Anda di halaman 1dari 4

Terapkan Konsep "Kaizen" Untuk Pengembangan Diri

8 Feb. 2018

Andrie Wongso
Pengikut 1092

Ikuti

Konsep Kaizen banyak digunakan di perusahaan-perusahaan atau


organisasi untuk mengoptimalkan sumber daya manusia. Konsep ini juga
bisa diterapkan pada pengembangan diri.

Seraca harfiah “Kaizen” berarti perbaikan yang terus-menerus dilakukan atau


perbaikan yang berkesinambungan. Dan karena perbaikan, berarti konsep ini
mengubah keadaan sekarang menjadi keadaan yang lebih baik dan setelah itu
kembali melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi dan seterusnya. Itulah
kenapa disebut berkesinambungan karena tak berhenti sampai pada titik tertentu
melainkan terus melakukan perbaikan, mengikuti perubahan di lingkungan
sekitarnya.

Dilihat dari sisi maknanya, jelas terlihat kalau konsep kaizen ini sangat universal. Ia
bisa diterapkan dalam perusahaan, organisasi, juga bisa diserap untuk memperbaiki
kehidupan seseorang secara individu (pribadi).

Masaaki Imai, seorang penulis Jepang yang mempopulerkan konsep kaizen ke


dunia internasional melalui bukunya yang berjudul “Kaizen” menyebutkan
kalau kaizen itu justru inti sari dari pengembangan personal.
@KaiZenGlobalAsia

Lalu seperti apa penerapannya untuk pengembangan diri? Imai punya tips yang
diuraikan dalam tahapan-tahapan berikut:

1. Buang ide-ide konvensional.

Menurut Imai, pada kenyataannya sebagian besar orang tidak melakukan perbaikan
terus-menerus dalam segala hal di kehidupannya. Bahkan 95 persen orang di dunia
ini tidak tertarik sama sekali untuk melakukan perbaikan. Karena itu, buang ide
konvensional yang menyatakan perbaikan terus-menerus itu tidak perlu dan mulailah
memperbaiki diri dan perbaiki lagi, perbaiki lagi.

2. Pikirkan bagaimana melakukannya, jangan memikirkan kenapa tidak bisa


dilakukan.

Orang pesimis akan mencari segala alasan untuk menyatakan sesuatu tak bisa
dilakukan. Sedangkan orang optimistis, mau berpikir maju ke depan alias fokus pada
target besar yang ingin dicapai. Ia akan bertanya, "Mengapa? Bagaimana?" dan
seterusnya. Setelah itu akan bermunculan berbagai cara yang menunjukkan bahwa
target yang diinginkan itu sangat mungkin bisa dicapai.

3. Jangan cari-cari alasan, mulailah menanyakan apa yang sekarang sedang


dilakukan.
Sekali lagi, kembali fokus pada hasil yang ingin dicapai, kemudian take action. Tak
ada alasan untuk tidak mencoba sesuatu.

4. Tak perlu sempurna, lakukan saja kendatipun itu hanya untuk mencapai 50%
dari target.

Begitu kita mendapatkan kesempatan untuk mencapai target, kejarlah kendatipun itu
hanya akan mencapai 50%, 80% atau berapapun angkanya dari target kita. Dalam
kata lain, take action, jangan menunda-nunda. Perbaikan bisa dilakukan sambil
jalan.

5. Perbaiki sekarang jika kita melakukan kesalahan.

Setelah kita sepakat dengan poin 4 di atas, kita harus mengantisipasi perbaikan-
perbaikan yang mungkin diperlukan. Hal ini karena kesalahan biasanya baru
disadari setelah langkah itu mempengaruhi orang lain. Ibaratnya sebuah pesawat
terbang. Begitu pesawat tinggal landas dan kemudian berada di angkasa, pesawat
itu sudah mengarah pada satu target. Namun dalam perjalanannya ada kalanya
pesawat itu turun, atau melenceng sedikit dari arah yang dituju. Nah, di sanalah
peran pilot untuk memposisikan pesawat pada arah yang sebenarnya. Hal ini sama
juga dengan pengembangan diri.

6. Jangan belanjakan uang untuk membeli kaizen, gunakan kebijaksanaan


(wisdom) kita.

Mungkin secara sederhana kita bisa membeli keterampilan dengan


ikut workshop atau seminar. Ini memang sesuatu yang bermanfaat. Namun yang
terpenting dari semua itu adalah action. Mulailah bertindak nyata berdasarkan
segala hal yang sudah kita pelajari, tak perlu “belanja” dulu baru action.

7. Sikap bijaksana akan datang jika menghadapi kesulitan.

Tantangan biasanya tak diinginkan tetapi itu merupakan kesempatan belajar.


Halangan yang datang pun tak bisa diperkirakan, tetapi jika kita bisa mengatasinya
maka kita tampil menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

8. Tanyakakan “Kenapa?” lima kali dan cari akar masalahnya.

Pertanyaan “Kenapa?” itu sebenarnya sangat-sangat kuat. Seperti disebutkan pada


poin 2, orang yang cukup kuat bertanya "kenapa" bisa menyelesaikan apa saja.
Pertanyaan ini bisa memperkuat/meyakinkan sesuatu/menolong kita menemukan
sesuatu. Setidaknya dengan pertanyaan ini, kita akan menemukan akar masalah
suatu persoalan. Setiap kali kita bertanya ‘kenapa?’ kita akan membuka satu tirai.
Setelah itu kita aku masuk lebih dalam lagi. Setelah menemukan empat atau lima
jawaban, kita akan segera tahu yang sebenarnya. Coba saja!

9. Cari kebijaksanaan (wisdom) dari sepuluh orang dibanding mencari


pengetahuan dari satu orang.

Banyak disebutkan bahwa kekuatan berpikir dari suatu grup itu lebih baik. Mungkin
inilah kenapa banyak orang suka meminta opini dari satu atau banyak orang atau
bahkan mengadakan rapat, brainstorming dalam suatu kelompok. Tetapi kerap kali
itu hanya sampai pada mengumpulkan banyak opini saja dan hampir tak ada solusi.

Jika ingin sukses, lebih baik kita pergi ke seseorang yang sudah terbukti berhasil
menjalankan sesutu seperti yang kita inginkan. Tak punya banyak waktu? Di era
modern ini kita bisa buka internet atau sumber-sumber lain yang ada di sekitar kita,
dari sana kita akan menemukan banyak orang sukses dari bidang yang kita
inginkan. Kita bisa mempelajari tahap demi tahap perjalanan sukses mereka.
Bahkan kita juga bisa menyerap kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

10. Kaizen itu tak ada batasnya.

Kaizen itu proses belajar dan tumbuh-berkembang yang kokoh dan


berkelanjutan. Kadang, perlu waktu/tenaga ekstra untuk memperbaikinya. Nikmati
saja, karena hidup ini adalah suatu perjalanan, bukan tujuan.

Selamat mencoba, semoga kehidupan kita menjadi semakin baik dan baik lagi!
Konten ini bukan karya jurnalistik dan merupakan pendapat pribadi penulis We-Media, serta tidak mewakili pandangan dari pihak UC
News
BERBAGI KEPADA TEMAN



Anda mungkin juga menyukai