Abstrak
Artikel ini berusaha untuk menelaah peran yang dimainkan oleh figur Roosevelt sebagai
seorang presiden Amerika Serikat di tengah masa Depresi dengan sudut pandang kacamata
komunikasi politik. Artikel ini diharapkan dapat membantu kita mengenal figur Roosevelt
sebagai komunikator, melihat seni yang ia terapkan dalam membawa pesan politiknya, dan
melihat dampaknya terhadap para penerima pesan. Artikel ini akan menunjukkan bagaimana
pesan politik Roosevelt yang menarik simpati publik dapat menjadi pengiring yang baik bagi
keberhasilan kampanye dan kebijakannya. Dalam kasus Depresi ini, masyarakat dapat
memaklumi kesalahan yang dilakukan presiden, selama mereka masih dapat mempercayai
“good will” sang pemangku kekuasaan dan melihat adanya harapan bagi kelangsungan
kehidupan ekonomi mereka.
Kata Kunci: Pesan; Politik; Roosevelt; Depresi
A. PENDAHULUAN
Presiden adalah figur yang sangat penting bagi Amerika Serikat. Sebagai masyarakat yang
cenderung liberal dan bebas, rakyat Amerika Serikat adalah orang-orang yang sangat
menantikan figur pemimpin yang inspiratif, kharismatik, dan bersih secara moral bahkan
hingga dalam kehidupan cintanya. Secara konstitusional, seorang presiden Amerika Serikat
sejatinya memiliki lebih banyak tanggung jawab di bidang kebijakan luar negeri dan
pertahanan ketimbang bidang domestik/ dalam negeri [ CITATION Way00 \l 1033 ]. Presiden
memang merupakan garda terdepan badan eksekutif untuk berkonsultasi dengan Kongres
yang memegang keuangan negara. Akan tetapi, sebagai kepala dari segala diplomat, seorang
presiden AS sejatinya senantiasa memiliki kendali atas sejumlah porsi kekuatan militer.
Kongres memang adalah komponen kunci bagi kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Namun, setidaknya dengan bantuan Kongres, seorang presiden akan lebih percaya diri karena
merasa rakyat mendukungnya, sekaligus sadar bahwa kebijakannya akan lebih
efektif[ CITATION Jos00 \l 1033 ].
Tidak hanya mewakili Amerika Serikat di mata dunia, seorang presiden AS juga menjadi
figur penting di dalam negeri yang diharapkan dapat mewakili harapan individu dari berbagai
golongan. Hal ini menyebabkan persaingan memperebutkan kursi presiden menjadi sangatlah
berat. Kampanye kepresidenan pun menjadi sebuah Kairos dalam kehidupan demokrasi
rakyat Amerika. Komunikasi politik pun menjadi ilmu yang memiliki urgensi dalam negara
adi daya ini, sehingga pemerintah dan praktisi politik/ekonomi pun rela membayar peneliti
untuk ini [ CITATION Dav01 \l 1033 ] . Berkaitan dengan hal ini, pesan politik Roosevelt juga
akan dijabarkan dalam artikel ini, khususnya dalam momen yang paling dinantikan
masyarakat Amerika Serikat dalam rangkaian pemilu, pidato pelantikannya.
Pesan politik memang penting dalam setiap kampanye, terlebih ditengah kecemasan dan
pesimisme krisis ekonomi. Pada tahun 1932, perekonomian Amerika Serikat tengah berada
pada titik terendah disepanjang sejarahnya. Seperempat rakyat Amerika Serikat tengah
menganggur, dan cukup banyak diantara mereka adalah veteran perang. Amerika Serikat
waktu itu tengah dipimpin oleh Herbert Hoover, seorang republikan yang terpilih pada 1928.
Hoover melakukan berbagai upaya, tetapi upaya itu tidak cukup. Ia sangat mendukung ide
koopeasi/ kerja sama intelektual dan ia menempatkan dirinya sebagai pemandu sorak bagi
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Sebagai bukti, ia mengundang berbagai tokoh
penting industri AS untuk bertemu dan berunding, mempertimbangkan bagaimana dapat
mencegah krisis dunia ini menjadi Depresi di Amerika Serikat. Ia mempercayai kekuatan
yang dimiliki perusahaan Amerika Serikat dan menyatakan bahwa kurangnya keyakinan
terhadap masa depan ekonomi dan kekuatan bisnis Amerika Serikat adalah hal yang bodoh.
Dalam hal ini, setidaknya Hoover berhasil untuk mempertemukan mereka dan membuat para
pengusaha untuk tidak memotong gaji karyawan-karyawan mereka. Hoover juga mengajak
politisi untuk membelanjakan uang mereka demi konstruksi dan pemangunan jalan guna
lapangan pekerja dan ini memang berhasil membuat pemerintah lokal dan provinsi
melakukannya. Strategi ini tidak membutuhkan tindakan dari pemerintah federal, tidak
memberikan bantuan langsung kepada rakyat Amerika Serikat, dan tidak mengeluarkan
sepeserpun uang pemerintahan federal AS, sebab Hoover memandang bahwa uang
pemerintah adalah cadangan untuk tindakan ekstra. Usaha ini bergantung pada pesan politik
yang menyemangati dan positif, serta aktor-aktor di luar gedung putih. Pada akhirnya,
strategi ini gagal. Terjadi pemecatan besar-besaran dan gaji karyawan terjun bebas. Bencana
benar-benar melanda Amerika Serikat, sementara uang pemerintah lokal tengah dihabiskan
untuk pembangunan dan bank-bank Amerika serikat ternyata mengalami kekacauan yang
tidak disadari oleh Hoover yang “yakin”. Depresi Besar sejatinya memang merupakan sebuah
narasi simplistik atas situasi yang jauh lebih rumit. Menyalahkan kejatuhan saham
(mengingat di masa itu hanya 3% rakyat Amerika yang memiliki saham), maupun kelalaian
Hoover sejatinya juga adalah hal yang tidak tepat. Namun, pada akhirnya, sikap Hoover yang
tidak cukup untuk mengatasi pengangguran di Amerika Serikat serta terlambat menyuntikkan
uang guna menyelamatkan bank dan mencegah deflasi – menjadi dosa pemerintahan Hoover
yang tidak dapat dipungkiri
Hal ini sejatinya sudah diramal pendahulunya, Calvin Coolidge, bahkan ketika Hoover baru
terpilih. Sebagai presiden, Calvin sudah memahami kurangnya kompetensi Hoover sejak ia
masih menjadi Sekretaris Perdagangan. Calvin mengatakan bahwa selama enam tahun,
Hoover memang senantiasa memberikan nasihat yang tidak perlu, dan semua nasihatnya
buruk [ CITATION Eri08 \l 1033 ] . Hoover dengan berbagai upayanya kini telah dipandang
masyarakat gagal untuk mengatasi krisis ekonomi ini. Lantas, bagaimana dengan Roosevelt?
B. FIGUR ROOSEVELT
Roosevelt lahir sebagai anak dalam keluarga saudagar opium yang kaya, melalui pasangan
James dan Sara Delano Roosevelt pada 30 Januari 1982. Sebagai anak dari keluarga yang
sangat berkecukupan, Roosevelt dibekali dengan tutor privat dan disekolahkan dalam sekolah
yang terbaik. Salah satunya adalah Gorton (1896-1900), sebuah sekolah preparasional yang
prestisius di Massachusets. Ia kemudian belajar di Harvard hingga 1903 dan mendapatkan
predikat sarjana sejarah. Ia kemudian melanjutkan studinya di bidang hukum pada
Universitas Columbia di New York. Pada tahun 1907, ia berhasil mengikuti ujian hukum
yang menjadi prasyarat seseorang di Amerika Serikat untuk menjadi praktisi hukum. Ia
memilih untuk menghentikan studinya dan tidak mendapat gelar ketika ia berhasil lulus
dalam ujian ini. Roosevelt pun bekerja di firma hukum kota New York. Di akhir masa studi
ini, ia telah menikahi sepupunya jauhnya, Anna Eleanor Roosevelt dan melahirkan dua anak
(Anna & James). Selepas ia menjadi senat, barulah mereka memutuskan untuk memiliki anak
lagi. Satu anak tidak berhasil melewati masa bayinya dan tiga saudara (Elliot, Franklin,Jr. &
John) tumbuh besar di bawah naungan pasangan ini.
Layaknya presiden-presiden yang sudah ada sebelumnya (selain Herbert Hoover), FDR
tidaklah muncul secara tiba-tiba pada panggung kepresidenan. Ia telah terlebih dahulu
menapaki karir dan menjadi tokoh yang cukup dikenal khalayak, politisi, dan tokoh terkenal
beberapa dekade sebelum kampanyenya. Roosevelt mulai dikenal ketika ia berhasil menjadi
Senat mewakili New York, mematahkan rekor 26 tahun Partai Republik di New York yang
selama ini senantiasa didominasi oleh tradisi republikan yang dominan. Sebagai senat, ia
kemudian mendukung kampanye Woodrow Wilson. Sebagai wujud terima kasih Wilson,
Roosevelt kemudian ditempatkan sebagai Asisten Sekretaris Angkatan Laut pada 1913,
sebuah posisi yang cukup banyak mempromosikan kecakapannya, sekaligus sebuah
pengalaman yang akan berguna bagi kepemimpinannya di tengah PD II nanti. Ia bersemangat
dalam bekerja, serta memiliki manajemen kemaritiman yang sangat efisien, khususnya dalam
bidang bisnis [ CITATION Nat20 \l 1033 ].
Kualitas dan etos kerjanya membuat ia ditunjuk sebagai kandidat Partai Demokrat, untuk
mewakili calon Presiden James Cox. Namun, ia dikalahkan oleh pasangan Warren Harding
dan Calvin Coolidge dari Partai Republik, terlebih karena rencana Woodrow Wilson waktu
itu untuk terlibat dalam LBB. Selepas kesibukannya sebagai calon wakil presiden, sebuah
bencana menimpa Roosevelt pada musim panas 1921 ketika ia berlibur di pulau Campobello,
New Brunswick, Kanada. Ia terjangkit poliomyelitis yang menyebabkan kelumpuhannya.
Penyakitnya tetap tidak berhasil disembuhkan terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan.
Roosevelt pun berusaha menyembunyikan ini dan senantiasa dikabarkan tengah membaik
serta hampir pulih, sementara ia secara perlahan mulai belajar menggunakan alat bantu jalan
selain kursi roda. Di masa-masa ini, ia justru menjadi figur yang dipercayai untuk
memberikan pidato dukungan bagi nominasi gubernur Demokrat, sementara kamera
senantiasa diatur agar tidak meliput adegan yang memperlihatkan keadaan kedua kakinya.
Melalui rangkaian kampanye melelahkan ini, pidatonya dan kelihaiannya dalam berbicara
mulai membuat Roosevelt dikagumi secara lebih luas, meski calon yang ia dukung tidak ada
yang menang. Sejarahwan Richard T. Goldberg berpendapat bahwa ia tetap akan menjadi
presiden tanpa penyakit polio. Namun, disabilitasnya ini membuat Roosevelt lebih gigih,
memperluas hubungan, menentukan prioritasnya, dan merenungkan sebelum melakukan
keputusan yang penting. Polio telah menguji dan menajamkan karakter Roosevelt. Roosevelt
pun berhasil menghadapi krisis terberat karir politiknya ini dengan berani dan
optimis[ CITATION Jim03 \l 1033 ] . Sikap dan kepribadian Roosevelt menghadapi krisis terbesar
dihidupnya ini nantinya juga akan menjadi sebuah modal dalam mengadapi krisis terbesar
Amerika Serikat sejak Perang Saudara.
Reputasi dan koneksi yang dimiliki Roosevelt membuatnya dipersiapkan untuk menjadi
gubernur New York menggantikan Al Smith yang tengah berupaya menghadapi Herbert
Hoover dalam pemilihan presiden. Selama ia menjadi gubernur, sifat kebijakannya yang
populis seperti keringanan pajak bagi komunitas petani dan pengadaan dana pensiun cukup
menarik perhatian. Krisis ekonomi yang merongrong popularitas Hoover pada sisi yang lain
meningkatkan reputasi Roosevelt. Kesempatan untuk bertanding dalam skala nasional datang
dan dengan gaya aktivisnya, ia sendiri sebagai nominasi terbang menuju Chicago untuk
menerima nominasinya, sebuah tradisi yang tidak ada sebelum Roosevelt [ CITATION Nat20 \l
1033 ].
Kepribadiannya, pesannya, dan portofolionya yang baik sejauh ini telah membuat Roosevelt
berhasil dengan telak mengalahkan lawan politik yang gagal ditaklukkan mentor politiknya,
Al Smith. Komunikasi dan interaksi politik yang baik serta kebijakan yang populis, nantinya
juga akan menghantarkan Roosevelt pada kemenangan yang kedua, ketiga, dan keeempat.
E. KESIMPULAN
Sangat menarik melihat bagaimana dibalik pidato Roosevelt yang baik, ia sejatinya tidak
mengucapkan suatu janji kampanye yang spesifik bagi rakyat Amerika Serikat. New Deal
sejatinya tidak menjanjikan suatu hal yang spesifik. Namun, New Deal menjanjikan sebuah
awalan yang baru, awalan yang jelas terasa, terlebih dengan Fireside Chats dan rangkaian
jumpa pers yang kerap Roosevelt dan Eleanor lakukan ditengah kemelut rumah tangga
mereka. Semua itu menjadi media yang cukup didengarkan oleh warga Amerika Serikat
karena kebutuhan, selain juga karena figur Roosevelt. Dengan bahasa yang sederhana,
Roosevelt memberi penjabaran akan hal yang terjadi di Amerika Serikat, serta tindakan apa
yang tengah pemerintah lakukan.
Bagi rakyat Amerika, Roosevelt memang jelas merupakan lembaran baru selepas presiden
Hoover. Menariknya, sebagai sosok yang juga menentang upaya bantuan langsung (relief
support) layaknya Hoover, Roosevelt telah berhasil memberikan “relief”(kelegaan) tanpa
memberikan “support”(bantuan) melalui kebijakan-kebijakannya – berbeda dengan Hoover
yang kemudian mau tidak mau melakukannya di akhir masa jabatannya karena sulitnya
situasi.
Pada akhirnya, Roosevelt pun telah terbukti bertanggung jawab memperbesar porsi intervensi
pemerintahan federal Amerika Serikat hingga dalam ranah yang dianggap rakyatnya tidak
pantas dan tidak demokratis. Namun, di sisi lain, kenyataan bahwa Roosevelt mampu
melakukan itu kepada rakyat yang kapitalis dan sangat liberal layaknya Amerika, serta
munculnya orang-orang yang menyadari bahwa intervensi pemerintah ini perlu, bahkan
hingga mendefinisikan ulang “kebebasan” rakyat Amerika – memberikan indikasi kepada
kita perihal betapa suksesnya Franklin Delano Roosevelt dalam mengadakan komunikasi
politik.
Sumber
National Archives FDR Presidential Library and Museum. (2020, June 1). FDR Biography. Retrieved
from FDR Presidential Library and Museum: https://www.fdrlibrary.org/fdr-biography
Joseph R. Biden, J. (2000). A Democratic Viewpoint: Congress and Foreign Policy. U.S. Foreign Policy
Agenda, 16-18.
Pederson, W. D. (2006). PRESIDENTIAL PROFILES, THE FDR YEARS. New York: Facts On File, Inc.
Rauchway, E. (2008). The Great Depression & The New Deal. New York: Oxford University Press.
Rothbard, M. N. (1972). America's Great Depression Fifth Edition. Alabama: The Ludwig von Mises
Institute.
Wayne, S. J. (2000). THE MULTIPLE INFLUENCES ON U.S. FOREIGN POLICY-MAKING. U.S. Foreign
Policy Agenda, 25-27.
Wiegand, S. (2009). Lessons from the Great Depression FOR DUMmIES. Indianapolis: Wiley
Publishing, Inc.