PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit
ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju
(WHO, 2003). Penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat mengakibatkan
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (Depkes, 2006). Hipertensi
merupakan faktor risiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada saat ini hipertensi
adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Hipertensi
menyebabkan 62% penyakit kardiovaskular dan 49% penyakit jantung. Penyakit ini
telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat seiring dengan
jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29%
atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi (Tedjasukmana,
2012).
1
WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi
puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika sebanyak
35%, 36% terjadi pada orang dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013). Untuk
kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Menurut Khancit,
pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi. Di Indonesia,
angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2008 dengan kisaran usia diatas 25
tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% , sedangkan 39,2% adalah wanita
(Candra, 2013). Di Indonesia angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dimana
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan terutama
daerah pedesaan. Sementara itu, berdasarkan data NHANES (National Health and
Nutrition Examination Survey) memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat
sesuai dengan peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan
kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti
1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, hipertensi termasuk
dalam 5 besar penyakit terbanyak. Pada tahun 2011, penderita hipertensi sebanyak
6755 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita
sebanyak 20.116 orang (Dinkes, 2011, 2012). Hipertensi adalah penyebab kematian
utama ketiga di Indonesia untuk semua umur, yaitu mencapai 17-21 % dari
proporsi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi (Depkes, 2008). Di Indonesia,
angka kejadian hipertensi itu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)
Departemen Kesehatan RI tahun 2007 mencapai sekitar 31% dan angkanya pun
meningkat 2-3 kali lipat. Data pasien hipertensi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) yang mengunjungi poli rawat jalan maupun rawat inap
periode tahun 2010-2012 sebanyak lebih dari 15.000 kunjungan penderita
(Girsang, 2013).
2
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada
penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%),
Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir
(47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan
Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi
hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun terendah adalah Jayawijaya (6,8%),
Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai
(11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%),
Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%). Di Bengkulu
dimana kejadian hipertensi pada tahun 2007 sekitar 23,7 % dan pada tahun 2013
menurun menjadi 21,3 % (Rikesdas, 2013).
3
B. Batasan Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan
keperawatan pada klien Ny.N dengan hipertensi meliputi tahap pengkajian,
perencanaan, diagnosa.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi, secara
komprehensip meliputi aspek bio, psiko, sosio, spiritual.
2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek bio, psiko, sosio, spiritual
diharapkan mahasiswa:
1. Mendeskripsikan hasil pengkajian terhadap klien dengan hipertensi
2. Mendeskripsikan perumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan
prioritas masalah.
3. Mendeskripsikan perencanaan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan keperawatan khususnya dengan hipertensi
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Laporan studi kasus ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan
dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada klien dengan hipertensi
4
3. Bagi Profesi Keperawatan
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
jantung dan/atau kenaikan pertahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika tekanan
darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg.
Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg.
Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-
rata.
B. Etiologi Hipertensi
1. Stres atau perasaan tertekan.
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan saraf simpatis dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Dunitz, 2001).
2. Kegemukan (Obesitas).
Perubahan struktur dan fungsi vaskuler berhubungan dengan patogenesis
hipertensi pada obesitas. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para
ahli melaporkan terjadinya penurunan komplians arteri, penurunan
distensibilitas dan penurunan fungsi endotel pada penderita obes
6
dibandingkan kontrol. Meskipun data tersebut menjelaskan potensi
hipertensi pada obesitas, tetapi mekanisme terjadinya hipertensi pada
obesitas masih belum jelas diketahui (Subardja, 2004).
3. Kebiasaan merokok.
Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap
pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah
hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,
karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah.
Hal ini akan menagakibatkan tekana darah meningkat karena jantung
dipaksa memompa lebih cepat untuk memasukkan oksigen yang cukup
kedalam orga dan jaringan tubuh (Astawan, 2002).
4. Kurang berolahraga.
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tingi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Amir, 2002 ).
5. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia).
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Dunitz, 2001).
6. Konsumsi berlebihan garam, alkohol, dan makanan yang berlemak tinggi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
7
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam
yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun
penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume
sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik (Amir,2002).
8
b) Miokardium
Miokardium terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
untuk memompa darah.
c) Endokardium
endokardium tersusun dari lapisan endothelial yang terletak di
atas jaringan ikat.
2) Ruang Jantung
Ruang jantung terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a) Atrium kanan
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru yang
dibawa oleh vena kava superior, inferior, dan sinus koroner.
Atrium kanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan
penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke
ventrikel kanan.
b) Atrium kiri
Atrium kiri terletak di bagian superior kiri janrung, berukuran
lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal.
Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari 4 vena pulmonalis
yang berasal dari paru-paru. Atrium kiri memiliki dinding yang
tipis dan bertekanan rendah.
c) Ventrikel kanan
Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonar dan mengalir melewati jalur yang pendek ke paru-paru.
Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonalis.
d) Ventrikel kiri
9
Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung.
Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru. Ventrikel kiri memiliki otot-otot
yang tebal dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sehingga
mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel
berkontraksi.
Ventrikel kanan dan kiri berfungsi untuk mendorong darah ke luar
jantung menuju aorta dan arteri pulmonalis yang membawa darah
meninggalkan jantung.
e) Katup jantung
(1) Katup atrioventrikularis
Katup trikuspidalis dan Katup mitralis
(2) Katup semilunaris
Katup aorta dan Katup pulmonalis
Keempat katup jantung ini berfungsi untuk mempertahankan aliran
darah searah melalui bilik-bilik jantung.
10
Gambar 2.2 Anatomi pembuluh darah (Sherwood, 2003).
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh
tubuh. Berikut bagian-bagian darah pembuluh darah :
a. Arteri
Arteri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Arteri Kepala dan Leher, arteri vertebralis, arteri basilaris, arteri
subklavia: terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri anonima dan sinitra
cabang dari arkus aorta, arteri Rongga perut terdiri dari : arteri seliaka, A.
splinika, A. mesenterika superior, A. renalis, A. spermatika dan Ovarika,
A. mesenterika Inferior dan A. marginalis dan arteri dinding Abdomen
b. Aorta
11
Merupakan pembuluh darah arteri terbesar keluar dari jantung bagian
ventrikel sinistra melalui aorta asendes membelok kebelakang melalui
radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus
diafragma, turun ke abdomen. Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian yaitu
aorta asenden, arkus aorta dan aorta desenden. Aorta asenden mempunyai
cabang yaitu aorta torakalis dan aorta abdominalis. Aorta adalah
pembuluh arteri utama yang berfungsi menghubungkan jantung dengan
semua organ utama tubuh (otak, perut, ginjal, dll).
c. Vena
Pembuluh darah vena adalah kebalikan dari arteri yang membawa
darah dari alat-alat tubuh kembali ke jantung. Vena terbesar adalah vena
pulmonalis. Pembuluh darah vena yang terdapat dalam tubuh yaitu, Vena
ke jantung meliputi : Vena cava superior, inferior dan pulmonalis, vena
yang bermuara pada vena cava superior yaitu vena aurikularis posterior,
vena retromadibularis, vena jugularis eksterna posterior, vena
supraskapularis, vena jugularis anterior, Vena kulit kepala : vena troklearis
dan vena supraorbitalis, vena temporalis superfisialis, aurikularis posterior
dan oksipitalis, Vena wajah: fasialis, profunda fasialis, transversa fasialis,
Vena pterigoideus : Vena maksilaris, fasialis, lingualis, oftalmika, Vena
tonsil dan palatum, vena punggung, vena yang bermuara pada vena cava
interior, anastomisis portal sistemik, Vena dinding pelvis, vena anggota
gerak atas dan vena anggota gerak bawah. Vena berfungsi membawa
darah kembali ke atrium jantung.
d. Kapiler
Pembuluh darah yang paling kecil sehingga disebut dengan pembuluh
rambut. Kapiler terdiri dari:
1. Kapiler arteri
2. Kapiler vena
12
Kapiler darah berfungsi sebagai medium untuk penyaluran makanan,
mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan. Juga merupakan
medium untuk mengangkat bahan buangan (Black, J. M. & Hawks, J. H.
2005).
D. Patofisiologi hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (Corwin,
2001). Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi
lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga
intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ (Corwin, 2001).
Patofisiologi hipertensi primer terjadi melalui mekanisme :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Peningkatan curah jantung terjadi melalui dua cara yaitu peningkatan
volume cairan atau preload dan rangsangan saraf yang mempengaruhi
kontraktilitas jantung. Curah jantung meningkat secara mendadak akibat
adanya rangsang saraf adrenergik. Barorefleks menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler sehingga tekanan darah kembali normal. Namun pada
orang tertentu, kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat
sehingga terjadi vasokonstriksi perifer (Williams et al, 1998). Peningkatan
13
volume sekuncup yang berlangsung lama terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma berkepanjangan akibat gangguan penanganan
garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebihan. Peningkatan
pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal
dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Murni,
2011). Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat
berpengaruh terhadap normalitas tekanan darah. Tekanan darah ditentukan
oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel otot halus berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang dimediasi oleh
angiotensin dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible. (Gray et al, 2005).
Peningkatan resistensi perifer disebabkan oleh resistensi garam
(hipertensi tinggi renin) dan sensitif garam (hipertensi rendah renin).
Penderita hipertensi tinggi renin memiliki kadar renin tinggi akibat jumlah
natrium dalam tubuh yang menyebabkan pelepasan angiotensin II.
Kelebihan angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi dan memacu
hipertrofi dan proliferasi otot polos vaskular. Kadar renin dan angiotensin
II yang tinggi pada hipertensi berkorelasi dengan kerusakan vaskular.
Sedangkan pada pasien rendah renin, akan mengalami retensi natrium dan
air yang mensupresi sekresi renin. Hipertensi rendah renin akan diperburuk
dengan asupan tinggi garam (Chris at al, 2010) Jantung harus memompa
secara kuat dan menghasilkan tekanan lebih besar untuk mendorong darah
melintasi pembuluh darah yang menyempit pada peningkatan Total
Periperial Resistence. Keadaan ini disebut peningkatan afterload jantung
14
yang berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Peningkatan
afterload yang berlangsung lama, menyebabkan ventrikel kiri mengalami
hipertrofi. Terjadinya hipertrofi mengakibatkan kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa
darah lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi,
serat-serat otot jantung mulai menegang melebihi panjang normalnya yang
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup
(Wibowo, 2011).
2). Sistem renin-angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan
sistem endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin
disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus
underperfusion, penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem
saraf simpatetik Mekanisme terjadinya hipertensi melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam pengaturan
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati,
kemudian oleh hormon renin yang diproduksi ginjal akan diubah menjadi
angiotensin I (dekapeptida tidak aktif). Angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II (oktapeptida sangat aktif) oleh ACE yang terdapat di paru-
paru. Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
15
dengan cara menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi
NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada akhirnya meningkatkan volume dan
tekanan darah.
3). Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Sirkulasi sistem saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi
arteriol. Sistem saraf otonom memiliki peran penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama dengan faktor
lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.30
Hipertensi rendah renin atau hipertensi sensitif garam, retensi natrium
dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas adrenergik simpatis atau
akibat defek pada transpor kalsium yang berpapasan dengan natrium.
Kelebihan natrium menyebabkan vasokonstriksi yang mengubah
pergerakan kalsium otot polos (Anggi, 2010).
16
4). Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah
Perubahan struktural dan fungsional sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah terutama pada usia
lanjut. Perubahan struktur pembuluh darah meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah.23 Sel endotel pembuluh darah juga
memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung
dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida
nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada
kasus hipertensi primer (Anggi, 2010).
E. Patway
17
F. Manifestsi klinis
18
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
19
sekunder dapat disembuhkan dengan pengobatan kuratif, sehingga
penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup yang sering
kali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal.
3. Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan
darah yang disertai kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget
organ dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan
atau keparahan target organ. Hipertensi ini ditandai nilai tekanan darah
yang tinggi yaitu ≥ 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya
kerusakan target organ pada hipertensi.
4. Hipertensi emergensi (darurat)
Ditandai dengan tekanan darah Diastolik > 120 mmHg, disertai
kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih
penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan
timbulnya sequele atau kematian.
5. Hipertensi urgensi (mendesak)
Hipertensi mendesak ditandai dengan tekanan darah diastolik >120
mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ
sasaran. Tekanan darah harus diturunkan secara bertahap dalam 24 jam
sampai batas yang aman memerlukan terapi oral hipertensi. Penderita
dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang tidak terang
dan tekanan darah diukur kembali dalam 30 menit.
H. Tes diagnostik
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin yang terdiri dari :
20
a. Glukosa darah (sebaiknya puasa) : normal pada hipertensi essensial, pada
kasus hipertensi yang menyerang organ ginjal, hasil gula darah puasa
meningkat diatas 150 mg/dl.
a. Terapi Tunggal
Penggunaan satu macam obat anti hipertensi untuk pengobatan
hipertensi dapat direkomendasikan bila nilai tekanan darah awal
mendekati nilai tekanan darah sasaran. Menurut JNC-7 nilai tekanan
darah awal mendekati nilai tekanan darah sasaran apabila selisihnya
kurang dari 20 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan kurang darah
sistolik dan kurang dari 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Hal
ini meliputi penderita hipertensi tahap 1 dan tekanan darah
sasaran<140/90 mmHg.
b. Terapi Kombinasi
Bila menggunakan terapi obat kombinasi, biasanya dipilih obat – obat
yang dapat meningkatkan efektivitas masing – masing obat atau
mengurangi efek samping masing-masing obat. Memulai terapi
dengan kombinasi dua obat direkomendasikan untuk penderita
hipertensi tahap 2 atau penderita hipertensi yang nilai tekanan darah
sasarannya jauh dari nilai tekanan darah awal (≥ 20 mmHg untuk
21
tekanan darah sistolik dan ≥ 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik).
Contohnya kombinasi obat hipertensi adalah : ACE inhibitor – kalsium
antagonis, ACE inhibitor – diuretik, ACE inhibitor – beta bloker, beta
bloker– diuretik, beta bloker – kalsium antagonis.
2. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap
penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi
perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006).
I. Komplikasi
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika
penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum
terjadi sebagai berikut:
a. Stroke
Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan stroke yang merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau
embolisasi dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh
pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan
darah yang sangat tinggi.
b. Penyakit jantung koroner
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak), meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada
hubungan antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih
rendah ini menunjukan adanya factor – factor resiko lain yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner.
c. Gagal jantung
Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko
22
enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung dari pada penderita
tanpa riwayat hipertensi. Data yang ada menunjukan bahwa pengobatan
hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti mencegah terjadinya gagal
jantung, namun dapat menunda terjadinya gagal jantung selama beberapa
decade.
d. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi
terhadap peningkatan afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh
tekanan darah yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi
suplai oksigen, dan hal ini bersamaan dengan penurunan cadangan
pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada penderita hipertensi,
dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard.
e. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit
vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis
yang diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya
lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang
berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
f. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang
disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral
retinalfalmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan
papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg,
kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor
dari arteriol – arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan
kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal
atau kebutaan permanent karena rusaknya retina.
g. Kerusakan ginjal
23
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan
insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi
arteri – ginjal kecil. Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal
akibat arteriosklerosis yang biasanya agak ringan dan berkembang lebih
lambat. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya
ditandai oleh proteinuria.
25
9 Makan siang
10 Tidur siang
11 Mandi
12 Sholat ashar
13 NontonTV
14 Sholat magrib dan isya
15 Makan malam
16 Nonton TV
17 Tidur
n) Status kesehatan
1. Keluahan kesehatan saat ini
3. Pengkajian/pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (TTV)
26
b. BB/TB
c. Rambut
Rambut lurus beruban dengan penyebaran tidak merata
d. Mata
Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem pengelihatan
yang baik, pada kasus hipertensi berat pasien mengalami
pengelihatan kabur dan dapat terjadinya anemis pada
konjungtiva.
e. Telinga
Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami gangguan pada
fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan
f. Mulut, gigi dan bibir
Keadaan bibir lembat, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut,
stomatitis tidak ada, gigi klien tidak lengkap.
g. Thorak :
Kardiovaskuler
Infeksi : Ictus Kordis tidak tampak
Paru
Infeksi :
Simetris , perkembangan dada kanan dan kiri sama , warna
kulit normal , tidak ada otot bantu pernapasan
Perkusi :
Sonor pada seluruh lapang paru.
27
Palpasi :
Tidak ada massa,vocal primitus kanan kiri sama kuat
Auskultrasi :
h. Abdomen
Infeksi : Tidak adasietas, bentuk simetris
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi : Tympani
Auskultrasi : Peristaltic Usus
i. Kulit :
Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya udema
pada hipertensi sekunder di daerah ekstremitas.
j. Reproduksi : tidak ada masalah reproduksi
k. Ekstermitas atas : pergerakan tangan kanan dan kiri baik
l. Ektermitas bawah :
persendian dan kaki kanan klien sering merasa nyeri dan
kesemutan
o) Hasil pengkajian khusus
28
5. Sumber air minum :
6. Pembuangan sampah :
7. Sumber pencemaran :
8. Penata halaman :
9. Privasi :
10. Resiko injuri :
I. Masalah Kesehatan Kronis
No Keluhan kesehatan atau gejala Selalu Sering Jarang Tidak
dirasakan klien dalam waktu 3bulan (3) (2) (1) pernah
terakhir berkaitan dengan fungsi- (0)
fungsi
A Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
b. Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga berdenging
C Fungsi paru pernapasan
6. Batuk lama disertai keringat
malam
7. Sesak nafas
8. Berdahak/sputum
d Fungsi jantung
9. Jantung berdebar-debar
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada
29
e Fungsi pencernaan
12. Mual muntah
13. Nyeri ulu hati
14. Makan dan minum banayak
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air
besar(mencret/sembelit)
f Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan
17. Nyeri pinggang/tulang belakang
18. Nyeri persendiaan/bengkak
g Fungsi persarafan
19. Lumpuh atau kelemahan pada
kaki dan tanggan
20. Kehilangan rasa
21. Gemetar /tremor
22. Nyeri atau pegal pada daerah
tengkuk
h Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak
24. Sering buang air kecil
25. Pengeluaran air
kemih(ngompol)
Analisa Hasil =
Skor
30
: 26-50 : Masalah kesehatan kronis sedang
31
Jumlah
Analisa Hasil
32
IV Status Psikologis
No Apakah ibu dalam satu minggu terakhir Jawaban
1 Merasa puas dengan kehidupan yang Ya
dijalani?
2 Banyak meninggalkan kesenagan/minat Tidak
dan aktivitas anda?
3 Merasa bahwaq kehidupan anda Tidak
hampa?
4 Sering merasa bosan? Tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap Ya
waktu?
7 Diganggu oleh pikiran yang tidak dapat Tidak
diucapkan?
8 Merasa bahagia disebaian besar waktu? Ya
9 Merasa takut sesuatu terjadi pada anda? Tidak
10 Sering kali merasa tidak berdaya? Tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugub? Tidak
12 Memilih tinggal dirumah dari pada Tidak
pergi melakukan sesuatu yang
bermanfaat?
13 Sering kali khawatir akan masa depan? Tidak
14 merasa mempunyai lebih banyak Tidak
masalah orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat Ya
menyenangkan sekarang?
16 Sering kali merasa merana? Tidak
17 merasa kurang bahagia? Tidak
33
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat Ya
mengairahkan?
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal Tidak
yang baru?
21 Merasa dalam keadaan penuh Ya
semangat?
22 Berfikir bahwa hidup anda tidak ada Tidak
harapan?
23 Berfikir banyak orang yang lebih baik Tidak
dari pada anda?
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal Tidak
yang sepele?
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkosentrasi? Tidak
27 Menikmati tidur? Ya
28 Memilih menghindar dari perkumpulan Tidak
sosial?
29 Mudah mengambil keputusan? Ya
30 Mempunyai fikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil
: Terganggu : Nilai 1
34
: Normal : Nilai 0
: 0-5 : Normal
35
BAB III
HIPERTENSI
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Ny.N
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
36
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny. R
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Nonton TV
5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
No Nama Keadaan saat ini Keterangan
37
c. Kunjungan keluarga
Klien mengatakan bahwa anak-anak nya sering berkunjung
2. Eliminasi
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1x sehari ( pagi ketika bangun tidur )
Kebiasaan BAB malam hari : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
c. BAK
Frekuensi dan waktu :5 – 6x 1 hari
Kebiasaan BAK malam hari : Jarang
Keluhan : Tidak ada
38
3. Personal higine
a. Mandi :
Ny.N mengatakan setiap hari mandi 2x sehari dengan menggunakan
air biasa dan sabun.Ny,N bisa mandi sendiri tanpa bantuan orang
lain.
b. Oral hygiene :
Ny.N menggosok gigi 2x sehari pada saat mandi dengan
menggunakan pasta gigi.
c. Cuci rambut :
Ny.N mencuci rambut 2x seminggu dengan menggunakan shampoo.
d. Kuku dan tangan :
saat dikaji tampak kuku tangan Ny.N pendek dan bersih, Ny.N
terbiasa mencuci tangan setelah makan.
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 7-8 jam/hari
b. Tidur siang : 1-2 jam/ hari
c. Keluhan : Tidak ada
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga : Senam Pagi
b. NontonTV : Sesekali bersama anak dan cucu
c. Berkebun/memasak : Tidak ada
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Ny.N tidak merokok,tidak mengkonsumsi alkohol.Ny.N mengkonsumsi
obat hipertensi yang di resepkan oleh dokter di puskesmas.
39
1 Sholat thajud 15-25 menit
17 Tidur 8 jam
40
C. Status kesehatan
1. Keluhan kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Ny.N merasakan pusing jika kelelahan dan kurang tidur.Ny.N sering
juga merasa kesemutan dan ketika telat makan bagian lambung Ny.N
menjadi perih,Sakit Kepala dan kaku kuduk.
b. Gajala yang dirasakan :
1. Tekanan darah meningkat
2. Leher menjadi kaku dan kepala pusing
3. Kesemutan daerah patela
4. Nyeri lambung
c. Timbulnya keluhan : Tiba-tiba
d. Waktu timbulnya keluhan : Saat beraktivitas berlebihan
e. Upaya mengatasi : Kembali beristirahat dan meminum
obat yg telah di resep dokter
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat kecelakaan : Tidak ada
Riwayat dirawat dirumah sakit : Tidak ada
Riwayat pemakaian obat : Ada,Obat Hipertensi
3. Pengkajian/pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (TTV)
TD : 150/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,2 ° C
RR : 20 x/menit
41
b. TB/BB : 168 CM / 58 Kg
c. Rambut : Terlihat bersih dan beruban
d. Mata : Gerakan bola mata simetris,tidak menggunakan alat
bantu penglihatan,Ny.N mampu melihat tetapi terkadang
penglihatannya kabur
e. Telinga : Bentuk simetris,tidak ada lesi,tidak ada massa dan
Pendengaran masih baik
f. Mulut, gigi dan bibir
Mulut : Bersih
Bibir : Simetris
Lidah : Bersih
Gigi : Gigi kurang bersih terdapat karies
Kesulitan menelan : Tidak ada
g. Thorak
Kardiovaskuler
Inpeksi : Ictus Kordis tidak tampak
Paru
Inpeksi : Simetris , perkembangan dada kanan dan kiri
sama , warna kulit normal , tidak ada otot bantu pernapasan
42
Auskultrasi : Vesikuler seluruh lapang paru,tidak ada suara
nafas tambahan
h. Abdomen
Inpeksi : Tidak ada asites , bentuk simetris
Palpasi : Tympani
43
4. Pembuangan air kotor : Langsung ke selokan (GOT)
5. Sumber air minum : Air di rebus sendiri
6. Pembuangan sampah : Di tempat pembuangan sampah
7. Sumber pencemaran : Tidak ada
8. Penata halaman : Terdapat beberapa tanaman (bunga)
9. Privasi : Tidak ada
10. Resiko injuri : Terjadi karena kamar mandi yang
licin dan tidak terdapat pegangan pada tembok
A Fungsi penglihatan
b. Fungsi pendengaran
44
32. Sesak nafas
33. Berdahak/sputum
d Fungsi jantung
e Fungsi pencernaan
g Fungsi persarafan
45
46. Gemetar /tremor
Hasil skoring Ny.N sebanyak 20, tidak memiliki masalah kesehatan kronis.
G. Fungsi kognitif
Jam 13;20
Tahun 2017
46
71 tahun
2 orang
20,19,18,17,16,15,14,13,12,11,10,9,8,7,6,5,4,
3,2,1
Jumlah 10
H. Status fungsional
(Nilai 1) (0)
47
membersihkan, dan mengeringkan
badan)
48
12 Berbelanja untuk kebutuhan
keluarga dan sendiri
13 Mengolala uang
Analisa Hasil:
I. Status Psikologis
No Apakah ibu/ bapak dalam satu minggu Jawaban
terakhir
49
4 Sering merasa bosan? Tidak
50
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak
27 Menikmati tidur? Ya
51
Analisa Hasil : Skoring Ny.N adalah 3 , Status Psikologis Ny.N Normal
: Terganggu : Nilai 1
: Normal : Nilai 0
: 0-5 : Normal
52
Penurunan
curah jantung
DO :
53
2 Intoleransi aktivitas
54
Perubahan stress
kontraktilitas
Perubahan Fluid
preload management :
1. Monitor
vital sign
sesuai
indikasi
penyakit
2. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
3. Tawarkan
snack
seperti
(jus,buah
segar)
55
mempertahankan atau dalam aktivitas yang
menyelesaikan fisik tanpa mampu
aktivitas kehidupan disertai dilakukan
sehari-hari yang harus peningkatan 2. Bantuk
apa yang ingin tekanan untuk
dilakukan darah,nadi,dan mengidentifi
pernafasan kasi
Batasan Karakteristik: Mampu aktivitas
Dipsnea setelah melakukan yang disukai
beraktivitas aktivitas sehari- 3. Bantu klien
Keletihan hari secara untuk
Ketidaknyaman mandiri mengemban
setelah gkan
beraktivitas motivasi diri
Perubahan dan
elektrokardiogram penguatan
(EKG) 4. Bantu untuk
Respon frekuensi mengidentifi
jantung abnormal kasi
Respons tekanan kekurangan
darah abnormal dalam
terhadap aktivitas aktivitas
5. Lihat respon
fisik,emosi,
sosial, dan
spiritual
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada
pasien I dengan Hipertensi. Dalam melakukan asuhan keperawatan telah diterapkan
proses keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses keperawatan yang
mempunyai 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi tetapi pada seminar ini hanya 3 tahap yaitu pengkajian, diagnosa dan
intervensi
A. Pengkajian
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
jantungdan atau kenaikan pertahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2000).
Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jikatekanan darah
sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan
darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan
darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut
dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.
Pada studi kasus Ny.N menderita hipertensi yang ditandai dengan tekanan
darah adalah 150/80 mmhg, pasien mengalami gangguan pada sistem syaraf pusat
yang mengakibatkan pasien mengalami sakit kepala dan kaku kuduk, serta pasien
mengalami kelemaha fisik pada kekuatan tonus otot dalam keadaan lemah. Tanda
dan gejala pasien pada kasus ini sudah tepat dan sesuai dengan teori hipertensi.
Pada kasus Ny. N diberikan terapi berupa obat yang diberikan puskesmas.
Terapi pengobatan pada Ny. N sudah tepat sesuai dengan penatalaksanaan pada
penderita hipertensi seperti obat golongan dihydropyridine yang berfungsi untuk
mengatur tekanan darah.
57
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya (Potter, 2005). Dalam teori pada hipertensi terdapat beberapa
diagnosa yang dapat muncul. Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis,
penulis mengangkat 2 diagnosa yaitu Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jntung dan intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik. Berdasarkan hal tersebut
terdapat beberapa diagnosa yang tidak ditemukan di lapangan. Hal ini terjadi
karena setiap individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu penyakit
sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya bisa diangkat
sebagai diagnosa yang akan dikaji dan pada pasien Ny.N pasien mengalami
hipertensi ringan.
C. Rencana Keperawatan
Pada kasus Ny.N, penulis melakukan rencana tindakan keperawatan.
Penulis merencanakan mengatasi masalah Resiko tinggi terhadap curah jatung
nyeri terlebih dahulu karena tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu
penanganan terlebih dahulu
Rencana tindakan diagnosa pertama untuk resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung yang dirasakan pasien yaitu Evaluasi adanya nyeri dada, monitor
adanya perubahan tekanan darah, monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiartmia, monitor toleransi aktivitas
Pada diagnosa kedua untuk mengatasi intoleransi aktivitas adalah bantu klien
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai, bantu klienn untuk meengembangkan motivasi diri dan
penguatan
58
BAB V
2. Rumah Sakit
60
DAFTAR PUSTAKA
61