Anda di halaman 1dari 12

Panduan

Hak Meminta Pendapat


Lain/Second Opinion
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh

Syukur alhamdullilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan “Panduan Hak Meminta
Pendapat Lain/Second Opinion” di RSUD Andi Djemma Masamba dapat
diselesaikan. Panduan ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam
pelayanan di rumah sakit.

Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian pembuatan panduan ini.

Mudah – mudahan panduan ini dapat mendukung terwujudnya pelayanan


yang profesional dan bermutu tinggi sehingga dapat memenuhi harapan
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan bimbingan-Nya pada kita


semua
Amin.

Masamba, 2016
Wassalam

Pokja Hak dan Kewajiban Pasien

2
KATA SAMBUTAN

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya jua Pokja Hak dan Kewajiban Pasien telah menyelesaikan
penyusunan Panduan Hak Meminta Pendapat Lain/Second Opinion yang
merupakan acuan dalam pelaksanaan tindakan di rumah sakit.

Selanjutnya pada periode mendatang panduan ini perlu dievaluasi sesuai


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan regulasi yang berlaku.

Terakhir kepada para pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan ini
saya ucapkan terima kasih atas segala upaya yang telah disumbangkan,
semoga panduan ini dapat bermanfaat sebaik-baiknya.

Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk kepada kita dalam


menjalankan misi dan tujuan rumah sakit kita ini. Amin

Masamba, Oktober 2016

RSUD Andi Djemma Masamba

Dr. RUSFAN RAMLY, Sp.PK


Plt. Direktur

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………….………………………………………………….… 1


Kata Sambutan …………………………………………………..………….…………….. 2

BAB I DEFINISI …………………………………………………….


BAB II RUANG LINGKUP …………………………………………………….
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………..
BAB IV DOKUMENTASI …………………………………………………………

4
BAB I
DEFINISI

1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau
ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapi dan rekomendasi medis lain
terhadap penyakit seseorang.
2. Meminta Pendapat Lain(Second Opinion) adalah pendapat medis yang
diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun
rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari
pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari
dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter
pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan,
kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan
pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang
Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin
H tentang hak pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta
konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di


belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun,
para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses
terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga
di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah
hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang
berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian
biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga
sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion
dokter lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil
pelayanan kesehatana yang maksimal. Dengan semakin meningkatnya informasi
dan teknologi maka semakin terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi
tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan
masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam
menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien atau
keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga
membuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa
mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
1. Pentingnya Second Opinion untuk pasien adalah :
a). Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi di
belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia
b). Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal
yang biasa terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila
tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi
penderita
c). Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya
atau dampak finansial yang besar.

6
2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion:
a). Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat
perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi
lainnya.
b). Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2
minggu, misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian
antibiotika jangka panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lannya
c). Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat
minum, antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat
mahal
d). Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada
kasus yang tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare,
muntah, demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan
diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi antibiotika.
e). Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat
besar
f). Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya :
penyakit tifus berulang.
g). Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut
menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala
demam berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD
ringan dan gangguan perilaku lainnya.
h). Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun
biasanya diizinkan meminta pendapat lain.
i). Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh
institusi kesehatan nasional atau internasional : seperti pengobatan dan
terapi bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai
dengan indikasi

7
3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan Second Opinion, RS perlu
memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai
berikut:
a). Second Opinion sebaiknya didapatkan dari dokter yang sesuai
kompetensinya ataukeahliannya.
b). Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau
keluarga terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting
untuk dijadikan referensi. Karena pengalaman yang sama tersebut sangatlah
penting dijadikan sumber referensi.
c). Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan
kesehatan tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena
seringkali akurasinya tidak dipertanggungjawabkan. Carilah sumber
informasi internet dari sumber yang kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI,
IDI atau organisasi resmi lainnya.
d). Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second
opinion juga harus dilakukan dalam waktu singkat.
e). Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan
dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter
yang beretika tidak akan pernah menyalahkan keputusan dokter sebelumnya
atau tidak akan pernah menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau
menganggap dirinya paling benar.
f). Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat
dokter sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya,
agar dokter terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya,
kecuali dokter tersebut menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah
diberikan atau pemeriksaan yang telah dilakukan.
g). Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui
dokter yang anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu
benar. Tetapi sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat dan
mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal itu.
h). Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat
memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat

8
diterima secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis
dari dokter yang terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan
penyakitnya. Bila hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya
melakukan pendapat ketiga. Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut
penderita akan dapat memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih
sulit dipilih biasanya kasus yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.
i). Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak
dilakukan karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman
tentang kasus yang berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda.
j). Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas
dokter atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan
landasan pertimbangan ilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran
(Evidance Base Medicine).

9
BAB III
TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan
hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang
dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain ( second opinion) dari
dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu
untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan
akan menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko
kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya,
pasien sudah direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada
salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap
dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta
“second opinion” kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak
ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien
untukmeminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih
teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang
meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter
pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain
akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika
hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan
keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang
merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).
Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir
Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan
diketahui oleh Dokter (DPJP) serta saksi.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Panduan Hak dan Kewajiban Pasien


2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)

11
Rujukan

1. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai