Disusun oleh:
Kusena 00000012628
Joshua Garin Dwicahyo Listianto Linggo 00000015950
Luky Adlino 00000012117
Melvita Mentari Kurniawan 00000014159
Nova Damayanti 00000012183
Raden Jeremy Andrian 00000017361
Reza Stevano 00000015474
Sherly 00000015736
Valeska Siulinda Candrawinata Putri 00000017246
Valleria Vallencia 00000017918
Vena Angelica 00000015359
Dibimbing oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
NOVEMBER 2017
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................................. 2
Curriculum Vitae dan Pemikiran Tokoh ................................................................. 3
Pemikiran Tentang Negara ...................................................................................... 7
Masyarakat, Kekuasaan, Legitimasi ..................................................................... 11
Demokrasi ............................................................................................................. 15
Monarki ................................................................................................................. 19
Pendapat Charles Wright Mills tentang Negara .................................................... 23
Sistem Sosial pada Zaman C. Wright Mills .......................................................... 27
Kesimpulan Teori .................................................................................................. 36
Implikasi Tentang Konsep Negara dan Hukum di Indonesia ............................... 39
Konklusi ................................................................................................................ 43
2
Curriculum Vitae dan Pemikiran Tokoh
Charles Wright Mills
Kebangsaan : Amerika
Pendidikan :
Menerima gelar A.B dan A.M dari Universitas Texas pada tahun 1939
Menerima gelar Ph. D sari Universitas Wisconsin pada tahun 1941
Bergabung dengan Fakultas Sosiologi di Universitas Columbia pada tahun
1946
Karya :
3
The Power Elite (1956)
Penghargaan :
Karir :
Pemikiran Tokoh
1
C. Wright Mills. Letters and Autobiographical Writings. Berkeley and Los Angeles, California:
University of California. 2000. P.1.
4
lebih luas, dari segi pengertiannya terhadap hakikat kehidupan dan kebutuhan
kehidupan berbagai individu. Dengan menggunakan teori tersebut ia dapat melihat
bagaimana indivdu-individu dalam pengalaman sehari-harinya sering
memeperebutkan posisi sosial mereka. Dalam teori Mills sedikit mengungkapkan
teorinya tentang psikologis sosial akibat kegelisahan dan problem individu yang
sedang di hadapi sehingga mempengaruhi keadaaan sosial yang ada dalam
masyarakat. Mills menjelaskan kekuasaan elit dengan bentuk pramida kekuasaan.
Bagian paling puncak diduduki elit berkuasa yakni elit yang menguasai tiga sektor:
pengusaha, penguasa dan militer. Kemudian lapis kedua adalah pemimpin opini
lokal, cabang legislatif pemerintah, dan beragam kelompok berkepentingan.
Kemudian lapis ketiga adalah orang tidak memiliki kekuasaan dan orang yang tidak
terorganisasi baik secara ekonomi dan politik. Mills, yang sangat suka mengkritik
"retorika liberal", bagaimanapun juga mengakhiri Power Elite dengannya. Dia
menginginkan sebuah layanan sipil terkait dengan dunia pengetahuan dan tanggung
jawab, pria yang dibentuk oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab secara
nasional yang melakukan perdebatan terbuka, pria tunduk pada sejumlah asosiasi
sukarela.2
2
C. Wright Mills. Sociology and Pragmatism: The Higher Learning in America. Paperback. 2015.
P.11.
5
berdasarkan kenyataan keberadaan mereka, terlibat dalam perjuangan antara
pencerahan dan obskurantisme.”3
3
C. Wright Mills. The Marxists. Dell Publishing. 1962. P.9
6
bahkan ditanamkan. Menurut Mills, emosi manusia terjadi dengan referensi konstan
terhadap "biografi sosial" yang pada gilirannya merupakan bagian dari "konteks
sosial yang berpengalaman".
4
Power, politics, and people; the collected essays of C. Wright Mills. New York, Ofxord
University Press. 1963. P.20-22.
7
baik mengenai coercion (paksaan fisik) yang juga berkaitan dengan otoritas
(kekuasaan yang dibenarkan melalui kerelaan mereka yang patuh) dan manipulasi
(kekuasaan yang didapatkan tanpa sepengetahuan mereka yang tidak berdaya).
Mills berpendapat bahwa masyarakat dan pemimpin Amerika berlindung di balik
nilai rasionalitas, sehingga keputusan yang diambil adalah berdasarkan rasional,
bukan berdasarkan alasan.5
5
Power, politics, and people; the collected essays of C. Wright Mills. New York, Ofxord
University Press. 1963. P.23-24.
8
bahwa otoritas dan kuasa mereka pegang tidak dapat ditantang dalam diskusi
tersebut. Semakin banyak orang yang terjun ke dalam dunia politik, asosiasi yang
terbentuk semakin besar dan kuasa seorang individu menjadi semakin besar dan
semakin jauh dari pengaruh masyarakat. Struktur politik demokrasi modern
menuntut adanya partisipasi aktif dalam demokrasi dan diskusi dalam pengambilan
keputusan, tidak hanya teoris demokrasi. Hal ini membutuhkan masyarakat yang
berpendidikan dengan pengetahuan yang luas dan peka terhadap keadaan sosial.
Masalah yang timbul adalah sebagian besar masyarakat dengan karakteristik
tersebut lebih memilih untuk independen dan mengejar kepentingan mereka sendiri.
Sistem politik ini membutuhkan orang-orang yang cerdas dan memiliki karya yang
terkenal dan memberi pengaruh dalam dunia pendidikan dan lainnya.
Selain itu, juga diperlukan asosiasi yang bebas antara keluarga, komunitas
kecil dan masyarakat, dengan para penguasa politik, militer, dan ekonomi. Jika
komunikasi ini tidak dapat tercapai, maka jembatan antara kehendak masyarakat
tingkat rendah tidak akan bisa mencapai para pengambil keputusan. Mills dan
beberapa sosiologis lainnya berpegang pada teori konflik, yaitu pandangan bahwa
masyarakat Amerika terpecah belah oleh tidak adanya hubungan antara masyarakat
tingkat rendah “powerless” dan para penguasa “powerful”.6
Mills percaya bahwa masyarakat abad ke dua puluh telah mewarisi tradisi
sekuler dan humanis peradaban barat yang berpuncak dalam liberalisme dan
Marxisme seratus tahun lalu. Mills mempresentasikan unsur liberal dari tradisi
humanis sebagai individualisme yang tidak berperasaan. Namun ia tidak menggali
hingga nilai akar, sehingga ia memutuskan inti dari liberalisme merupakan
kebebasan untuk mengambil keputusan dan berkomitmen pada organisasi apapun
tanpa syarat apa-apa. Pandangan Mills mengenai hal ini nantinya akan diselidiki
lebih dalam oleh Hobbes, Locke, dan Rosseau. Pendapat Mills mengenai Marxisme
sangat berbeda dari pendapatnya tentang liberalisme. Ia percaya bahwa Marxisme
tidak usang namun menggabungkan satu-satunya hal yang bernilai dari liberalisme
6
Power, politics, and people; the collected essays of C. Wright Mills. New York, Ofxord
University Press. 1963. P.97
9
yaitu cita-cita individual. Menurut Mills, pandangan moral Marxisme yang dalam
dan luas merupakan ekspresi tertinggi dan paing komprehensif dari humanisme
sekuler barat. Namun iapun tidak sepenuhnya setuju dengan pemikiran Marx
sehingga Mills membuat gagasan baru yaitu spesifitas historikal, sebuah prinsip
yang bersumber dari Karl Marx. Ia berpendapat bahwa semua orang dapat hanya
berpikir tentang zamannya sendiri, namun jika semua orang juga berpikir tentang
masa lalu dan masa yang akan datang maka ia memperluas waktunya ke dalam
suatu zaman lain.7
7
Power, politics, and people; the collected essays of C. Wright Mills. New York, Ofxord
University Press. 1963. P.353-3.55
10
Masyarakat, Kekuasaan, Legitimasi
1.1 Kekuasaan
Dalam pengaruh kekuasaan elite, tiga hal yang berperan penting adalah
ekonomi, politik dan militer. Institusi yang dikembangkan ini menjadi administratif
sedangkan keputusan kekuasaan telah menjadi terpusat. Perusahaan besar
mendominasi atas ekonomi secara administratif maupun politik sehingga berperan
penting dalam pengambilan keputusan ekonomi. Perpolitikan yang terpusat
11
menjadi lebih kuat dan pendirian yang tadinya tersebar sekarang terlibat dalam
setiap celah struktur sosial. Militer telah menjadi atribut pemerintah yang besar dan
mahal. Selain itu, militer juga ikut serta dalam domain birokrasi yang luas.
Untuk mengerti kekuasaan elite, terdapat tiga kunci utama yang perlu
diperhatikan. Pertama, anggota dari kekuasaan elite biasanya terdiri atas asal,
edukasi, karier dan gaya hidup yang serupa. Dikarenakan kemiripan sosial, terdapat
dasar psikologis dan sosial yang mempersatukan mereka. Kedua, di balik persatuan
ini, ditemukan tatanan akan direktorat politik, perusahaan kaya dan kemiliteran
tinggi. Kekuasaan elite akan bertambah besar jika domain-domain ini juga semakin
berkembang sehingga bentuk dari kekuasaan juga tergantung oleh domain-domain
ini. Ketiga, persatuan kaum elite bukan hanya dilandaskan kesamaan psikis dan
sosial namun juga dikarenakan adanya koordinasi yang disengaja. Hal ini dapat
dilihat ketika suatu rencana akan lebih mudah direalisasikan ketika mereka bekerja
sama sehingga kepentingan terkait dapat diraih.8
1.2 Legitimasi
8
C. Wright Mills. The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.3-
28.
12
aktivitas ekonomi perusahaan. Selain itu, kekuasaan elite juga mempengaruhi
legitimasi dari aspek militer terutama dikarenakan keberadaan dan ideologi dari
kekuasaan elite itu sendiri. Pemimpin kemiliteran tidak hanya bertindak sebagai
anggota militer namun juga sebagai peranan lain seperti eksekutif perusahaan dan
politisi.
Aspek penting dari opini publik adalah kemampuan dan kebebasan untuk
melangsungkan pembahasan. Opini publik dapat menjadi suatu aksi publik yang
sebenarnya memiliki kekuatan hukum. Institusi seperti kongres dan parlemen dapat
membahas masalah secara langsung dengan kelompok-kelompok masyarakat.
Dengan demikian, massa akan membentuk kelompok yang menunjukkan perspektif
tertentu dan berusaha agar mendapatkan kesempatan untuk berbicara di kongres.
Diskusi yang dilangsungkan ini merupakan elemen penting sehingga otonomi yaitu
legitimasi demokratis dibuat.9
1.3 Masyarakat
9
C. Wright Mills. The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956.
167; 277-278; 298-299
13
dihubungkan dengan kelas maupun status. Kelas dihubungkan dengan pekerjaan
karena pekerjaan merupakan sumber pendapatan sedangkan status dihubungkan
dengan pekerjaan karena pekerjaan dianggap memiliki martabat. Selain itu,
pekerjaan juga berperan dalam kekuasaan baik di dalam okupasi maupun di luar
okupasi.
Prestise melibatkan satu orang untuk mengklaim dan yang satunya untuk
menghormati klaim tersebut. Klaim-klaim ini ditata sebagai aturan dan harapan
dalam sistem status. Prestise dapat berlandaskan kelahiran seseorang dan
bergantung pada ras, kebangsaan dan keluarga. Selain itu, posisi kelas atas
dianggap memiliki prestise yang lebih besar. Untuk strata menengah, prestise dapat
dilihat dari okupasi dan edukasi seseorang. Okupasi dapat mencerminkan
penghasilan dan edukasi seseorang.
10
Irving Louis Horowitz. Power, Politics and People : The Collected Essays of C. Wright Mills.
New York : Oxford University Press. 1963. 305-317
14
Demokrasi
C.Wright Mills terkenal dengan studinya mengenai elit kekuasaan di
Amerika, dan tentang studinya mengenai kaum kelas menengah. Selain itu beliau
juga dikenal sebagai ahli di bidang “Imajinasi Sosiologis” yang menghubungan
pengalaman individu terhadap proses sejarah. Dalam salah satu buku karya Mills
yang berjudul “The Power Elite” beliau mengemukakan pendapatnya mengenai elit
kekuasaan di Amerika. Dalam bukunya terebut Mills menulusuri latar belakang
kelas sosial para pemimpin di bidang bisnis, pemerintahan, dan bidang lainnya yang
berpengaruh dan berotoritas. Menurut Mills kelompok elit kekuasaan sangat
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, walaupun pengambilan keputusan
tersebut secara formalitas dilabeli sebagai pengambilan yang demokratis. Namun
yang terjadi pada kenyatannya kelompok elite kekuasaan lah yang memegang
kekuasaan yang sesungguhnya. Mills menyatakan bahwa dalam elite kekuasaan
tidaklah penting berapapun jumlah suara, yang terpenting adalah suara dari para
pemimpin dan penguasa. Demokrasi yang seharusnya bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan bersama tidak lagi terwujud, namun demokrasi tersebut berpihak
kepada para elit penguasa. Mills mengatakan bahwa di antara masyarakat yang
plural pasti ada satu kelompok dimana lahirnya para penguasa. Kaum penguasa
negara selalu datang dari kelompok yang sama yaitu dari kaum pebisnis, militer,
dan politik. Menurut Mills elite kekuasaan ada sekelompok kecil orang-orang yang
berkuasa yang menempati “pos-komando” institusi-institusi sosial seperti
perusahaan besar, media, partai politik, dan lain sebagainya. Keputusan elite sangat
mempengaruhi kehidupan kaum lain dalam suatu lingkungan masyarakat.
Kelompok elite kekuasaan dapat mengambil keputusan tanpa memikirkan
pemilihan dan opini dari publik.11
11
Charles Wright Mills. The Power of Elite. Oxford University Press. 1956. P.298
15
demokrasi seharusnya bebas dari dominasi dan manipulasi dalam rangka
mewujudkan kebebasan manusia dalam memilih dan berpendapat. Dalam
pernyataan Mills mengenai demokrasi, terdapat pertentangan antara pandangan
Mills dengan apa yang diamatinya pada demokrasi di Amerika.
16
seharusnya tidak mementingkan kepentingan golongan tertentu, menjadi
kehilangan arah dan tujuannya karena adanya kelompok elite penguasa.12
12
Charles Wright Mills. The Power of Elite. Oxford University Press. 1956. P.299-300
13
Charles Wright Mills. The Power of Elite. Oxford University Press. 1956. P.301-302
17
1. Publik yang mengetahui permasalahan yang sedang terjadi dan terlibat
aktif dalam memperdebatkan permasalahan yang sedang terjadi.
18
formal. Faktor struktural yang mencegah pemenuhan enam kondisi demokrasi,
bagaimanapun adalah karena munculnya para elite kekuasaan di tengah-tengah
masyarakat Amerika.14
Monarki
Sama halnya monarki dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja,15 C. Wright Mills
mengungkapkan kekuasaan absolut berada di tangan seseorang. 16 Mills
menggambarkan pemegang kekuasaan absolut tersebut sebagai tuan tanah dalam
bukunya yang berjudul ‘The Marxist’.17 Tuan tanah tersebut memperoleh seluruh
harta bendanya melalui pajak yang ditetapkan olehnya kepada masyarakat luas.
Untuk mempertahankan peraturan dan melestarikan kekuasaan maka tuan tanah
tersebut harus memiliki senjata dalam menaklukkan dan membuat tunduk sebagian
besar masyarakat dengan cara mengikatkan mereka pada peraturan – peraturan atau
undang – undang tertentu, seperti perjanjian tuan tanah dengan budak. Budak sama
sekali tidak memiliki kekuasaan, hanya tuan tanah yang memiliki kekuasaan penuh.
14
Charles Wright Mills. The Power of Elite. Oxford University Press. 1956. P.305-307
15
Arti kata monarki - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
16
C. Wright Mills. The Marxist. New York : Dell Publishing. 1962. P. 226
17
C. Wright Mills. The Marxist. New York : Dell Publishing. 1962. P. 54
19
Tuan tanah dianggap satu – satunya penguasa dan kekuasaannya mewakili semua
kaum minoritas serta kaum budak secara mutlak disingkirkan dunia perpolitikan.
Terlepas dari bentuk negara, entah itu monarki atau republik, aristrokrasi atau
demokrasi, negara budak tetaplah negara budak.18
Mills berpendapat bahwa tidak ada kekuasaan yang dimiliki secara absolut,
tidak secara individual.20 Dalam bukunya yang berjudul ‘The Power Elite’ yang
ditulis untuk menanggapi keadaan politik setelah perang dunia ke-II
mengungkapkan adanya kelompok elit kekuasaan yang mendominasi masyarakat
pada masa itu. Terdapat dua faktor yang memunculkan kelompok elit tersebut:21
18
C. Wright Mills. The Marxist. New York : Dell Publishing. 1962. P. 223
19
C. Wright Mills. The Marxist. New York : Dell Publishing. 1962. P. 48
20
C. Wright Mills . The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.
19
21
C. Wright Mills. The Sociology of C. Wright Mills
22
C. Wright Mills . The White Collar : American Middle Classes. Oxford University Press. 1951.
P. 78
20
yang mendominasi secara tidak merata yang menjadi kekuatan nasional utama
secara eksklusif. Kelompok elit kekuasaan tersebut terdiri atas 3, yaitu:23
Pemerintah
Militer
Pengusaha (Ekonomi)
Dari ketiga sektor yang dikemukakan di atas, Mills meyakini bahwa sektor
pengusaha adalah yang terkuat diantara mereka. Walaupun menjadi sektor yang
terkuat, pengusaha tidak dapat menjalankan otoritas yang mereka miliki tanpa
adanya bantuan dari sektor pemerintah dan militer. Untuk itu, ketiga sektor tersebut
saling bekerja sama sehingga membentuk suatu kelompok elit yang mendominasi
sumber daya organisasi birokrasi yang ada pada masyarakat modern. Kelompok
tersebut telah memusatkan dan telah memiliki target terhadap orang – orang yang
dipercayakan menjalankan organisasi politik.24 Orang – orang tersebut nantinya
akan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengambilan suatu keputusan
karena keputusan tersebut akan mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat,
termasuk kelompok elit. Dengan demikian, kekuatan bukanlah dimiliki oleh
individu melainkan berasal dari otoritas dan atribut organisasi sosial.
Menurut Mills, hal ini bukanlah disebut sebagai suatu konspirasi melainkan
membentuk suatu struktur sosial yang memusatkan proses pengambilan keputusan/
pada orang – orang yang memiliki latar belakang, psikologis, dan pandangan sosial
yang sama serta memiliki interaksi sosial satu sama lain.25 Kekuatan pengambilan
keputusan hampir selalu didominasi oleh kekuatan kekerasan tetapi telah
mengalami proses perubahan pada masyarakat modern ini dimana kelompok elit
kekuasaan menggunakan media massa untuk memanipulasi masyarakat.26 Media
23
C. Wright Mills . The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.
7
24
C. Wright Mills . The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.
23
25
C. Wright Mills . The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.
7-9
26
C. Wright Mills . The Power Elite : New Edition. New York : Oxford University Press. 1956. P.
6
21
massa menjadi alat yang sangat strategis untuk mempengaruhi pola pikir
masyarakat dan tentu saja dikendalikan dan dimanipulasi oleh kelompok elit. Media
massa menjadi bukti peranan besar para pengusaha dalam sektor ekonomi. Media
massa sangat bergantung pada ekonomi dan dikendalikan secara politik. Sehingga
tentu saja dengan mudah kelompok elit dapat mengubah pandangan masyarakat dan
mengubah kepentingan mereka menjadi seolah – olah kepentingan masyarakat itu
sendiri. Mills kuatir dengan keadaan perpolitikan dimana kelompok elit dapat
bertindah dengan tidak bertanggung jawab atau gagal bertindak sehingga
menjerumuskan ke dalam suatu bencana.
Pada bukunya yang berjudul ‘The Causes of World War Three’ kaum
menengah digambarkan sebagai pekerja upahan yang hanya bergantung pada
organisasi – organisasi besar. Kaum menengah bahkan tidak memiliki serikat
pekerja dalam ranah perpolitikan. Kaum menengah tidak banyak mempertanyakan
aturan yang dibuat oleh kaum elit, mereka hanya ingin mempertahankan organisasi
mereka dan menjamin keuntungan secara ekonomi setiap anggotanya diperoleh
secara maksimal.27
27
C. Wright Mills . The Cause of World War III. M. E. Sharpe. 1958. P. 36
22
membuat takluk masyarakat luas agar menjadi pemegang kekuasaan absolut dalam
suatu masyarakat, sedangkan apa yang kita temui sekarang yaitu media massa
dijadikan alat untuk membuat takluk sebagian besar elemen masyarakat tentu saja
agar kelompok elit tersebut mendapat kekuasaan absolut. Selain itu, Mills juga
mengungkapkan bahwa kaum menengah tidak banyak mempertanyakan mengenai
aturan yang dibuat oleh kelompok elit dan hanya mengikuti arus. Hal ini membuat
mereka seperti menjadi budak yang secara pasrah memberikan kekuasaan kepada
kelompok elit sehingga mereka secara tidak langsung menjadi kelompok yang
memiliki kekuasaan absolut.
Seperti filosofi sosial lain nya, liberalisme dapat secara mudah dimengerti dan
didiskusikan sebagai : (1) artikulasi dari cita-cita, dimana tidak dipentingkan
mengenai tingkat generalitas nya, beroperasi sebagai suatu optik moral dan sebagai
kumpulan dari panduan-panduan yang dapat digunakan oleh manusia untuk
mengambil suatu keputusan; (2) teori, baik implisit maupun eksplisit, mengenai
bagaimana suatu komunitas sosial berjalan dan bekerja dalam menyelesaikan
konflik-konflik yang timbul didalam mereka; (3) fenomena sosial, yaitu sebagai
ideologi atau retorika politik, membenarkan lembaga-lembaga dan praktik tertentu.
Dalam pengertian seperti yang sudah disebutkan diatas, apa sebenarnya situasi
liberalisme hari ini?
Sebagai suatu artikulasi dari cita-cita, liberalism sudah dan merupakan suatu
bagian major dari suatu tradisi duniawi penduduk barat. Sedangkan sebagai retorika
politik, liberalisme sudah menjadi ideologi dari kelas menengah keatas. Dan
akhirnya sebagai teori dalam komunitas, pengertian liberalisme terbatas hanya pada
sekedar hubungan masa-masa heroik dari kelas menengah. Poin-poin diatas
dihubungkan, lalu dijadikan sebuah kurir untuk membawa cita-cita, walau
23
liberalisme sudah dilupakan sebagai salah satu teori yang dapat bertahan lama
dalam komunitas modern. Di abad ke-18 dan sebagian dari abad ke-19, teori
liberalisme memberikan pandangan dan harapan, namun tidak pada abad ke-20
dimana liberalisme dipandang membingungkan bagi masyarakat modern.28
Kita tentu nya tidak dapat menghilangkan atau membubarkan liberalisme begitu
saja hanya karena digunakan sebagai denominasi yang umum bagi retorika politik.
Kendati demikian, sebagai denominasi yang umum, liberalisme dapat menahan
keputusan-keputusan yang kuat yang dibentuk dengan terbuka oleh para penggagas
keputusan. Selain itu liberalisme juga berulang kali bertindak sebagai artikulasi
28
Power, Politics, and People: The Collected Essays of C. Wright Mills. South End Press. 1967.
P.187
29
Power, Politics, and People: The Collected Essays of C. Wright Mills. South End Press. 1967
P.188
24
dalam kehidupan duniawi masyarakat, menekan sifat-sifat individual yang tak
ternilai, dan memperjuangkan hak-hak dari setiap individu untuk setuju dengan
hukum yang mudah dimengerti. Berdasarkan pola pikir tersebut, para penganut
liberalisme menganggap bahwa manusia seharusnya dapat mengatur takdir
kehidupan masing-masing.
Asumsi menurut teori liberalisme mengenai suatu komunitas, harus dapat sesuai
dengan nilai-nilai yang ada sehingga dapat berlabuh dan beroperasi sebagai
petunjuk dalam peraturan. Cita-cita liberal pada abad ke-18 dan ke-19 berlabuh
pada beberapa asumsi dasar mengenai kondisi dari komunitas yang modern, yaitu
sebagai berikut:
25
Apa yang paling penting dalam sebuah analisa sosial? (1) hubungan yang
jelas antara konsepsi dan nasionalisme; (2) perbedaan konsepsi dari sebuah negara
yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan strata sosial diantara negara-negara
tersebut; (3) alasan untuk kedua perbedaan disebabkan oleh perbedaan kelas dan
latar belakang sosial dari masyarakatnya; (4) tidak terdapat diskriminasi dalam
perbedaan-perbedaan itu sehingga tidak dapat ditanyakan untuk siapa nasionalisme
tersebut?30
Pertanyaan seperti itu tidak dapat di jawab apabila tidak bertanya kepada
mereka yang disebut sebagai “debunkers”. Kita tidak dapat menjawab pertanyaan
itu tanpa adanya pengetahuan mengenai sejarah sosio-ekonomi.
Pemikiran ekonomi politik de Sales belum adekuat dimana dapat dilihat dari
fakta bahwa dia melihat kolektivisme sebagai satu dari tiga tren mayor di dunia,
mendefinisikan nya sebagai sebuah kecendrungan untuk mengintegrasikan individu
kepada sebuah organisasi yang kompleks dari suatu industri sosial yang modern
untuk mendapatkan sebuah efisiensi yang lebih baikdan bila memungkinkan, lebih
aman. Pemikiran seperti itu adalah suatu kesalahan dimana dapat terjadi
kesalahpahaman dari negara-negara dalam perkembanganya. Jadi siapapun yang
berpikiran seperti itu maka tidak seharusnya berekspektasi untuk melokalisasi suatu
kondisi dinamis menjadi peperangan.31
Kesalahan lain dalam teori tersebut adalah terjadi nya distorsi terhadap
objek-objek didalam nya apabila dipandang menggunakan teori tersebut seperti
misalnya memandang mitos-mitos rasial sebagai suatu tolak ukur dari sebuah
sosialisme nasional.
30
Power, Politics, and People: The Collected Essays of C. Wright Mills. South End Press. 1967.
P.521
31
Power, Politics, and People: The Collected Essays of C. Wright Mills. South End Press. 1967.
P.522
26
pembaca buku publik tersebut akan setuju walaupun saya sendiri meragukan
pernyataan de Sales akan meyakinkan orang-orang. de Sales dapat melihat
kapitalisme seperti melihat kiamat dari dunia hanya dengan mengisolasi
kapitalisme dari sebuah monopoli kapitalisme.
27
perusahaan tumbuh lebih besar selama tahun 1920an, dan menciptakan banyak
pekerjaan baru. Upah untuk kebanyakan orang Amerika meningkat.32
Ekonomi yang kuat juga menciptakan lingkungan yang tepat untuk banyak
perubahan penting dalam kehidupan sosial sehari-hari untuk populasi Amerika.
Tingkat pertumbuhan fenomenal ekonomi Amerika selama tahun 1920-an dipimpin
oleh industri otomotif. Jumlah mobil meningkat secara besar antara tahun 1920 dan
1929, hingga menyebabkan produksi baja, karet, kaca piring, dan bahan lainnya
untuk meningkat. Konsumerisme meningkat di Amerika Serikat, dan dampak
industri periklanan meningkat, hingga tingkat tabungan orang Amerika turun tajam
di tahun 20-an, dan hutang pribadi mereka meningkat, akibat membeli banyak
produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan.33
32
A New Society Economic & Social Change [Internet]. [cited 2017 Oct 28]. Available
from: https://www.cliffsnotes.com/study-guides/history/us- history-ii/america- in-the-
twenties/a-new- society-economic--social-change
33
Changes in Social Class in America in the 1920s _ Synonym [Internet]. [cited 2017 Oct
28]. Available from: https://classroom.synonym.com/changes-in- social-class- in-america-
in-the- 1920s-12083429.html
34
Class in 1920s America » The Great Gatsby Study Guide from Crossref-it [Internet].
[cited 2017 Oct 28]. Available from: http://crossref-it.info/textguide/the- great-
gatsby/34/2393
35
American History “Roaring Twenties” a Time of Economic and Social Change [Internet].
[cited 2017 Oct 28]. Available from: https://learningenglish.voanews.com/a/american-
history-- roaring-twenties- a-time- of-economic- and-social- change-112612204/115985.html
28
Pola pikir dan nilai-nilai sosial juga mengalami sebuah perubahan.
Kekuatan penting di balik perubahan ini adalah peningkatan kemandirian wanita
Amerika. Pada tahun 1920, negara tersebut mengesahkan Amandemen ke-19, yang
memberi perempuan hak untuk menyoblos. Banyak wanita juga mengambil
pekerjaan selama perang dunia pertama dan terus bekerja setelah perang dunia
sudah berakhir. Selain itu, penemuan berbagai maca mesin baru juga membebaskan
mereka dari harus menghabiskan waktu berjam-jam bekerja di rumah mencuci
pakaian, menyiapkan makanan, dan melakukan pekerjaan lain. Pendidikan juga
berdampak besar kepada perubahan sosial pada tahun 1920an. Semakin banyak
orang Amerika mendapatkan pendidikan yang baik. Jumlah siswa yang bersekolah
di SMA meningkat dua kali lipat antara tahun 1920 dan 1930. Walaupun banyak
perubahan telah terjadi, hidup masih sulit bagi banyak orang termasuk orang kulit
hitam, orang asing, dan kelompok minoritas lainnya.36
36
A New Society Economic & Social Change [Internet]. [cited 2017 Oct 28]. Available
from: https://www.cliffsnotes.com/study-guides/history/us- history-ii/america- in-the-
twenties/a-new- society-economic--social-change
37
The Red Scare in the 1920 - History Learning Site [Internet]. [cited 2017 Oct 28].
Available from: http://www.historylearningsite.co.uk/modern-world- history-1918- to-
1980/america-1918- 1939/the-red- scare-in- the-1920/
38
The Red Scare in the 1920 - History Learning Site [Internet]. [cited 2017 Oct 28].
Available from: http://www.historylearningsite.co.uk/modern-world- history-1918- to-
1980/america-1918- 1939/the-red- scare-in- the-1920/
29
tanggapan konflik berbeda diantara individu kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas
secara keseluruhan masih mempertahankan sebagian besar dari kekayaan yang
mereka miliki sebelum peristiwa tersebut, dan dalam kebanyakan kasus tidak
menderita pengangguran. Sebagai cara untuk menampilkan kemakmuran mereka
yang menerus dalam menghadapi penderitaan nasional, banyak penduduk kalangan
kelas atas mulai memamerkan kekayaan mereka lebih dari sebelumnya. Kelas
menengah kebawah, dimana banyak di antaranya dipecat dari pekerjaan oleh karena
“The Great Depression” terkejut dan marah dengan tampilan kekayaan mewah ini.39
39
Class in the 1930’s [Internet]. [cited 2017 Oct 28]. Available from:
http://xroads.virginia.edu/~ug02/newyorker/class.html
40
The 1930s Lifestyles and Social Trends Overview - U [Internet]. [cited 2017 Oct 28].
Available from:
http://ic.galegroup.com/ic/uhic/ReferenceDetailsPage/ReferenceDetailsWindow?displayG
roupName=Reference&zid=f650d58a1576fdd18fbb94c1d4352391&p=UHIC%3AWHI
C
&action=2&catId=&documentId=GALE%7CCX3468301229&source=Book
mark&u=nys
l_ro_rush&jsid=621aa65cb8b5200e6a9d6944d43bc69f
30
meningkat, menyebabkan banyak orang jerman dan jepang menderita serangan
diskriminatif.
Dengan kebanykan pria berperan di perang dunia, wanita mengambil banyak peran
baru di Amerika Serikat. Pabrik-pabrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pertempuran mempekerjakan para wanita, dan
mereka juga dipekerjakan di berbagai macam tempat untuk menjaga ekonomi
negara pada masa perang. 4 juta wanita dipekerjakan untuk pekerjaan kantor, dan
2,5 juta wanita bekerja di berbagai macam pabrik. Bahkan saat bekerja, wanita
masih memenuhi peran ibu rumah tangga sampai batas tertentu. Tidak semua
wanita pergi bekerja, beberapa masih tinggal di rumah bersama keluarga yang
mereka miliki sebelum perang dimulai.41
Masa tahun 1950-an adalah masa kemakmuran, harapan dan juga masa ketakutan
akan serangan nuklir, yang disebabkan oleh perang dingin diantara Amerika dan
Uni Soviet. Dikenal sebagai dekade "Baby Boom", sekitar 4 juta bayi lahir setiap
tahun selama dekade ini, yang disebabkan oleh banyak tentara yang pulang dari
perang dunia kedua.42 Investasi di bidang infrastruktur seperti jalanan baru,
teknologi komputer dan kemajuan militer menghasilkan ekonomi yang terus
menerus berkembang. Tahun 1950-an menandai perubahan dramatis dalam
kebijakan dan undang-undang yang terkait dengan hak-hak sipil. Dimana para
penduduk-penduduk berkulit hitam mulai dapat hak-hak yang sama dengan
populasi kulit putih, dan proses de-segregasi dimulai.43
Ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat mengakibatkan ketakutan akan
serangan nuklir yang meluas. Rasa panik tentang penyebaran komunisme
diperdalam dengan dimulainya Perang Korea pada tahun 1950. Banyak keluarga
41
The 1940s An Extreme Society - Mibba [Internet]. [cited 2017 Oct 28]. Available from:
http://www.mibba.com/Articles/History/5102/The-1940s- An-Extreme- Society/
42
America’s Social Conditions in the 1950s _ Synonym [Internet]. [cited 2017 Oct 28].
Available from: http://classroom.synonym.com/americas-social- conditions-1950s-
18192.html
43
Society in The 1950s [Internet]. [cited 2017 Oct 28]. Available from:
https://www.shmoop.com/1950s/society.html
31
kelas menengah membangun tempat penampungan bom nukir dengan harapan bisa
bertahan dari sebuah bom atom. Sekolah mengajarkan kepada anak-anak apa yang
harus dilakukan jika terjadi serangan bom atom, dan literatur tentang cara bertahan
hidup bila berhadapan dengan serangan nuklir didistribusikan secara luas pada
penduduk negara. Pemerintah negara juga berharap bahwa tindakan mendorong
penduduk Amerika untuk bersiap-siap dalam kejadian serangan nuklir akan
meningkatkan dukungan publik untuk investasi dana tambahan kepada senjata
nuklir Amerika Serikat.44
44
America’s Social Conditions in the 1950s _ Synonym [Internet]. [cited 2017 Oct 28].
Available from: http://classroom.synonym.com/americas-social- conditions-1950s-
18192.html
32
korup atau tidak bermoral yang diberlakukannya pemberontakan. Pada saat
terjadinya, kekerasan akan dikutuk sebagai tindakan ilegal, brutal, jahat.
Argumennya adalah bahwa dalam peraturan demokrasi dan peraturan negara bagian
barat, orang memiliki instrumen yang cukup untuk memberi tekanan pada
pemerintah dan mengubah kebijakan dan undang-undang melalui jalur demokratis
yang ada. Namun, sejarah Barat penuh dengan protes dan huru-hara dan pemogokan
yang dikutuk karena pada saat itu, sangat berkontribusi terhadap kebebasan dan hak
yang kita anggap remeh.
33
bank dan perusahaannya, mengendalikan universitas dan media massa dan staf
beberapa posisi dengan peringkat tertinggi di pemerintahan dan pengadilan. Mills
selanjutnya menjelaskan bahwa elit ini sering bergerak dengan lancar di antara
posisi di dalam tiga ranah pengendali. Misalnya, Hillary Clinton pindah dari posisi
wanita pertama ke presiden menjadi sekretaris negara. Mitt Romney pindah dari
dunia usaha ke gubernur dan bahkan calon presiden. Mills mencatat bahwa elit
kekuasaan ini biasanya adalah orang-orang yang berinteraksi satu sama lain secara
teratur dan biasanya mengadakan pandangan politik dan ekonomi yang sama atau
agenda.
Banyak ahli teori elit kekuasaan sebenarnya berpendapat bahwa tidak ada
yang namanya demokrasi sejati karena beberapa individu ini memiliki begitu
banyak kekuatan sehingga keinginan orang-orang biasa tidak dapat didengar. Para
teoretikus ini percaya bahwa mereka yang berada di puncak begitu jauh dari rata-
rata orang dan mereka begitu kuat sehingga tidak ada persaingan yang benar untuk
mereka. Jadi, biasanya mereka cenderung mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Menurut Mills, "elite elit" yang eponymous adalah mereka yang menempati
posisi dominan, di institusi dominan (militer, ekonomi dan politik) dari negara yang
dominan, dan keputusan mereka (atau kurangnya keputusan) memiliki konsekuensi
yang sangat besar, tidak hanya untuk populasi AS tapi, "populasi utama dunia."
34
politik) pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi satu dari enam jenis,
menurut Mills:
merasa masyarakat perlu berubah dan perubahan itu akan terjadi melalui mereka
yang memiliki pengetahuan dan menggunakannya dengan benar. Dia merasa bahwa
berpikir kritis adalah sarana untuk mendapatkan pengetahuan penting ini dan,
dengan demikian, menggunakan pemikiran ini untuk menciptakan apa yang dia
sebut imajinasi sosiologis.
35
Kesimpulan Teori
Dari pemikiran tentang negara, C.Wright Mills mendapat bahwa negara
dapat dikatakan dalam 4 kata: power (kekuasaan), politics (politik), people
(masyarakat), dan knowledge (pengetahuan). Mills mempunyai karakter yang
sangat mempercayai dirinya sendiri terhadap pandangan-pandangannya yaitu
bahwa sosiologi merupakan performa dari seorang manusia. Mills telah berjuang
untuk mencari makna-makna dari kata-kata yang ia sebutkan, dengan filosofi sosial,
penyerapan ilmu sosial dan penelitian empirikal yang ia dapati. Tetapi, dukungan
publik terhadap Mills di awal karir sangat sedikit, bukan karena akibat sifat dan
karakternya tetapi karena kemampuan Mills untuk tidak berpihak pada
parokialisme, sekularisasi semu, dan karakteristik lingkaran setan dari kelompok
ilmu sosial Amerika yang telah membuat pandangan berbeda terhadap Mills
dibandingkan orang lain.
36
biasa kekuasaan dibatasi oleh tempat tinggal, pekerjaan, keluarga dan lingkungan.
Untuk masyarakat modern banyak diantara mereka tidak memiliki tujuan
dikarenakan ketidak berdayaan akan kekuasaan. Dalam pengaruh kekuasaan elite,
terdapat tiga hal yang berperan penting seperti ekonomi, politik dan militer. Untuk
mengerti kekuasaan elite, terdapat tiga kunci utama; yaitu anggota dari kekuasaan
elite, penguasa yang memfasilitasi dan persatuan kaum elite. Untuk teori legitimasi,
perekonomian membutuhkan kontrol atas keputusan yang dibuat oleh negara, oleh
karena itu legitimasi politik dapat diperoleh demi aktivitas ekonomi perusahaan.
Opini publik dan saran atas suatu aksi dapat sebernya memiliki kekuatan hukum,
hal ini penting sebagai otonomi yaitu legitimasi demokratis. Teori masyarakat oleh
Mills, bahwa dalam setiap komunitas selalu ditemukan masyarakat tingkat atas dan
bawah. Klasifikasi seseorang dilihat dari nilai dan pengalaman yang dibagi dari
strata yang terdapat empat kunci utama yaitu pekerjaan, kelas, status dan
kekuasaan.
37
yang memiliki kemampuan untuk menghubungan individual dengan organisasi dari
pemerintah.
Untuk teori monarki oleh C.Wright Mills, bahwa kekuasaan absolut berada
di tangan seseorang. Menurutnya tuan tanah diangap satu-satunya penguasa dan
kekuasaanya mewakili semua kaum minoritas serta kaum budah secara mutlak yang
disingkirkan dunia perpolitikan. Dalam kemajuan dunia yang penuh berpolitik,
kaum borjuis terbentuk yang menjadi musuh dari kaum bangsawan dan monarki
absolut. Kewenangan negara modern tidak lebih dari sebuah pembentukan komite
untuk administrasi urusan konsolidasi kelas borjuis secara keseluruhan. Pada
akhirnya pembentukan kaum borjuis sama saja dengan monarki absolut yaitu untuk
kepentingan golongan mereka sendiri. Mills berpendapat bahwa kekuasaan tidak
dimiliki oleh dirinya sendiri secara absolut, tidak secara individual. Sistem monarki
yang dikatakan oleh Mills, bukanlah monarki yang biasanya tetapi yaitu
pembentukan pemerintahan dimana kekuasaan dimiliki satu golongan yang disebut
sebagai kelompok elit yang secara tidak langsung memegang kekuasaan absolut
tersebut. Kekuasaan absolut tersebut diperoleh secara tidak langsung dari media
massa yang diformat secara politik dan dipengaruhi oleh ekonomi. Mills juga
mengukapakan bahwa kaum menegah tidak banyak mempertanyakan mengenai
aturan yang dibuat oleh kelompok elit, sebab hal ini membuat mereka seperti
menjadi budak yang secara pasrah hanya memberikan kekuasaan kepada kelompok
elit.
Untuk teori liberalisme, filosofi dan sosial dari Mills dapat dimengerti dan
didiskusikan sebagai artikulasi dari cita-cita yang dimana tidak dipentingkan
mengenai tingkat generalitas nya, beroperasi sebagai optik moral dan kumpulan
dari panduan-panduan yang dapat digunakan oleh manusia untuk mengambil suatu
keputusan. Teori yang bersifat implisit maupun eksplisit mengenai bagaimana suatu
komunitas sosial berjalan dan bekerja dalam menyelesaikan konflik-konflik yang
timbul dan fenomena sosial sebagai ideologi atau retorika politik. Liberalisme
sebagai kumpulan dari cita-cita yang masih dapat dipertimbangkan dan digunakan
bahkan menarik bagi para masyarakat-masyarakat barat. Dalam hal ini, semua
38
orang dapat dengan mudah setuju terhadap suatu keputusan umum. Dalam
hubungan ideologi dengan ekonomi menurut Mills, pemikiran ekonomi politik de
Sales belum adekuat dimana dapat dilihat dari fakta bahwa dia melihat kolektivisme
sebagai suatu dari tiga tren mayor di dunia.
39
Kekuasaan elit pun turut berperan di Indonesia dimana terdapat piramida
kekuasaan yang menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat. Kekuasaan itu sendiri
merupakan keputusan yang diambil manusia mengenai jalan hidup mereka. Hal
terpenting dalam kekuasaan adalah pengambilan keputusan dimana pengambilan
keputusan ini tidak hanya didasarkan pada akal budi atau kesadaran moral seorang
manusia dikarenakan moral manusia dapat dimanipulasi oleh lingkungan
sekitarnya.
Bagian paling puncak yang diduduki elit berkuasa di Indonesia yakni elit
yang menguasai tiga sektor yaitu pengusaha, penguasa, dan militer. Pengusaha-
pengusaha di Indonesia merupakan salah satu contoh dimana yang kaya akan
semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Hal ini dapat dilihat dari
kehidupan kota Jakarta dimana walaupun infrastruktur sudah semakin maju tetapi
masih banyak masyarakat yang belum mencapai kecukupan ekonomi. Pendidikan
yang belum merata menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan terdapatnya
jenjang antara yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah.
Penguasa seperti penduduk yang terpilih untuk menduduki jabatan dalam badan
pemerintahan masih tergolong banyak yang memanfaatkan kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi tanpa memikirkan kepentingan Bersama. Contohnya saat jalan
raya terlibat kemacetan banyak penguasa yang menggunakan jasa iring-iringan
dengan polisi agar dapat melewati kemacetan. Hal ini tentu membuat orang yang
bukan penguasa mempunyai banyak pikiran negatif dimana belum tentu para
penguasa tersebut memang mempunyai keperluan terdesak. Di sisi lain terkadang
ada beberapa ambulans yang memang sedang terdesak untuk membawa pasien
kegawatdaruratan tanpa adanya iringan polisi agar dibukakan jalan. Tentu dapat
dipertimbangkan lagi dengan baik oleh pemerintah agar dapat memprioritaskan apa
yang seharusnya diprioritaskan. Dalam militer pun gerap masih banyak yang
menyalahgunakan wewenangnya sebagai pelindung negara seperti menggunakan
jalur yang tidak seharusnya dilewati serta mendapatkan kekebalan hukum dalam
kondisi tertentu.
40
Kemudian bagian kedua dari puncak adalah pemimpin opini lokal, cabang
legislatif pemerintah, dan beragam kelompok kepentingan seperti ulama atau ustad,
pemimpin organisasi masyarakat. Individu pada kelompok ini umumnya dipandang
masyarakat baik terdapat pihak yang pro maupun pihak yang kontra. Tentunya hal
ini kadang mengarahkan masyarakat tidak selalu ke arah yang positif tetapi juga
dapat menjadi negatif. Salah satunya diakibatkan oleh kurangnya pendidikan pada
golongan masyarakat menengah kebawah yang terpengaruh oleh opini lokal yang
beredar secara luas dalam dunia jurnalisme di Indonesia. Seringkali masyarakat
golongan ini mempercayai suatu hal yang belum tentu kebenarannya sehingga
mengakibatkan pertikaian pihak pro dan kontra. Kelompok kepentingan yang
beredar di masyarakat sangat beragam dari berbagai aspek mulai dari agama,
budaya, politik, sosial, dan masih banyak lagi. Kelompok kepentingan ini memiliki
kemampuan dominasi dikarenakan banyaknya anggota yang berpengaruh didalam
suatu kelompok tersebut.
Lapisan terakhir dari puncak elit kekuasaan adalah orang yang tidak
memiliki kekuasaan dan orang yang tidak terorganisasi baik dalam segi hal
ekonomi maupun politik. Lapisan ini merupakan lapisan yang tidak bisa dibilang
pasif melainkan tidak memiliki wewenang untuk merubah keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan pemerintah. Hak-hak yang dimiliki lapisan ini merupakan hak
yang seadanya tanpa adanya keistimewaan. Terkadang apabila orang dari golongan
ini bermaksud untuk melakukan suatu perubahan mengakibatkan tertindasnya
orang tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan untuk mendominasi lingkungan
sekitarnya.
41
konflik maka liberalisme di Indonesia masih kurang diterapkan. Hal ini dikarenakan
liberalisme dianggap sebagai sifat yang digunakan oleh orang mengenai
kepentingan yang bertolak-belakang dan perbedaan keputusan.
Akan tetapi, liberalisme tidak dapat dihilangkan begitu saja hanya karena
digunakan sebagai denominasi yang umum bagi retorika politik. Liberalisme dapat
bertindak sebagai artikulasi dalam kehidupan duniawi masyarakat, menekan sifat-
sifat individual yang tidak ternilai, dan memperjuangkan hak-hak setiap individu
untuk setuju dengan hukum yang mudah dimengerti. Para penganut liberalisme
menanggap bahwa manusia sudah seharusnya dapat mengatur takdir kehidupan
masing-masing karena derajat setiap manusia itu sama. Sebagai contoh, setiap
manusia memiliki kepercayaannya masing-masing, hak untuk memilih
kepercayaan tersebut sudah merupakan sebuah liberalisme bagi manusia tersebut.
Kepercayaan tidak dapat dipaksakan hanya karena seseorang tidak mempercayai
hal yang lainnya. Liberalisme dalam konteks ini berarti juga terbuka akan segala
perbedaan yang ada dan mau menerima perbedaan tersebut. Pada tahun-tahun
sebelumnya di Indonesia pada Kartu Tanda Penduduk agama yang tertera
jumlahnya terbatas padahal masih banyak daerah-daerah kecil di Indonesia yang
menganut kepercayaan daerahnya sendiri. Hal ini menentang liberalisme seseorang
untuk memiliki kepercayaan yang dianutnya. Akan tetapi, baru-baru ini sudah
mulai diberlakukan pencantuman tulisan Penghayat Kepercayaan di Kartu Tanda
Penduduk dan Kartu Keluarga. Ini merupakan sebuah kemajuan dalam liberalisme.
42
Di Indonesia pada era sebelum kemerdekaan banyak terjadi pemberontakan
sehingga dulu hukum masih dianggap remeh. Pada era modern ini hukum masih
dapat berubah-berubah dimana yang dulunya tidak diberlakukan hukum mati, tetapi
sekarang hukum mati diberlakukan. Hal ini diakibatkan kurangnya pemikiran kritis
masyarakat Indonesia sehingga menyebabkan tidak konsistennya suatu keputusan
karena diputuskan tanpa pemikiran yang matang. Pemikiran kritis menurut Mills
merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan penting karena melalui pikiran
dapat dilahirkan suatu imajinasi sosiologis.
Konklusi
Dari pemikiran tentang negara, C.Wright Mills mendapat bahwa negara
dapat dikatakan dalam 4 kata: power (kekuasaan), politics (politik), people
(masyarakat), dan knowledge (pengetahuan). Power (kekuasaan) merupakan
keputusan yang diambil oleh manusia untuk mencakup aturan hidup mereka.
Pengambilan keputusan tidak berdasarkan pada akal budi atau kesadaran moral
seseorang manusia karena adanya paksaan dari kaum elit. People (masyarakat)
diartikan di sebuah negara adalah sebagai asosiasi yang terlibat dan merupakan
bebas antara keluarga, komunitas kecil dan masyarakat dengan para penguasa
politik, militer dan ekonomi. Untuk masyarakat modern banyak diantara mereka
tidak memiliki tujuan dikarenakan ketidak berdayaan akan kekuasaan. Untuk
mengerti kekuasaan elite, terdapat tiga kunci utama; yaitu anggota dari kekuasaan
elite, penguasa yang memfasilitasi dan persatuan kaum elite. Untuk teori legitimasi,
perekonomian membutuhkan kontrol atas keputusan yang dibuat oleh negara
sehingga dapat digunakan oleh kaum bisnis untuk mencapai agendanya sendiri.
Teori masyarakat oleh Mills, bahwa dalam setiap komunitas selalu ditemukan
masyarakat tingkat atas dan bawah yang ditentukan oleh pekerjaan, kelas, status
dan kekuasaan.
43
mengambil keputusan tanpa memikirkan pemilihan dan opini dari publik. Untuk
teori monarki oleh C.Wright Mills, kekuasaan absolut berada di tangan seseorang.
Kekuasaan negara modern tidak lebih dari sebuah pembentukan komite untuk
administrasi persatuan kelas borjuis. Kaum borjuis sama saja dengan monarki
absolut yaitu untuk kepentingan golongan mereka sendiri. Sistem monarki yang
dikatakan oleh Mills, bukanlah monarki yang biasanya tetapi yaitu pembentukan
pemerintahan dimana kekuasaan dimiliki satu golongan yang disebut sebagai
kelompok elit yang secara tidak langsung memegang kekuasaan absolut tersebut
yang diperoleh dari media masssa yang terpengaruh oleh ekonomi. Kaum
menengah mengikuti aturan yang dibuat oleh kelompok elit, menjadi budak pasrah
hanya memberikan kekuasaan kepada kelompok elit.
Untuk teori liberalisme, filosofi dan sosial dari Mills dapat dimengerti dan
didiskusikan sebagai penyampaian dari cita-cita yang dimana tidak dipentingkan
mengenai tingkat generalitas nya, beroperasi sebagai optik moral dan kumpulan
dari panduan-panduan yang dapat digunakan oleh manusia untuk mengambil suatu
keputusan. Teori hukum masyarakat bedasarkan C.Wright Mills, mengatakan
bahwa kelas elit ini sering bergerak dengan lacar di antara posisi di dalam tiga ranah
pengendali. Lalu, teori kelompok elit menurutnya adalah mereka yang menempati
posisi dominan; mengendalikan militer, ekonomi dan politik negara yang disebut
sebagai “populasi utama dunia”. Max weber merasa masyarakat perlu berubah dan
perubahan itu akan terjadi melalui mereka yang memiliki pengetahuan dan
menggunakan dengan benar.
44
mencapai kecukupan ekonomi. Pendidikan yang belum merata menjadi salah satu
faktor yang mengakibatkan terdapatnya kesenjangan antara yang berpendidikan
tinggi dengan yang berpendidikan rendah. Hal ini tidak dibantu oleh penguasa yang
mementingkan keuntungan dirinya sendiri dibanding masyarakat. Contohnya saat
jalan raya terlibat kemacetan banyak penguasa yang menggunakan jasa iring-
iringan dengan polisi agar dapat melewati kemacetan. Di sisi lain terkadang ada
beberapa ambulans yang memang sedang terdesak untuk membawa pasien
kegawatdaruratan tanpa adanya iringan polisi agar dibukakan jalan. Tentu dapat
dipertimbangkan lagi dengan baik oleh pemerintah prioritas jalan. Dalam militer
pun gerap masih banyak yang menyalahgunakan wewenangnya sebagai pelindung
negara mendapatkan kekebalan hukum dalam kondisi tertentu.
Kemudian bagian kedua dari puncak adalah pemimpin opini lokal, cabang
legislatif pemerintah, dan beragam kelompok. Individu pada kelompok ini
umumnya dipandang masyarakat oleh dua sisi yang saling bertolak belakang. Salah
satunya diakibatkan oleh kurangnya pendidikan pada golongan masyarakat
menengah kebawah yang terpengaruh oleh propaganda lokal. Kelompok
kepentingan ini memiliki kemampuan dominasi dikarenakan banyaknya dan
gampangnya anggota yang terpengaruh di kelompok tersebut. Lapisan terakhir dari
puncak elit kekuasaan adalah orang yang tidak memiliki kekuasaan dan orang yang
tidak terorganisasi baik dalam segi hal ekonomi maupun politik. Lapisan tidak
memiliki wewenang untuk merubah keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
pemerintah karena ketidak mampuan untuk mempengaruhi opini orang sekitarnya.
45
manusia itu sama. Sebagai contoh, setiap manusia memiliki kepercayaannya
masing-masing, hak untuk memilih kepercayaan tersebut sudah merupakan sebuah
liberalisme bagi manusia tersebut. Liberalisme dalam konteks ini berarti juga
terbuka akan segala perbedaan yang ada dan mau menerima perbedaan tersebut.
Teori Hukum tentu tidak lepas dari implikasi di Indonesia dikarenakan Indonesia
sendiri merupakan negara yang memiliki hukum yang ketat. Ahli teori banyak
berpendapat bahwa tidak ada demokrasi sejati dikarenakan adanya kaum mayoritas
dan minoritas dimana beberapa individu dapat memiliki banyak kekuatan
sedangkan individu lainnya tidak memiliki kekuatan. Pada era modern ini hukum
masih dapat berubah-berubah dimana yang dulunya tidak diberlakukan hukum
mati, tetapi sekarang hukum mati diberlakukan. Hal ini diakibatkan kurangnya
pemikiran kritis masyarakat Indonesia sehingga menyebabkan tidak konsistennya
suatu keputusan karena diputuskan tanpa pemikiran yang matang.
46
Daftar Pustaka
1234567891011121314
47