Anda di halaman 1dari 4

Wright Mills berasal dari latar belakang kelas menengah konvensional, ayahnya seorang

pialang asuransi dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.


Mills lahir pada tanggal 26 Agustus 1916 di sebuah daerah di Waco, Texas. Mills
menempuh pendidikan di Universitas Texas pada tahun 1939 dan mendapat ijazah sarjana
dan masternya, lalu mills menempuh pendidikan di program doktoral di Universitas
Wisconsin.
Mills menghabiskan karirnya di Universitas Colombia hingga wafat pada tahun 1962.
Wright Mills meninggal pada usia 45 tahun karena serangan jantung.
Tokoh panutannya adalah Max Weber.
Ilmuan-ilmuan yang mengilhami Mills adalah seperti Veblen, John Dewey, dan
George H. Mead. Mills menggunakan keyakinan Veblen bahwa Karl Marx salah dalam
melihat kelas pekerja untuk menyelamatkan dunia. Pandangan Marx mengenai kesadaran
kelas palsu merupakan metafisika buruh yang ketinggalan. Mills percaya bahwa masyarakat
masih tetap pasif. Sementara itu kelas penguasa, dengan kekuatan dirinya mampu menggunan
kekuasaanya dan mampu membentuk opini. Kelas mengatur mendominasi dari atas kebawah.
Oleh karena itu penekanan Marx lebih kepada dasar ketimbang pada superstruktur.

Mills menulis beberapa topik misalnya tentang birokrasi, kekuasaan dan otoritas, elit
sosial, pekerja keraj putih, rasionalisasi, masalah sosial, komunisme, perang dingin, ideologi,
sosiologi dan ilmu – ilmu sosial yang lain.

Dalam menganalisis atau melihat persoalan masyarakat perlu menggunakan imajinasi


sosiologi. Maksud dari imajinasi sosiologi ini merupakan kemampuan untuk melihat realitas
mendalam dari hidup dalam konteks struktur sosial secara umum yang dibawa oleh teorinya
C. Wright Mills sebagai seorang yang tidak pernah mengesampingkan prinsip-prinsip
psikologis, ia mencoba mengaitkannya dengan masalah sosiologis dan struktrural. Imajinasi
sosiologi merupakan kemampuan untuk memahami sejarah dan biografi serta hubungan-
hubungan di antaranya dengan masyarakat. Imajinasi sosiologi ditulis dalam karya Mills
dengan maksud untuk membedakan antara personal trouble dan public Issue. Kesulitan
personal (personal trouble).
Penelitian yang dilakukan Mills menitikberatkan pada diferensiasi antara berbagai
dampak dari kelas, status dan kekuasaan dalam menjelaskan sistem stratifikasi dan politik.
Analisis mengenai hal tersebut muncul pada buku The New Men of Power, Sociology
imagination, America’s Labor Leaders (1948), White Collar (1951) dan karyanya yang paling
terkenal, The Power Elite (1956). Dalam buku yang terakhir, Mills menempatkan kaum elite
atau kelas yang berkuasa di antara pemimpin bisnis, pemerintahan dan militer yang
keputusan dan tindakannya mempunyai konsekuensi yang signifikan.
Selama di Columbia, Wright Mills menerbitkan beberapa karya pentingnya, antara
lain :
1. The Causes of World War III (1958) ; The Sociological Imagination (1959)
yang menjadi karya penting Mills dalam membahas ilmu sosial.
2. The Power Elite (1956) yang membahas organisasi kekuasaan di Amerika
serikat. Isi bukunya tersebut berusaha menunjukan bagaimana Amerika
didominasi oleh sekelompok kecil pengusaha, politisi, dan pemimpin militer.
Mills menggambarkan tentang semakin menguritanya peran elit di Amerika.
Perkembangan ini cukup baru atau belum ditemukan. Pada era-era
sebelumnya. Hal yang nampak kemudian, keputusan-keputusan penting di
negara super power ini ternyata tidak menggambarkan apa yang terjadi
kesadaran kolektif masyarakat, sebab keputusan-keputusan penting ternyata
dibuat oleh beberapa elit saja dan dalam hitungan menit.
3. White Collar (1951) Dalam karyanya ini berisikan kritik pedas pada status
pekerjaan yang tengah tumbuh saat itu pekerja kerah putih sebab pekerja itu
menderita penyakit, yakni tidak bisa mengatur kehidupannya hal ini terjadi
karena masyarakat sudah terlalu luas, sehingga melalui kekuatan struktur dan
proses – proses historis merekapun meninggalkan kontrol individu
Apasih imajinasi sosiologi itu?
Imajinasi sosiologis Istilah menggambarkan jenis wawasan yang ditawarkan oleh disiplin
sosiologi. Sementara para ahli telah bertengkar interpretasi kalimat, juga kadang-kadang
digunakan untuk menekankan relevansi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menggambarkan imajinasi sosiologis, Mills menegaskan berikut. “Apa yang orang
butuhkan adalah kualitas pikiran yang akan membantu mereka untuk menggunakan informasi
dan mengembangkan alasan untuk mencapai penjumlahan jelas tentang apa yang terjadi di
dunia dan apa yang mungkin terjadi dalam diri mereka. Imajinasi sosiologis memungkinkan
pemiliknya untuk memahami adegan sejarah yang lebih besar dalam hal maknanya bagi
kehidupan batin dan karir eksternal dari berbagai individu. “Mills percaya pada kekuatan
imajinasi sosiologis untuk menghubungkan” masalah pribadi untuk isu-isu publik. ”
Seperti Mills melihatnya, imajinasi sosiologis membantu individu mengatasi dengan dunia
sosial dengan memungkinkan mereka untuk melangkah keluar sendiri, pribadi, pandangan
egois mereka tentang dunia. Dengan menggunakan imajinasi sosiologis, orang individu
dipaksa untuk melihat, dari posisi yang obyektif, peristiwa dan struktur sosial yang
mempengaruhi perilaku, sikap, dan budaya.

Dalam dekade setelah Mills, sarjana lain telah digunakan istilah untuk menggambarkan
pendekatan sosiologis dengan cara yang lebih umum. Cara lain untuk mendefinisikan
imajinasi sosiologis adalah pemahaman bahwa hasil-hasil sosial yang dibentuk oleh konteks
sosial, aktor, dan tindakan.

Teori yang dibangun oleh C. Wright Mills adalah mengenai imajinasi sosiologi. Imajinasi
sosiologi merupakan kemampuan untuk memahami sejarah dan biografi serta hubungan-
hubungan di antaranya dengan masyarakat.Dalam karyanya Power Elite dan White Collar,
Mills menggabungkan minatnya akan teori klasik dengan keprihatinan terhadap isu-isu sosial.
Salah satu di antara banyak karya Mills ialah The Power Elite yang mengetengahkan saling
berhubungan kekuatan tritunggal. Dan yang mengenai White-Collar yang dari karya tersebut
dibangun diatas pemikirannya Marx mengenai alienasi pekerjaan.
Pada saat mesin teknologi belum ada para pekerja dapat menikmati hasil kerjanya
dengan rasa puas tapi setelah mesin berkembang dan menyebar manusia kurang menikmati
hasil usahanya dengan usaha sendiri dan mengalami katerasingan (alienasi) pekerjaan serta
tidakmerasakan kepuasan akan kerjanya.Bagi kebanyakan orang dan khususnya bagi para
buruh industri dalam sistem kapitalis, pekerjaan tidak merealisasikan hakikat mereka
melainkan justru mengasingkan mereka karena dalam sistem kapitalis orang tidak bekerja
secara bebas melainkan karena semata-mata terpaksa sebagai syarat untuk hidup. Jadi
pekerjaan tidak mengembangkan melainkan mengasingkan manusia, baik diri sendiri maupun
orang lain (Frans Magnis-suseno, 2005)
Di Amerika selain berkembang tentang alienansi pekerjaan juga terdapat elite-elite
yang mengatur masyarakat. Elite yang dimaksud adalah kelompok kecil yang secara rutin
berinteraksi dan memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. penggambaran kekusaan elite
ini merupakan dalam bentuk piramida kekusaan. Bagian puncak di duduki oleh elite
berkuasa, kedua pemimpin opini lokal, dan ketiga adalah masa yang tidak memiliki
kekuasaan dan orang-orang yang tidak terorganisasi yang dikontrol oleh kekuasaan-
kekuasaan yang di atas baik secara ekonomi maupun politik, kelompok lapisan ketiga ini
dieksploitasi oleh lapisan-lapisan di atasnya. Kekuasaan nasional utama yang mengambil
keputusan-keputusan penting terletak di tangan para pemimpin bisnis raksasa (ekonomi),
pemimpin politik, dan militer.

Anda mungkin juga menyukai