Anda di halaman 1dari 10

AL-QUR’AN DAN ILMU GEOLOGI

Ilmu Geologi adalah ilmu yang berkaitan dengan pengamatan struktur batu-batuan
yang ada di dalam bumi dan bentuk-bentuknya serta rekahan batu-batuan tersebut dan
pengaruhnya. Sebagai sebuah ilmu, ia memiliki dasar dan cabang-cabangnya yang banyak.
Namun yang akan menjadi perhatian kita dalam pembahasan ini adalah isyarat ilmiah yang
terdapat pada beberapa ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan kondisi geologi bumi.

Penelitian yang dilakukan para ahli geologi, salah satunya berkaitan dengan struktur
bumi yang memiliki tingkat ketinggian tertentu seperti gunung. Dari penelitian tersebut,
didapatkan bahwa berdasarkan geomorphologi, gunung memiliki fungsi sebagai pasak yang
menancapkan bumi di jagat alam raya ini. Di mana puncak gunung menjadi penahan
keseimbangan bumi dari arah atas. Dan bagian yang menancap di kedalaman bumi atau
bagian akarnya menjaga keseimbangannya dari arah bawah dan berhubungan dengan inti
bumi.

Dengan adanya gunung-gunung ini, keseimbangan bumi dapat terjaga, sehingga bumi
tidak terlalu condong ke salah satu arah di tengah-tengah alam raya yang melingkupinya.
Karenanya kita mendapatkan penyebaran gunung-gunung di bumi ini yang tampak teratur
pada semua bagian dari permukaan bumi. Kita mendapatkan, di salah satu belahan bumi
terdapat banyak dataran tinggi, sedangkan di tempat lain terdapat banyak dataran rendah.

Demikianlah fungsi dari gunung-gunung ini. Dan hal ini, telah diisyaratkan Al-Qur'an
dalam surah An-Nahl ayat 15. Allah SWT berfirman: "Dan Dia menancapkan gunung-
gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu."

Dengan memerhatikan ayat ini, kita mendapatkan ketelitian cara pengungkapan Al-
Qur'an dalam memilih kata-kata yang dipergunakannya. Penggunaan kata ‘alqaa’,
menunjukkan adanya peristiwa pemindahan materi-materi pembentuk gunung, baik yang
berasal dari dasar bumi, lalu mengendap di permukaannya, maupun dari salah satu bagian
dari permukaan bumi yang terbawa ke permukannya di bagian lain. Contoh dari pemindahan
yang terjadi dari dasar bumi ke permukaannya, terdapat pada gunung merapi yang
menyemburkan lava dari kawahnya. Adapun contoh dari gunung yang terbentuk karena
endapan yang terjadi di permukaan bumi, maka hal itu bisa diakibatkan karena kelapukan dan

Angga Widya A
111.150.060
pengikisan, yang diiringi oleh serangkaian proses perubahan alami dan kimiawi sehingga
endapan itu menjadi keras dan terkumpul menjadi materi pembentuk gunung.

Penggunaan kata ‘an tamida bikum’ menjelaskan fungsi gunung dalam menekan dan
mengontrol gerakan bumi sehingga keseimbangannya di tengah-tengah jagat raya ini terjaga.
Inilah petunjuk Al-Qur'an yang menjelaskan tentang fungsi gunung-gunung. Di bagian lain,
terdapat juga ayat Al-Qur'an yang menunjukkan adanya daratan rendah di permukaan bumi.
Sebagai contoh, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an adalah wilayah tempat terjadinya
peperangan (sebelum peperangan terakhir) antara pasukan Romawi dan Persia, yaitu lembah
sungai Yordania, di mana pasukan Persia memperoleh kemenangan.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli geologi menunjukkan bahwa lembah sungai
Yordania pada saat itu, merupakan daratan terendah, dibandingkan daerah lain di belahan
bumi ini. Inilah yang disinggung Al-Qur'an dalam surat Ar-Rum ayat 1-3. Allah SWT
berfirman: "Alif Laam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat
(terendah) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang."

Selanjutnya di bagian lain, Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa bumi diliputi suatu


lapisan gas yang menjaganya dari pengaruh langsung sinar matahari. Di mana pengaruh
lapisan ini dapat kita rasakan secara langsung dalam kehidupan kita. Lapisan gas yang
dimaksud adalah atmosfir bumi, yang mengelilingi seluruh permukaan planet bumi di mana
kita hidup ini.

Karena adanya lapisan atmosfir ini, Al-Qur'an mengungkapkan bahwa manusia, hidup
di bumi, bukan di atas bumi. Karena kalau kita hidup di atas bumi maka permukaan kulit
bumi adalah bagian terluar dari bumi. Dan ini tentunya bertentangan dengan realitas alam,
dengan adanya atmosfir bumi yang mengelilingi semua permukaan bumi dengan kekuatan
gaya gravitasinya.

Apa yang disampaikan di atas, telah dijelaskan oleh Al-Qur'an dalam surah Ar-Rum
ayat 9. Allah SWT berfirman: "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka
bumi."

Tentang sifat dari atmosfir, Al-Qur'an dalam salah satu ayatnya telah menjelaskan hal
ini, yaitu makin tinggi meninggalkan permukaan bumi, maka tekanan udara pada ketinggian
tersebut makin berkurang. Dan itu berpengaruh pada kemampuan benda-benda hidup seperti
manusia untuk bernafas pada ketinggian tersebut, dikarenakan saluran pernafasannya
Angga Widya A
111.150.060
terganggu karena persediaan oksigen yang menipis. Bahkan akibat dari persediaan oksigen
yang sedikit itu, bisa mengakibatkan manusia seperti tercekik atau ia akan mati.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am ayat 125: "Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke
langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."

Yang dimaksud dengan ‘dadanya yang sempit’ adalah terjadinya kekurangan oksigen
pada saluran pernafasannya. Dan pengumpaan-Nya dengan pendakian ke langit, hal itu
menunjukkan kurangnya persediaan oksigen pada ketinggian tertentu pada lapisan atmosfir
bumi.

Dalam surah Ath-Thariq ayat 11, Al-Qur'an menyebutkan sifat lain dari atmosfir ini.
Allah SWT berfirman: "Demi langit yang dapat mengembalikan." Kalimat ‘dzatu ar-raj’i’,
mengandung arti bahwa atmosfir memiliki daya untuk melindungi bumi, sekaligus
memantulkan kembali gelombang elektronik yang membenturnya ke permukaan bumi.
Kondisi ini dimanfaatkan manusia untuk membuat radio yang memanfaatkan energi
gelombang udara. Dan umumnya, manfaat dari atmosfir ini, juga digunakan secara lebih luas
dalam bidang telekomunikasi.

Selain dari hal di atas, Al-Qur'an juga membicarakan tentang lapisan bebatuan yang
menjadi unsur terpenting bagi struktur pembentukan bumi. Lapisan ini memanjang, mulai
dari permukaan bumi sampai ke dalam perut bumi, yang terdiri dari berbagai macam
tingkatan bebatuan yang memiliki unsur fisika dan kimia tertentu.

Tingkatan kondisi batu tersebut terdiri dari berbagai macam batu-batuan yang secara
garis besar terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu batu api atau batu bara, yang terbentuk dari
magma yang mencuat dari dasar bumi kemudian membeku menjadi batu api. Dan terkadang
magma ini juga bisa muncul ke permukaan bumi dan menjadi batu api yang terdapat di
bagian atas bumi.

Kelompok kedua adalah batu endapan yang terbentuk karena endapan unsur-unsur
batu yang terjadi melalui proses pengikisan dan pelapukan karena pengaruh udara atau air.
Batu endapan ini, karena pengaruh dari pelapukan yang terjadi, terbagi ke dalam batu
endapan mekanik yang terbentuk karena faktor endapan mekanik—seperti sungai, dan
Angga Widya A
111.150.060
lautan—dan batu endapan kimiawi yang terbentuk karena proses endapan zat kimia
tertentu—seperti karbonat kalsium—dan batu endapan biokimia yang terbentuk karena
pengaruh makhluk-makhluk hidup yang memiliki bentuk yang sangat kecil dan rumit.

Jenis ketiga adalah metamorfik atau batu yang bentuknya dapat berubah-ubah karena
pengaruh tekanan udara atau panas atau pengaruh keduanya. Batu-batuan jenis ketiga ini,
pada awalnya berasal dari jenis batu api dan batu endapan.

Ayat-ayat Tentang Geologi

1. QS. Al-Naml ayat 61

‫َّللاِ بَ ْل أَ ْكثَ ُر ُه ْم‬


َّ ‫َاج ًزا أَإِلَهٌ َم َع‬
ِ ‫س َي َو َجعَ َل بَ ْينَ ا ْلبَحْ َري ِْن ح‬ ً ‫ارا َوجَ عَ َل ِخ ََللَهَا أ َ ْنه‬
ِ ‫َارا َو َجعَ َل لَهَا َر َوا‬ ً ‫أ َ َّم ْن َجعَ َل ْاْل َ ْرضَ قَ َر‬
َ‫ََل يَ ْع َل ُمون‬
Artinya : “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat
berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu
pemisah antara dua laut ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
Ayat sebelum ini berbicara tentang penciptaan langit dan bumi seta beberapa
hal yang berkaitan dengan keduanya, sepertoi hujan dari langit dan tumbuhan di bumi.
Kini, dibicarakan secara khusus apa yang dibumi, karena ini lebih jelas dapat terlihat.
Ayat di atas asih melanjutkan “peerbandingan” sebelumnya dengan menyatakan : “
apakah berhala-berhala yang kami sembah lebih baik atau apakah siapa , ya’ni
apakah Dia yaitu Allah, yang telah menjadikan bumi antap , yakni memilki
kemantapan sehingga tidak guncang dan apa yang berada di permukaanya pun tidak
beguncang. Dan yang enjadikan celah-celahnya antara gunung-gunung yang tertancap
di bumi itu sungai-sungai dan yang menjadikan untuknya, yajni bumi itu, gunung-
gunung yang kukuh sehingga bumi tidak guncang dan menjadikan pula antara dua
laut, yakni antara sungai dan laut, pemisah sehingga air laut dan sungai tidak
bercampur? apakah sembahan-sembahan kamu lebih baik daripada Allah ? Pasti
tidak. Apakah disamping Allah ada tuhan yang lain? Sungguh tidak ada bahkan yang
sebenarnya kebanyaka dari mereka yang menyembah selain Allah atau

Angga Widya A
111.150.060
empersektukannya kendati ereka memanfaatkan ciptaan-Nya kebanyakan dari mereka
tidak mengetahui.
ً ‫ )قَ َر‬terambil dari kata (‫ )قَر‬qarra yang berarti mantap tenang tidak
Kata (‫ارا‬
guncang. Di sini, Allah mengajak manusia bersyukur, sekaligus berpikir tentang
keajaiban ciptaan-Nya. Betapa tidak menakjubkan, setiap saat bumi bergerak
bagaikan berenang di angkasa, namun penghuninya yang ada dipermukaaanya tidak
merasakan gerak itu, bahkan tidak terjatuh dan tergelincir.
Ulama-ulama bebeda pendapat tentang hakikat pemisah antara dua laut yang
di maksud ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa Allah memisahkannya dengan
menjadikan sungai pada umumnya berada pada posisi yang tinggi dari laut. sehingga,
walau air laut lebih banyak, ia tidak dapat mencapai air sungai. Sebaliknya, walau air
sungai tinggi, karena air laut lebih banyak, keasinannya tidak terpengaruh oleh air
sungai yang mengalir keair laut itu.

2. QS. Al-Nazi’at ayat 30-33

ِ َ‫سا َها َمتَاعًا لَ ُك ْم َو ِْلَ ْنع‬


‫ام ُك ْم‬ َ ‫َو ْاْل َ ْرضَ بَ ْع َد ذَ ِلكَ َدحَا َها أ َ ْخ َر َج ِم ْنهَا َما َء َها َو َم ْرعَا َها َوا ْل ِج َبا َل أ َ ْر‬

Artinya : “Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya, Ia memancarkan


daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya, Dan gunung-
gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu”.
Maksudnya Dia hamparkan bumi, lalu Dia pancarkan mata airnya serta
munculkan segala yang dikandungnya dan Dia alirkan sungai-sungainya, serta
tumbuhkan tanaman, pepohonan, dan buah-buahannya, juga Dia tegakkan gunung-
gunungnya agar penghuninya menetap dengan tenang. Semua itu merupakan
kenikmatan bagi semua makhluk-Nya, dan karena mereka memang membutuhkan
berbagai binatang ternak yang dapat mereka makan dan pergunakan untuk kendaraan
selama mereka butuhkan didunia ini sampai berakhir masa dan waktu yang telah
ditentukan.
Dengan kata lain, dalam penegakan gunung-gunung, gunung- gunung
mencengkeram lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke
bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan
cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-
Angga Widya A
111.150.060
ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya,
kita dapat mengumpamakan gunung dengan paku yang menyatukan bilah-bilah
papan. Jika dua lempeng saling bertumbukan, kerak bumi akan terdorong keatas dan
membentuk barisan pegunungan tinggi, disebut pegunungan lipatan.

3. QS. Al-Nahl ayat 15

َ‫سب ًًُل َل َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَدُون‬ ً ‫ي أ َ ْن ت َِميدَ ِب ُك ْم َوأ َ ْن َه‬


ُ ‫ارا َو‬ ِ ‫َوأ َ ْلقَى ِفي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َر َوا ِس‬

Artinya : “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu


tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan
agar kamu mendapat petunjuk”.
Setelah menguraikan ciptaan dan anugrah-Nya yang terpendam, kini diuraikan
ciptaan dan dan nikmat-Nya yang menonjol dan Menjulang keatas, dengan
menyatakan : dan Dia mencampakkan dipermukaan bumi gunung-gunung yang
sangat kukuh sehingga tertancap kuat supaya ia, yakni bumi tempat hunian kamu itu,
tidak guncang bersama kamu, kendati ia lonjong dan terus berputar, dan dian
menciptakan juga sungai yang dialiri air yang dapat digunakan untuk minum, dan
selanjutnya dibui itu allah menjadikan juga jalan-jalan yang terhampar agar kamu
mendapat petunjuk lahiriah menuju arah yang kamu kehendaki dan petunjuk batiniah
menuju pengakuan keesaan allah swt.
Kata ‫( أَ ْلقَى‬mencampakkan dibumi,), yakni melempar kearahnya, memberi
kesan bahwa kehadiran gunung, sungai, dan jalan-jalan terjadi sesudah penciptaan
bumi, dan karena itu ayat ini tidak menggunakan kata menciptakan gunung-gunung.
Boleh jadi pencampakan yang dimaksud adalah benturan yang besar atau gempa yang
dahsyat, yang mengakibatkan lahirnya gunung-gunung dan sungai-sungai. Ayat ini
tidak menjelaskan bagaimana hal tersebut tidak terjadi.
Kata ‫ي‬
َ ‫ َر َوا ِس‬terambil dari kata ‫( الرسو‬al-rasw) atau ar-rusuwwu, yakni
kemantapan pada satu tempat. Dari sini, gunung-gunung, karena ia kekar tidak
bergerak dari tempatnya, ditunjuk dengan kata rawasi yang merupakan bentuk jamak
dari kata rasin.
Dia menancapkan gunung-gunung yang kokoh kedalam bumi, agar tetap
(stabil) dan tidak goncang bersama hewan yang ada di atasnya, sehingga karenanya
mereka hidup tenang.
Angga Widya A
111.150.060
Bumi ini tidak ubahnya bahtera di atas permukaan air, jika tidak ada benda-
benda berat di dalamnya, niscaya ia akan goncang dan miring ke sana-sini, meski
karena sebab yang kecil. Tetapi jika didalamnya diletakkan benda-benda berat,
niscaya ia akan tetap pada satu keadaan. Demikian halnya dengan bumi, jika tidak ada
gunung-gunung ini di atasnya, niscaya ia akan goncang.

4. QS. Nuh ayat 19-20

ُ ‫طا ِلت َ ْسلُ ُكوا ِم ْن َها‬


‫سب ًًُل فِ َجا ًجا‬ ً ‫سا‬ َ ‫َّللاُ َجعَ َل لَ ُك ُم ْاْل َ ْر‬
َ ِ‫ض ب‬ َّ ‫َو‬

Artinya : “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya


kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”.
Dijadikannya bumi sebagai hamparan bermakna kemudahan
memanfaatkannya serta kenyamanan yang dapat diraih darinya. Bahwa bumi
dijadikan hamparan bukan berarti diciptakan datar. Kedatarannya tidak bertentangan
dengan penciptaannya dalam bentuk bulat atau lonjong. Kemanapun manusia
melangkahkan kaki di bumi ini, dia akan melihat bumi dan menemukannya
terhampar, walau dia pada hakikatnya lonjong. Kata (‫ ) َج َع َل‬digunakan al-qur’an untuk
menekankan manfaat yang dapat diperoleh dari sesuatu yang dijadikan, berbeda
dengan kata khalaqa yang penekanannya pada kuasa allah mencipta serta kehebatan
ciptaan itu. Kata (‫ )فِ َجا ًجا‬adalah bentuk jamak dari kata fajj, yakni jalan yang luas.

5. QS. Luqman ayat 10

‫اء‬
ِ ‫س َم‬ َّ ‫ث ِفي َها ِم ْن ُك ِل دَا َّب ٍة َوأَ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
َّ ‫ي أ َ ْن ت َِميدَ ِب ُك ْم َو َب‬ ِ ‫ت ِب َغي ِْر َع َم ٍد ت ََر ْونَ َها َوأ َ ْلقَى ِفي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َر َوا ِس‬ َّ ‫َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
‫َما ًء فَأ َ ْن َبتْنَا فِي َها ِم ْن ُك ِل زَ ْوجٍ ك َِر ٍيم‬

Artinya : “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis
binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.
Allah menciptakan langit dan meninggikannya dari bumi tanpa tiang,
sebagaiman adapat dilihat oleh umat anusia. Dia juga meletakkan gunung-gunung
Angga Widya A
111.150.060
yang kokoh di muka bumi untuk menjaga keseimbanag bumi agar jangan sampai
miring dan bergoncang. Allah menebarkan aneka hewan dan binatang melata di muka
bumi dan Allah menurunkan air hujan yang rasanya tawar dari awan sehingga hujan
yang penuh berkah itu menyugukan tanah setselah masa pacekliok dan kemarau yang
berkepanjagan. Di telah menjadikan tumbuh-tubuhan dan aneka ragam pohon-
pohonan serta segala buah-buahan yang sedap di pandang dan satu sama lain berbeda
warna dan rasanya.
Firman-Nya : (‫ ) ِبغَي ِْر َع َم ٍد ت ََر ْونَ َها‬/ tanpa tiyang yang kamu melihatnya dalam arti
sebenarnya tiangnya ada tetapi kamu tidak melihatnya dengan mata kepala. Tiang
tersebut adalah daya-daya yang diciptakan allah sehinngga ini dapat meninggi dan
tidak jatuh kebumi. Tidak juga dengan planet-planet yang ada di alam raya ini saling
bertabrakan.

6. QS. Al-Jatsiyah ayat 13

َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَت َ َف َّك ُرون‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬


ٍ ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ إِ َّن فِي ذَلِكَ ََليَا‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َو‬

Artinya : “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”
Dan Dia meniadakan bagi mu segala yang telah dia ciptakan di langit dan di
bumi, yang berkaitan dengan kemaslahatan-kemaslahatan, dan yang karenanya
penghidupanmu menjadi tegak. Di antara makhluk-makhluk Allah yang dia sedakan
untukmu di langit ialah matahari, bulan, bintang-bintang yang cemerlang, hujan,
awan, dan angin. Dan di antara makhluk-makhluk-Nya yang ada di muka bumi adalah
binatang, pohon-pohonan, gunung, kapal-kapal, yang menunjukkan bahwa
penciptaanya adalah Allah yang tiada tuhan melainkan Dia, bagi orang yang mau
memperhatikan makhluk-makhluk tersebut dan mengambil pelajaran dari padanya, di
samping memikirkannya dengan benar.
Penundukan langit dan bumi dipahami dalam arti semua bagian-bagian alam
yang terjangkau dan berjalan atas dasar satu system yang pasti kait-berkait dan dalam
bentuk konsisten. Allah menetapkan hal tersebut dan dari saat ke saat mengilhami

Angga Widya A
111.150.060
manusia tentang pengetahuan fenomena alam yang dapat mereka manfaatkan untuk
kemaslahatan dan kenyamanan hidup manusia.
Allah menundukkan semua untuk manusia agar dia tunduk kepada yang
ditundukkan itu, tetapi hanya kepada yang menundukkan. Sungguh buruk anda
tunduk kepada siapa yang ditundukkan buat anda.

Angga Widya A
111.150.060
SUMBER

Al-Maraghi, Ahmad musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 14, Semarang : CV Toha Putra ,
1992

Alqorni, A’ib, Tafsir Muyasar, Jakarta ; Qisti Pres, 2008

Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman, Tafsir Ibn Katsir, Jakarta : Pustaka
Imam Asy-Syafi’i, 2008

As Shouwy, Ahmad, dkk., Mukjizat Al-Qur’an Dan As-Sunnah Tentang IPTEK, Jakarta :
Gema Insani Press, 1995

Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Populer, jilid 2, Jakarta ; CV Prima Primting, 2005

Shihab, M. Qurais, Tafsir Almisbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Tim redikta, Ensiklopedia ilmu pengetahuan alam fisika, Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2007

Angga Widya A
111.150.060

Anda mungkin juga menyukai