Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Pembunuhan Secara Umum

2.1.1 Pengertian Pembunuhan

Kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat awalan pe- dan

akhiran –an yang mengandung makna mematikan, menghapuskan (mencoret) tulisan,

memadamkan api dan atau membinasakan tumbuh-tumbuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia mengemukakan bahwa “membunuh artinya membuat supaya mati, menghilangkan

nyawa, sedangkan pembunuhan berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh”.8

Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang yang terlibat, orang yang

dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut pembunuh (pelaku),

sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang dihilangkan nyawanya disebut sebagai

pihak terbunuh (korban). Pembunuhan termasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa orang

lain. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk

menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu

rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa

opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut

(Lamintang, 2012:1). Tindak pidana pembunuhan itu merupakan suatu tindak pidana materiil

atau materieel delict, yaitu suatu tindak pidana yang baru dapat dianggap sebagai telah selesai

dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang terlarang atau yang tidak

dikehendaki oleh undang-undang. Dengan demikian orang belum dapat berbicara tentang

terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan, jika akibat berupa meninggalnya orang lain itu

sendiri belum timbul.12

4
Oleh karena itu, terjadinya pembunuhan adalah hilangnya nyawa orang lain, sehingga

belum bisa dikatakan suatu pembunuhan jika akibat meninggalnya orang lain tersebut belum

terwujud. Bila tujuan menghilangkan nyawa orang lain tidak terwujud maka baru bisa disebut

percobaan pembunuhan.9

2.1.2 Definisi Pembunuhan Anak (Infantisid)

Pembunuhan anak sendiri atau infantisida adalah pembunuhan bayi yang dilakukan

oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut

ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Di Jerman Barat pengertian pembunuhan anak ini hanya berlaku bagi anak yang

lahir dari hubungan yang tidak sah, sedangkan negara-negara Eropa Barat lain dan Amerika

tidak mempersoalkan adakah hasil dari hubungan yang sah atau tidak. Di Inggris batasan

umur anak yang termasuk dalam kasus infantisida adalah sampai usia 12 bulan karena

dianggap persalinan dan menyusui anak dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa

seseorang wanita. Hal ini berakibat ditemukannya beberapa pemeriksaan yang dapat

dilakukan terhadap bayi yang pernah hidup cukup lama pada literatur Inggris, tidak dapat

dilakukan pada korban pembunuhan anak sendiri di Indonesia yang hanya pernah hidup

“sebentar”.12

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan

terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa

dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan

haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan

tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak,

salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya

adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan

5
atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada tanda-tanda

perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan pakaian.12


Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional

dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,

sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar,

serta dengan perhitungan yang matang.12


Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana pembunuhan anak

sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat dilahirkan. Sebagai dokter

forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan lagi pada saat otopsi. Tanda yang

masih dapat ditemukan adalah tanda pernah bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi sulit

bila saat otopsi dilakukan, jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk. Kesulitan

juga dijumpai pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak terdapat

keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah dilahirkan. Bila

ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus ditentukan karena

penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian bayi.13

Dari unsur-unsur pembunuhan anak sendiri dapat ditarik beberapa hal penting:12,13

1) Pengertian “Pembunuhan” mengharuskan kita untuk membuktikan

a. Lahir hidup

b. Kekerasan

c. Sebab kematian akibat kekerasan (termasuk peracunan)

2) Pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian atas

a. Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilannya

b. Berapa usia pasca lahir

c. Serta memberikan pula asupan lahir hidup (viable) atau tidaknya anak tersebut.

6
3) Pengertian “takut diketahui” diasosiasikan dengan belum timbulnya rasa kasih

sayang ibu kepada anaknya yang diperlihatkan dengan belum tampaknya tanda-

tanda perawatan.

4) Pengertian “ibu membunuh anaknya sendiri” mengharuskan kepada kita untuk

berupaya membuktikan apakah mayat anak yang diperiksa adalah anak dari

tersangka.

Infantisid menurut pasal 341 KUHP adalah pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu

kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan, karena takut diketahui

bahwa ia telah melahirkan anak. Infantisid atau pembunuhan anak sendiri (PAS) adalah

merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si

pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk

melakukan kejahatan tersebut adalah karenasi ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan

anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara yang paling

sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu

pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95%

dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk

kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada

leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun). Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-

undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada

ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia

melahirkan anak. Pada tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru

melahirkan diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan

si ibu melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat

timbul rasa kasih sayang.

7
2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap

nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya adalah:


Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut

akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling

lama sembilan tahun.


Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.10
Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat dilihat adanya tiga faktor penting, yaitu:

Ibu, yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak

sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau belum. Sedangkan, bagi orang

lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan

atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 tahun penjara

(pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati

(pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).



Waktu, yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi

hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian“. Sehingga boleh

dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila

rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh

anaknya.

Psikis, yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut

didapatkan dari hubungan tidak sah.10



Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,

got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan

8
anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati

kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308).10

2.3 Peran Dokter pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri


Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah bayi.

Dokter akan diminta oleh penyidik secara resmi guna membantu penyidikan untuk

memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:

1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?


2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?
3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?12,14

Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang

bukti. Oleh karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam hal ini yaitu tubuh

anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian, selain ketiga kejelasan di atas, masih

ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VeR, yaitu:

4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?


5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?12,14

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, bayi tersebut harus dilahirkan

hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Selain itu,

viabilitas dan maturitas bayi juga perlu ditentukan untuk menerangkan sebab lahir mati. Bila

bayi tersebut lahir mati kemudian dibuang, maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan

anak sendiri, melainkan kasus lahir mati kemudian dibuang atau menyembunyikan kelahiran

dan kematian.10,14
2.3.1 Lahir hidup atau lahir mati
Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang

lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.10
Lahir mati (stillbirth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan

oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan

9
berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas

atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat

atau gerakan otot rangka.14


Tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru

mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan

otot, sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan

tali pusat.10

1. Pernapasan

Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi

plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernapasan

setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.10,13

a. Letak Diafragma
Pada bayi yang sudah bernapas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6.

Sedangkan pada yang belum bernapas setinggi iga ke-3 atau ke-4.13
b. Gambaran Makroskopik Paru
Paru-paru bayi yang sudah bernapas berwarna merah muda tidak homogen

namun berbercak-bercak (mottled). Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik

pada perabaan. Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernapas berwarna merah

ungu tua seperti warna hati bayi dan homogen, dengan konsistensi kenyal seperti hati

atau limpa.13
c. Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique),

paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada

sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.14


Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit

dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak

palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang

perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan

10
trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus bersama dengan trakea diikat di

bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada

manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir

ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.14
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset

bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat

di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara

tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak

memberikan hasil meragukan.14


Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke

dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri

dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah

mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke

dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari

bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung

atau tenggelam.14
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena

kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di

antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser

untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru,

lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau

tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan

keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang

telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil

uji apung paru negatif.14


Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru

mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat

11
bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah

bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).14


Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi

dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut,

sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan

histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir

hidup.14
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya,

sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.14

d. Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi

dengan larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk

memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi

selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan

perwarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau

Ladewig.14
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas,

tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda

khas untuk paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang

berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan

dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung

bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum

bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak

serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti

rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar

dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).14

12
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan

amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat

atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine

submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit,

berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari

atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik

dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak

jelas.14
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin

terlihat dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel

epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh

sel-sel dinding alveoli.14


Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya

kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan

atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl

yang fatal seperti anensefalus.14


Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru:10

n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
1 Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian

1. pada vertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti karet

tidak ada krepitasi busa (ada krepitasi)


2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah
Gelembung gas yang keluar halus dan rata
4. permukaan air tidak keluar
ukurannya.
gelembung gas atau bila sudah

13
ada pembusukan gelembungnya

besar dan tidak rata.


6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah

5. berkembang pada permukaan sendiri


n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah berbuih

6. darah sedikit dan tidak berbuih walaupun belum ada pembusukan (volume

(kecuali bila sudah ada darah dua kali volume sebelum napas.

pembusukan)
8 Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB

7.
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang

8. dalam air terapung dalam air.

2. Menangis

Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa

bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara

tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis

dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah

menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.10

3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat

dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun

yang lahir mati.10


4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi

mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam

duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis

yang langsung masuk vena cava inferior).10

14
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang

sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale

tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).

Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam)

Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.10


5. Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat

reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung

dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan.

Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus

diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian

dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan

adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya

dari usus besar.10


6. Keadaan Tali Pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali

pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua,

pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara

tajam atau tumpul).10


7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi

lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir

hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati di dalam uterus beberapa

hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi

tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu

dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.10
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau

setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:

15
 Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
 Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
 Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
 Tidak ada gas, baunya khas.

Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.10

2.3.2 Tanda Perawatan


Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus

pembunuhan anak. Keadaan baru lahir dan belum dirawat merupakan petunjuk dari bayi

tersebut tidak lama setelah dilahirkan. Menurut Ponsold, bayi baru lahir (neugeborenen)

adalah bayi yang baru dilahirkan dan belum dirawat. Jika sudah dirawat, maka bayi itu bukan

bayi baru lahir dan tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak sendiri.13,14
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui

dari tanda-tanda sebagai berikut:



Tubuh masih berlumuran darah.

Ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan

pusat (umbilikus).

Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat

diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air.



Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang

mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian

belakang bokong.13,14

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan Ari-Ari.

16
2.3.3 Viabilitas
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup di luar kandungan

ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya (separate existence). Viabilitas

mempunyai beberapa syarat, yaitu:


a. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
b. Panjang badan ≥ 35 cm.
c. Berat badan ≥ 2500 gram.
d. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
e. Lingkaran fronto-ocipital ≥ 32 cm.13,4
Selain itu, juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan

hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan

saluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).12

2.3.4 Cukup Bulan dalam Kandungan


Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah dikandung selama

37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh.


Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari:
 Ciri-ciri eksternal
 Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang

rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada

bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.13


 Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas

permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.13
 Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan

relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi.

Kuku jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan

belum melampaui ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah

dilipat.13
 Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan

hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal

17
kulit telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan

superfisial.13
 Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar

skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang

matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.13
 Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan

tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut

kepala halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu

sama lain dan batas rambut pada dahi tidak jelas.13


 Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh

darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar.

Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.13


 Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan

pada yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus

manubrium sterni.13
 Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah

terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.13


 Pusat penulangan
 Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang

cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat

penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan

cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada

umur kehamilan 28 minggu.


 Penaksiran umur gestasi
 Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam

sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir,

panjang badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5.13

18
 Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3.13
 Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)13

2.3.5 Penyebab Kematian


Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab

kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati

atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).13
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar

1. Kematian secara alami

 Imaturitas

Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar

kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.

 Penyakit kongenital

Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti

sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan

kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.

3. Malformasi

Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti

anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.

4. Penyakit plasenta

Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan

dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu

meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.

19
5. Spasme laring

Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat

pembesaran kelenjar timus.

6. Eritroblastosis fetalis

Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan

rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel

darah merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga

menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.

b. Kematian akibat kecelakaan

1. Akibat persalinan yang lama

Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke

selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan

pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.

2. Jeratan tali pusat

Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat

menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.

3. Trauma

Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata

tumpul, terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi

intrauterin. Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.

4. Kematian dari ibu

Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak

tidak akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera

mungkin. Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan

kronis, maka kesempatan untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil.

20
Sedangkan jika kematian disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan,

dimana ibu sebelumnya sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa

bayi lebih besar.

c. Kematian karena tindakan pembunuhan

1. Pembekapan (sufokasi)

Ini merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir sangat

mudah dibekap dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau dengan tangan.

Dapat juga ditemukan benda asing yang menyumbat jalan napas, seringkali karena

ibu berusaha mencegah agar anak tidak menangis dan ini justru menyebabkan

kematian.

2. Penjeratan (strangulasi)

Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui.

Sering ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang

dibutuhkan untuk membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan

di daerah leher disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan

penjeratan dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati

secara alami.

3. Penenggelaman (drowning)

Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air,

sungai dan bahkan toilet.

4. Kekerasan tumpul pada kepala

2.4 Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri

Pemeriksaan kedokteran forensik dalam kasus infatisida dilakukan terhadap korban dan

pelaku atau atau wanita tersangka.

21
1. Pemeriksaan terhadap tersangka
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 179 ayat 1

yang berbunyi ”setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran

kehakiman atau dokteratau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi

keadilan.” Dokter wajib melakukan pemeriksaan sesuai yang diperintahkan oleh

penyidik. Pemeriksaan terhadap tersangka dilakukan bila yang bersangkutan

menyangkal pernah melahirkan. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan

apakah wnita tersebut baru melahirkan. Tanda-tanda yang dicari dalam pemeriksaan

forensic terhadap tersangka pelaku antara lain:


a). Adanya bekas-bekas kehamilan, yaitu:

 Striae Gravidarum

 Dinding perut kendor

 Rahim akan mengalami involusi (mengecil kembali) setelah kelahiran bayi,

dapat diraba diatas simfisis dengan melalui dinding perut dapat ditentukan tinggi

letak dasar rahim (fundus)

 Setelah bayi lahir : setinggi pusat


 Akhir hari ke-1 : 2 jari dibawah pusat
 Hari ke-2 : 2-3 jari dibawah pusat
 Hari ke-5 : pertengahan jarak pusat kemaluan
 Hari ke-7 :2-3 jari di atas tulang kemaluan
 Hari ke-12 : tidak teraba lagi di atas tulang kemaluan

 Payudara besar dan kencang, hiperpigmentasi areola mamae, tonjolan

kelenjar Montgomery jelas pada pemijatan akan keluar kolostrum berwarna

kuning dan agak keruh atau mengeluarkan air susu.

b). Adanya bekas-bekas persalinan, yaitu :

 Robekan perineum

 Keluarnya cairan lochea (lender dan darah). Pada hari pertama dan kedua

setelah kelahiran bayi , ditemukan getah nifas berupa cairan berwarna merah

22
(lochea rubra) yang terdiri dari darah, sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, verniks,

lanugo, dan mekonium pada lubang kemaluan (vulva). Pada hari ke 3 terdapat

getah bening bercampur lender (lochea sanguinolenta). Setelah hari ke 7, getah

cairan berwarna kuning dan tanpa cairan darah (lochea serosa), dan setelah 2

minggu, getah cairan berwarna putih (lochea alba).

c). Adanya hubungan genetik antara tersangka dan korban

 Pemeriksaan golongan darah

Penentuan golongan darah wanita tersangka dapat (tetapi tidak selalu)

membantu dalam penentuan apakah wanita itu mungki ibu dari bayi

bersangkutan. Hal ini dimungkinkan karena system golongan darah diturunkan

oleh kedua orang tua kepada anak melalui hokum mendel. Pemeriksaan

golongan darah meliputi pemeriksaan system ABO, MNS, dan system rhesus.

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan

darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah

orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas satu tetes darah

dan dilihat terjadi aglutinasi.

Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan golongan darah

dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis agutinin dan antigen. Antigen

mempunyai sifat yang jauh lebih stabil di bandingkan dengan aglutinin.

Diantara system-system golongan darah, yang paling bertahan adalah antigen

dari system golongan darah ABO.

Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi dengan prosedur

sebagai berikut: 2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi

dengan metal alcohol selama 15menit. Benang diangkat dan dibiarkan

23
mongering. Selanjutnya dilakukan penguraian benang tersebut menjadi serat-

serat halus dengan menggunakan dua buah jarum

Lakukan juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah

sebagai control negative . Serat benang dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi .

Kedalam tabung pertama diteteskan serum anti-A kedalam tabung kedua

serum anti –B hingga serabut benang tersebut terendam seluruhnya. Kemudian

tabung-tabung tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4

derajat celcius selama 1 malam.

Lakukan pencucian dengan menggunakan l;arutan garam faal dingin

(4 derajat celcius) sebanyak 5-6 kali,lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel

indicator (sel darah merah golongan A pada tabung pertama dan sel golongan

B pada tabung kedua ) pushing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit.

Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes

larutan garam faal dingin. Panaskan pada suhu 56 derajat celcius selama 10

menit dan pindahkan ke dalam tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspense sel

indicator kedalam masing-masing tabung biarkan selama 5menit, lalu pushing

selama 1 menit pada kecepatan 1000 RPM. Pembacaan hasil dilakukan secara

makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang

sesuai dengan antigen sel indicator.

Dalam kasus yang ada kaitannya dengan factor keturunan, hukum

mendel memainkan peranan penting. Hukum Mendel untuk system golongan

darah sebagi berikut: Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen

tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya

24
Orang tua yang homozygote pasti meneruskan gen untuk antigen

tersebut pada anaknya (anak dengan golongan darah O tidak mungkin

mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB )

Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa

terjadi kekerasan terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi

hingga terjadi patah tulang.

5. Kekerasan tajam

Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi dengan

senjata tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga

menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.

6. Keracunan

Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada

putting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan menyebabkan bayi tersebut

mati.

Penentuan penyebab kematian dapat ditunjang dari pemeriksaan patologi anatomi

yang diambil dari jaringan tubuh mayat bayi.13,15

25

Anda mungkin juga menyukai