PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi
tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran
tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang
dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia
ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang
menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala
hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia
itu diciptakan secara normal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari
gejala - gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan - gangguan dan penyakit jiwa..
4. erwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem
biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya.
Jadi Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek
psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar
individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan
atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas
sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan external.
Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit
sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,
bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik,
pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni
misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain.
Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri,
dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan
seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-
nenek, dan masih banyak lagi lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu
seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan,
masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental
seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Selanjutnya selain kedua factor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental, juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia
pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem
dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan
aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat jiwa manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap
kesehatan mental, antara lain :
1. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah
merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu di kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang
yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan
segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan
apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak. Dalam berbagai penelitian
ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh
ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan
biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,
pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
B. Ciri-ciri Kesehatan Mental
Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis,
namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari
bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia.
Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita gangguan fisik yang
disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental
dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik).
Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental mulai berkembang dengan pesatnya
namun apabila ditinjau lebih mendalam teori-teori yang berkembang tentang
kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian dari
kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam
menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep
sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang. Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa
aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas
segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah
dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan
mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah
SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan
spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses
penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya.
Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu
sama lain dan selalu berinteraksi.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan
prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang
positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam
menghadapi problema hidup termasuk stress.
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai
kematangan.
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan
bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya.
Manusia sebagai mahkluk yang memiliki banyak keterbatasan kerap kali mengalami
perasaan yang takut, cemas, sedih, bimbang dan sebagainya. Dalam psikologi
gangguan atau penyakit jiwa akrab di isitilahkan dengan psikopatologi. Ada dua
macam psikopatologi pertama Neurosis dan yang kedua Psikosis. Sementara dari H.
Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi 6 macam, selain 2 yang sudah disebutkan
diatas dia mengemukakan yang lainnya : Psikomatik, kelainan kepribadian, deviasi
seksual, dan retardasi mental.
Lihat dulu:
Cara Menghilangkan Jerawat
1. Rasa Cemas, Adanya perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa sebab yang
menyebabkan timbulnya perasaan gelisah pada diri seseorang. Misalnya,
perasaan seorang ibu yang gelisah karena anaknya terlambat pulang,
berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia merasa khawatir bila anaknya
mendapat kecelakaan, diculik orang, dan sebagainya. Karena itu, sebaliknya
berusaha mengatasi kegelisahan itu dengan mencari cara pemecahannya.
2. Iri Hati, Perasaan iri hati sering terjadi dalam diri seseorang, namun
sebenarnya perasaan ini bukan karena adanya kedengkian dalam dirinya
melainkan karena ia sendiri tidak merasakan bahagia dalam hidupnya.
Sebagai contoh adalah seorang ibu yang masih muda, cantik dan kaya,
merasa iri kepada suaminya karena anak-anaknya lebih dekat kepadanya. Ia
juga merasa bahwa suaminya tidak mengindahkan perasaannya. Hal ini
menyebabkan terjadinya pertengkaran dan perselisihan anatara mereka
karena kecurigaan istri kepada suaminya.
3. Rasa Sedih, Rasa sedih ini terkadang berpangkal dari hal-hal yang kecil yang
terjadi karena kesehatan mental yang terganggu, bukan karena penyebab
kesedihannya secara langsung.
4. Rasa Rendah Diri dan Hilangnya Kepercayaan Diri, Rasa rendah diri
menyebabkan seseorang menjadi mudah tersinggung sehingga menyebabkan
orang yang bersangkutan tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia
tidak mau mengemukakan pendapat dan tidak memiliki inisiatif. Lama
kelamaan kepercayaan dirinya akan hilang bahkan ia mulai tidak
mempercayai orang lain. Ia menjadi mudah marah atau sedih hati, menjadi
apatis dan pesimis.
5. Pemarah, Seseorang yang sering marah-marah tanpa sebab biasanya
mengalami gangguan kesehatan mental. Pada dasarnya, marah merupakan
ungkapan kekecewaan, atau ketidakpuasan hati.
beberapa bentuk :
1. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan
ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini
4. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik
objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum
diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau
penyakit mental, terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-
fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem
yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan
untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian
kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di
sekitarnya, dan kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian
seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang
bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya. Kesehatan
mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat
tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan
pencapaian-pencapaian sosialnya.
B. Saran
Setiap satuan pendidikan seharusnya memberdayakan program-program
pengembangan diri, bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang
sangat efektif di sekolah untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat
dan berfungsi efektif bagi pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap
penyimpangan, gangguan/sakit mental yang dialami peserta didik. Pendidikan
budaya dan karakter seharusnya diintegrasikan dalam seluruh proses pembelajaran
di kelas dan lingkungan sekolah secara konsisten untuk menjamin kesehatan
mental siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Related Posts :