perguruan Tinggi Kesehatan yang Terdepan Dalam Mutu di Jawa
Barat pada Tahun 2015.
b. Pengembangan dosen tetap di STIKKU hendaknya diikuti dengan rencana
peningkatan profesionalitas manajemen SDM di STIKKU, khususnya dalam
rangka peningkatan penghargaan terhadap kinerja dan profesionalitas dosen;
c. Pengembangan dosen tetap di STIKKU juga diharapkan dapat menjadi acuan
bagi pengembangan kapasitas kelembagaan baik institusi maupun program
studi.
2. Untuk Kebijakan Nasional Pengembangan Dosen
a. Penyusunan Rencana Pengembangan Dosen juga diharapkan dapat
diimbangi dengan penambahan jumlah PTN atau PTS yang membuka program
pascasarjana dalam bidang ilmu keperawatan dan kebidanan dalam upaya
akselerasi peningkatan jumlah dosen yang berkualifikasi akademik S2 sesuai
dengan bidang ilmu yang relevan
b. Kebijakan pengembangan dosen juga diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan
penambahan kuota bagi penerima beasiswa BPPS baik pada tingkat S2
maupun S3;
c. Kebijakan pengembangan dosen juga diharapkan dapat disertai dengan
peningkatan kesejahteraan dosen melalui kebijakan sertifikasi dosen yang
lebih diperluas cakupannya.
18