Naskah Publikasi Anastasia Luberta 11433 Psik A 2005
Naskah Publikasi Anastasia Luberta 11433 Psik A 2005
Naskah Publikasi
Disusun oleh :
ANASTASIA LUBERTA
05/187083/KU/11433
INTISARI
1.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
AN OVERVIEW OF HEALTH BEHAVIORS ON EARLY ADOLESCENT
IN STATE JUNIOR HIGH SCHOOL OF YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Health was the process through which a person seeks to maintain an
equilibrium. This equilibrium included physical status, emotional well-being, social
relationships, intellectual functioning, and spiritual condition. There were several
approaches to health maintenance, such as health promotion, health protection and
disease prevention. Health attitudes and behaviors that was seldom directly impact to the
present health status, but had consequences in the future. Based on that, the basic of
healthy life should begin on early lives. The years of adolescent was good time for shaped
healthy life pattern, that would been brought until adulthood.
Purpose: To obtain an overview of health behaviors on early adolescent and the
influencing factors.
Method: This was a cross sectional study undertaken to 238 early adolescent of State
Junior High School of Yogyakarta in June 2009. Data were obtained through
questionnaire of health behaviors, knowledge, attitude, family influenced, and community
influenced. Data analysis made use of descriptive statistical and nonparametric statistical
technique of Spearman Rank test.
Result: The result showed, majority of respondents that included in high category health
behaviors was 50,4%. The result of statistical tests showed, the influences between
attitudes, family, community, and health behaviors was p<0,05, otherwise the influences
between knowledge and health behaviors was p>0,05.
Conclusion: More than a half of early adolescent in state junior high school of
Yogyakarta had high category health behaviors. The early adolescent’s attitudes toward
health, family, and community had influences on the health promotion behaviors and also
health protection behaviors, but it had not influences on knowledge.
1.
Nursing Education Program, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University
2
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu proses disaat seseorang melakukan pencarian
dalam rangka pemeliharaan keseimbangan yang meliputi status fisik,
kesejahteraan emosional, hubungan sosial, fungsi intelektual, dan kondisi
spiritual.1 Kondisi ini berpengaruh terhadap aktivitas manusia yang berdampak
pada produktivitas dalam kehidupannya. Saat ini banyak orang telah mulai
menyadari pentingnya kesehatan, namun gaya hidupnya masih jauh dari cerminan
perilaku sehat yang diperlukan dalam memelihara kesehatan.
Beberapa pendekatan pemeliharaan kesehatan menurut United States Public
Health Service sejak tahun 1990, dapat dilakukan dengan cara promosi kesehatan,
proteksi kesehatan, dan pencegahan penyakit.1 Gaya hidup sehat merupakan
kebiasaan seseorang menerapkan hidup sehat sehari-hari dan menghindari
kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan. Sikap dan perilaku terhadap
kesehatan tidak selalu berdampak secara langsung terhadap status kesehatan
sekarang tetapi memiliki konsekuensi jangka panjang, diantaranya berhubungan
dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, kanker, penyakit gangguan
pernapasan, dan AIDS.2
Remaja merupakan bagian yang signifikan populasi masyarakat sekarang:
satu dari lima penduduk dunia adalah remaja dengan umur 10 – 19 tahun,
sebanyak 85% remaja tinggal di negara berkembang.3 Kelompok remaja awal
khususnya memiliki hubungan dengan dimulainya remaja membangun sistem
nilai, mulai mandiri menentukan keputusan terhadap kesehatan mereka sendiri,
beralih dari fokus pada keluarga menuju teman sebaya. Berdasar perkembangan
kognitif dan moral, pada periode ini mulai terjadi transisi dari pemikiran konkrit
operasional menuju formal logikal operasional namun keadaan ini kurang dapat
diterapkan pada pilihannya sendiri. Saat luapan emosi tinggi, perasaan mampu
menghadapi segala kemungkinan sebagai sesuatu yang nyata, dapat
mempengaruhi keputusan kritisnya seperti keterlibatan dalam perilaku beresiko.4
Beberapa penelitian mendapatkan adanya efek jangka pendek pada pola
perilaku remaja yakni level aktivitas fisik rendah berhubungan dengan tingginya
rata-rata diastolik dan kelebihan berat badan, merokok dan diet yang tidak sehat.5
3
sebanyak 182 responden (76,5%). Jenis kelamin responden sebagian besar adalah
perempuan yaitu 130 responden (54,6%). Responden sebagian besar tinggal
dengan orang tua yaitu sebesar 206 (86,8%) dengan karakteristik orang tua
sebagian besar berpendidikan Perguruan Tinggi (58,4%). Pekerjaan orang tua
responden yang terbanyak adalah sebagai PNS (42%).
2. Karakteristik Program Kesehatan Sekolah
Karakteristik program kesehatan sekolah dibedakan menjadi dua yaitu
pelaksanaan kegiatan UKS dan pelayanan kesehatan remaja. Pelaksanaan program
kesehatan sekolah ini dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik, cukup dan kurang.
Karakteristik program kesehatan disajikan pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Program Kesehatan pada Remaja Awal
di SMP Negeri Kota Yogyakarta Bulan Juni 2009
Persentase
Program kesehatan Kode Skor Kategori
(%)
Pelaksanaan UKS 01 11 61,11 Cukup
02 15 83,33 Baik
03 11 61,11 Cukup
12,33 68,52 Baik
Pelayanan Kesehatan 01 9 50 Cukup
Remaja 02 12 66,67 Baik
03 13 72,22 Baik
11,33 62,96 Cukup
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa pelaksanaan program kesehatan di
sekolah responden berada pada kategori baik (68,52%; ≥ 66%) dalam pelaksanaan
kegiatan UKS dan cukup (62,96%; 33-66%) dalam pelayanan kesehatan remaja.
Pelaksanaan komponen program kesehatan setiap sekolah terdapat perbedaan,
namun masih terdapat beberapa komponen program kesehatan belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh ketiga sekolah tersebut. Komponen pelaksanaan UKS yang
belum dilaksanakan yakni jumlah dokter kecil/KKR yang sudah dilatih >10% dan
pemeriksaan gigi secara periodik, keduanya terdapat dalam pelaksanaan UKS unit
pelayanan kesehatan. Komponen pelayanan kesehatan remaja yang belum
dilaksanakan yakni kerja sama dengan pihak ketiga, seperti institusi pendidikan
atau LSM dan pelayanan kesehatan dengan memperhitungkan perbedaan
kebutuhan remaja dan orang dewasa, seperti adanya karakteristik, dinamika, dan
kebutuhan remaja.
5
terdapat hubungan positif dan bermakna antara aktivitas fisik yang dilakukan
remaja terhadap prestasi yang dicapai.
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
(57,6%) memiliki perilaku proteksi kesehatan tinggi. Kegiatan berisiko (risk -
taking) merupakan bagian natural dari proses tumbuh kembang,. Hal tersebut
dapat berfungsi sebagai dasar pembentukkan identitas dan menjadi pengalaman
belajar dalam pengambilan keputusan namun jika dilakukan secara ekstrem maka
dapat berdampak pada konsekuensi besar.6
0,416 (p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa perilaku promosi pada remaja
awal, baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, tidak dipengaruhi oleh
umur. Pada perilaku proteksi, terdapat 11 responden (79%) usia 15 tahun memiliki
perilaku proteksi rendah. Pengaruh karakteristik umur responden dengan perilaku
proteksi didapatkan nilai p = 0,025 (p<0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa
perilaku proteksi pada remaja awal, baik berada pada kategori tinggi maupun
rendah, dipengaruhi oleh umur. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh karena
dengan bertambahnya usia, maka semakin besar pula kebebasan dan kemandirian.
Remaja cenderung lebih mengorientasikan dirinya pada hubungan pertemanan
sebaya dibandingkan dengan keluarga.6
Berdasarkan tabel 4 diatas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
laki-laki yakni 60 orang (55,6%) berperilaku promosi rendah, sedangkan pada
responden perempuan sebagian besar responden (52,3%) memiliki perilaku
promosi tinggi. Pengaruh karakteristik jenis kelamin responden dengan perilaku
promosi didapatkan nilai p = 0,227 (p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa
perilaku promosi pada remaja awal, baik yang berada pada kategori tinggi
maupun rendah, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada perilaku proteksi,
sebagian besar responden laki-laki yakni 58 orang (53,7%) memiliki perilaku
proteksi rendah, sedangkan pada responden perempuan sebagian besar responden
(67%) memiliki perilaku proteksi tinggi. Pengaruh karakteristik jenis kelamin
responden dengan perilaku proteksi didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05). Hal
tersebut dapat diartikan bahwa perilaku proteksi remaja awal, baik yang berada
pada kategori tinggi maupun rendah, dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chen et al.14,
bahwa remaja perempuan memiliki skor lebih tinggi daripada remaja laki – laki
yang dipandang dari aspek dukungan sosial, tanggung jawab terhadap kesehatan,
apresiasi hidup, manajemen stres dan total perilaku promosi kesehatan. Hal
berbeda didapatkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh jenis kelamin
dengan perilaku promosi yakni, perempuan lebih aktif menggunakan strategi
koping dan berfokus pada emosi daripada laki-laki yang cenderung menggunakan
strategi koping berfokus pada penghindaran. Adanya pengaruh karakterisitik jenis
10
15
kelamin terhadap perilaku proteksi selaras dengan penelitian Murphy , bahwa
kekuatiran terhadap hubungan antar individu didapatkan perbedaan bermakna
antara jenis kelamin (p<0,01). Perempuan cenderung lebih tinggi memiliki
kekuatiran terhadap hubungan antar individu dibandingkan pada laki-laki.
Berdasarkan tabel 4 diatas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
yang tinggal dengan kakek/ nenek/ saudara yakni 8 orang (88,9%) memiliki
perilaku promosi tinggi. Pengaruh karakteristik tempat tinggal dengan perilaku
promosi didapatkan nilai p = 0,028 (p<0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa
perilaku promosi pada remaja awal, baik berada pada kategori tinggi maupun
rendah, dipengaruhi oleh dengan siapa bertempat tinggal. Pada perilaku proteksi,
sebagian besar responden yang tinggal dengan orang tua yakni 120 orang (57,9%)
memiliki perilaku proteksi tinggi, hal tersebut juga berlaku pada responden yang
tinggal dengan orang tua tunggal maupun kakek/ nenek/ saudara. Pengaruh
karakteristik tempat tinggal dengan perilaku proteksi didapatkan nilai p = 0,946
(p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa perilaku proteksi pada remaja awal
,baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, tidak dipengaruhi oleh dengan
siapa bertempat tinggal.
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chen et al.16, bahwa
remaja yang tinggal dengan kedua orang tua memiliki perilaku promosi kesehatan
lebih tinggi dibandingkan teman mereka yang tinggal dengan orang tua tunggal,
namun tidak terdapat perbedaan dengan teman yang tinggal dengan kerabat. Hal
tersebut mengidikasikan remaja yang tinggal dengan kerabat lebih termotivasi
untuk berbagi aktivitas dan juga memandang kerabat sebagai penasihat yang
membantu mendukung arah hidup dalam bertingkah laku.
Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
baik dengan pendidikan orang tua tinggi maupun rendah, memiliki perilaku
promosi rendah dan berperilaku proteksi tinggi. Pengaruh karakteristik pendidikan
orang tua responden dengan perilaku promosi dan perilaku proteksi diperoleh,
tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua dengan perbedaan kategori dalam
berperilaku promosi (p = 0,936; p>0,05) maupun berperilaku proteksi (p=0,128;
p>0,05) pada remaja awal.
11
Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chen et. al.16, bahwa
pendidikan orang tua memiliki hubungan dengan perilaku sehat remaja, karena
semakin tinggi pendidikan maka dapat memfasilitasi penyediaan lebih banyak
informasi kesehatan dan menjadi role model dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
baik dengan pekerjaan orang tua wiraswasta/ swasta maupun PNS/POLRI/TNI
memiliki perilaku promosi rendah dan memiliki perilaku proteksi tinggi. Pengaruh
karakteristik pekerjaan orang tua responden dengan perilaku promosi dan perilaku
proteksi diperoleh, tidak terdapat pengaruh antara pekerjaan orang tua terhadap
perbedaan kategori dalam berperilaku promosi (p = 0,963; p>0,05) maupun
berperilaku proteksi (p=0,681; p>0,05) pada remaja awal.
Sosial ekonomi status (SES) memiliki dampak tidak langsung dalam proses
pengasuhan anak. Rendahnya status sosial ekonomi biasanya cenderung berkaitan
dengan kurangnya sumber bagi pencapaian prestasi pada remaja, permasalahnya
dapat seperti kemampuan menamatkan sekolah, orang tua yang tidak bekerja,
kondisi pekerjaan yang kurang diinginkan, buruknya nutrisi, tidak tercukupinya
perawatan kesehatan, tingginya tingkat distres emosional, lingkungan tidak aman,
dan kesempatan besar terlibat dalam perilaku berisiko.6
Tabel 5 berikut ini adalah tabel yang menunjukkan gambaran distribusi
frekuensi dan pengaruh antara pengetahuan responden dengan perilaku sehat.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perilaku Sehat Berdasarkan Pengetahuan Remaja
Awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta Bulan Juni 2009 (n = 238)
Perilaku Promosi p Perilaku Proteksi p Total
Pengetahuan
tinggi rendah value tinggi rendah value [n(%)]
Ketidakadaan penyakit 9 (3,8) 16 (6,7) 13 (5,5) 12 (5,0) 25 (10,5)
Fisik 18 (7,6) 18 (7,6) 23 (9,7) 13 (5,5) 36 (15,1)
Kemampuan 12 (5,0) 6 (2,5) 11 (4,6) 7 (2,9) 18 (7,6)
fungsional
Perilaku menghindari 2 (0,8) 0 (0) 2 (0,8) 0 (0) 2 (0,8)
0,527 0,917
risiko kesehatan
Perilaku promosi 18 (7,6) 18 (7,6) 18 (7,6) 18 (7,6) 36 (15,1)
kesehatan
Integrasi holistik 57 (23,9) 64 (26,9) 70 (29,4) 51 (21,4) 121(50,8)
Total 116 (48,7) 122 (51,3) 137 (57,6) 101 (42,4) 238(100)
Sumber : Data Primer
dewasa. Proses ini tergantung pula dengan adanya model peran yang biasanya
disediakan oleh keluarga dan masyarakat.6
DAFTAR PUSTAKA
1. DeLaune,S.C. & Ladner,P.K. Fundamentals of Nursing : Standards &
Practice (second edition). New York: Delmar; 2002.
2. WHO. Adolescent health and development in nursing and midwifery
education [Online]. 2004 [cited 2009 October 9]; Available from:
http://www2.alliance-hpsr.org/reproductivehealth/docs
3. WHO. Young people’s health in context ; Health behaviour in School-aged
Children (HBSC) study : international report from the 2001/2002 survey
[Online]. 2004 [cited 2008 November 24]; Available from
http://www.euro.who.int/Document/e82923.pdf
4. Behrman,R.E., Kliegman,R.M., Jenson,H.B. (Eds). Nelson Textbook of
Pediatrics 17th ed. Pennsylvania : Saunders; 2003.
5. Fasting,M.H., Nilsen,T. IL., Holmen,T.L., Vik,T. Life style related to blood
pressure and body weight in adolescence: Cross sectional data from the
Young-HUNT study, Norway. BMC Public Health [serial online] 2008 [cited
2008 July 30]; 8: 111. available from http://www.biomedcentral.com/1471-
2458/8/111
6. Gullotta,T.P. & Adams,G.R. (Eds). Handbook of Adolescent Behavioral
Problems Evidence-Based Approaches to Prevention and Treatment. New
York : Springer Science + Business Media, Inc; 2005.
7. WHO. Improving Health Through Schools : National and International
Strategies. Geneva : WHO Information Series on School Health; 1999.
8. Leddy, S.K. Health Promotion : Mobilizing Strengths to Enhance Jealth,
Wellness, and Well-Being. Philadelphia : F. A. Davis Company; 2006.
9. Coles,L., Porter,E. (Eds). Public Health Skills : A Practical Guide for Nurses
and Public Health Practitioners. Oxford: Blackwell Publishing; 2008.
10. Chen,M.Y., Wang,E.K., Chang,C.J. Cross-Validation and Discriminant
Validity of Adolescent Health Promotion scale Among Overweight and
Nonoverweight Adolescent in Taiwan. Public Health Nursing [serial online]
2006 [cited 2008 July 23]; 23 (6): 555–560; Available from
http://web.ebscohost.com
11. Sigfusdottir,I.D., Kristjansson,A.L., Allegrante,J.P. Health Behavior and
Academic Achievement in Icelandic School Children. Health Educ. Res.
[serial online] 2007 [cited 2008 August 12]; 22: 70-80; Available from
http://her.oxfordjournals.org.
12. Mack, L.M. Associations among Adolescents’ Health-Risk Behavior, their
Perceptions of Friends’ Health-Risk Behavior, Parental Support and School
Support within the Context of a School Transition [dissertation]. Ohio: Miami
University [Online] 2004 [cited 2009 February 17]; Available from
http://www.ohiolink.edu
18
13. Veenhoven,R. The Four Qualities of Life : Ordering concepts and measures
of the good life. Journal Of Happiness Studies [serial online] 2000 [cited
2009 February 11]; 1: 1-3; Available from www.eur.nl/fsw/research
14. Chen,M.Y., Chou,C.C., Yang,R.J. Considering the Factors of Gender and
Body Weight in the Promotion of Healthy Behavior Among Adolescents.
Jurnal of Nursing Research [serial online] 2005 [cited 2008 August 5]; 13
(3): 235–243; Available from http://web.ebscohost.com
15. Murphy, C.E. Coping Strategies, Family Environtment, and Interpersonal
Fear: A Study of Congruence Between College Students and Their Parents
[thesis]. Ohio: Ohio University [Online] 2002 [cited 2009 July 6]; Available
from http://www.ohiolink.edu
16. Chen,M.Y., Shiao,Y.C., Gau,Y.M. Comparison of Adolescent Helath-Related
Behavior in Different Family Structures. Jurnal of Nursing Research [serial
online] 2007 [cited 2008 August 21]; 15 (1): 1–10; available from
http://web.ebscohost.com
17. Spear, H. J. & Kulbok, P. A. Adolescent Health Behaviors and Related
factors : A Review. Public Health Nursing [serial online] 2001 [cited 2008
August 13]; 18 (2): 82-93; Available from http://web.ebscohost.com/ehost
18. Sarwono, S. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press; 2004.
19. Setyawati. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kualitas Hidup
Penderita Kusta Di Puskesmas Kunduran Kabupaten Blora [skripsi].
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran UGM
[tidak diterbitkan]; 2007.
20. Chen,M.Y., Liou,Y.M., Wu,J.Y. The Relationship Between TV/ Computer
Time and Adolescent’ Helath-Promoting Behavior: A Secondary Data
Analysis. Jurnal of Nursing Research [serial online] 2008 [2008 August 13];
16 (1): 75–84; Available from http://web.ebscohost.com
21. Notoatmodjo,S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta; 2007.
22. Mitchell,B.J. The Relationship Between Neighborhood Risk and Problem
Behaviors: The Moderating Effects of Personal Competence [thesis]. Ohio :
University of Cincinnati [Online] 2003 [cited 2009 February 17]; Available
from http://www.ohiolink.edu