Anda di halaman 1dari 17

CERITA RAKYAT JAWA BARAT

*COVER*
(gambar pegunungan, ada seorang putri, pangeran, dan seekor lutung (kera
hitam. contohnya kurang lebih kayak gini mas konsepnya. tlng dibuat beda ya)
KATA PENGANTAR

Cerita rakyat merupakan legenda suatu daerah yang berkembang di


masyarakat sejak dahulu kala. Terkadang, cerita rakyat dipercaya sebagai suatu
peristiwa nyata dan ada pula yang menganggap hanyalah dongeng atau mitos. Cerita
rakyat yang ada di Indonesia biasanya berupa legenda asal asul suatu daerah, seperti
asal mula terbentuknya danau, gunung, atau situs dan benda bersejarah lainnya.
Tokoh yang diceritakan pun dalam wujud manusia, binatang, ataupun dewa.
Indonesia memiliki beragam cerita rakyat di setiap daerah. Cerita-cerita
tersebut selain berfungsi sebagai hiburan juga dapat digunakan sebagai teladan
karena mengandung pesan moral dan nilai luhur. Oleh karena itu, penulis terdorong
untuk menulis buku cerita rakyat, khususnya dari Jawa Barat. Semoga buku ini bisa
menjadi bahan bacaan anak yang dapat memberikan nilai positif sekaligus
mengenalkan budaya Indonesia.

Salam,

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KISAH SANGKURIANG
ASAL MULA KOTA CIANJUR
KISAH LUTUNG KASARUNG
ASAL MULA PULAU MAS
ASAL MULA MUNCULNYA POHON PADI
ASAL MULA SITU BAGENDIT
DAFTAR PUSTAKA
KISAH SANGKURIANG
(gambar cewek, cowok & seekor anjing di depan sebuah gunung. contohnya
seperti ini. dibuat beda ya mas)

Sumber: http://republikpos.com/2015/12/cerita-lengkap-sangkuriang
Pada zaman dahulu, ada sepasang dewa dan dewi dari kahyangan yang
dikutuk untuk turun ke bumi menjadi seekor hewan karena telah berbuat kesalahan.
Si dewa berubah menjadi seekor anjing yang bernama Tumang dan si dewi berubah
menjadi seekor babi hutan yang bernama Wayung Hyang.
Suatu ketika, ada seorang raja yang sedang berburu di hutan. Saat sedang
berburu, ia membuang air seni dalam batok kelapa. Sementara itu, si Wayung Hwang
yang sudah berubah menjadi seekor babi kebetulan merasa haus. Saat melihat ada
air yang tertampung di batok kelapa, ia segera meminumnya. Namun setelah itu,
secara tiba-tiba Wayung Hyang menjadi hamil dan melahirkan seorang bayi
perempuan cantik. Bayi cantik itu ditemukan oleh raja yang tadi sedang berburu di
hutan. Sang raja tidak menyadari jika itu adalah putrinya sendiri. Merasa kasihan
dengan bayi itu, ia segera membawa ke kerajaan dan mengangkatnya menjadi
putrinya. Bayi itu diberi nama Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Ada banyak raja
yang ingin memimangnya. Namun, tidak ada satupun yang ia terima. Ia justru pergi
dan mengasingkan diri di dalam hutan ditemani seekor anjing yang bernama Tumang.
Suatu ketika, saat Dayang Sumbi sedang menenun, torak (alat tenun berupa
tabung kecil) yang akan ia gunakan terjatuh. Kebetulan Dayang Sumbi sedang malas
untuk mengambilnya sehingga tanpa berpikir panjang ia berkata, “Jika ada yang
mengambilkannya dan dia adalah laki-laki maka akan aku jadikan suami. Jika dia
adalah perempuan maka akan aku jadikan saudariku.”
Tiba-tiba tumang mengambilkan torak itu dan Dayang Sumbi pun terkejut
karena ia harus memenuhi janjinya dengan menikahi Tumang dan menjadikannya
sebagai suami walaupun Tumang adalah seekor anjing. Walaupun Tumang dikutuk
menjadi seekor anjing, sebenarnya ia dapat berubah menjadi manusia setiap malam
bulan purnama.
Setelah beberapa bulan kemudian, Dayang Sumbi melahirkan seorang anak
laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak itu gemar dan pandai berburu. Setiap
kali berburu, ia selalu bersama dengan anjing kesayangannya. Sangkuriang tidak
menyadari jika tumang adalah titisan dewa sekaligus ayah kandungnya. Selama ini
Dayang Sumbi selalu merahasiakannya.
Suatu ketika, Dayang Sumbi ingin makan hati hewan menjangan. Sangkuriang
pun segera berangkat berburu ditemani oleh tumang. Saat itulah Sangkuriang melihat
ada seekor babi yang melintas. Ia segera menyuruh tumang mengejar buruan. Akan
tetapi, si tumang hanya diam saja karena ia tahu kalau babi itu adalah Wayang Hwang
yang tidak lain adalah nenek dari Sangkuriang. Akibatnya, Sangkuriang pun marah
dan ia membunuh tumang dengan anak panahnya. Setelah itu, ia segera
menyembelih tumang dan mengambil hatinya untuk diserahkan kepada ibunya.
Sesampainya di rumah, ia ceritakan semuanya kepada ibunya. Betapa
terkejutnya Dayang Sumbi mendengar cerita itu karena suaminya mati dibunuh oleh
anaknya sendiri. Dayang Sumbi pun memukul Sangkuriang dengan sendok yang
terbuat dari batok kelapa. Sangkuriang pun ketakutan dan merasa kecewa. Akhirnya,
ia memilih untuk pergi meninggalkan rumah.
Setelah peristiwa itu, Dayang Sumbi sangat menyesal dan sedih. Setiap hari ia
selalu berdoa agar dapat dipertemukan kembali dengan anaknya. Atas kesungguhan
doanya, Dewa memberinya sebuah anugerah berupa kecantikan yang tidak pernah
pudar.
Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang pun berniat untuk kembali
ke kampung halaman. Ia sangat terkejut melihat keadaan kampungnya yang banyak
berubah. Tak disangka, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita cantik yang
membuatnya jatuh hati. Wanita itu tidak lain adalah ibunya sendiri, Dayang Sumbi.
Sangkuriang pun segera melamarnya karena terpikat dengan kecantikan Dayang
Sumbi. Mereka pun sepakat akan menikah dalam waktu dekat.
Pada suatu hari, saat Sangkuriang akan berburu ke hutan, ia meminta calon
istrinya untuk merapikan ikat kepala. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat melihat
bekas luka calon suaminya yang mirip dengan bekas luka anaknya. Akhirnya, Dayang
Sumbi pun bertanya penyebab luka tersebut. Ternyata memang benar jika calon
suaminya itu adalah anak kandungnya sendiri, yaitu Sangkuriang.
Dayang Sumbi sangat kebingungan karena ia tidak mungkin menikah dengan
anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi segera
menceritakan yang sebenarnya. Sangkuriang tidak setuju dan bersikeras untuk tetap
menikahi Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mulai mencari akal untuk membatalkan
rencana pernikahan mereka. Ia mengajukan beberapa syarat untuk dijadikan istri. Jika
gagal, pernikahan itu harus dibatalkan. Syarat pertama, Dayang Sumbi ingin Sungai
Citarum dibendung. Syarat kedua, Sangkuriang harus membuat perahu yang sangat
besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesaikan sebelum fajar
menyingsing.
Sangkuriang menyanggupinya dan berjanji akan menyelesaikan sebelum fajar.
Ia kemudian meminta bantuan para makhluk halus untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Akan tetapi, diam-diam Dayang Sumbi mengintip. Ia sangat terkejut
melihat semua syarat yang hampir selesai dikerjakan Sangkuriang.
Walaupun demikian, Dayang Sumbi tidak menyerah. Ia segera meminta
bantuan penduduk desa untuk mengibarkan kain sutera berwarna merah di timur desa
seolah-olah hari menjelang fajar. Para makhluk halus yang melihatnya pun terkejut
karena mengira hari menjelang pagi dan segera kembali menghilang di dalam tanah.
Akibatnya, Sangkuriang gagal memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Ia
sangat kecewa dan jengkel karena tidak sanggup memenuhi permintaan Dayang
Sumbi. Akhirnya, ia menjebol bendungan yang sudah dibuatnya sendiri. Akibatnya,
terjadilah banjir dan seluruh desa terendam air. Ia juga menendang perahu besar yang
dibuatnya sehingga melayang dan jatuh tertelungkup. Perahu besar yang
tertelungkup itu pun akhirnya menjadi sebuah gunung yang diberi nama Gunung
Tangkuban Perahu.
ASAL MULA KOTA CIANJUR
(gambar seorang laki-laki di depan rumah mewah sedang menghambur-hamburkan
uang. kurang lebih contohnya seperti ini)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=nyOGOtmO1Pg
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang lelaki kaya di daerah sekitar Cianjur.
Kekayaannya berupa sawah dan ladang yang ada di desa. Penduduk sekitar hanya
bekerja menjadi buruh tani dan menggarap sawah milik lelaki kaya tersebut. Lelaki
kaya itu pun menjadi orang yang sombong dan tidak mau membantu warga yang
membutuhkan. Warga sekitar memanggilnya dengan sebutan Pak Kikir. Sebaliknya,
anak pak kikir justru memiliki hati yang baik suka membantu warga yang sedang
membutuhkan pertolongan.
Suatu ketika, di desa tersebut sedang mengadakan pesta panen dengan
harapan panen berikutnya menjadi lebih baik. Pak kikir mengundang para tetangga.
Mereka berharap mendapatkan jamuan makan dan minum yang nikmat. Akan tetapi,
harapan mereka tidak terwujud karena pak kikir hanya menyediakan makanan
seadanya dengan jumlah yang sedikit. Banyak dari para tamu undangan yang tidak
mendapat makanan. Mereka pun kecewa dan berujar, “Mengundang semua tamu
datang ke pesta, tetapi makanannya tidak mencukupi! Benar-benar orang yang kikir!”.
Di tengah-tengah pesta, datanglah seorang nenek yang sudah tua renta
meminta sedekah kepada pak kikir. Bukannya memberi, pak kikir justru memarahinya
dan mengusirnya. Si nenek pun pergi meninggalkan tempat pesta dengan menahan
rasa kecewa dan sakit hati. Anak pak kikir yang melihat kejadian tersebut justru
merasa kasihan dan segera mengambil makanan serta membungkusnya. Ia segera
berlari mengejar si nenek dan menyerahkan bungkus makanan tersebut.
Si nenek pun segera memakannya dengan lahap. Tidak lupa ia berterima kasih
dan mendoakan agar si anak menjadi orang yang mulia. Setelah itu, si nenek
melanjutkan perjalanan sampai di salah satu bukit di dekat desa. Ia dapat melihat
satu-satunya rumah yang paling megah dan besar yang tidak lain adalah rumah pak
kikir. Ia merasa marah karena mengingat semua hal yang sudah ia alami. Sang nenek
mengucapkan doa agar pak kikir mendapatkan balasan dari Tuhan. Setelah itu, ia
menancapkan tongkatnya ke dalam tanah tempat ia berdiri.
Ajaibnya, dari tongkat yang menancap itulah mulai keluar air yang semakin
lama semakin banyak sehingga menjadi banjir yang mengalir ke arah desa pak kikir.
Warga desa menjadi panik dan berlarian ke sana ke mari berusaha menyelamatkan
diri. Anak pak kikir segera menganjurkan warga untuk meninggalkan rumah dan
berlari ke atas bukit.
Sementara itu, pak kikir tidak mau meninggalkan harta bendanya. Ia berpikir
bahwa segala sesuatu yang dimilikinya, dapat menyelamatkan dirinya. Ajakan
anaknya justru dibalas dengan makian dan bentakan. Anaknya pun segera
meninggalkan ayahnya yang tidak mau dibujuk.
Warga desa yang melarikan diri ke atas bukit pun selamat sedangkan pak kikir
ikut tenggelam bersama dengan harta bendanya. Mereka kemudian bersama-sama
mencari tempat tinggal baru yang lebih aman. Atas jasa anak pak kikir, warga sepakat
untuk mengangkatnya menjadi pemimpin. Anak pak kikir pun menjadi pemimpin yang
adil dan bijaksana sehingga warga selalu menuruti anjurannya. Oleh karena itu, desa
itu kemudian diberi nama Desa Anjuran. Saat ini, Desa Anjuran semakin berkembang
dan menjadi Kota Cianjur.
.
KISAH LUTUNG KASARUNG
(gambar seorang putri yg cantik sm seekor lutung (kera hitam) di dalam hutan.
kurang lebih contonya seperti ini.)

Sumber: dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-indonesia-lutung-kasarung/
Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan di daerah Pasundan yang
dipimpin oleh Prabu Tapak Agung. Ia memiliki dua orang putri, yakni Purbararang dan
Purbasari. Saat Prabu Tapak Agung mendekati akhir hayat, ia menunjuk Purbasari
sebagai penggantinya untuk memimpin kerajaan.
Kakak Purbasari yang bernama Purbararang tidak setuju dengan keputusan
ayahnya. Ia pun mengadu kepada tunangannya, “Aku putri sulung Ayah. Seharusnya,
aku yang menggantikannya, bukan Purbasari.”
Rasa irinya semakin memuncak dan ia pun berniat untuk mencelakai adiknya.
Ia mencari akal bagaimana caranya agar Purbasari dapat diusir dari istana. Akhirnya,
Purbararang mendapatkan ide dan segera menemui seorang penyihir untuk
memantrai Purbasari. Saat itu juga, sekujur tubuh Purbasari tiba-tiba mengeluarkan
totol-totol berwarna hitam. Purbararang pun memiliki alasan untuk mengusir adiknya,
“Orang terkutuk sepertimu tidak pantas menjadi Ratu!”
Ia meminta Patih untuk segera mengasingkan Purbasari dengan dibawa ke
dalam hutan. Sesampainya di hutan, patih yang baik itu pun berkata, “Bersabarlah
Tuan Putri.. Semuanya pasti akan berakhir.”
“Terima kasih Paman,” jawab Purbasari.
Selama hidup di dalam hutan, Purbasari berteman baik dengan semua hewan.
Salah satu hewan yang sangat baik adalah seekor kera berbulu hitam. Ia sangat
perhatian dan peduli dengan membawakan buah-buahan dan bunga. Kera tersebut
diberi nama Lutung Kasarung.
Suatu ketika, saat terjadi bulan purnama, Lutung Kasarung bersemadi. Ia
memohon kepada dewa untuk membuktikan bahwa dirinya bukan kera hitam yang
biasa. Setelah itu, tanah yang dekat dengannya tiba-tiba merekah mengeluarkan air
hingga menjadi sebuah telaga kecil yang jernih dan mengandung obat dengan bau
yang sangat harum.
Keesokannya, Lutung Kasarung meminta Purbasari untuk mandi di telaga kecil
tersebut. Walaupun awalnya Purbasari merasa bingung dan heran, ia tetap menuruti
keinginan si kera. Tidak lama kemudian, sesuatu yang aneh terjadi pada Purbasari.
Kulitnya menjadi sangat bersih dan kembali cantik. Ia sangat terkejut saat bercermin
di telaga.
Sementara itu di istana, Purbararang mengatakan ingin melihat adiknya. Ia
pergi bersama tunangannya dan beberapa pengawal istana. Sesampainya di hutan,
ia tidak percaya melihat keadaan adiknya yang sudah kembali seperti semula. Ia pun
tidak kehilangan akal dan segera mengajak adiknya untuk adu rambut terpanjang.
Awalnya, Purbasari menolak, tetapi karena terus didesak, ia pun menuruti apa kata
kakaknya. Namun akhirnya, Purbasarilah yang memiliki rambut terpanjang.
“Baiklah, aku mengaku kalah, tetapi sekarang ayo adu ketampanan tunangan
kita. Ini tunanganku,” kata Purbararang sombong sambil mendekati Indrajaya.
Purbasari pun kebingungan. Dengan terpaksa, ia pun menarik tangan Lutung
Kasarung. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Hahahaa.. jadi monyet inikah
tunanganmu?”
Disaat seperti itu, tiba-tiba Lutung Kasarung bersemadi dan terjadi sesuatu
yang ajaib. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan
dan gagah, jauh lebih baik daripada Indrajaya. Semua orang terkejut melihat kejadian
itu sekaligus merasa gembira.
Pada akhirnya, Purbararang pun mengakui kekalahannya dan meminta atas
kesalahannya selama ini. Ia juga memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik
hati itu pun mau memaafkan kakaknya tanpa adanya hukuman.
Setelah kejadian kitu, Purbasari menjadi seorang ratu dan didampingi oleh
pemuda tampan yang selama ini menjaganya di hutan dalam wujud seekor lutung.
ASAL MULA PULAU EMAS
(gambar sebuah pulau yg di dalamnya ada kerajaan emas. semuanya isinya emas.
kurang lebih cnthnya seperti ini. dibuat beda y mas)

Sumber: https://majalahsupranatural.wordpress.com/2016/12/09/majalah-
supranatural-181/
Pulau Emas merupakan sebuah pulau kecil yang sering menjadi lokasi wisata.
Pulau Emas terletak di wilayah Indramayu, Jawa barat. Penamaan Pulau Emas ini
berawal dari kisah Raden Wiralodra yang akan membuka hutan Indramayu untuk
dijadikan tempat tinggal masyarakat.
Akan tetapi, usaha tersebut mengalami banyak kendala. Salah satunya adalah
harus berhadapan dengan jin penguasa hutan. Jin itu akan membinasakan setiap
manusia yang mengganggu wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, jin penguasa pun
marah dan menghalangi rencana Raden Wiralodra. Mereka pun saling menyerang
dan mengeluarkan ilmunya masing-masing.
Pertempuran tersebut dimenangkan oleh Raden Wiralodra. Jin meminta agar
diberi kebebasan untuk hidup di sebuah pulau. Ia tidak akan mengganggu manusia
lagi terutama keturunan Raden Wiralodra.
Akhirnya, Raden Wiralodra mengabulkan permintaan sang jin. Dengan
demikian, jin tersebut menetap di sebuah pulau hingga saat ini. Masyarakat sekitar
pulau mengatakan jika sering melihat cahaya kekuningan seperti sinar emas yang
berasal dari pulau tersebut. Dengan demikian, pulau tersebut dinamakan sebagai
Pulau Emas atau Pulau Mas
ASAL MULA MUNCULNYA POHON PADI
(gambar dewi sri sedang di sawah yg berisi hamparan padi. contonya seperti ini. tlng
dibuat yg beda mas)

Sumber: http://www.beritaunik.net/entertainment/cerita-rakyat-legenda-asal-usul-padi.html
Pada zaman dahulu, di sebuah negeri kahyangan, ada seorang dewi yang
bernama Dewi Sri. Ia mendapatkan tugas untuk melihat keadaan di bumi. Setelah
tugasnya selesai, ia segera menghadap Sunan Ibu untuk memberitahukan sesuatu.
Dewi Sri melaporkan bahwa salah satu tempat di bumi yang bernama Jawa Barat
belum mendapatkan berkah yang berupa suatu kebutuhan umat manusia. Mendengar
penjelasan tersebut, Sunan Ibu memerintahkan Dewi Sri untuk berangkat ke Jawa
Barat dan memberikan berkah agar alam yang mereka tinggali menjadi subuh dan
melimpahkan hasil. Dewi Sri berangkat dengan ditemani Eyang Prabu Guruminda.
Sebelum berangkat, Eyang Prabu Guruminda bersemadi memohon petunjuk
kepada Tuhan. Setelah mendapatkan petunjuk dan kesaktian, ia mengubah Dewi Sri
menjadi sebutir telur dan disimpan di dalam sebuah kotak. Selanjutnya, berangkatlah
Eyang Prabu Guruminda mengiringi Dewi Sri menuju Jawa Barat. Akan tetapi, di
tengah perjalanan kotak telur itu terbuka dan telur di dalamnya pun terjatuh di suatu
tempat. Telur itu pun akhirnya diambil oleh seseorang yang bernama Dewa Anta. Ia
segera membawa pulang dan merawatnya.
Sampai suatu ketika, telur itu menetas dan lahirlah seorang putri yang sangat
cantik, yakni Dewi Sri. Setelah ia dewasa, kecantikannya tersebar ke seluruh negeri
sehingga banyak para raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan permaisuri. Dewi
Sri tidak merasa senang karena apabila ia menerima pinangan, itu berarti telah
mengingkari tugas yang diberikan Sunan Ibu padanya. Ia juga telah menjelaskan
maksud dari kelahirannya tersebut kepada setiap raja yang melamarnya. Namun,
pinangan dari raja-raja terus berdatangan. Lama-kelamaan, Dewi Sri pun menderita
tekanan batin dan jatuh sakit hingga parah. Saat ia akan meninggal, ia menyampaikan
pesan bahwa kelak akan terjadi hal-hal aneh pada makamnya.
Setelah Dewi Sri meninggal, pesan yang dahulu ia sampaikan menjadi
kenyataan. Suatu ketika, ada sepasang kakek nenek yang sedang mencari kayu
bakar dan bahan makanan di dekat makam Dewi Sri. Saat itu, mereka melihat makam
tersebut ditumbuhi tumbuhan yang selama ini belum pernah mereka lihat. Ada
beberapa pohon yang tumbuh di makam Dewi Sri, yakni pohon kelapa, pohon ubi,
pohon aren, dan satu tumbuhan aneh yang baru pertama kali mereka lihat. Pohon
aneh itu berbentuk serangkai tumbuhan berdaun bagus yang masih hijau.
Merasa aneh dan belum pernah melihatnya, kakek nenek itu pun berniat untuk
memeliharanya. Mereka juga membersihkan makam Dewi Sri. Pohon aneh yang
mereka temukan tadi dipelihara dengan tekun dan rajin. Saat memasuki bulan ke lima,
tanaman hijau itu telah berisi butiran biji-biji kecil dan semakin merunduk karena berat.
Kakek dan nenek itu tetap menunggu dengan sabar untuk mengetahui tanaman apa
sebenarnya yang mereka pelihara.
Setelah memasuki bulan keenam, butiran biji tersebut sudah berubah menjadi
kuning dan tampak indah. Akhirnya, mereka pun segera memetik dan mencicipinya.
Rasanya manis dengan warna putih bersih. Mereka segera menyiapkan dupa
kemenyan untuk memohon izin kepada Yang Maha Kuasa.
Sesudah tanaman itu ditebas, muncul niat kakek dan nenek untuk mencoba
menanamnya kembali di sekitar makam Dewi Sri. Anehnya, setelah tanaman itu
ditanam, tiba-tiba langsung menguning dengan butiran yang sudah berisi penuh.
Mereka pun melakukannya berulang-ulang hingga menghasilkan banyak butiran
buah. Mereka sangat kebingungan karena memperolah hasil yang melimpah dalam
waktu sekejap. Namun, kakek dan nenek masih tetap bingung dengan tanaman itu.
Saat itu juga, si nenek tiba-tiba mengusulkan untuk memberi nama pare, yang berasal
dari bahasa Sunda “Paparelean” yang berarti pare atau padi.
ASAL MULA SITU BAGENDIT
(gambar nyai bagendit yg tenggelam karena air banjir namun bersikeras
menyelamatkan harta bendanya. contohnya kurang lebih seperti ini. dibuat beda ms)

Sumber: http://irrafeisal.blogspot.co.id/2016/09/legenda-nusantara-asal-mula-situ.html
Pada zaman dahulu, di sebelah utara kota Garut, ada sebuah desa yang
semua penduduknya adalah petani. Tanah di wilayah mereka sangat subur dan tidak
kekurangan air, sehingga menghasilkan padi yang berlimpah. Akan tetapi, semua
petani itu tetap hidup miskin dan kekurangan.
Seluruh hasil panen padi terpaksa mereka jual dengan harga murah kepada
Nyai Bagendit. Jika tidak, mereka akan diancam dan harus berurusan dengan orang-
orang suruhan Nyai. Nyai Bagendit merupakan seorang janda yang kaya raya di desa
itu. Ia memiliki banyak harta dan lumbung padi yang luas. Namun, kekayaannya
tersebut membuatnya menjadi orang yang sombong dan kikir kepada semua orang.
Jika pasokan padi dari setiap petani habis, mereka akan membelinya kepada Nyai
Bagendit dengan harga yang sangat tinggi.
Suatu ketika, Nyai Bagendit sedang mengadakan pesta di rumahnya. Saat itu,
datanglah seorang pengemis tua yang sangat lusuh dan kotor. Ia meminta sedikit
makanan kepada Nyai Bagendit, “Nyai, apakah boleh saya minta sedikit makanan?
sudah dua hari saya belum makan.”
Nyai Bagendit pun marah melihat ada seorang pengemis berani memasuki
rumahnya. Dengan kasar ia membentak, “Siapa kau? Pergi kau dari rumahku! Berani-
beraninya datang ke rumahku! Kalau mau makan beli saja di luar. Jangan mengemis
di rumahku! Cepatlah pergi dari sini!”
Si nenek pengemis itu pun merasa sangat terkejut, kecewa, dan marah. Akan
tetapi, ia tidak segera pergi melainkan menancapkan sebuah tongkat ke dalam tanah
dengan penuh kemarahan. “Hai Endit! Selama ini Tuhan telah memberimu rezeki yang
sangat berlimpah. Namun kau menjadi manusia yang sombong dan kikir. Banyak
warga desa yang kelaparan dan kesusahan gara-gara dirimu. Sekarang, kau akan
mendapatkan hukuman yang setimpal!”
Nyai Bagendit pun tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan si nenek
pengemis, “Hahahahaa, bicara apa kau nenek tua? Sudah, Pergilah dari sini sebelum
aku menyuruh orang-orang suruhanku untuk menyeretmu keluar!”
Pengemis itu pun segera pergi dan mencabut tongkatnya. Alangkah
terkejutnya Nyai Bagendit karena setelah si nenek pengemis mencabut tongkatnya,
keluarlah air yang sangat deras dari dalam tanah. Semakin lama semakin membesar
dan mulai membanjiri rumahnya dan mengalir ke semua desa.
Semua warga desa segera mengungsi untuk menyelamatkan diri. Mereka
hanya membawa beberapa barang berharga yang dapat diselamatkan. Berbeda
dengan Nyai Bagendit. Ia berusaha untuk menyelamatkan semua harta bendanya.
Namun, air banjir semakin lama semakin deras dan ia pun akhirnya ikut tenggelam
bersama dengan hartanya.
Banjir besar itu akhirnya menyebabkan terbentuknya sebuah danau. Warga
sekitar memberinya nama Situ Bagendit sesuai dengan cerita sejarahnya. Situ dalam
bahasa Sunda yang berarti danau, dan Bagendit berasal dari nama Nyai Endit.
Beberapa orang juga percaya bahwa jika kita melihat ada seekor lintah sebesar kasur
ada di dasar danau, itu merupakan penjelmaan dari Nyai Endit yang tidak berhasil
keluar dari jebakan air banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, M. 2015. Asal Mula Munculnya Pohon Padi. Diperoleh pada hari Senin,
07 Agustus 2017 dari http://www.anakcemerlang.com/2015/07/asal-mula-munculnya-
pohon-padi-cerita.html.
Aminuddin, M. 2015. Asal Mula Pulau Mas Cerita Rakyat Jawa Barat. Diperoleh pada
hari Senin, 07 Agustus 2017 dari http://www.anakcemerlang.com/2015/07/asal-mula-
pulau-mas-cerita-rakyat-jawa.html.
Aminuddin, M. 2015. Asal Mula Situ Bagendit. Diperoleh pada hari Senin, 07 Agustus
2017 dari http://www.anakcemerlang.com/2015/07/asal-mula-situ-bagendit-cerita-
rakyat.html.
Aminuddin, M. 2015. Kisah Lutung Kasarung. Diperoleh pada hari Senin, 07 Agustus
2017 dari http://www.anakcemerlang.com/2015/07/kisah-lutung-kasarung-cerita-
rakyat.html.
Aminuddin, M. 2015. Kisah Sangkuriang Cerita Rakyat Jawa Barat. Diperoleh pada
hari Senin, 07 Agustus 2017 dari http://www.anakcemerlang.com/2015/07/kisah-
sangkuriang-cerita-rakyat-jawa.html.
Heri, D. 2011. Diperoleh pada hari Senin, 07 Agustus 2017 dari
https://ceritarakyatindonesia.wordpress.com/2011/04/06/asal-mula-kota-cianjur/.
Sangkuriang (Legenda). Diperoleh pada hari Kamis, 10 Agustus 2017 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Sangkuriang_(legenda).
Sinopsis:
Indonesia memiliki banyak cerita rakyat di setiap daerah. Ada sebagian orang
yang mempercayainya dan adapula yang hanya menganggapnya sebagai mitos
ataupun dongeng. Biasanya, cerita rakyat berupa asal mula suatu wilayah, misalkan
terbentuknya danau, gunung, telaga, dan sebagainya. Selain itu, cerita rakyat dapat
berupa legenda suatu benda bersejarah ataupun situs sejarah. Bacalah dan temukan
cerita-cerita menarik mengenai cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat di dalam
buku ini.

Deskripsi Buku:

Buku ini berisi beberapa cerita rakyat yang berasal dari Provinsi Jawa Barat
dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

Kategori buku : Umum, fiksi

Segmen : SD

Harga : Gratis

Editor : Jihan Novianti Saputri & Ginanjar Widhi

Penulis : Satriya Adi Andriyani

Tentang Penulis:

Satriya Adi Andriyani, lahir di Karanganyar, 15 Mei 1994. Merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pendidikan terakhir penulis adalah S1 Fakultas pendidikan,
Program Studi bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret. Saat ini penulis bekerja
di sebuah penerbitan buku. Di sela-sela kesibukannya, penulis menyempatkan diri
untuk menekuni hobinya, yaitu membaca dan travelling. Penulis berdomisili di
Karanganyar, Jawa Tengah dan dapat dihubungi melalui alamat email
Satriya.Adi15@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai