Anda di halaman 1dari 9

PERAN PESAN POLITIK ROOSEVELT DALAM MENUMBUHKAN

KEPERCAYAAN MASYARAKAT AMERIKA SERIKAT TERHADAP


PEMERINTAH PADA MASA DEPRESI
Oleh: Stefanus Tanudjaja Atmadja
Program Studi Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI

Abstrak
Artikel ini berusaha untuk menelaah peran yang dimainkan oleh figur Roosevelt sebagai
seorang presiden Amerika Serikat di tengah masa Depresi dengan sudut pandang kacamata
komunikasi politik. Artikel ini diharapkan dapat membantu kita mengenal figur Roosevelt
sebagai komunikator, melihat seni yang ia terapkan dalam membawa pesan politiknya, dan
melihat dampaknya terhadap para penerima pesan. Artikel ini akan menunjukkan bagaimana
pesan politik Roosevelt yang menarik simpati publik dapat menjadi pengiring yang baik bagi
keberhasilan kampanye dan kebijakannya. Dalam kasus Depresi ini, masyarakat dapat
memaklumi kesalahan yang dilakukan presiden, selama mereka masih dapat mempercayai
“good will” sang pemangku kekuasaan dan melihat adanya harapan bagi kelangsungan
kehidupan ekonomi mereka.
Kata Kunci: Pesan; Politik; Roosevelt; Depresi

A. PENDAHULUAN
Presiden adalah figur yang sangat penting bagi Amerika Serikat. Sebagai masyarakat yang
cenderung liberal dan bebas, rakyat Amerika Serikat adalah orang-orang yang sangat
menantikan figur pemimpin yang inspiratif, kharismatik, dan bersih secara moral bahkan
hingga dalam kehidupan cintanya. Secara konstitusional, seorang presiden Amerika Serikat
sejatinya memiliki lebih banyak tanggung jawab di bidang kebijakan luar negeri dan
pertahanan ketimbang bidang domestik/ dalam negeri [ CITATION Way00 \l 1033 ]. Presiden
memang merupakan garda terdepan badan eksekutif untuk berkonsultasi dengan Kongres
yang memegang keuangan negara. Akan tetapi, sebagai kepala dari segala diplomat, seorang
presiden AS sejatinya senantiasa memiliki kendali atas sejumlah porsi kekuatan militer.
Kongres memang adalah komponen kunci bagi kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Namun, setidaknya dengan bantuan Kongres, seorang presiden akan lebih percaya diri karena
merasa rakyat mendukungnya, sekaligus sadar bahwa kebijakannya akan lebih
efektif[ CITATION Jos00 \l 1033 ].
Tidak hanya mewakili Amerika Serikat di mata dunia, seorang presiden AS juga menjadi
figur penting di dalam negeri yang diharapkan dapat mewakili harapan individu dari berbagai
golongan. Hal ini menyebabkan persaingan memperebutkan kursi presiden menjadi sangatlah
berat. Kampanye kepresidenan pun menjadi sebuah Kairos dalam kehidupan demokrasi
rakyat Amerika. Komunikasi politik pun menjadi ilmu yang memiliki urgensi dalam negara
adi daya ini, sehingga pemerintah dan praktisi politik/ekonomi pun rela membayar peneliti
untuk ini [ CITATION Dav01 \l 1033 ] . Berkaitan dengan hal ini, pesan politik Roosevelt juga
akan dijabarkan dalam artikel ini, khususnya dalam momen yang paling dinantikan
masyarakat Amerika Serikat dalam rangkaian pemilu, pidato pelantikannya.
Pesan politik memang penting dalam setiap kampanye, terlebih ditengah kecemasan dan
pesimisme krisis ekonomi. Pada tahun 1932, perekonomian Amerika Serikat tengah berada
pada titik terendah disepanjang sejarahnya. Seperempat rakyat Amerika Serikat tengah
menganggur, dan cukup banyak diantara mereka adalah veteran perang. Amerika Serikat
waktu itu tengah dipimpin oleh Herbert Hoover, seorang republikan yang terpilih pada 1928.
Hoover melakukan berbagai upaya, tetapi upaya itu tidak cukup. Ia sangat mendukung ide
koopeasi/ kerja sama intelektual dan ia menempatkan dirinya sebagai pemandu sorak bagi
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Sebagai bukti, ia mengundang berbagai tokoh
penting industri AS untuk bertemu dan berunding, mempertimbangkan bagaimana dapat
mencegah krisis dunia ini menjadi Depresi di Amerika Serikat. Ia mempercayai kekuatan
yang dimiliki perusahaan Amerika Serikat dan menyatakan bahwa kurangnya keyakinan
terhadap masa depan ekonomi dan kekuatan bisnis Amerika Serikat adalah hal yang bodoh.
Dalam hal ini, setidaknya Hoover berhasil untuk mempertemukan mereka dan membuat para
pengusaha untuk tidak memotong gaji karyawan-karyawan mereka. Hoover juga mengajak
politisi untuk membelanjakan uang mereka demi konstruksi dan pemangunan jalan guna
lapangan pekerja dan ini memang berhasil membuat pemerintah lokal dan provinsi
melakukannya. Strategi ini tidak membutuhkan tindakan dari pemerintah federal, tidak
memberikan bantuan langsung kepada rakyat Amerika Serikat, dan tidak mengeluarkan
sepeserpun uang pemerintahan federal AS, sebab Hoover memandang bahwa uang
pemerintah adalah cadangan untuk tindakan ekstra. Usaha ini bergantung pada pesan politik
yang menyemangati dan positif, serta aktor-aktor di luar gedung putih. Pada akhirnya,
strategi ini gagal. Terjadi pemecatan besar-besaran dan gaji karyawan terjun bebas. Bencana
benar-benar melanda Amerika Serikat, sementara uang pemerintah lokal tengah dihabiskan
untuk pembangunan dan bank-bank Amerika serikat ternyata mengalami kekacauan yang
tidak disadari oleh Hoover yang “yakin”. Depresi Besar sejatinya memang merupakan sebuah
narasi simplistik atas situasi yang jauh lebih rumit. Menyalahkan kejatuhan saham
(mengingat di masa itu hanya 3% rakyat Amerika yang memiliki saham), maupun kelalaian
Hoover sejatinya juga adalah hal yang tidak tepat. Namun, pada akhirnya, sikap Hoover yang
tidak cukup untuk mengatasi pengangguran di Amerika Serikat serta terlambat menyuntikkan
uang guna menyelamatkan bank dan mencegah deflasi – menjadi dosa pemerintahan Hoover
yang tidak dapat dipungkiri
Hal ini sejatinya sudah diramal pendahulunya, Calvin Coolidge, bahkan ketika Hoover baru
terpilih. Sebagai presiden, Calvin sudah memahami kurangnya kompetensi Hoover sejak ia
masih menjadi Sekretaris Perdagangan. Calvin mengatakan bahwa selama enam tahun,
Hoover memang senantiasa memberikan nasihat yang tidak perlu, dan semua nasihatnya
buruk [ CITATION Eri08 \l 1033 ] . Hoover dengan berbagai upayanya kini telah dipandang
masyarakat gagal untuk mengatasi krisis ekonomi ini. Lantas, bagaimana dengan Roosevelt?

B. FIGUR ROOSEVELT
Roosevelt lahir sebagai anak dalam keluarga saudagar opium yang kaya, melalui pasangan
James dan Sara Delano Roosevelt pada 30 Januari 1982. Sebagai anak dari keluarga yang
sangat berkecukupan, Roosevelt dibekali dengan tutor privat dan disekolahkan dalam sekolah
yang terbaik. Salah satunya adalah Gorton (1896-1900), sebuah sekolah preparasional yang
prestisius di Massachusets. Ia kemudian belajar di Harvard hingga 1903 dan mendapatkan
predikat sarjana sejarah. Ia kemudian melanjutkan studinya di bidang hukum pada
Universitas Columbia di New York. Pada tahun 1907, ia berhasil mengikuti ujian hukum
yang menjadi prasyarat seseorang di Amerika Serikat untuk menjadi praktisi hukum. Ia
memilih untuk menghentikan studinya dan tidak mendapat gelar ketika ia berhasil lulus
dalam ujian ini. Roosevelt pun bekerja di firma hukum kota New York. Di akhir masa studi
ini, ia telah menikahi sepupunya jauhnya, Anna Eleanor Roosevelt dan melahirkan dua anak
(Anna & James). Selepas ia menjadi senat, barulah mereka memutuskan untuk memiliki anak
lagi. Satu anak tidak berhasil melewati masa bayinya dan tiga saudara (Elliot, Franklin,Jr. &
John) tumbuh besar di bawah naungan pasangan ini.
Layaknya presiden-presiden yang sudah ada sebelumnya (selain Herbert Hoover), FDR
tidaklah muncul secara tiba-tiba pada panggung kepresidenan. Ia telah terlebih dahulu
menapaki karir dan menjadi tokoh yang cukup dikenal khalayak, politisi, dan tokoh terkenal
beberapa dekade sebelum kampanyenya. Roosevelt mulai dikenal ketika ia berhasil menjadi
Senat mewakili New York, mematahkan rekor 26 tahun Partai Republik di New York yang
selama ini senantiasa didominasi oleh tradisi republikan yang dominan. Sebagai senat, ia
kemudian mendukung kampanye Woodrow Wilson. Sebagai wujud terima kasih Wilson,
Roosevelt kemudian ditempatkan sebagai Asisten Sekretaris Angkatan Laut pada 1913,
sebuah posisi yang cukup banyak mempromosikan kecakapannya, sekaligus sebuah
pengalaman yang akan berguna bagi kepemimpinannya di tengah PD II nanti. Ia bersemangat
dalam bekerja, serta memiliki manajemen kemaritiman yang sangat efisien, khususnya dalam
bidang bisnis [ CITATION Nat20 \l 1033 ].
Kualitas dan etos kerjanya membuat ia ditunjuk sebagai kandidat Partai Demokrat, untuk
mewakili calon Presiden James Cox. Namun, ia dikalahkan oleh pasangan Warren Harding
dan Calvin Coolidge dari Partai Republik, terlebih karena rencana Woodrow Wilson waktu
itu untuk terlibat dalam LBB. Selepas kesibukannya sebagai calon wakil presiden, sebuah
bencana menimpa Roosevelt pada musim panas 1921 ketika ia berlibur di pulau Campobello,
New Brunswick, Kanada. Ia terjangkit poliomyelitis yang menyebabkan kelumpuhannya.
Penyakitnya tetap tidak berhasil disembuhkan terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan.
Roosevelt pun berusaha menyembunyikan ini dan senantiasa dikabarkan tengah membaik
serta hampir pulih, sementara ia secara perlahan mulai belajar menggunakan alat bantu jalan
selain kursi roda. Di masa-masa ini, ia justru menjadi figur yang dipercayai untuk
memberikan pidato dukungan bagi nominasi gubernur Demokrat, sementara kamera
senantiasa diatur agar tidak meliput adegan yang memperlihatkan keadaan kedua kakinya.
Melalui rangkaian kampanye melelahkan ini, pidatonya dan kelihaiannya dalam berbicara
mulai membuat Roosevelt dikagumi secara lebih luas, meski calon yang ia dukung tidak ada
yang menang. Sejarahwan Richard T. Goldberg berpendapat bahwa ia tetap akan menjadi
presiden tanpa penyakit polio. Namun, disabilitasnya ini membuat Roosevelt lebih gigih,
memperluas hubungan, menentukan prioritasnya, dan merenungkan sebelum melakukan
keputusan yang penting. Polio telah menguji dan menajamkan karakter Roosevelt. Roosevelt
pun berhasil menghadapi krisis terberat karir politiknya ini dengan berani dan
optimis[ CITATION Jim03 \l 1033 ] . Sikap dan kepribadian Roosevelt menghadapi krisis terbesar
dihidupnya ini nantinya juga akan menjadi sebuah modal dalam mengadapi krisis terbesar
Amerika Serikat sejak Perang Saudara.
Reputasi dan koneksi yang dimiliki Roosevelt membuatnya dipersiapkan untuk menjadi
gubernur New York menggantikan Al Smith yang tengah berupaya menghadapi Herbert
Hoover dalam pemilihan presiden. Selama ia menjadi gubernur, sifat kebijakannya yang
populis seperti keringanan pajak bagi komunitas petani dan pengadaan dana pensiun cukup
menarik perhatian. Krisis ekonomi yang merongrong popularitas Hoover pada sisi yang lain
meningkatkan reputasi Roosevelt. Kesempatan untuk bertanding dalam skala nasional datang
dan dengan gaya aktivisnya, ia sendiri sebagai nominasi terbang menuju Chicago untuk
menerima nominasinya, sebuah tradisi yang tidak ada sebelum Roosevelt [ CITATION Nat20 \l
1033 ].

Kepribadiannya, pesannya, dan portofolionya yang baik sejauh ini telah membuat Roosevelt
berhasil dengan telak mengalahkan lawan politik yang gagal ditaklukkan mentor politiknya,
Al Smith. Komunikasi dan interaksi politik yang baik serta kebijakan yang populis, nantinya
juga akan menghantarkan Roosevelt pada kemenangan yang kedua, ketiga, dan keeempat.

C. PESAN POLITIK PADA KAMPANYE ROOSEVELT


Salah satu momen yang awal Roosevelt yang paling penting untuk kita ingat, terkait dengan
komunikasi politik, terjadi dalam peristiwa nominasi calon presiden yang kita singgung di
atas. Waktu itu, Roosevelt harus berhadapan dengan dua calon Demokrat lainnya yang ingin
menjadi nominasi presiden. Ia bersaing dengan John Nance Garner dan Al Smith, kawan
yang kini menjadi lawan sengitnya. Persaingan ini begitu sengit sehingga tiga pemungutan
suara tidak berhasil menentukan nominasi presiden yang akan mewakili Demokrat. Roosevelt
sudah diprediksi akan kehilangan prospeknya untuk bertanding seandainya ia juga tidak
memenangkan pemilihan nominasi Demokrat yang ke-empat. Manajer kampanyenya, James
Farley, segera mengadakan kesepakatan dengan John Nance Garner, nominasi calon presiden
ketiga, untuk menjadi wakil presiden menemani Roosevelt [ CITATION Jim03 \l 1033 ]. Garner
menerima dan California pun kini mendukung Roosevelt. Daripada menunggu keputusan dan
panggilan konvensi yang akan baru datang beberapa minggu, Roosevelt lebih memilih untuk
mengadakan penerbangan 9 jam dari Albany ke Chicago. dan memberikan pidato
penerimaannya yang menggugah.
Roosevelt sudah tiba di podium tidak lama setelah lagu kampanyenya “Happy Days Are Here
Again”. Tanpa basa-basi maupun selamat pagi, siang, atau malam, Roosevelt pun langsung
memulai pidatonya dengan kalimat ”There is nothing to fear but fear it self”. Ia berusaha
untuk menenangkan masyarakat Amerika dan menjabarkan keadaan ekonomi Amerika
dengan wibawa, meskipun ia bersuara tenor. Ia menyampaikan pidato 4.373 kata yang sangat
menggugah. Namun, pernyataan yang paling diingat oleh publik adalah “I pledge you, I
pledge myself, to a new deal for the American people”. Frasa “New Deal” pun menjadi yang
menggelora di Amerika Serikat keesokan harinya. Cukup menarik melihat bagaimana
Roosevelt sebagai komunikator serta Sam Rosenman sebagai penulis naskah dan konseptor
sama-sama tidak menyangka bahwa frasa itu kemudian dapat menarik begitu banyak
perhatian. Selain figur, media, dan pesan, mungkin keberuntungan juga menjadi faktor
penting lain dalam komunikasi politik.
Roosevelt kerap terlihat sebagai figur yang kebapa-an dan percaya diri dalam pidato-
pidatonya. Disisi lain, suaranya yang cukup menenangkan ini juga ia gunakan untuk
menyampaikan ide-ide yang relatif “radikal”. Ia seakan menyatakan pernyataan yang
terlampau sulit untuk direalisasikan. Roosevelt dengan yakinnya menyatakan bahwa Amerika
Serikat membutuhkan eksperimen yang konsisten. Baginya, adalah sebuah nalar yang umum
untuk mencoba suatu metode baru yang jika gagal harus diakui dengan gamblang, lalu
diperbaiki. Usaha meyakinkan ini disisi lain memicu keraguan, salah satu dari wakilnya
sendiri, John Nance Garner : “If he goes too far with some these wild-eyed ideas, we are
going to get the shit kicked out of us”.
Krisis ekonomi Amerika Serikat merupakan keadaan yang sulit, terlebih bagi orang-orang
yang harus memperbaikinya. Roosevelt adalah pimpinan dari orang-orang itu dan ia sendiri
pun tentu memiliki keraguan ini. Terlebih, pada waktu itu Amerika Serikat tengah dihantui
oleh rumor bahwa Roosevelt dikelilingi oleh penasihat-penasihat yang radikal [ CITATION
Rot72 \l 1033 ]. Menurut pengamatan penulis naskah Roosevelt sendiri, Samuel Rosenman,
Roosevelt biasanya menjadi orang yang begitu cemas dan gelisah semakin waktu pidatonya
mendekat. Ia tidak dapat menikmati pesta dan hidangan jamuannya maupun interaksi
bersama orang-orang lain. Tangannya gemetaran saat meminum air dan ia terus
menghabiskan rokoknya satu persatu. Ia bahkan masih gemetaran di kursinya menjelang
namanya dipanggil. Meskipun demikian, sebagai komunikator yang berpengalaman, ia tetap
tahu bahwa yang diperlukan oleh Amerika Serikat yang tidak menentu ini adalah penjelasan
dan keyakinan. Maka, begitu ia tiba di podium dan berbicara, Rosenman menemukan bahwa
semua tanda ketakutan itu telah benar-benar hilang. Penjelasan Rosenman kembali
mengingatkan kita bagaimana sebuah pidato seorang calon presiden adalah hal yang begitu
serius dan menentukan. Roosevelt pun mengetahui signifikansinya dan menyadari
bahayanya. Mudahnya Donald Trump sebagai presiden untuk berkomentar dan berkata-kata
mungkin saja telah membuat kita meremehkan seriusnya konsekuensi dan pertimbangan yang
dapat ada dibalik pesan ini.
Kecakapan komunikasi politik Roosevelt telah berhasil menghantarkannya melewati Al-
Smith dan Herbert Hoover. Akan tetapi, pada akhirnya, pihak yang berusaha untuk mereka
semua yakinkan adalah rakyat Amerika Serikat. Roosevelt telah berhasil membangun
kepercayaan sebagian besar rakyat terhadap “good will” dirinya. Kini, ia harus membangun
dukungan rakyat terhadap kebijakan dan kinerjanya. Ini pun menjadi pesan utama dari pidato
inaugurasinya sebagai presiden Amerika Serikat, Roosevelt mencoba untuk meletakkan
landasan bagi banyaknya intervensi dan usaha trial-errornya nanti. Ia menegaskan bahwa
pemerintah adalah unsur utama dalam penanggulangan krisis, baik sebagai perencana,
pelaksana, pengawas, maupun penyandang dana[ CITATION Eko10 \l 1033 ] . Ia menyatakan
bahwa berulang kali masalah berupaya diatasi tanpa bantuan pemerintah, sehingga
menghasilkan kebingungan dan kekacauan (merujuk pada intervensi Hoover yang “sedikit”
dan terlambat). Ia mencoba untuk meyakinkan rakyat yang liberal itu bahwa campur tangan
pemerintah sangatlah diperlukan. Roosevelt mengatakan bahwa ia akan mengupayakan
semua langkah, tetapi rakyat harus bertindak layaknya prajurit yang rela berkorban demi
kedisiplinan bersama, demi pemerintahan yang efektif. “Anggap tugas ini seperti halnya kita
dalam keadaan darurat perang”, katanya. Dalam hal ini, Roosevelt cukup baik dalam
memosisikan antara dirinya sebagai pemerintah, rakyat, dan masalah yang mereka hadapi
bersama, sehingga Roosevelt pun kerap menggunakan kata ganti “kita”.
D. PESAN POLITIK PADA KEBIJAKAN ROOSEVELT
Selepas ia memenangkan jabatan, sebagai presiden ia tetap tidak lupa untuk “menjaga jarak”
dengan rakyat Amerika Serikat. Hal ini ia lakukan dengan Fireside Chats untuk memberikan
penjelasan keadaan, tindakan pemerintah, dan saran Roosevlt. Suara Presiden pun menjadi
suara yang familiar terdengar di rumah-rumah Amerika. Kini tidak hanya idenya saja yang
terdengar populis, sebab tindakannya juga. Persiapan dibalik siaran radio populer ini
sejatinya baru baru usai pada 12 Maret. Fireside pun baru muncul delapan hari selepas
inaugurasinya. Namun, upaya Roosevelt sudah terlihat sebelum itu, ketika pada 8 Maret ia
sepakat untuk mengadakan jumpa pers dua minggu sekali. Malahan, istrinya sudah memulai
jumpa pers mingguannya sejak 6 Maret, bersamaan dengan dideklarasikannya hari libur
bank. Dalam hal ini Eleanor Roosevelt menjadi pendukung yang baik dalam komunikasi
politik Roosevelt. Roosevelt yang kini dipandang sebagai koboi yang berani dan gamblang
dalam kebijakannya ternyata memulai jabatannya dengan banyak bicara. Sembari
mengadakan 27 seri Fireside Chat, ia berjumpa setidaknya dua minggu sekali dengan pers,
sementara istrinya seminggu sekali [ CITATION Wil06 \l 1033 ].
Dalam bukunya, Jim Powell menunjukkan bahwa Roosevelt bukanlah seorang ekonom yang
baik, melainkan seorang politisi yang baik. Kunci efektivitas pesan politik Roosevelt terletak
pada usahanya untuk memenuhi itu. Namun, usaha ini tidak akan diketahui jelas tanpa
penyampaian yang baik. Hari-hari pertama Roosevelt menjabat cukup banyak menunjukkan
hal ini. Hal-hal yang dilakukan Roosevelt pada awal jabatannya memang luar biasa. Perintah
untuk menutup bank-bank yang bermasalah menjadi perintah pertama yang dikeluarkan
Roosevelt. Ini dikenal juga dengan sebutan Glass-Steagall Act, sebuah manuver reformasi
legislasi oleh Carter Glass dan Henry Steagall yang sebelumnya ditolak pada masa Hoover.
Tindakan ini merupakan tindakan yang penting dan merupakan jantung permasalahan krisis
ekonomi Amerika Serikat selain penyediaan lapangan kerja. Namun, tindakan ini tidak akan
diketahui benar-benar kegunaannya oleh rakyat Amerika tanpa Fireside Chats. “If your bank
does not open the first day, you are by no means justified in believing that it will not open.”
Melalui radio, Roosevelt mendeklarasikan libur bagi bank di seluruh Amerika Serikat. Maka,
seperti yang ia katakan, rakyat Amerika memang menemukan bahwa bank memang tidak
buka. Selain itu, sebagai orang yang kaya, cukup menarik juga ia mengetahui praktik yang
dilakukan oleh rakyat Amerika ditengah masa Depresi ini, terlebih selepas bank panic. Pada
siaran Fireside Chats yang pertama, ia mengatakan “I assure you friend, that it is safer to keep
your money in the open bank, than keep your money under the matress.” Secara langsung, ia
meyakinkan masyarakat bahwa lebih aman untuk menyimpan uang pada bank yang masih
diizinkan buka dibanding menyembunyikannya di bawah kasur. Sebab, kepercayaan
masyarakat untuk kembali menaruh uang di bank menjadi hal yang sangat penting untuk
memperbaiki nilai dolar AS.
Kebijakannya ini cukup banyak mendapat respon dan tanggapan positif dari berbagai tokoh
lain. Salah satunya dari orang yang dikenal kerap mengritik Roosevelt, Walter Lippman.
Lippman termasuk orang yang tidak puas dengan Roosevelt pada masa kampanyenya. Hal ini
wajar saja, terlebih mengingat upaya pembunuhan terhadap Roosevelt pada 15 Februari 1933
oleh Giuseppe Zangara yang jelas menunjukkan masih adanya keberadaan orang-orang yang
membenci Roosevelt. Walter Lippman pun mengatakan bahwa Roosevelt kurang akan
kualitas kepemimpinan. Namun, ketika Roosevelt menjabat, kolumnis ternama ini kemudian
menulis bahwa negara yang telah kehilangan kepercayaan diri, dalam seminggu
pemerintahan Roosevelt telah berhasil menemukan keyakinan itu pada pemerintah dan dalam
dirinya sendiri.
Program-program Roosevelt berikut ini mungkin tidak benar-benar menjadi solusi ultimat
bagi depresi Amerika Serikat. Namun, kebijakan Roosevelt seringkali memiliki dampak yang
sifatnya menjangkau dan mengakomodir banyak rakyat Amerika Serikat, dan Work Progress
Administration menjadi proyek Roosevelt yang memiliki dampak terbesar. WPA telah
berhasil memberikan lapangan kerja bagi 8 juta rakyat Amerika. Secara fisik, program ini
juga memiliki pencapaian yang besar, 111.000 kantor pemerintah, 100.000 jembatan, 600
unit bandara dan 500.000 mil jalan raya berhasil dibangun [ CITATION Ste092 \l 1033 ]. Work
Progress Administration benar-benar menghabiskan banyak uang. Sebanyak 11 Miliar dollar
AS dihabiskan, terlebih pada kurs tahun 1935, ketika dollar belum benar-benar pulih dari
deflasi dan masih tinggi nilainya. Selain itu, program pembangunan masif ini memiliki
inefisiensi dana dan ongkos proyek yang terlampau mahal bagi kliennya, sehingga membawa
cukup banyak protes dan kontroversi. Kritik berdatangan, terlebih di kalangan orang-orang
yang benar-benar paham ekonomi (khususnya pihak swasta). Namun, bagi rakyat Amerika
pada umumnya, ini adalah harapan yang besar dan kasat mata.
Kebijakan Roosevelt lainnya yang juga cukup menggembirakan warga AS, khususnya petani
adalah “Beer Tax Act”. Legislasi pemungutan pajak bir ini sekaligus menjadi legislasi yang
me-legal-kan kembali minuman beralkohol di Amerika Serikat (membatalkan Volkstead Act
1919). Masa Depresi adalah masa yang sulit bagi petani, baik ketika harga dollar sedang
tinggi-tingginya, maupun ketika seiring kebijakan Roosevelt (apalagi pada masa PD II),
harga produk sedang tinggi-tingginya. Secara jangka panjang, kebijakan ini cukup
menyelamatkan petani yang kini dapat melakukan fermentasi pada hasil taninya. Peraturan
ini dikeluarkan dengan syarat minuman itu tidak boleh memiliki alkohol dengan presentase
melebihi 3,2%, sebuah batasan yang sejatinya mempermudah petani dan mempercepat
produksi.

E. KESIMPULAN
Sangat menarik melihat bagaimana dibalik pidato Roosevelt yang baik, ia sejatinya tidak
mengucapkan suatu janji kampanye yang spesifik bagi rakyat Amerika Serikat. New Deal
sejatinya tidak menjanjikan suatu hal yang spesifik. Namun, New Deal menjanjikan sebuah
awalan yang baru, awalan yang jelas terasa, terlebih dengan Fireside Chats dan rangkaian
jumpa pers yang kerap Roosevelt dan Eleanor lakukan ditengah kemelut rumah tangga
mereka. Semua itu menjadi media yang cukup didengarkan oleh warga Amerika Serikat
karena kebutuhan, selain juga karena figur Roosevelt. Dengan bahasa yang sederhana,
Roosevelt memberi penjabaran akan hal yang terjadi di Amerika Serikat, serta tindakan apa
yang tengah pemerintah lakukan.
Bagi rakyat Amerika, Roosevelt memang jelas merupakan lembaran baru selepas presiden
Hoover. Menariknya, sebagai sosok yang juga menentang upaya bantuan langsung (relief
support) layaknya Hoover, Roosevelt telah berhasil memberikan “relief”(kelegaan) tanpa
memberikan “support”(bantuan) melalui kebijakan-kebijakannya – berbeda dengan Hoover
yang kemudian mau tidak mau melakukannya di akhir masa jabatannya karena sulitnya
situasi.
Pada akhirnya, Roosevelt pun telah terbukti bertanggung jawab memperbesar porsi intervensi
pemerintahan federal Amerika Serikat hingga dalam ranah yang dianggap rakyatnya tidak
pantas dan tidak demokratis. Namun, di sisi lain, kenyataan bahwa Roosevelt mampu
melakukan itu kepada rakyat yang kapitalis dan sangat liberal layaknya Amerika, serta
munculnya orang-orang yang menyadari bahwa intervensi pemerintah ini perlu, bahkan
hingga mendefinisikan ulang “kebebasan” rakyat Amerika – memberikan indikasi kepada
kita perihal betapa suksesnya Franklin Delano Roosevelt dalam mengadakan komunikasi
politik.

Sumber
National Archives FDR Presidential Library and Museum. (2020, June 1). FDR Biography. Retrieved
from FDR Presidential Library and Museum: https://www.fdrlibrary.org/fdr-biography

DA, E. R. (2010). KELANGSUNGAN DAN PERUBAHAN INDIVIDUALISME AMERIKA: KAJIAN TEKSTUAL


DAN KONTEKSTUAL TERHADAP PIDATO PELANTIKAN PRESIDEN FRANKLIN DELANO
ROOSEVELT . Adabiyyāt, 21-46.

Joseph R. Biden, J. (2000). A Democratic Viewpoint: Congress and Foreign Policy. U.S. Foreign Policy
Agenda, 16-18.

Pederson, W. D. (2006). PRESIDENTIAL PROFILES, THE FDR YEARS. New York: Facts On File, Inc.

Powell, J. (2003). FDR'S Folly. New York: Crown Forum.

Rauchway, E. (2008). The Great Depression & The New Deal. New York: Oxford University Press.
Rothbard, M. N. (1972). America's Great Depression Fifth Edition. Alabama: The Ludwig von Mises
Institute.

Ryfe, D. M. (2001). History and Political Communication: An Introduction. In Political Communication


(pp. 407-420). Taylor & Francis.

Wayne, S. J. (2000). THE MULTIPLE INFLUENCES ON U.S. FOREIGN POLICY-MAKING. U.S. Foreign
Policy Agenda, 25-27.

Wiegand, S. (2009). Lessons from the Great Depression FOR DUMmIES. Indianapolis: Wiley
Publishing, Inc.

Anda mungkin juga menyukai