Anda di halaman 1dari 3

Ris Sutanto

201413001
Ilmu Komunikasi/7
Retorika

Anekdot dan kecerdasan abraham lincoln


Tahun 1860, tak lama setelah memenangi pemilihan Presiden Amerika, Abraham Lincoln
mengundang beberapa orang yang dianggap berpotensi menjadi anggota kabinet.

Salah satunya adalah Salmon P. Chase, lawan Lincoln saat berebut nominasi calon presiden
dari Partai Republik, pendukung Lincoln pun kaget, ‘’Saya harap linciln tidak memberikan
dia posisi di kabinet.’’

Lincoln santai menjawab dengan pertanyaan, ‘’Mengapa Anda mengatakan itu?’’


‘’Karena orang itu menganggap ia lebih hebat, lebih pantas, lebih punya kualitas ketimbang
Anda untuk menjadi presiden,’’ jawab pendukung Lincoln.

Bu handayani yang kami hormati dan teman-teman semua yang berbahagia.

Sejarah telah mencatat bagaimana Salmon P. Chase yang kemudian ditunjuk menjadi Menteri
Keuangan di bawah kepresidenan Lincoln tak pernah memadamkan ambisinya untuk menjadi
presiden.
Dari dalam kabinet ia berulang kali mengritik kebijakan Lincoln secara terbuka.
Beberapa kali menyebabkan krisis dan ancaman perpecahan pemerintahan. Namun ia
juga bekerja habis-habisan, disamping untuk membantu presiden menjalankan roda
pemerintahan, tujuan lainnya adalah untuk membuktikan ia lebih berkemampuan
dibanding sang presiden.

Lincoln tidak pernah keberatan dengan orang semacam Chase. Itu sebab ia menjawab
pertanyaan pendukungnya dengan mengatakan, ‘’Anda kenal orang lain di negeri ini yang
berpikiran serupa dengan Tuan Chase. Kalau ada, saya ingin memasukkan mereka semua di
kabinet.’’

Bagi Lincoln yang penting adalah apakah yang bersangkutan bisa membantu
mewujudkan visinya. Ia tak terlalu peduli dengan penilaian yang bersangkutan
terhadap dirinya. Kalaupun yang bersangkutan merasa lebih mampu dari Lincoln,
Lincoln akan semakin senang, karena yang bersangkutan pasti akan bekerja mati-
matian untuk membuktikan.

Disini terlihat betapa terukurnya keputusan yang dibuat oleh Abraham lincoln, ia
begitu pandai membaca situasi dan mencari siapa yang pantas dipilihnya.

Selainn Chase, dua pesaing utama saat berebut kedudukan calon presiden dari Partai
Republik, William H. Seward dan Edward Bates, juga masuk ke dalam kabinet.
Kesemuanya ingin membuktikan betapa mereka merasa lebih pantas menjadi presiden
ketimbang Lincoln. Seward yang akhirnya menjadi salah satu bagian paling dipercaya dan
paling setia.
siapalah Abraham Lincoln ini dibanding sekian politisi kawakan tingkat nasional Amerika
saat itu. Datang dari keluarga yang sangat miskin, Abraham Lincoln pernah menjadi buruh
kasar untuk menyambung hidup sambil otodidak mendidik diri menjadi pengacara.
Ia terpaksa harus menghafal kitab-kitab hukum yang ia pinjam karena tak mampu untuk
memiliki. Terbukti ia juga mampu menghafal buku-buku sastra terutama karya Shakespeare
yang menjadi kegemarannya dan mengingat ratusan anekdot disepanjang perjalanan
hidupnya.

Pengalaman hidup di daerah pemekaran peradaban Amerika yang keras dan minim fasilitas
menempanya untuk bisa berempati dan memahami kehidupan rakyat kecil.
Lincoln kemudian menjadi pengacara sukses dan sempat menjadi anggota DPR negara
bagian Illinois.
Namun perjalanan yang ia alami tak pernah bisa meninggalkan gaya hidup yang sederhana,
apa adanya, rendah hati, pun gerak gerik dan cara berpakaiannya yang selalu kelihatan kikuk.

Ketika ia datang ke Konvensi Partai Republik tahun 1860 di Chicago, pesaingnya


mentertawakan. Memandang rendah. Orang dusun, pengacara urusan padang rumput
karenanya pengacara kelas dua, kurang beradab, tidak cukup paham politik, dan tidak
punya kapasitas untuk memimpin, begitu kira-kira penilaian mereka.

Bukannya melawan hinaan itu, Lincoln dan pendukungnya malah semakin


membenarkan penilaian itu ketika menggunakan julukan the rail splitter (pembelah
kayu rel kereta api). Tetapi dibalik yang sepertinya membenarkan penghinaan itu adalah
sebuah langkah yang jenius. Lincoln memang pernah bekerja sebagai pembelah kayu rel
kereta api. Dan julukan itu mengukuhkan Lincoln sebagai wakil mayoritas rakyat Amerika
dari masyarakat pekerja kasar.

Julukan itu menyamarkan potensi ancaman Lincoln bagi pesaing-pesaing yang


terlanjur memandang rendah. Mereka tidak bisa melihat dengan jernih bagaimana
penguasaan dan pemahaman Lincoln atas persoalan yang sedang dihadapi Amerika
jauh di atas rata-rata. Mereka tidak bisa melihat dengan jernih kemampuan Lincoln
berpidato dan menyampaikan pendapat yang sangat mudah diterima oleh umum
karena ia memang berasal dari rakyat kebanyakan.

Singkat cerita dunia perpolitikan Amerika goyah ketika ia memenangi Konvensi Partai
Republik. Gerak politik Lincoln seperti bola salju yang terus membesar dan terbukti ia
kemudian memenangi kursi kepresidenan Amerika.

Sebentar saja ia berkuasa. Empat tahun. Maret 1861 hingga April 1865. Ia baru satu bulan
dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya ketika tewas dibunuh.
Namun yang hanya empat tahun itu, ia menggoreskan catatan yang mengarah ke Amerika
modern.

Ia memenangi Perang Sipil dan menjaga keutuhan Amerika yang sebelumnya terbelah dua.
Dan dengan memenangi Perang Sipil ia meletakkan dasar kesatuan dan nasionalisme yang
kemudian dilanjutkan oleh presiden-presiden berikutnya hingga sekarang.

Ia memproklamirkan Proklamasi Emansipasi yang praktis merupakan dasar


penghapusan perbudakan di Amerika. Bukan sekadar menghapus perbudakan tetapi
mempraktekkan kesamaan hak bagi semua warga Amerika terlepas latar belakangnya seperti
yang dimimpikan para pendirinya.

Kisah hidup Lincoln mengajarkan tentang hasil yang tak pernah mengkhianati kerja
keras berdasar keyakinan.
Kisah hidup Lincoln mengajarkan kita tentang sikap untuk tidak memandang rendah
siapapun dan bersedia merangkul lawan dan kawan untuk mewujudkan visi.

Kisah hidup Lincoln mengajarkan kita betapa yang penting bukan persoalan lamanya
berkuasa, tetapi apa yang dikerjakan selama berkuasa.

Agaknya mulai hari ini kita perlu melihat diri kita sendiri, betapa kita menjadikan
kemampuan kita untuk merendahkan orang lain. Bertapa emansipasi atau kesetaraan
seharusnya tidak lagi hanya kita bicarakan tanpa tindakan nyata.

Selamat hari Ibu, selamatkan dirimu dari prasangka-prasangka yang tidak perlu.

Saya ris sutanto, terimakasih

 Pidato ini saya sampaikan dengan story telling, dale carnegie dalam bukunya how to
win friend and influence people pernah berkata bahwa “orang-orang selalu lebih suka
mendengarkan cerita dari pada permbicaraan lainnya”
 Dan kalimat yang saya cetak tebal tersebut adalah kalimat yang ingin saya tekankan
dari apa yang ingin saya katakan.

Anda mungkin juga menyukai