Kami tidak mempunjai satu partaipun jang kuat. Sarekat Islam petjah
dua. Pak Tjokro tetap memegang kendali dari bagian jang sudah lemah,
sedang bagian jang lain merobah namanja mendjadi Sarekat Rakjat.
Dengan dalih perselisihan maka Komunisme menjusup kedalam Sarekat
Rakjat. Dalam tahun 1926 mereka merentjanakan dan
mendjalankan ,,Revolusi Fisik Besar untuk Kemerdekaan dan
Komunisme". Pemberontakan ini menemui kegagalan jang
menjedihkan. Belanda menindasnja dengan serta-merta dan lebih dari
2.000 pemimpin diangkut dengan kapal kepelbagai tempat pengasingan.
10.000 orang lagi dipendjarakan. Akibat selandjutnja adalah chaos.
Serekat Rakjat dinjatakan terlarang. Mereka jang memilih Sarekat
Rakiat sekarang tidak punja apa-apa. Mereka jang semakin tidak puas
dengan Tjokropun tidak punja apa-apa Tidak ada lagi inti gerakan
nasional jang kuat. Dalam pada itu aku sudah menemukan pegangan
dalam bidang politik. Pada setiap tjangkir kopi tubruk, disetiap sudut
dimana orang berkumpul nama Bung Karno mendjadi buah-mulut
orang. Kebentjian umum terhadap Belanda dan kepopuleran Bung
Karno memperoleh tempat jang berdampingan dalam setiap buah-tutur.
Pada tanggal empat Djuli 1927, dengan dukungan dari enam orang
kawan dari Algemeene Studieclub, aku mendirikan P.N.I., Partai
Nasional Indonesia. Rakjat sudah siap. Bung Karno sudah siap.
Sekarang tidak ada jang dapat menahan kami—ketjuali Belanda.
Tudjuan daripada P.N.I. adalah kemerdekaan sepenuhnja —
SEKARANG. Bahkan pengikut-pengikutku jang paling setia gemetar
oleh tudjuan jang terlalu radikal ini, oleh karena organisasi-organisasi
sebelumnja selalu menjembunjikan sebagian dari tudjuannja, supaja
Belanda tidak mengganggu mereka. Denganku, tidak ada jang perlu
disembunjikan, tanpa tedeng aling-aling. Dalam perdebatan diruangan
jang tertutup, beberapa orang mentjoba menggelintjirkanku dari rel
itu. ,,Rakjat belum lagi siap," kata mereka.,,Rakjat SUDAH siap,"
djawabku dengan tadjam. ,,Dan mendjadi sembojan kitalah: 'Indonesia
merdeka SEKARANG.' Kukatakan 'Indonesia merdeka
SEKARANG.",,Ini tidak mungkin dilakukan, Bung," mereka
memotong ,,Tuntutan Bung Karno terlalu keras. Kita akan dihantjurkan
sebelum mulai.
ajam, akan tetapi mereka bukan orang jang revolusioner. Banjak orang
jang berpangkat tinggi memakai sarung, tapi mereka bekerdja dengan
sepenuh hati untuk kolonialis. Jang menandakan seseorang itu
revolusioner adalah bakti jang telah ditunaikannja dalam perdjoangan.
Kita adalah suat'' tentara, saudara saudara. ,,Selandjutnja saja
mengandjurkan untuk tidak memakai sarung, sekalipun berpakaian
preman. Pakaian jang kuno ini menimbulkan pandangan jang rendah.
Disaat orang Indonesia memakai pantalon, disaat itu pula ia berdjalan
tegap sepert; setiap orang kulitputih. Akan tetapi begitu ia
memasangkan lambang feodal disekeliling pinggangnja ia lalu berdjalan
dengan bungkukan badan jang abadi. Bahunja melentur kemuka.
Langkahnja tidak djantan. Ia beringsut dengan merendahkan diri. Pada
saat itupun ia bersikap ragu dan sangat hormat dan
tunduk.",,Sungguhpun begitu," Ali Sastroamidjojo S.H. membalas, jang
ketika itu mendjadi ketua Tjabang P.N.I. dan kemudian ditahun
limapuluhan mendjadi Dutabesar Indonesia jang pertama di Amerika
Serikat, ,,Sarung itu sesuai dengan tradisi Indonesia.",,Tradisi Indonesia
dimasa jang lalu—betul," aku meledak, ,,Akan tetapi tidak sesuai
dengan Indonesia Baru dari masa datang.
Aku tahu betul, bahwa orang Belanda jang gemuk dan goblok itu tidak
boleh meninggalkan sepeda mereka dipinggir djalan kalau tidak ada
jang mendjaga. Dan adalah tugas kewadjiban mereka untuk tidak
membiarkan lawan seperti Bung Karno lepas dari pandangannja. Djadi,
apa akal orang Belanda terkutuk itu ? Tiada akal mereka lain selain
memikul sepeda jang berat itu, lalu berdjalan dengan terhunjung-
hunjung merentjahi air sawah atau meniti pematang jang ketjil itu
sebisa-bisanja. Memandangi orang-orang ini berkeringat, memusatkan
tenaga dan terhunjung-hunjung itu memberikan kegembiraan kepadaku
jang tak ada taranja. Tjobalah bajangkan ketegangan dari masa ini.
Kami adalah peloporpelopor revolusi. Bersumpah untuk
menggulingkan Pemerintah. Dan Sukarno—mendjadi duri jang paling
besar. Setiap hari tadjuk-rentiana menentangku dan tak pernah terluang
waktu barang sedjam dimana aku tidak dikedjar-kedjar oleh dua orang
detektif atau beberapa orang mata-mata sematjam itu.Aku mendjadi
sasaran utama bagi Belanda. Mereka mengintipku seperti berburu
binatang liar. Mereka melaporkan setiap gerak-gerikku. Sangat tipis
harapanku agar bisa luput dari intipan ini. Kalau para pemimpin dari
kota lain datang, aku harus mentjari tempat rahasia untuk berbitjara.
Seringkali aku mengadakan pertemuan penting dibagian belakang
sebuah mobil dengan merundukkan kepala. Dengan begini polisi tidak
dapat mendengar atau melihat apa jang terdjadi. Kami harus
mendjalankan tjara penipuan jang demikian itu.Aku memikirkan siasat
gila-gilaan untuk membikin bingung polisi.
pelatjuran, sekitar djam delapan dan sembilan malam, jaitu waktu jang
tepat untuk itu. Kami pergi sendiri sendiri atau dalam kelompok ketjil.
Setelah memperoleh kebulatan kata kami bubar; seorang melalui pintu
depan, dua orang agi melalui pintu samping, aku mengambil djalan
belakang dan seterusnja.Selalu pada hari berikutnja aku harus berurusan
dengan Komisaris Besar Polisi, Albrechts. Setelah memeriksa tentang
gerak gerikku ia menjerang ,,Sekarang dengarlah, tuan Sukarno, kami
tahu dengan pasti, bahwa tuan ada disebuah rumah pelatjuran semalam.
Apakah tuan mengingkarinja ?" ,,Tidak, tuan" djawabku dengan suara
rendah sambil memandang seperti orang jang berdosa, hal mana
sepantasnja bagi orang jang sudah kawin. ,,Saja tidak dapat berdusta
kepada tuan. Tuan mengetahui saja, saja kira."Kemudian ia menarik
mulutnja kebawah kedekat mulutku dan bersuara seperti
menjalak, ,,Untuk apa? Kenapa tuan pergi kesana ?"Lalu
kudjawab, ,,Apa maksud tuan ? Bukankah saja seorang lelaki ?
Bukankah umur saja lebih dari 16 tahun ?",,Nah," ia meringis,
mermandang kepadaku dekat-dekat. ,,Kami tahu. Apa tuan pikir kami
bodoh? Lebih baik terus terang. Tuan dapat mentjeritakan kepada kami
mengapa tuan kesana. Apa alasannja ?",,Jaaahhh, dugaan tuan untuk
apa saja kesana ?" Kataku agak kemalu-maluan. ,,Untuk bertjintaan
dengan seorang perempuan, itulah alasann ja.",,Saja akan buat laporan
lengkap mengenai ini.",,Untuk siapa ? Isteri saja ?",,Tidak, untuk
Pemerintah," dia membentak.,,O," kataku terengah mengeluarkan
keluhan jang bersuara, .,Baiklah."Pelatjur adalah mata-mata jang paling
baik didunia.
Suatu kali diadakan razzia dan seluruh kawanan dari pasukan Sukarno
diangkat sekaligus. Karena setia dan patuh kepada pemimpinnja, maka
ketika hakim meminta denda mereka menolak, ,,Tidak, kami tidak
bersedia membajar."Keempatpuluh orangnja dibariskan masuk
pendjara. Aku gembira mendengarnja, oleh karena pendjara adalah
sumber keterangan jang baik. Tambahan lagi, ada baiknja untuk masa
jang akan datang sebab mereka sudah mengenal para petugas
pendjara.Kemudian kusampaikanlah instruksi jang kedua untuk
didjalankan nanti setelah bebas. Misalkan setelah itu armadaku mentjari
sasarannja disuatu malam. Umpamakan pula disaat jang bersamaan
kepala rumah pendjara sedang berdjalan-djalan makan angin
menggandeng isterinja. Pada waktu ia melalui salah seorang bidadari
pilihanku ini, sigadis harus tersenjum genit kepadanja dan menegur
dengan merdu, ,,Selamat malam" sambil menjebut nama Belanda itu.
Beberapa langkah setelah itu tak ragu lagi tentu ia akan berpapasan
dengan gadisku jang lain dan diapun akan menjobut namanja dan
meraju.,,Hallo.......Selamat malam untukmu." Isterinja akan gila oleh
teguran ini. Muslihat ini termasuk dalam perang urat-sjaraf kami.
,,Bung tahu saja baru keluar dari pendjara. Saja harus mendjaga gerak-
gerik saja. Kalau tidak begitu, polisi akan bertindak lagi. Biarlah saja
duduk sadja dan mendengarkan Bung Karno. Terlalu berbahaja kalau
saja bangkit dan berbitjara, sekalipun hanja mengutjapkan beberapa
perkataan."Lautan manusia menunggu giliranku. Mereka menunggu
dengan hati herdebar-debar. Aku duduk dengan tenang diatas
panggung, mendo'a' seperti masih kulakukan sekarang sebelum mulai
berpidato. Ketua memperkenalkanku, aku meminum air seteguk dan
melangkah menudju mimbar.,,Saudara-saudara," kataku. ,,Disebelah
saja duduk salah-seorang dari saudara kita jang baru sadja keluar dari
pendjara, tidak lain karena ia berdjoang untuk tjita-tjita. Tadi dia
menjampaikan kepada saja keinginannja untuk menjampaikan beberapa
pesan kepada saudara-saudara."Rakjat gemuruh menjambutnja. Ali
sendiri hampir mau mati. Mata hari menjinarkan panas jang
menghanguskan akan tetapi Ali berkeringat lebih daripada itu. Aku
tidak mau mendjerumuskannja kedalam kesukaran. Akan tetapi setjara
psychologis hal ini penting buat jang hadir, supaja mereka melihat
wadjah salah-seorang dari pemimpinnja jang telah meringkuk dalam
pendjara karena memperdjuangkan kejakinannja dan masih sadja mau
mentjoba lagi.Dengan hati jang berat Ali bangkit. Ia mengutjapkan
beberapa patah kata. Ialu duduk kembali dengan segera. Keempat
inspektur polisi itu tidak mau melepaskan pandangannja dari wadjah
Ali. Kemudian aku berdiri dan mengambil-alih ketegangan dari Ali dan
menggelorakan semangat untuk berontak.,,Sendjata imperialisme jang
paling djahat adalah politik ,,Divide et Impera". Belanda telah berusaha
memetjah-belah kita mendjadi kelompok jang terpisah-pisah jang
masing-masing membentji satu sama lain.