Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi
tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran
tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang
dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia
ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang
menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala
hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia
itu diciptakan secara normal.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari kesehatan mental?


2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental?
3. Apa saja pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan?
4. Apa saja kategori penggolongan kesehatan mental?
5. Apa saja terapi gangguan jiwa atau mental?
6. Apa saja peranan pendidikan agama terhadap kesehatan mental?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari kesehatan mental.


2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental.
3. Mengetahui pengaruh dari kesehatan mental terhadap perasaan.
4. Mengetahui kategori atau penggolongan kesehatan mental.
5. Mengetahui terapi-terapi gangguan jiwa atau mental.
6. Mengetahui peranan dari pendidikan agama terhadap kesehatan mental.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental


Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental”
diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin
yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari
psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian
diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya
stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-
tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo,
menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah Memiliki
kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari
lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility)
Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic,
proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang
diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :

1. Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari
gejala - gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan - gangguan dan penyakit jiwa..
4. erwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem
biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya.

Jadi Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek
psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar
individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan
atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas
sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan external.
Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit
sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,
bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik,
pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni
misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain.
Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri,
dan sebagainya.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan
seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-
nenek, dan masih banyak lagi lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu
seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan,
masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental
seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Selanjutnya selain kedua factor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental, juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia
pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem
dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan
aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat jiwa manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap
kesehatan mental, antara lain :
1. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah
merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu di kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang
yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan
segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan
apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak. Dalam berbagai penelitian
ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh
ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan
biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,
pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
B. Ciri-ciri Kesehatan Mental

Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:

1. Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri.


2. Aktualisasi diri
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.

Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis,
namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari
bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia.
Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita gangguan fisik yang
disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental
dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik).
Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental mulai berkembang dengan pesatnya
namun apabila ditinjau lebih mendalam teori-teori yang berkembang tentang
kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian dari
kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam
menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep
sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang. Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa
aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas
segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah
dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan
mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah
SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan
spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses
penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya.
Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu
sama lain dan selalu berinteraksi.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan
prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :

1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang
positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam
menghadapi problema hidup termasuk stress.
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai
kematangan.
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan
bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya.

Manusia sebagai mahkluk yang memiliki banyak keterbatasan kerap kali mengalami
perasaan yang takut, cemas, sedih, bimbang dan sebagainya. Dalam psikologi
gangguan atau penyakit jiwa akrab di isitilahkan dengan psikopatologi. Ada dua
macam psikopatologi pertama Neurosis dan yang kedua Psikosis. Sementara dari H.
Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi 6 macam, selain 2 yang sudah disebutkan
diatas dia mengemukakan yang lainnya : Psikomatik, kelainan kepribadian, deviasi
seksual, dan retardasi mental.

Lihat dulu:
Cara Menghilangkan Jerawat

C. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan


Berikut ini akan di uraikan tiap-tiap persoalan (perasaan) dengan contoh-contohnya
:

1. Rasa Cemas, Adanya perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa sebab yang
menyebabkan timbulnya perasaan gelisah pada diri seseorang. Misalnya,
perasaan seorang ibu yang gelisah karena anaknya terlambat pulang,
berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia merasa khawatir bila anaknya
mendapat kecelakaan, diculik orang, dan sebagainya. Karena itu, sebaliknya
berusaha mengatasi kegelisahan itu dengan mencari cara pemecahannya.
2. Iri Hati, Perasaan iri hati sering terjadi dalam diri seseorang, namun
sebenarnya perasaan ini bukan karena adanya kedengkian dalam dirinya
melainkan karena ia sendiri tidak merasakan bahagia dalam hidupnya.
Sebagai contoh adalah seorang ibu yang masih muda, cantik dan kaya,
merasa iri kepada suaminya karena anak-anaknya lebih dekat kepadanya. Ia
juga merasa bahwa suaminya tidak mengindahkan perasaannya. Hal ini
menyebabkan terjadinya pertengkaran dan perselisihan anatara mereka
karena kecurigaan istri kepada suaminya.
3. Rasa Sedih, Rasa sedih ini terkadang berpangkal dari hal-hal yang kecil yang
terjadi karena kesehatan mental yang terganggu, bukan karena penyebab
kesedihannya secara langsung.
4. Rasa Rendah Diri dan Hilangnya Kepercayaan Diri, Rasa rendah diri
menyebabkan seseorang menjadi mudah tersinggung sehingga menyebabkan
orang yang bersangkutan tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia
tidak mau mengemukakan pendapat dan tidak memiliki inisiatif. Lama
kelamaan kepercayaan dirinya akan hilang bahkan ia mulai tidak
mempercayai orang lain. Ia menjadi mudah marah atau sedih hati, menjadi
apatis dan pesimis.
5. Pemarah, Seseorang yang sering marah-marah tanpa sebab biasanya
mengalami gangguan kesehatan mental. Pada dasarnya, marah merupakan
ungkapan kekecewaan, atau ketidakpuasan hati.

D. Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental

1. Gangguan Somatofarm, Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar


organik dan faktor-faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif, Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan,
atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual, Termasuk masalah identitas seksual (impotent,
ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang Tidak dicantumkan Sebagai Gangguan Jiwa., Mencakup banyak
masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti
perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
5. Gangguan Kepribadian, Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang
merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi
stres atau pemecahan masalah.
6. Gangguan yang Terlihat Sejak Bayi, Masa Kanak-Kanak atau Remaja.,
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak,
gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan Jiwa Organik, Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan
luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat
dari usia tua dan lain-lain.
8. Gangguan Penggunaan Zat-Zat, Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius,
anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
9. Gangguan Skisofrenik Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya
kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan
aneh.
10. Gangguan Paranoid, Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat
permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif, Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita
mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau
berganti antara saat gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan, Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala
utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi
tertentu yang ditakuti.
E. Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa

yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi

beberapa bentuk :

1. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan

ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini

mengobati pasien secara menyeluruh

2. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali

mempelajari dan mengamalkan ajaran agama

3. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya

diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.

4. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik

sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan.

Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai

objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum

melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan

diri.

F. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Kesehatan Mental


Ada beberapa peranan pendidikan agama dalam kesehatan mental, antara lain:

1. Dengan Agama, dapat Memberikan Bimbingan dalam Hidup, Ajaran agama


yang di tanamkan sejak kecil kepada anak-anak dapat membentuk
kepribadian yang islami. Anak akan mampu mengendalikan keiginan-keiginan
dan terbentuk sesuatu kepribadian yang harmonis maka ia mampu
menghadapi dorongan yang bersifat fisik dan rohani/sosial, sehingga ia
dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak melanggar hukum dan peraturan
masyarakat.
2. Ajaran Agama sebagai Penolong dalam Kesukaran Hidup, Setiap orang pasti
pernah merasakan kekecewaan, sehingga bila ia tidak berpegang teguh pada
ajaran agama, dia akan memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis, dan
merasakan kegelisahan. Bagi orang yang berpengang teguh pada agama, bila
mengalami kekecewaan ia tidak akan merasa putus asa. Tetapi, ia
menghadapinya dengan tenang dan tabah. Ia segera mengingat Tuhan,
sehingga ia dapat menemukan faktor-faktor yang menyebabkan
kekecewaan. Dengan demikian, ia terhindar dari gangguan jiwa.
3. Aturan Agama dapat Menentramkan Batin, Agama dapat memberi jalan
penenang hati bagi jiwa yang sedang gelisah. Banyak orang yang tidak
menjalankan perintah agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi,
setelah menjalankan agama ia mendapat ketenangan hati. Seseorang yang
telah mendapat kesuksesan terkadang melupakan agama. Ia terhanyut
dalam harta yang berlimpah. Bahkan ia berusaha terus mencari harta yang
dapat membuat dirinya bahagia. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, ia
merasa hampa. Hatinya gersang dan tidak pernah tentram. Kemudian ia
merenungkan diri merasa hartanya tidak dapat memberinya ketenangan
batin.
4. Ajaran Agama sebagai Pengendali Moral, Moral adalah kelakuan yang sangat
sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula
oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan tersebut).
5. Agama dapat Menjadi Terapi Jiwa, Agama dapat membendung dan
menghindarkan gangguan jiwa. Sikap, perasaan, dan kelakuan yang
menyebabkan kegelisahan akan dapat diatasi bila manusia menyesali
perbuatannya dan memohon sehingga tercapailah kerukunan hidup dan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
6. Peranan Agama bagi Pembinaan Mental, Unsur-unsur yang terpenting dalam
menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama moral dan
sosial (lingkungan) yang di perolehnya. Jika di masa kecil mereka
memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama, maka kepribadian
mereka akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai agama akan tetap dan
tidak berubah-ubah, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral sering mengalami
perubahan, sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. Imam akan
sifat-sifat Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pelindung sangat diperlukan oleh
setiap manusia. Karena setiap orang memerlukan rasa aman dan tidak
terancam oleh bahaya, musuh, mala petaka dan berbagai gangguan
terhadap keselamatan dirinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau
penyakit mental, terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-
fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem
yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan
untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian
kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di
sekitarnya, dan kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian
seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang
bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya. Kesehatan
mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat
tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan
pencapaian-pencapaian sosialnya.

B. Saran
Setiap satuan pendidikan seharusnya memberdayakan program-program
pengembangan diri, bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang
sangat efektif di sekolah untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat
dan berfungsi efektif bagi pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap
penyimpangan, gangguan/sakit mental yang dialami peserta didik. Pendidikan
budaya dan karakter seharusnya diintegrasikan dalam seluruh proses pembelajaran
di kelas dan lingkungan sekolah secara konsisten untuk menjamin kesehatan
mental siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cv haji samaagung , Jakarta, 1994


Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, 2007
Kartini Kartono, Hygiene Mental, Bandar Maju, 2000
Moeljono Soedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Terapi, UMM Press,
2005
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001,
cet.ke-1.
Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2000.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung,
1986, cet ke-7.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, cet. ke-1

Share on : Facebook Twitter Google+ Lintasme

Related Posts :

 Makalah Kesehatan Masyarakat Makalah Kesehatan Masyarakat BAB I


PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan ba…

 Makalah Kesehatan Mental Makalah Kesehatan Mental BAB I


PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mental merupakan…

 Makalah Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Makalah Sanitasi dan


Kesehatan Lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring d…
 Makalah Kesehatan Reproduksi Makalah Kesehatan Reproduksi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja…

 Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)Makalah Keselamatan Dan


kesehatan kerja (K3) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesel…

Anda mungkin juga menyukai